Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Coba Anda identifikasi masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terkait dengan
penegakan hukum. Apakah masalah yang muncul disebabkan dari perkembangan IPTEK,
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan tantangan global?
1. Kumpulkanlah data dan informasi media elektronik tentang permasalahan penegakan
hukum
2. Silahkan pilih sumber informasi/data yang relevan untuk membantu memecahkan masalah
penegakan hukum yang Anda pilih
3. Buatlah portofolio tulisan tentang data/informasi yang telah dikumpulkan dalam bentuk
pdf atau word

Nama : Muhammaad Nur Faizin


NIM : 021910113
Kelas :B

JAWABAN:
Latar Belakang:

Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga yang berasal dari Tangerang dan ibu dari
dua anak adalah seorang pasien gondong (mumps) di Rumah Sakit Omni Internasional yang
salah didiagnosis sebagai demam berdarah dengue. Keluhannya tentang perawatannya yang
dimulai sebagai sebuah surel pribadi yang dipublikasikan dan dia dipenjara setelah kalah
dalam gugatan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.

Kasus ini disorot secara berlebihan oleh pihak Kejaksaan Indonesia ketika kasus ini
dihadapkan kepada orang-orang yang berpengaruh dan perusahaan. Karena dekatnya dengan
pemilihan umum yang akan berlangsung pada tahun 2009, berbagai kandidat mengunjungi
Prita Mulyasari di penjara untuk membuat persepsi publik mengenai kasus ini.

Dukungan dari kelompok di MySpace telah menarik dukungan yang cukup besar serta juga
dari situs blog di Indonesia.

Prita didenda 204 juta rupiah, menyebabkan dukungan baginya tumbuh lebih kuat. Sebuah
milis dan kelompok Facebook yang disebut "KOIN UNTUK PRITA" mulai mengumpulkan
uang dari orang-orang di seluruh Indonesia. Orang-orang mulai mengumpulkan koin untuk
membantu Prita membayar denda. Melihat dukungan besar bagi Prita, RS Omni Internasional
mencabut gugatan perdatanya.

Kronologi:
Jakarta - Selama lima tahun, nasib Prita Mulyasari terombang-ambing bak di lautan hukum
tanpa tepi. Setelah lama di tengah samudera hukum, akhirnya Prita berlabuh di pelabuhan
kebebasan. Mahkamah Agung (MA) dalam putusan pamungkasnya menyatakan Prita sama
sekali tidak bersalah mencemarkan nama baik RS Omni Internasional, Tangerang.

Berikut kronologi Prita mencari keadilan seperti dihimpun detikcom, Selasa (18/9/2012):

7 Agusutus 2008
Prita memeriksakan kesehatan di Rumah Sakit Omni Internasional Tengerang, Banten. PM
mengeluhkan panas tinggi dan pusing kepala. Awalnya dia didiagnosa demam berdarah,
sehingga harus diopname dan mendapat perawatan. Namun keadaan kesehatan Prita makin
memburuk.
12 Agustus 2008
Prita pindah ke RS lain di Bintaro dan keluarga Prita meminta hasil resmi kepada RS Omni
tentang hasil laboratorium.
15 Agustus 2008
Prita menulis dan mengirimkan email pribadi kepada teman terdekat terkait keluhan
pelayanan RS Omni internasional. Email ini kemudian beredar luas di dunia maya.
Agustus 2008
RS Omni Internasional keberatan dengan email Prita yang telah beredar luas di dunia maya.
Ada upaya mediasi antara PM dan RS Omni, namun hasilnya buntu.
6 September 2008
RS Omni mempolisikan Prita.
8 September 2008
Pihak Omni Internasional menanggapi email Prita di 2 harian nasional.
24 September 2008
RS Omni menggugat perdata
11 Mei 2009
Prita diputuskan kalah dalam kasus perdata. Konsekuensinya Prita harus membayar ganti rugi
materiil Rp 161 juta dan kerugian immateriil Rp 100 juta.
13 Mei 2009
Prita ditahan di LP Wanita Tangerang, sebagai tahanan kejaksaan.
3 Juni 2009
Tepat pukul 16.20 WIB, Prita dibebaskan dari LP Wanita Tangerang dengan perubahan status
sebagai tahanan kota.
4 Juni 2009
Prita menjalani sidang perdana untuk perkara pidana.
25 Juni 2009
Prita diputus bebas oleh PN Tangerang.
29 September 2010
Majelis kasasi MA yang dipimpin Harifin Tumpa mengabulkan permohonan kasasi gugatan
perdata yang diajukan Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional, sehingga Prita
dibebaskan dari seluruh ganti rugi yang nilainya Rp 204 juta.
30 Juni 2011
Kasasi Jaksa Penuntut Umum (JPU) dikabulkan MA. Prita divonis 6 bulan penjara, tapi
dengan masa percobaan selama 1 tahun. Artinya, Prita tidak perlu dipenjara, asalkan tidak
mengulangi perbuatannya dalam waktu satu tahun.
Putusan ini dibuat oleh ketua majelis hakim Imam Harjadi, Zaharuddin Utama dan Salman
Luthan. Namun Salman Luthan mengajukan beda pendapat (dissenting opinion) dan
menyatakan Prita tidak bersalah sehingga harus bebas.
17 September 2012
MA mengabulkan permohonan peninjauan kembali (PK) Prita. MA menganulir putusan
pidana PN Tangerang dan kasasi MA. Prita bebas!

Pendapat Saya Sebagai Mahasiswa


Kasus ibu Prita Mulyasari merupakan salah kasus pertama yang berhubungan dengan
UU ITE. Di tahun inilah internet mulai dipakai luas oleh masyarakat Indonesia. Menurut
saya, kasus merupakan bentuk gagapnya pemerintah dan masyarakat kala itu terhadap
cepatnya informasi yang tersebar di dunia maya.
Ibu Prita Mulyasari divonis bersalah atas pelanggaran pasal pencemaran nama baik.
Apa yang dimaksud pencemaran nama baik?. Dengan merujuk Pasal 310 ayat (1)
KUHP, pencemaran nama baik diartikan sebagai perbuatan menyerang kehormatan
atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang maksudnya terang supaya
hal itu diketahui umum. Saya rasa yang ibu Prita lakukan bukan merupakan pencemaran
nama baik. Karena apa yang ibu Prita tulisakan merupakan hal yang benar-benar terjadi, tidak
merupakan hinaan atau perkataan yang merendahkan kehormatan seseoang atau instansi.
Justru apa yang dilakukan Ibu Prita adalah bentuk kebebasan berpendapat, dan hal tersebut
dilindungi Undang-Undang. Ibu Prita menyebarkan surat keluhan di internet karna kesal
pihak Rumah Sakit Omni tidak menanggapi keluhan beliau dengan baik. Salah diagnosis
yang di lakukan pihak rumah sakit bukanlah hal yag remeh, nyawa pasien bisa dalam bahaya.
Pihak Kejaksaan disni menurut saya terkesan tunduk akan pengaruh instansi besar. Walau
akhirnya MA mengabulkan permohonan peinjauan kembali karena desakan masa dan
akhirnya Ibu Prita dibebaskan, Ibu Prita sempat di vonis bersalah di gugatan perdata dan
mengharuskan beliau membayar denda 200 juta Rupiah.
Bagaimana Mencegah Hal Tersebut Supaya Tak Terulang Lagi?
Pemerintah dan penegak hokum tidak berhak mengurangi hak warga negara dalam
menyampaikan pendapat. Saya setuju saja jika yang ditangkap merupakan penyebar hoax
yang meresahkan dan memecah belah masyarakat. Tapi jika yang disampaikan adalah
kritikan yang berdasarkan fakta, pemerintah harus melihatnya sebagai kebebasan
berpendapat. Pasal UU ITE tidak boleh digunakan untuk memenjarakan orang sembarangan.
Pihak Rumah Sakit Omni malah terkesan anti kritik. Padahal jika pihak Rumah sakit
menanggapi keluhan Ibu Prita dengan baik dan menanggapi kritikan sebagai bahan evaluasi,
akan menimbulkan kesan pihak rumah sakit bertanggung jawab dan profesional
Saya yakin jika aparat penegak hukum mempunyai jiwa kedilan dan kejujuran serta
masyarakat tahu bedanya antara benar-benar pencemaran nama baik dan buakan, kasus
seperti yang dialami Ibu Prita tak akan terulang lagi.

Referensi:
https://nasional.kompas.com/read/2009/06/03/1112056/inilah.curhat.yang.membawa.prita.ke.
penjara
https://news.detik.com/berita/d-2023887/ini-dia-kronologi-prita-mencari-keadilan
https://nasional.tempo.co/read/430099/prita-mulyasari-dinyatakan-tak-bersalah/full&view=ok
https://nasional.kompas.com/read/2009/06/03/17254074/pakar.komunikasi.kasus.prita.bukan.
salahnya.uu.ite

Anda mungkin juga menyukai