Supriyadi **
Abstract Abstrak
Libel is criminalised under Article 310 Penal Pencemaran nama baik diatur dalam Pasal
Code and Art. 27(3) and 45(1) Act 11/2008. 310 KUHP serta Pasal 27(3) dan 45(1) UU
Supreme Court commonly hands suspended 11/2008. Mahkamah Agung biasanya men-
sentence for offenders found guilty of libel. jatuhkan pidana bersyarat bagi terdakwa
Judges should consider freedom of speech pencemaran nama baik. Hakim harus mem-
and journalism, consumer and patient rights, pertimbangkan kemerdekaan pers dan ber-
and rights to gain information before render- pendapat, hak konsumen dan pasien, serta
ing guilty verdicts. hak untuk mendapatkan informasi sebelum
menjatuhkan putusan pemidanaan.
Kata kunci : pencemaran nama baik, hak asasi manusia, putusan hakim
baik di dunia maya. Kedua, Pasal 45 ayat Tangerang dan memerintahkan Pengadilan
(1) UU ITE yang mengancam pencemaran Negeri Tangerang agar menyidangkan
nama baik tersebut dengan pidana penjara kembali kasus Prita Mulyasari, meskipun
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana akhirnya Prita Mulyasari diputus bebas oleh
denda paling banyak Rp1 miliar. Kedua pasal Pengadilan Negeri Tangerang.
itulah yang kemudian digunakan sebagai Kasus Prita Mulyasari ternyata telah
dasar bagi Kejaksaan untuk melakukan menimbulkan polemik dan kontroversi di
penahanan terhadap Prita Mulyasari. Selain tengah masyarakat. Bahkan tiga pasang
itu, Kejaksaan juga mengenakan Prita calon presiden yang berkompetisi dalam
Mulyasari dengan Pasal 310 KUHP dan Pemilihan Presiden 8 Juli 2009 yang lalu
Pasal 311 KUHP.2 juga memberikan perhatian serius kepada
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Prita Mulyasari. Sedangkan Komisi Nasional
Tangerang dalam putusan selanya menilai Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai
kasus pencemaran nama baik RS Omni bahwa dalam proses hukum Prita Mulyasari
Tangerang dengan terdakwa Prita Mulyasari terdapat adanya indikasi pelanggaran HAM,
tak bisa dilanjutkan, sehingga secara hukum yaitu hak kebebasan menyampaikan
Prita Mulyasari bebas. Dalam putusan pendapat yang diadili oleh pengadilan.4
selanya, majelis hakim menyebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga
penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU ITE adalah memberikan reaksi terhadap kasus ini. Hal
tidak tepat. Majelis hakim juga menilai tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua
bahwa Prita Mulyasari tidak memiliki Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin, yang
maksud dengan sengaja untuk menyebarkan mengkritik tindakan berlebihan RS Omni
surat elektronik kepada khalayak luas. Internasional dan mempertanyakan
Dengan demikian, tidak ada perbuatan Kejaksaan yang memasukkan UU ITE.
melawan hukum yang dilakukan oleh Prita Aparat penegak hukum hendaknya melihat
Mulyasari.3 persamaan hukum dan mengedepankan
Dalam perkembangan berikutnya, keadilan masyarakat. Oleh karena itu,
Kejaksaan Negeri Tangerang mengajukan kejaksaan bisa mengajukan tuntutan bebas
permohonan perlawanan (verzet) terhadap kepada Prita Mulyasari.5
putusanselaPengadilanNegeriTangerangdan Hal senada dikemukakan Gatot S
dikabulkan oleh Pengadilan Tinggi Banten. Dewo Broto, Kepala Pusat Informasi dan
Dalam putusannya yang dikeluarkan tanggal Hubungan Masyarakat Departemen
27 Juli 2009 itu, Pengadilan Tinggi Banten Komunikasi dan Informasi (Depkominfo)
membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri bahwa Prita Mulyasari yang mengungkapkan
2
ibid.
3
”Prita Mulyasari Bebas”, dalam www.liputan6.com, diakses tanggal 27 Juni 2009.
4
”Kasus Prita, Melanggar HAM”, loc.cit.
5
“Jaksa Bisa Tuntut Bebas Prita”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 5 Juni 2009, hlm. 28.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 159
keluhan terhadap layanan publik melalui e- yang ditujukan kepada seluruh Ketua
mail merupakan hak dari konsumen yang Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan
termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Negeri di Indonesia ini menginstruksikan
Tahun 1999 tentang Perlindungan agar para hakim dalam menangani perkara
Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf d. Pasal yang berhubungan dengan pers meminta
tersebut berbunyi bahwa “hak konsumen keterangan saksi ahli dari Dewan Pers. Hal
adalah hak untuk didengar pendapat dan tersebut disebabkan karena mereka yang
keluhannya atas barang dan/atau jasa yang paling mengetahui seluk beluk pers secara
digunakan. Oleh karena itu, unsur tanpa hak teori maupun praktik.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat Berdasarkan uraian di atas dapat
(3) UU ITE menjadi tidak terpenuhi, dikemukakan bahwa kasus Prita Mulyasari
sehingga pasal tersebut tidak bisa diterapkan dan kasus sejenis lainnya yang terkait
untuk kasus Prita Mulyasari.6 dengan kebebasan menyatakan pendapat
Mahkamah Agung (MA) tampaknya harus disikapi secara hati-hati, karena ada
juga responsif terhadap kasus Prita perbenturan kepentingan yang tidak bisa
Mulyasari. Dalam kasus ini, Wakil Ketua diselesaikan melalui pendekatan hukum an
MA Bidang Yudisial, Abdul Kadir Mappong sich. Undang-Undang Dasar 1945 bahkan
mengeluarkan pernyataan yang sifatnya secara tegas juga menjamin kebebasan setiap
imbauan kepada para hakim agar berhati- orang untuk mengeluarkan pendapat maupun
hati dalam menerapkan pasal pencemaran kritikan. Seseorang yang menyampaikan
nama baik, di antaranya Pasal 310 KUHP, pendapat atau kritikan melalui surat
Pasal 311 KUHP dan Pasal 27 UU ITE. Hal pembaca tidak dapat serta merta diajukan ke
tersebut disebabkan karena pasal tersebut pengadilan atas tuduhan pencemaran nama
merupakan “pasal karet” yang dapat baik, karena hal tersebut berkaitan dengan
ditafsirkan secara sempit maupun luas dan pers. Oleh karena itu, para hakim yang
tergantung kepentingan. Oleh karena itu, menangani kasus pencemaran nama baik
pasal tersebut tidak boleh diterapkan secara perlu memperhatikan semua peraturan
gegabah, termasuk dalam kasus Prita perundang-undangan yang berkaitan dengan
Mulyasari.7 HAM, seperti hak kebebasan menyatakan
Dalam kaitannya dengan kasus pence- pendapat, hak konsumen dan hak atas
maran nama baik, Mahkamah Agung telah informasi.
mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah
B. Rumusan Permasalahan
Agung (SEMA) Nomor 13 Tahun 2008
Bertolak dari latar belakang pemikiran
tertanggal 30 Desember 2008 tentang
di atas, maka terdapat dua permasalahan yang
Meminta Keterangan Saksi Ahli. SEMA
6
“Depkominfo : Prita Tidak Menghina”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 8 Juni 2009, hlm. 1 dan 28.
7
”Pasal Karet Pencemaran Nama Baik”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 9 Juni 2009, hlm. 12.
160 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200
perlu mendapatkan kajian dan penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan
berkaitan dengan penerapan hukum pidana bahan hukum sekunder.10
dalam perkara pencemaran nama baik. Bahan hukum primer sebagai bahan
Kedua permasalahan tersebut dirumuskan hukum yang memiliki kekuatan mengikat
sebagai berikut : dalam penelitian ini, meliputi :
1. Bagaimanakah kecenderungan putusan 1. Undang-Undang Dasar Negara Repu-
yang dijatuhkan oleh hakim dalam blik Indonesia Tahun 1945.
perkara pencemaran nama baik? 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
2. Bagaimanakah keterkaitan Hak Asasi tentang Peraturan Hukum Pidana atau
Manusia pelaku dengan perkara dikenal dengan Kitab Undang-Undang
pencemaran nama baik? Hukum Pidana (KUHP).
