Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN SOAL KEBIDANGAN BNN

1. Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

2. Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

3. Lembaga Nonstruktural adalah Lembaga yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan


tertentu guna menunjang pelaksanaan fungsi negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-
unsur pemerintah, swasta dan masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran negara

4. Lembaga Non Struktural diklasifikasikan berdasarkan beberapa indikator sebagai berikut:


(1) Peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan pembentukannya
LNS yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang
LNS yang Dibentuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah
LNS yang Dibentuk Berdasarkan Peraturan Presiden
LNS yang Dibentuk Berdasarkan Keputusan Presiden
(2) Urusan pemerintahan yang berkaitan
(3) Pendanaan
Klasifikasi LNS Berdasarkan Pendanaan DIPA Sendiri
Klasifikasi LNS Berdasarkan Pendanaan DIPA Menempel pada Kementerian/Lembaga
Klasifikasi LNS di Daerah dengan Pembebanan Anggaran APBD d. Klasifikasi LNS Berdasarkan
Sumber Pendanaan Lain
(4) Perwakilan di daerah

5. BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui
koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6. BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui
koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

7. Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

8. Budi Waseso menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional sejak tahun 2015

9. UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

10. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang

11. Industri farmasi adalah Perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk melakukan
kegiatan produksi serta penyaluran obat dan bahan obat, termasuk Narkotika.
12. Permufakatan Jahat adalah erbuatan dua orang atau lebih yang bersekongkol atau bersepakat untuk
melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta melakukan, menyuruh, menganjurkan,
memfasilitasi, memberi konsultasi, menjadi anggota suatu organisasi kejahatan Narkotika, atau
mengorganisasikan suatu tindak pidana Narkotika.

13. Kejahatan Terorganisasi adalah kejahatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur yang
terdiri atas 3 (tiga) orang atau lebih yang telah ada untuk suatu waktu tertentu dan bertindak
bersama dengan tujuan melakukan suatu tindak pidana Narkotika.

14. Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:


a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu
Narkotika.

15. Narkotika Golongan I yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.

16. Menteri memberi izin khusus untuk memproduksi Narkotika kepada Industri Farmasi tertentu yang
telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah dilakukan audit
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

17. Penggunaan Narkotika untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diatur dalam UU No. 35 Tahun 2009
Pasal 1 yang berbunyi:
Lembaga ilmu pengetahuan yang berupa lembaga pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh,
menanam, menyimpan, dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
teknologi setelah mendapatkan izin Menteri.

18. Transito Narkotika adalah Pengangkutan Narkotika dari suatu negara ke negara lain dengan melalui
dan singgah di wilayah Negara Republik Indonesia yang terdapat kantor pabean dengan atau tanpa
berganti sarana angkutan.

19. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan
Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama
dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala
fisik dan psikis yang khas.

20. Pecandu Narkotiba dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi.

21. Sesuai UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 56 ayat (1) berbunyi Rehabilitasi medis
Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri.

22. Susunan organisasi BNN terdiri atas:


Kepala
Sekretariat Utama
Deputi Bidang Pencegahan
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Deputi Bidang Pemberantasan
Deputi Bidang Rehabilitasi
Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama
Inspektorat Utama
Pusat Penelitian, Data, dan Informasi
Balai Besar Rehabilitasi
Balai Diklat
UPT Uji Lab Narkoba
Instansi vertikal:
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (BNNK)

23. Yang TIDAK TERMASUK Lembaga Nostruktural adalah Badan Narkotika Nasional, karena BNN
termasuk ke dalam Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

24. Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971
pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971
kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan
penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja,
penanggulangan subversi, pengawasan orang asing.

25. Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional
(BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi
penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.

26. Menurut BNN disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan
untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba
untuk biaya politik (Narco for Politic).

27. Salah satu tugas dari BNN adalah Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

28. Salah satu fungsi dari BNN adalah Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

29. Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia adalah sebuah tempat yang
dikhususkan untuk merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia

30. Pusat rehabilitasi narkoba BNN terletak di Desa Wates Jaya, kecamatan Cigombong, Lido, Kab.
Bogor.

31. Balai Besar Rehabilitasi BNN diawali dengan Wisma Parmadi Siwi pada 31 Oktober 1974, yang
diresmikan oleh ibu Tien Soeharto.
32. Pada pelayanan rehabilitasi sosial menggunakan metode Therapeutic Community (TC) dengan
kapasitas daya tampung berjumlah 500 orang yang berlangsung selama 6 bulan.

