Anda di halaman 1dari 2

EFRIDA FIRDA YANI

3118066

DIII ANALIS KESEHATAN A

TUGAS ETIKA DAN PROFESI HUKUM KESEHATAN

(MERANGKUM DARI VIDEO)

VIDEO 1

SEI FILSAFAT HUKUM #1. MENGAPA PERLU BELAJAR FILSAFAT HUKUM?

By: Dr. Shidarta S

Di salah satu Taman di kota Warsawa, Polandia terdapat banyak sekali figure-figure yang
dimunculkan yang mengikatkan kita pada sejarah filsafat di Yunani. Mereka adalah tokoh-
tokoh yang kita anggap sebagai legenda karena membawa nilai-nilai baru dalam peradaban.
Kita tahu bahwa Yunani adalah salah satu pilar dari kebudayaan di Eropa. Nah
pertanyaannya, mengapa Yunani bisa kita anggap sebagai pilar penting dalam peradaban
Barat?

Terdapat satu nilai penting dalam filsafat,karena kita tahu bahwa Yunani adalah tempat
lahirnya filsafat itu sendiri. Filsafat dimulai dari peralihan mitos ke logos. Logos
menyimbolkan suatu kemenangan dalam kemandirian berpikir manusia. Artinya
rasionalitas menjadi kata kunci bagi filsafat. Nah, pendidikan hokum adalah pendidikan
yang rasional, tetapi dimensi rasionalitas didalam hukum bukan rasionalitas yang sekedar
dogmatic. Orang bayak salah berpandangan bahwa hukum itu bersifat dogmatic. Secara
tekstual hukum memang bersifat dogmatic, karena dilahirkan dari teks-teks yang sifatnya
otoritatif. Otoritatif artinya diturunkan dari penguasa kepada masyarakat yang dikuasai.
Tetapi dibalik dogmatica hukum ada nilai-nilai yang dianggap sebagai pesan-pesan
moral.Pesan-pesan moral didalam hokum itu adalah nilai-nilai tentang keadilan, nilai-nilai
tentang kemanfaatan yang kemudian dikemas menjadi nilai kepastian didalam hukum.
Nilai-nilai ini muncul dari suatu pendidikan penting yang mendasari dalam cara berpikir
seorang ahli hukum.

Itulah filsafat hukum, sehingga belajar hukum tanpa mengalami dimensi filosofis dari
hukum akan membuat kita terjebak untuk belajar hukum sekedar rasionalitas yang sempit.
Nah, rasionalitas yang sempit itu adalah belajar hukum semata-mata untuk hukum itu
sendiri, bukan hukum untuk peradaban, bukan hukum untuk kebaikan manusia, bukan
hukum untuk mencari nilai-nilai yang lebih hakiki yang membawa manusia kedalam
peradaban yang lebih baik, kepada dimensi hokum yang mencerahkan.
VIDEO 2

SERI PAPARAN FILSAFAT HUKUM #2: KARAKTERISTIK FILSAFAT HUKUM

By: Dr. Shidarta S

Pada video ini akan membahas tentang kedekatan antara misi filsafat hukum dengan ciri-
ciri dari filsafat hukum itu sendiri. Kita tahu bahwa filsafat hukum adalah cabang dari
filsafat. Nah, misi dari filsafat adalah mencintai kebijaksanaan sehingga kita berharap orang
yang belajar filsafat hukum juga mempunyai potensi untuk memahami tentang
kebijaksanaan didalam hukum. Peratanyaannya, bagaiman cara kita mengetahui apa dan
bagaimana cara filsafat hukum untuk mencapai misi tersebut?

Pertama kita harus kenali ada karakteristik yang melekat pada filsafat yang kemudian bisa
membawa misi ini kedalam pembelajaran didalam area hokum.

1. Filsafat memiliki karakteristik yang bersifat menyeluruh . kita tahu apabila kita
memahami sesuatu secara menyeluruh maka kita punya banyak perspektif dalam
mempelajari suatu area kajian. Kalua kita mempelajari hokum dengan pendekatan
yang multiperspektif (menyeluruh) itu kita berharap orang dapat menemukan
tentang apa hakikat hukum tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Dengan
demikian orang lebih bijaksana.
2. Karakteristik filsafat yang juga melekat pada filsafat hokum adalah pada dimensi
reflektif kritis. Artinya,orang mempelajari sesuatu, termasuk mempelajari hukum
dengan cara merefleksikan hukum itu, merenungi berkontemplasi tentang
pembelajaran hukum. Apabila orang sampai pada perenungan itu,dia hanya akan
memahami hokum tidak hanya secara deskriftif, tetapi juga memahami hokum
dengan cara merenungkannya sampai kedimensi nilai. Jadi bukan hanya sekedar
tentang apa dan bagaimana hukum, tetapi seharusnya seperti apa hukum itu
berfungsi didalam masyarakat. Sehingga tujuan atau nilai-nilai keadilan,
kemanfaatan, kepastian itu menjadi suatu topik penting dalam perjalanan
pembelajaran filsafat hukum. Selain itu kita tahu bahwa filsafat hukum itu juga
membahas masalah-masalah yang bersifat parenial/abadi dari waktu ke waktu,
topik-topik yang sama sebetulnya dipertanyakan. Misalnya, apakah hokum
itu,apakah keadilan itu, mengapa orang menaaati hokum, adakah hokum yang
bersifat kodrat. Itu adalah pertanyaa-pertanyaan parenial/abadi yang akan selalu
ditanyakan orang dari waktu ke waktu. Sehingga apa yang dulu dipertanyakan
orang kemudian sekarang dipertanyakan orang dan kita berharap dimasa
mendatang akan dipertanyakan orang lagi. Jawaban-jawaban tersebut seperti sebuah
spiral yang berjalan. Sehingga dari waktu-kewaktu orang bisa memahami apa yang
dulu dijawab oleh orang lain dan sekarang apa tantanga terbaru yang bisa
ditambahkan terhadap jawaban yang sudah ada. Dengan demikian, mempelajari
filsafat hokum bukan berarti mengulangi suatu isu yang sama, tetapi memahami
suatu isu secara lebih progresif. Dari waktu kewaktuk topik yang sama tersebut
diperdalam dan diperdalam lagi, sehingga kita berharap tantangan dari mempelajari
filsafat hokum tersebut adalah tantangan yang menarik.

Anda mungkin juga menyukai