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
C. Metode Penelitian tentang Hukum Acara Pidana atau
Jenis penelitian hukum dapat dilihat disebut dengan Kitab Undang-Undang
dari sumber data maupun tujuannya. Dilihat Hukum Acara Pidana (KUHAP).
dari sumber datanya, penelitian ini 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dikategorikan sebagai penelitian hukum tentang Perlindungan Konsumen.
normatif karena hanya menggunakan data 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
sekunder.8 Dilihat dari tujuannya, penelitian tentang Hak Asasi Manusia
hukum ini merupakan penelitian hukum 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan tentang Pers.
untuk menggambarkan keberadaan suatu 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
kebenaran hukum yang sebenarnya, khu- tentang Praktik Kedokteran.
susnya menyangkut penerapan hukum 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
pidana dalam perkara pencemaran nama tentang Informasi dan Transaksi
baik.9 Elektronik.
Mengingat penelitian ini merupakan 9. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
penelitian hukum normatif, maka data yang 13 Tahun 2008 tentang Meminta
digunakan dalam penelitian ini hanya Keterangan Saksi Ahli.
meliputi data sekunder. Data sekunder 10. Putusan Mahkamah Agung (MA) dalam
adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan perkara pencemaran nama baik.
kepustakaan. Data sekunder dalam penelitian
8
Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,
hlm. 52.
9
Lihat F. Sugeng Istanto, 2007, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta, hlm. 48. Bandingkan pula dengan
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 9-10.
10
Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm.13.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 161
11
Moeljatno, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 114.
162 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200
12
ibid.
13
R. Sugandhi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 331.
14
R. Soesilo, 1993, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya Lengkap Pa-
sal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hlm. 225.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 163
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda 103 KUHP yang intinya menyatakan bahwa
paling banyak Rp1 miliar. ketentuan-ketentuan dalam Bab I-VIII Buku
Dalam UU ITE dijelaskan bahwa yang I KUHP berlaku bagi perbuatan pidana yang
dimaksud informasi elektronik adalah satu diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau sekumpulan data elektronik, termasuk pidana di luar KUHP, kecuali ditentukan lain
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, dalam peraturan perundang-undangan
gambar, peta, rancangan, foto, electronic pidana yang bersangkutan.16
data interchange (EDI), surat elektronik Untuk mengetahui kecenderungan
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy putusan yang dijatuhkan oleh hakim dalam
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode perkara pencemaran nama baik dapat
akses, simbol atau perforasi yang telah diolah ditelusuri melalui putusan pengadilan. Dalam
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh perkara pidana pada umumnya dan perkara
orang yang mampu memahaminya. pencemaran nama baik pada khususnya
Sedangkan dokumen elektronik me- kecenderungan putusan pengadilan dapat
rupakan setiap informasi elektronik yang berbentuk putusan bebas (vrijspraak),
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum
disimpan dalam bentuk analog, digital, (onslag van recht vervolging) dan putusan
elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, pemidanaan.17
yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau Putusan bebas dijatuhkan oleh hakim
didengar melalui komputer atau sistem apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pe-
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada ngadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto yang didakwakan kepadanya tidak terbukti
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode secara sah dan meyakinkan. Sedangkan pu-
akses, simbol atau perforasi yang memiliki tusan lepas dari segala tuntutan hukum di-
makna atau arti atau dapat dipahami oleh jatuhkan apabila pengadilan berpendapat
orang yang mampu memahaminya.15 bahwa perbuatan yang didakwakan kepada
Namun demikian, UU ITE tidak men- terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
jelaskan lebih lanjut mengenai pengertian merupakan suatu tindak pidana. Selanjutnya
pencemaran nama baik. Oleh karena itu, putusan pemidanaan dijatuhkan apabila ha-
pengertian pencemaran nama baik mengacu kim berpendapat bahwa terdakwa bersalah
kepada pengertian pencemaran nama baik melakukan tindak pidana yang didakwakan
sebagaimana diatur dan dirumuskan dalam kepadanya.18
Pasal 310 KUHP dan Pasal 311 KUHP. Hal Salah satu putusan pengadilan yang
dapat digunakan untuk mengetahui kecen-
ini sesuai dengan konsekuensi rumusan Pasal
15
Pasal 1 Angka 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
16
Moeljatno, op.cit., hlm. 40.
