Anda di halaman 1dari 18

MALPRAKTIK

KEPERAWATAN DALAM
KASUS KELAMIN
TERPOTONG
KELOMPOK 3
 Akbar Alwi Alamsyah (19006)
 Annisaa Robiyatul Khasanah (19014)
 Dwi Septiyaningsih (19028)
 Erinda Maulidiyah Hidayat (19036)
 Kharisma Putri Swastika (
 Ramanda Nurracmah (19082)
 Salsabila Aquila (19094)
DEFINISI MALPRAKTIK
Malpraktik merupakan tindakan profesional yang
tidak benar atau kegagalan profesi untuk
menerapkan keterampilan. Arti malpraktik secara
medis, adalah kelalaian seorang dokter
menggunakan tingkat keterampilan dan ilmu
pengetahuan berdasarkan ukuran yang lazim orang
lain dalam mengobati pasien dengan ukuran
standar di lingkungan yang sama. Kelalaian dapat
pula diartikan melakukan tindakan kedokteran
dibawah standar pelayanan medik.
MALPRAKTIK DALAM KEPERAWATAN
Menurut Vestal (1995), untuk mengatakan secara pasti bahwa seseorang
melakukan malpraktik, penggugat harus menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
 Duty, pada saat terjadinya cidera, terkait dengan kewajibannya, yaitu
mempergunakan ilmu & kepandaiannya untuk menyembuhkan atau
meringankan beban pendertaan pasien berdasarkan standar profesi.
Hubungan perawat - klien menunjukan bahwa melakukan kewajiban
berdasarkan standar keperawatan.

 Breach Of Duty, pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajbannya,


artinyamenyimpang dari apa yang seharusnya dlakukan menurut standar
profesinya. Contoh : kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebaga kebijakan rumah sakit.
MALPRAKTIK DALAM KEPERAWATAN

 Injury, seseorang mengalami cidera (injury) atau kerusakan


(damage) yang dapat dituntut secara hukum, misalnya pasien
mengalami cidera sebagai akibat pelanggaran. Kelalaian nyeri,
adanya penderitaan atau stress emosi dapat dipertimbangkan
sebagai akibat cidera jika terkait dengan cidera fisik.

 Proximate Caused, pelanggaran terhadap kewajibannya


menyebabkan cidera yang dialami pasien. Misal, cidera yang
terjadi secara langsung berhunganan dengan pelanggaran
kewajiban perawat terhadap pasien.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KEPERAWATAN
 Assessment Errors, kegagalan mengumpulkan data atau informasi
tentang pasien secara adekuat atau kegagalan megidentifikasi informasi
yang diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan lab, TTV atau keluhan
pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan pengumpulan
data mengakibatkan ketidaktepatan diagnosa keperawatan.

 Planning Errors, kegagalan mencatat masalah pasien, kegagalan


mengkomunikasikan secara efektif rencana keperawatan yang telah
dibuat, kegagalan memberikan askep secara berkelanjutan yang
disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana
keperawatan.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA MALPRAKTIK MEDIK
DALAM KEPERAWATAN
 Intervention Errors, yaitu kegagalan meginterpretasikan dan
melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan mengikuti atau
mencatat order atau pesan dari dokter. Termasuk kesalahan
pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah
kesalahan dalam membaca pesan atau order, mengidentifikasi
pasien belum dilakukan tindakan atau prosedur, memberi obat
terapi pembatasan ( restricitivethrapy ).
UPAYA MENCEGAH TERJADINYA
MALPRAKTIK MEDIK OLEH PERAWAT
 Memberikan kasih sayang kepada pasien & keluarganya dengan jujur &
rasa hormat.

 Menggunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa


keperawatan yang tepat & laksanakan intervensi keperawatan yang
diperlukan. Perawat berkewajiban menyusun pengkajian & melaksanakan
dengan benar.

 Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lain ragu-ragu


terhadap tindakan yang akan dilakukan / kurang merespon perubahan
kondisi pasien, diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna
memberikan masukan yang diperlukan bagi tim kesehatan lain.
UPAYA MENCEGAH TERJADINYA
MALPRAKTIK MEDIK OLEH PERAWAT
 Tingkatkan pengetahuan perawat secara terus-menerus, sehingga
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki perawat selalu up to date.

 Mencatat rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan


keperawatan. Nyatakan secara jelas dan lengkap.catat segera mungkin
fakta yang diobservasi secara jelas.
DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN
PRAKTEK KEPERAWATAN
Menurut Afri (2015) beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan
penerima praktik keperawatan yang ada di Indonesia, yaitu :

 Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32


( penyembuhan & pemulihan ).

 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

 Peraturan menteri kesehatan No. 159/Men.kes/1998 tentang rumah sakit.

 Peraturan Menkes No. 660/Menkes/SK/IX/1987 Yang dilengkapisurat edaran Direktur


Jendral Pelayanan Medik No. 105/Yan.Med/Rs.umdik/Raw/188 tentang penerapan
standar praktik bagi perawat kesehatan di rumah sakit.

 Kemenkes No. 647 / SK / IV / 2000 tentang registrasi dan praktik perawat.


BENTUK-BENTUK MALPRAKTIK DALAM
KEPERAWATAN
Beberapa situasi yang berpotensi menimbulkan tindakan malpraktik dalam
keperawatan, yaitu :
 Kesalahan pemberian obat. Sering terjadi dikarenakan begitu banyak
jumlah obat yang beredar dan metode pemerian yang bervariasi. Kelalaian
yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan
menghitung dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tidak tepat,
kesalahan mempersiapkan konsentrasi obat atau kesalahan rute
pemberian.
 Mengabaikan keluhan pasien. Keluhan pasien merupakan data yang
sangat penting untuk dipergunakan dalam menentukan masalah pasien
BENTUK-BENTUK MALPRAKTIK DALAM
KEPERAWATAN
 Kesalahan mengidentifikasi masalah klien. Kemungkinan terjadi pada
situasi RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara
rinci diperhatikan.
 Malpraktik di ruang operasi. Sering ditemukan kasus adanya benda / alat
kesehatan yang tertinggal di tubuh pasiensaat operasi. Kelalaian ini juga
merupakan kelalaian perawat, dimana peran perawat di kamar operasi
harusnya mampu mengobservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik
dan terkontrol dapat menghindarkan kesalahan ini.
DAMPAK MALPRAKTIK
KEPERAWATAN
Malpraktik yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak luas,
tidak hanya kepada pasien saja & keluarganya saja, juga pada pihak RS,
individu perawat pelaku malpraktik dan profesi. Selain gugatan pidana, juga
dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. Bila dilihat dari segi
etika praktek keperawatan, bahwa malpraktek merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran
autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya, dan penyelesainnya dengan
menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini
dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga
institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan.
KASUS
Seorang bocah laki-laki berinisial WM berusia 10 tahun asal Lampung Barat mengalami nasib naas.
Alat kelamin bocah laki-laki tersebut terpotong saat disunat. Orangtua korban kemudian melaporkan
kasus dugaan malpraktik tersebut ke Polres Lampung Barat, Senin (30/9/2019). Ia merupakan warga 
Bandar Agung, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat. Ayah WM, Darman Sopian
bersama kakek WM, Sugiarto melaporkan kasus dugaan mal praktik dengan terlapor Samiran.
Sugiarto mengungkapkan, kecurigaan keluarga alat kelamin korban terpotong saat sunat, bermula
saat korban mengeluh susah kencing. Hal itu berlangsung hingga 1,5 bulan sejak sunat. Diketahui,
korban sunat pada awal Juli 2019. Saat itu, korban disunat oleh Samiran. Diketahui, Samiran sering
melakukan praktik sunat di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh. Mengetahui anaknya susah
kencing, orangtua korban kemudian membawa sang anak berobat ke RS Mitra Husada. Dari RS
tersebut, korban dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). Korban
kemudian kembali dirujuk ke RS Bumi Waras. Di rumah sakit tersebut, korban menjalani operasi. Ia
juga dianjurkan untuk konstruksi ulang. Menurut Sugiarto, pihak keluarga sebenarnya ingin
menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan. "Namun karena terlapor Samiran tidak
kooperatif dan menghindar, maka kita laporkan," ucapnya. Sementara, Darman Sopian meminta
keadilan untuk anaknya. "Karena ini menyangkut masa depan anak, jadi kita minta keadilan dan
diproses secara hukum," harapnya. 
KASUS
Kepala SPKT Polres Lampung Barat, Elianto membenarkan adanya laporan tersebut.
benar, ada laporan terkait dugaan malapraktik," kata Elianto, Senin (30/9/2019).  Kasat
Reskrim Polres Lampung Barat Yudie Silpa membenarkan pihaknya sudah menerima
laporan terkait alat kelamin bocah yang diduga terpotong saat disunat. "Kita sudah terima
laporannya dan akan kita dalami dulu bagaimana kasusnya, masuk tindak pidana apa atau
melanggar aturan undang-undang seperti apa," terangnya, Senin 30 September 2019. Pasti
akan kita tindak lanjut, karena jika dibiarkan takutnya nanti akan banyak korban
selanjutnya," tambahnya. Anggota DPRD Lambar, Sugeng turut mendampingi korban saat
membuat laporan. Ia mengatakan, kasus dugaan malapraktik tersebut harus diusut tuntas.
"Usut tuntas dan harus diproses secara hukum karena menyangkut masa depan anak,"
ungkapnya. Ayah korban Darmian Sopian meminta keadilan untuk anaknya.
KASUS
Kasus alat kelamin bocah yang diduga terpotong saat disunat di Lampung Barat (Lambar),
mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan setempat. Kepala Dinas Kesehatan Lambar Paijo
membenarkan, jika terduga pelaku yang menyunat bocah tersebut, Samiran, bukan tenaga
kesehatan. "Benar, (Samiran) bukan tenaga kesehatan, dan itu sudah lama," kata Paijo
kepada Tribunlampung.co.id, Senin 30 September 2019."Sama halnya dengan dukun bayi, tapi
masyarakat percaya seperti itu, jelas saya sangat perihatin," imbuh Paijo. Setahu saya bapak
itu (Samiran), anaknya sudah jadi dokter, dan di depan rumahnya itu ada pustu (puskesmas
pembantu), tapi kan kembali lagi ke masyarakatnya," ucap Paijo. Saat disinggung mengapa
Samiran bisa menyunat bocah tersebut, Paijo tidak menjawab detail. Paijo menduga,
Samiran tak pernah mengikuti sekolah tentang kesehatan. Paijo pun berpesan kepada
masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan resmi untuk keperluan persalinan
maupun sunatan dan kesehatan lainnya. "Gunakan fasilitas kesehatan yang ada baik
puskesmas maupun rumah sakit, sehingga resiko seperti ini dapat terminimalisir," imbau
Paijo. "Kejadian ini (alat kelamin bocah terpotong) kami tidak bisa apa-apa, tapi untuk korban
kami bisa layani untuk pengobatannya semaksimal mungkin sesuai tupoksi kami," tandas
Paijo. Sebelumnya, terlapor Samiran warga pekon Roworejo Kecamatan Suoh sering
melakukan praktik sunat di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh. Namun naasnya,
seorang anak berinisial (WM) warga pekon Bandar Agung Kecamatan BNS yang disunat oleh
Samiran terpotong alat kelaminnya pada awal Juli 2019 sekitar tanggal 7-8 juli 2019.
 
