DOKTER DISPENSING
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
UU Kesehatan dan Etika Keprofesian
Dosen Pembimbing:
Choirul Huda, S.Farm.Apt
Disusun oleh :
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SAW telah melimpahkan syafaatnya dan
selalu melimpahkan hidayahnya.
Dengan ini kami membuat makalah yang isinya tidak luput dari
kesalahan dan yang tidak berkenan di hati bapak. Mohon kritik dan
sarannya dan mohon maaf atas segala kesalahan dan harap maklum.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah meridlai saya
dalam menyelesaikan tugas untuk mata kuliah UU Kesehatan dan Etika
Keprofesian, dengan judul Dokter Dispensing.
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i
dalam mempelajari dan memahami mata kuliah UU Kesehatan dan Etika
Keprofesian, yang khususnya mengenai pembahasan tentang Dokter
Dispending dengan baik.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Datar isi
BAB I : Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
4
5
5
BAB II : Pembahasan
1. Pengertian
6
2. Boleh atau tidaknya praktek dokter dispensing
6
3. Dokter Dispensing dipandang dari segi hukum dan kode etik
6
BAB III : Penutup
1. Kesimpulan
7
2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dokter melakukan praktek dispensing merupakan fenomena
yang menarik . Dokter yang merupakan produk dari pendidikan
tinggi sebenarnya mempunyai pengetahuasssssn yang cukup bahwa
dispensing itu tidak diperkenankan dalam batas batas tertentu.
Mengapa mereka tetap menjalankan praktek tersebut tidak terlepas
dari faktor masyarakat , komunitas dimana mereka harus
mengamalkan ilmu yang dipelajarinya. Ujian seorang dokter bukan
hanya di bangku kuliah atau di depan profesor di rumah sakit namun
yang lebih berat adalah bagaimana mereka dengan ilmu dan
kepandaiannya bisa diterima di masyarakat. Indeks prestasi tinggi
tidak menjamin seorang dokter bisa diterima oleh masyarakat. Ujian
yang ada di masyarakat adalah memenuhi apa yang dibutuhkan
masyarakat yaitu pelayanan yang mudah , cepat dan murah.
Prosedur pemeriksaan yang berbelit belit hanya akan membuat
mereka
kesal
dan
akhirnya
meninggalkan
dokter
yang
bersangkutan. Hal ini sudah menjadi fenomena umum dimana mana
baik di kota besar, kota kecil, semi perkotaan apalagi di pedesaan.
50 20 tahun yang lalu dimana jumlah dokter dan apoteker belum
banyak, konflik kepentingan ini belum terasakan. Saat itu untuk
mencari materi bagi dokter / apoteker sangat mudah karena supply
and demand masih besar di demand. Dengan karakter / model
apapun dokter pasti laku, begitu juga dengan apoteker. Dokter
dengan karakter otoriter , galak, masih tetap dicari karena
masyarakat membutuhkan dan pesaingnya tidak banyak.Sehinga
untuk dokter di kota kota mereka bisa praktek tanpa dispensing
karena apapun perintah dokter pasti dituruti walaupun untuk itu
harus mondar mandir ke apotik dan menghabiskan biaya cukup
besar. Namun saat ini dimana jumlah dokter sudah banyak maka
peran dokter tidak bisa seperti dulu lagi. Dokter yang tidak bisa
melayani keinginan masyarakat pasti akan ditinggalkan. Hal ini
diperparah dengan kebijakan pemerintah yang mendegradasikan
fungsi dokter kepada profesi lain dengan legal seperti paramedis
dsb. Akibatnya di masyarakat fungsi dokter dikerjakan oleh banyak
pelaku antara lain mantri, perawat, bidan , fisioterapis , paranormal,
dukun dsb. Akhirnya masyarakat pun terjebak dalam pasar
kesehatan yang sangat liberal. Begitu liberal karena pemerintah
sendiri ikut berperan di dalamnya dengan memberikan propaganda
yang menyesatkan, ditambah lagi dengan ditetapkannya PerPres
Nomor 77 tahun2007 yang mendukung liberalisasi pelayanan
kesehatan oleh pihak asing .Sesuai hukum pasar bebas yang bisa
menjadi pemenang adalah siapa yang mampu berkompetisi. Dokter
4
2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan dokter dispensing?
2) Apakah praktek dokter dispensing boleh dilakukan?
3) Bagaimana dokter dispensing dipandang dari segi hukum dan
kode etik?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari self dispensing dan hubunganya dalam
etika kedokteran yang berlaku di Indonesia.
2) Untuk mengetahui beberapa landasan hukum yang mengatur dibidang
kedokteran serta hubunganya terhadap self dispensing.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Dispensing berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu to dispense,
yang secara harfiah berarti membagikan. Jadi, Dispensing Dokter adalah
salah satu bentuk layanan yang diberikan oleh dokter setelah dilakukan diagnosis
setelah itu dokter memberikan beberapa obat langsung ke pasien. Memberikan obat
injeksi, bukanlah bentuk dispensing. Memberikan obat yang digunakan dalam praktek
dispensing termasuk: obat padat, obat cair, dan obat-obatan semi padat. Obatobatan
padat adalah tablet, pil, dan kapsul.Obat-obatan cair sirup dan obat-obatan semi padat
adalah salep dan krim. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dokter melakukan
dispensing disebabkan ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk diri mereka.
Dalam praktek dispensing tidak hanya dokter yang dapat digugat, tetapi ada banyak
faktor yang mendukung praktik dispensing. Dalam praktek dispensing dapat
menyebabkan malpraktek maka dapat di dengan hukum perdata pasal 1365 dan 1366
KUHPerdata.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dokter dispensing merupakan pemberian obat secara
langsung oleh dokter kepada pasienya. Keadaan seperti ini
sebenarnya menyalahi peraturan perundang-undangan. Akan tetapi
Dokter Dispensing ini diperbolehkan jika pasien tersebut
menghadapi situasi darurat dan hanya untuk dosis awal itupun
dalam melakukan self dispensing obat dokter harus mengeluarkan
resep, karena self dispensing dokter menjadikan satu hak pasien
terampas, yaitu menuntut tanggungjawab apabila terjadi medica
Doktion error. Biasanya dokter yang self dispensing tidak
memberikan resep, sedangkan resep adalah sebuah alat yang bisa
dijadikan bukti tanggungjawab pengobatan.
2. Saran
Dengan melihat kehidupan yang semakin modern ini, maka ada
saran yang bisa dikemukakan, yaitu:
1) Himbauan kepada para dokter yang melakukan self dispensing,
agar lebih memperhatikan ketelitian dalam pemberian obat.
Daftar Pustaka
www.academia.edu/4900768/Pelayanan_Prima_pada_Sektor_Kesehatan_,