33. Proses Rehabilitasi Narkoba memiliki tahapan sebanyak tiga tahapan, yaitu tahap rehabilitasi medis
(detoksifikasi), tahap rehabilitas non medis (therapeutic communities, program 12 langkah, dll),
tahap bina lanjut (sesuai minat dan bakat)

34. Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur yang sengaja tidak melapor, dipidana
dengan pidana kurungan selama paling lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak 1 juta rupiah

35. Di Babesrehab, ada beberapa "rumah" (tempat rehabilitasi) yang dikelompokkan sebagai berikut,
yakni:
(1) Detoks, adalah rumah bagi pecandu yang baru memulai penanganan.[5] Rumah Detoks terbagi
menjadi dua, yakni untuk pria dan wanita. Di sini pecandu akan ditangani selama rata-rata 2
minggu.
(2) Entry Unit, adalah rumah yang disinggahi pecandu yang sudah "dibersihkan" sebelumnya di
rumah Detoks. Pada Entry Unit, setiap pecandu akan diberi pemahaman mengenai program
yang sedang dan akan dijalaninya selama 6 bulan ke depan.
(3) Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki yang
berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku, dan
kepribadiannya agar dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4
bulan.
(4) House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki yang
berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang sudah pernah keluar dari panti rehabilitasi
sebelumnya. Berbeda dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan diubah pola pikirnya
agar tidak terikat pada narkoba dan diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung
selama 4 bulan.
(5) HoC (House of Change), rumah ini memiliki program yang sama dengan rumah Hope, namun
dikhususkan untuk para pegawai negeri sipil atau pejabat negara, dan militer atau polisi.
Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.
(6) Re-Entry, rumah ini adalah rumah terakhir dari keseluruhan program rehabilitasi di Babesrehab
BNN. Di sini pecandu akan dipantau, dan diberi pelatihan/peningkatan keahlian serta juga
perbaikan pola pikir agar dapat siap kembali ke masyarakat. Program di rumah ini berlangsung
selama 1 bulan.
(7) Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian, yakni: Detoks, Entry Unit,
Green, dan Re-Entry).

36. House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki yang berusia
di atas 30 tahun, atau pecandu yang sudah pernah keluar dari panti rehabilitasi sebelumnya.
Berbeda dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan diubah pola pikirnya agar tidak terikat
pada narkoba dan diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

37. Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki yang berusia
kurang dari 35 tahun. Di sini para pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku, dan kepribadiannya agar
dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

38. Sebelum menjadi Kepala BNN, Budi Waseso menjabat sebagai Kabareskrim.
39. Instansi vertikal adalah pelaksana tugas, fungsi, dan wewenang BNN di daerah, yaitu BNN Provinsi
dan BNN Kabupaten/Kota.

40. Untuk melaksanakan ketentuan di dalam Undang-Undang tentang Narkotika, dipandang perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Narkotika Nasional dengan nomor 23 Tahun 2010.

41. Kepala BNN Budi Waseso merupakan lulusan Akademi Kepolisian Tahun 1984.

42. Kelompok Ahli mempunyai tugas untuk memberikan masukan, saran, dan pertimbangan kepada
Kepala BNN dalam penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN.

43. Kepala BNN diangkat dan diberhentian oleh Presiden

44. Kepala BNNP diangkat dan diberhentian oleh Kepala BNN

45. Segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN, dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

46. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United
Nations Convention Againts Tillicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988.

47. Lingkaran berwarna emas pada logo BNN memiliki arti menjelaskan satu kesatuan yang tidak
memberikan celah bagi penyalahguna dan pengedar gelap narkoba.

48. Bintang pada logo BNN menggambarkan simbolisasi cita-cita luhur BNN untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

49. Gambar burung Garuda pada logo BNN melambangkan komitmen BNN terhadap tekad pemerintah
RI dalam upaya menanggulangi permasalahan narkoba.

50. Huruf BNN pada logo BNN menunjukkan terminologi Badan Narkotika Nasional.

Anda mungkin juga menyukai