KASUS
Mengenai sanksi untuk samiran Kasat Reskrim Polres Lampung Barat Yudie Silpa
membenarkan pihaknya sudah menerima laporan terkait alat kelamin bocah yang
diduga terpotong saat disunat. "Kita sudah terima laporannya dan akan kita dalami
dulu bagaimana kasusnya, masuk tindak pidana apa atau melanggar aturan
undang-undang seperti apa," terangnya, Senin 30 September 2019. Pasti akan kita
tindak lanjut, karena jika dibiarkan takutnya nanti akan banyak korban selanjutnya,"
tambahnya. Anggota DPRD Lambar, Sugeng turut mendampingi korban saat
membuat laporan. Ia mengatakan, kasus dugaan malapraktik tersebut harus diusut
tuntas. "Usut tuntas dan harus diproses secara hukum karena menyangkut masa
depan anak,". Pihak kepolisian menyatakan akan segera mengusut tuntas kasus
tersebut, tetapi masih harus menelaah kembali mengenai aturan dan undang-
undang seperti apa yang dilanggar oleh Samiran. Dan keterbatasan informasi serta
berita belum memberikan informaasi mengenai tindak lanjut kasus yang menimpa
bocah malang tersebut.
.
 
PEMBAHASAN KASUS
Masalah malpraktik akhir-akhir ini sering diberitakan di media social dan menjadi fokus yang menimbulkan
banyak stigma terhadap profesi khususnya tenaga kesehatan. Kasus malpraktek yang kami bahas yaitu
kasus penis yang terpotong yang dialami seorang bocah dari Lampung. Keluarga korban awalnya hanya
ingin membicarakan masalah ini secara kekeluargaan, tetapi Samiran tidak kooperatif dan menghindar
sehinnga keluargapun memutuskan membawa kasus ini ke ranah hukum. Indonesia berdasarkan hukum
tertulis seharusnya memang lebih terbuka mengenai putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum, terlebih lagi masyarakat semakin sadar terhadap masalah pelayanan kesehatan. Mengenai kasus
ini kepolisian menyatakan akan segera mengusut tuntas kasus malpraktik yang menimpa bocah malang
tersebut, tetapi karena keterbatasan dan tidak kooperatifnya Samiran sehingga membuat kepolisian
berkerja lebih lagi untuk memahami kasus dan menganalisannya kedalam undang-undang, karena ia
bukanlah tenaga kesehatan tetapi sudah membawa dampak buruk bagi tenaga kesehatan. Menurut
analisa kami dapat dirumuskan bahwa Samiran walaupun ia bermodalkan pengalaman dan mempunyai
keluarga yang berlatarbelakang kesehatan hal tersebut tak menjadi jaminan ia legal dalam melakukan
praktik kesehatan, maka ia akan dijerat Undang-undang nomor 36 tentang tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan, sebagai berikut:
Pasal 83: setiap orang yang bukan tenaga kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai tenaga
kesehatan yang telah memiliki izin maka dipidana dengan pidana paling lama 5 tahun. Pada pasal 85 dan
86 juga tertera bahwa seseorang yang melaksanakan praktik tanpa STR dan tidak memiliki izin didenda
masing-masing Rp.100.000.000.
.
 

Anda mungkin juga menyukai