( Kasus UU Informasi dan Transaksi Elektronik 11/2008 dan Kode Etik Jurnalistik )
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah Hukum dan Kebijakan Komunikasi ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari bapak
MOCHAMMAD ROCHIM, S.SOS., M.SI.. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi nilai tugas ujian akhir semester 3 Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah mengalami perkembangan dari
masa ke masa. Perkembangan teknologi dan komunikasi memberi kemudahan bagi
manusia untuk melakukan aktivitas guna memenuhi kebutuhan dan melakukan interaksi
atau komunikasi dengan individu lainnya dimanapun mereka berada, teknologi informasi
dan komunikasi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan teknologi
dan komunikasi yang berupa teknologi telekomunikasi memberikan kemudahan bagi
manusia untuk memenuhi kebutuhan dan berinteraksi dengan individu lain dimanapun
mereka berada tanpa harus meninggalkan tempat atau komunitas dan dapat dilakukan
dimana dan kapan saja.
Pemerintah membuat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (ITE). Undang-Undang ITE bertujuan untuk
menjamin kepastian hukum di bidang informasi dan transaksi elektronik, mengingat
perkembangan teknologi informasi telah mengakibatkan perubahan-perubahan di bidang
ekonomi dan sosial8 , sehingga menyebabkan adanya perkembangan tindak pidana
melalui media elektronik.
Kode Etik Jurnalistik adalah “mahkota” dan “nurani” dalam hati setiap wartawan.
Pemahaman dan penataan terhadap Kode Etik Jurnalistik tidak dapat ditawar-tawar.
Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik oleh wartawan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
proses kerja wartawan dalam menyajikan berita. Seharusnya Kode Etik Jurnalistik sudah
otomatis melekat dalam jiwa seorang wartawan. Dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat
Saya mengangkat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 11
tahun 2008 dan etika jurnalistik karena berdasarkan data yang saya dapat masih banyak
orang-orang yang tidak tahu bagaimana cara bermedia sosial yang baik dan benar. Juga
karena masih banyaknya wartawan yang masih melanggar kode etik jurnalistik. Saya
menggunakan pendekatan eksplisit karena cara mencari pengetahuannya dari berbagai
sumber seperti artikel di internet,jurnal,dll.
BAB II
PERMASALAHAN
1. Kasus Hoax
Seorang pelajar SMK di Medan yang diduga menghina Presiden Jokowi. Akun
Facebook yang menggunakan alamat email kebal.hukum@gmail.com itu juga
menghina institusi Polri yang dipimpin Jendral Tito Karnavian. Ternyata, MFB
menggunakan foto orang lain di sebuah akun Facebook untuk menghina Presiden RI
Joko Widodo. Pelaku melakukan ini untuk menghindari pelacakan petugas. Dalam
laman Facebook yang menggunakan nama Ringgo Abdillah itu, MFB menggunggah
foto-foto yang berisi hinaan terhadap Jokowi dan institusi Polri. Setelah diperiksa
lebih lanjut, ternyata MFB membobol WiFi milik MR. Hal itu diakui pelaku saat
menjalani pemeriksaan.
Kasus di atas Melanggar Pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik