Anda di halaman 1dari 2

Nama:

Kelas :
No abs:

CONTOH KASUS HUKUM PERDATA

Kasus Prita Mulyasari


Prita Mulyasari, ibu dua anak, mendekam di Lembaga Pemasyarakatan
Wanita Tangerang, Banten. Prita dijebloskan ke penjara karena alasan
pencemaran nama baik. Tali yang dipakai untuk menjerat Prita adalah Pasal
27 ayat 3 UU ITE. Isinya Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Prita terancam
hukuman penjara maksimal enam tahun dan atau denda maksimal Rp 1
miliar.
Kasus ini bermula dari email Prita yang mengeluhkan layanan unit gawat
darurat Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Email ke sebuah milis itu
ternyata beredar ke milis dan forum lain. Manajemen PT Sarana Mediatama
Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons dengan mengirim
jawaban atas keluhan Prita ke beberapa milis. Mereka juga memasang iklan
di koran. Tak cukup hanya merespon email, PT Sarana juga menggugat Prita,
secara perdata maupun pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Itu merupakan salah satu contoh dari hukum perdata. Suatu komentar atas
pengeluhan yang dilakukan oleh seorang pasien terhadap suatu pelayanan
dari sebuah Rumah Sakit berbuntut panjang. Masalah individu ini merebak ke
public, setelah pasien menulis tentang keluhanya itu diblog. Pasal yang
dijerat merupakan pasal mengenai UU ITE, yang menguat tidak bolehnya
melakukan penghinaan di suatu media elektronik.

CONTOH KASUS HUKUM PERDANA

pencurian yang dilakukan terhadap Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten


Gresik pada Desember 2010 lalu dengan mengambil uang tunai Rp. 6,7 juta
setelah berhasil membekukan polisi pamong praja yang bertugas dengan
cara mengancamnya dengan clurit dan melakban mata dan mulut serta
mengikat tangannya dengan tali rafia. Pelaku dikenakan KUHP pasal 362
mengenai pencurian dan juga pasal 365 KUHP ayat 1 dan2 karena
melakukan ancaman kekerasan terhadap penjaga malam.
Contoh kasus yang lainnya adalah pelanggaran hukum pidana pajak dan
dugaan penyelewengan pajak. Direktorat Jendral Pajak menegaskan adanya
dugaan tindak pidana pada perusahaan tambang milik group Bakrie yang
juga melibatkan 6 perusahaan tambang. Tiga perusahaan tambang milik
group Bakrie PT. Kaltim Prima Coal, PT. Bumi Resouerces Tbk, dan PT
Aruitmin Indonesia diduga melakukan pidana pajak kurang lebih Rp 2,1
triliun pada pajak tahun 2007. Ketiga perusahaan tersebut diduga melanggar
pasal 39 UU ketentuan perpajakan atau tidak melaporkan surat
pemberitahuan tahunan secara benar. Dua dari tiga perusahaan juga
tersangkut kasus tunggakan royalti batu bara karena menahan pembayaran
dana hasil produksi yaitu PT Arutmin dan PT Kaltim Prima.

Salah satu kasus pelanggaran hukum pidana yang rasanya tidak ada
habisnya di Indonesia adalah kasus korupsi. Salah satu kasusnya adalah
kasus korupsi yang dilakukan oleh gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah awal
tahun 2014 lalu. Gubernur Banten itu dituntut atas 3 kasus korupsi yaitu
korupsi pemilihan kepala daerah Lebak, Banten, pengadaan alat kesehatan
di Banten dan gratifikasi. Ratu Atut bersama adiknya diduga memberikan
suap sebesar Rp. 1 miliar kepada Akil Mochtar yang saat itu menjadi ketua
MK yang merupakan pelanggaran terhadap UU No 20 tahun 2001. Hal ini
sama kasusnya dengan korupsi pengadaan sarana alat kesehatan Banten
2011-2013 yang diduga bertanggung jawab atas penggunaan dana
anggaran. Dan kasus grativikasi atau pemerasan dikenai pasal 12 huruf a
atau pasal 12 huruf b.

Contoh lain pelanggaran pidana adalah pembunuhan. Salah satu kasus


pembunuhan yang menarik perhatian publik adalah kasus pembunuhan Ade
Sara pada Maret 2014 lain. Pembunuhan terjadi di mobil pelaku Hafiz dan
Assifa dimana korban disetrum sehingga pingsan dan mulut korban disumbat
agar sulit bernafas dan akhirnya meninggal dunia. Kedua pelaku dikenai
tindak pidana pasal 340 yang didalamnya terdapat beberapa unsur yaitu
merampas nyawa, sengaja, menghilangkan nyawa lebih dulu dan tindakan
terencana dan bisa juga dijerat pasal 351 ayat 3.

Anda mungkin juga menyukai