Anda di halaman 1dari 3

Kepala Bayi Putus; Diduga Korban

Malpraktik
OPINI | 28 September 2013 | 21:54 Dibaca: 1864 Komentar: 0 0

Sebagai tenaga kesehatan, saya kaget ketika melihat di media elektronik Metro TV beberapa
jam yang lalu sebelum menulis opini ini (28/9/2013 Metro Petang) tentang kejadian di Daerah
tetangga saya yaitu kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Berita tentang seorang ibu yang
melahirkan harus merelakan bayinya meninggal karena kepalanya terputus akibat petugas
kesehatan yang membantu proses persalinan memaksa dengan menarik kepala bayi tersebut
sehingga mengakibatkan kepala bayi tersebut terputus, ironinya sang bayi sudah tak dapat
diselamatkan setelah dirujuk ke RS kabupaten. Dalam berita tersebut disebutkan jika ada indikasi
malpraktik atas kejadian tersebut.

Sejenak saya berfikir, ada apa di Indonesia seakan tidak ada habisnya kasus Malpraktik, kasus
yang sesugguhnya murni disebabkan karena kesalahan petugas kesehatan (manusianya). Begitu
banyak kasus di bangsa ini, mulai dari kesalahan operasi, kesalahan memberikan obat sampai
kesalahan-kesalahan fatal bagi masyarakat yang dapat menyebabkan kecacatan atau hilangnya
nyawa manusia (kematian) seperti dalam berita Metro TV tersebut, walaupun belum terbukti
kebenaran berita tersebut.

Tulisan ini hanya sebagai bahan agar mampu menghindari maraknya Malpraktik di Indonesia,
baik untuk para petugas kesehatan (saya sendiri) maupun masyarakat sebagai pasien secara
umum.

Definisi Malpraktik

Malpraktik sesugguhnya berasal dari bahasa Inggris Malpractice yaitu salah mengobati, cara
mengobati pasien yang salah, atau tindakan yang salah. Kata ini kemudian diadopsi dalam
bahasa Indonesia menjadi Malpraktik dan identik dalam dunia pelayanan kesehatan termasuk
praktik kedokteran, keperawatan maupun kebidanan.

Begitu banyak aturan di Indonesia yang memberi batasan tentang praktik pelayanan kesehatan,
mulai UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, UU No 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, PP 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan sampai dalam bentuk keputusan menteri
kesehatan yang menjabarkan secara tehnis tentang praktik pelayanan kesehatan tersebut.

Secara umum, dari kesemua aturan tersebut telah menjabarkan tentang adanya suatu prosedur
yang harus diikuti dalam melaksanakan praktik. Prosedur itu adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan,
standar profesi, dan standar prosedur operasional, baik bagi dokter, perawat maupun bidan.
Jadi tentang malpraktik, maka sesugguhnya semua kesalahan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan baik dokter, perawat maupun bidan yang tidak sesuai dengan prosedur diatas, maka
dapat kita sebut sebagai Malpraktik.

Penyebab Malpraktik

Banyaknya kejadian malpraktik, baik yang dilakukan oleh dokter, perawat maupun bidan,
sesungguhnya disebabkan oleh berbagai faktor, bukan hanya satu hal saja. Berdasarkan
pengamatan kami, sesugguhnya penyebabnya antara lain :

#Rendahnya tingkat keprofesionalan para profesi di bidang kesehatan

Dalam perspektif ini, para petugas kesehatan berdasarkan profesi masing-masing memiliki
kualitas ilmu pengetahuan yang masih minim. Banyak sesugguhnya yang tidak layak menjadi
dokter, perawat maupun bidan tapi telah memiliki ijazah. Mungkin itu disebabkan oleh kualitas
awal tempat menempuh pendidikannya juga, lihatlah fakta kekinian di Indonesia, begitu
menjamurnya kampus/ universitas untuk profesi kesehatan, baik yang negeri maupun swasta.
Padahal sesugguhnya setiap kampus telah mendapatkan akreditasi dari pemerintah bagi setiap
penyelenggara pendidikan, tapi faktanya terkadang tidak sesuai akreditasi dengan kualitas
pendidikan dan alumninya. Baca Ternyata Ada dokter Yang Kurang Berkualitas