17
M. Yahya Harahap, 2000, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Penga-
dilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 326-333.
18
Lihat Pasal 191 dan Pasal 193 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
164 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200
derungan putusan yang dijatuhkan oleh persyaratan bahwa dalam tenggang waktu
hakim dalam perkara pencemaran nama baik tertentu (disebut masa percobaan) tidak
adalah putusan kasasi Mahkamah Agung boleh melakukan perbuatan pidana lagi.
(MA). Dalam penelitian ini dipaparkan 3 Lamanya masa percobaan tersebut adalah
(tiga) putusan kasasi yang dijatuhkan oleh paling lama tiga tahun untuk kejahatan dan
MA menyangkut perkara pencemaran nama pelanggaran tertentu serta paling lama dua
baik. Ketiga putusan tersebut meliputi tahun untuk pelanggaran lainnya.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1436 K/
Pid/2005, Putusan Mahkamah Agung Nomor 2. Keterkaitan Hak Asasi Manusia
1413 K/Pid/2006 dan Putusan Mahkamah Pelaku dengan Pencemaran Nama
Agung Nomor 2584 K/Pid/2007. Baik
Ketiga putusan MA di atas menyangkut Seseorang yang menyampaikan pen-
perkara pencemaran nama baik secara dapat atau kritikan secara lisan atau tertu- lis
tertulis yang dilakukan melalui media cetak, tidak dapat begitu saja dijerat dengan
yaitu Koran Radar (Sulawesi Tengah), Koran pencemaran nama baik dan dijatuhi pidana
Harian Pedoman Rakyat (Makasar) dan karena perbuatannya. Hal tersebut disebab-
Koran Harian Ambon Ekspres (Ambon). kan karena penyampaian pendapat atau kri-
Berdasarkan putusan MA tersebut dapat tikan tersebut bisa saja merupakan bagian
diketahui bahwa kecenderungan putusan dari hak asasi manusia (HAM) yang dijamin
hakim dalam perkara pencemaran nama baik dan dilindungi oleh peraturan perundang-
secara tertulis adalah terdakwa dinyatakan undangan. Misalnya saja dalam Pasal 310
terbukti secara sah bersalah melakukan ayat (3) KUHP yang menegaskan bahwa “ti-
pencemaran nama baik dalam Pasal 310 ayat dak merupakan pencemaran atau pencemar-
(2) KUHP dan dijatuhi dengan pidana an tertulis, jika perbuatan terang dilakukan
penjara. Namun demikian, ternyata pidana demi kepentingan umum atau karena terpak-
penjara yang dijatuhkan oleh MA berbentuk sa untuk bela diri”. Dengan demikian, per-
pidana bersyarat (suspended sentence). buatan pencemaran nama baik secara lisan
Dalam konteks pidana bersyarat, maka maupun tidak tertulis tidak dapat dipidana,
terpidana tidak perlu menjalani pidana yang apabila perbuatan tersebut dilakukan demi
dijatuhkan oleh hakim, tetapi terpidana harus membela “kepentingan umum” atau terpak-
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sa untuk “membela diri”.
oleh hakim yang bersangkutan. Ketentuan Dalam KUHP tidak dijelaskan me-
pidana bersyarat ini diatur dalam Pasal 14 ngenai pengertian dan kriteria “membela
KUHP. Dalam pasal tersebut dinyatakan kepentingan umum” dan “membela diri”.
bahwa pidana bersyarat dapat dijatuhkan Meskipun demikian, perbuatan membela
oleh hakim apabila hakim menjatuhkan kepentingan umum tersebut dapat berupa
pidana penjara paling lama satu tahun atau menunjukkan kekeliruan-kekeliruan atau
pidana kurungan, tidak termasuk kurungan kelalaian-kelalaian yang nyata-nyata meru-
pengganti. Selain itu terpidana harus menaati gikan atau membahayakan pada umum
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 165
19
R. Soesilo, op.cit., hlm. 227. Lihat pula R. Sugandhi, op.cit., hlm. 333.
166 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200
20
Lihat Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 167
DAFTAR PUSTAKA