#Kesalahan Prosedur

Bukan itu saja, sebagian besar kasus malpraktik pasti disebabkan oleh kesalahan prosedur, baik
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasional. Jika standar profesi maka penyebabnya karena kualitas sang petugas, tapi jika
meliputi standar pelayanan yang harus diberikan maupun standar prosedur operasional (SPO),
biasanya inilah yang sering terjadi dilapangan, banyak petugas yang tidak mengikuti tahapan
tersebut dengan baik. Dari kesalahan prosedur tersebutlah yang menjadi pemicu malpraktik.

# Kurangnya Pengetahuan Pasien

Pasien terkadang tidak mengerti prosedur pelayanan kesehatan. Inilah juga yang biasanya
menjadi pemicu malpraktik, sebagian pasien tidak tahu tentang prosedur pelayanan kesehatan.
Padahal idealnya, pasien Jangan takut untuk bertanya kepada dokter, perawat dan bidan
mengenai tindakan medis yang dilakukan. Menurut UU Kesehatan, keluarga pasien berhak tahu
apa saja tindakan medis yang dilakukan kepada pasien. Pasien Jangan ragu untuk bertanya
mengenai diagnosa, dasar tindakan medis dan apa manfaat dari tindakan medis yang dilakukan
oleh dokter , perawat maupun bidan.

# Rendahnya Kualitas Pelayanan Kesehatan

Sejak gencarnya program GRATIS-GRATIS di beberapa daerah, baik oleh pemerintah pusat
sampai pemerintah daerah, ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas pelayanan yang
diberikan. Bahkan banyak kejadian pasien miskin harus menerima keterlambatan pelayanan dari
petugas jika diketahui masyarakat miskin (gratis). Entah apa penyebabnya, padahal petugas tetap
mendapat subsidi juga dari pemerintah bagi yang GRATIS. Biasanya hal ini berlaku di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah, bagi fasilitas non pemerintah, mereka cenderung menjaga
kualitas pelayanannya.

Tips Menghindari Malpraktik

Sumber : http://ridwanaz.com/kesehatan/mengenal-pengertian-malpraktek-dan-cara-
menghindarinya/

1. Pilih tempat pengobatan (RS atau Klinik) yang memiliki reputasi cukup baik. Jangan hanya
mempertimbangkan jarak dengan rumah sebagai dasar memilih tempat berobat. Jangan ragu
memilih di tempat yang jauh asalkan reputasinya bagus, meskipun di dekat rumah anda ada
layanan kesehatan tetapi belum jelas reputasinya.

2. Ketika pasien melakukan rawat inap, akan ada dokter yang ditunjuk untuk menangani pasien.
Jangan ragu untuk meminta dokter yang anda percayai kepada pihak manajemen, apalagi jika
anda merasa ragu dengan dokter yang menangani pasien yang anda bawa.

3. Jangan takut untuk bertanya kepada dokter mengenai tindakan medis yang dilakukan. Menurut
UU Kesehatan, keluarga pasien berhak tahu apa saja tindakan medis yang dilakukan dokter
kepada pasien. Jangan ragu untuk bertanya mengenai diagnosa, dasar tindakan medis dan apa
manfaat dari tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tersebut.

4. Jangan takut untuk bertanya kepada dokter obat yang diberikan kepada pasien. Sebagai
keluarga, anda berhak tahu dan dilindungi oleh UU Kesehatan. Hal ini karena tidak jarang ada
oknum dokter hanya mengejar komisi dari perusahaan distributor obat sehingga memberikan
obat yang lebih banyak atau bahkan tidak diperlukan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai