Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SALMONELLA TYPHI DAN

SHIGELLA DYSENTRIAE
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi II yang
diampu oleh Rahma Ziska, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas : Analis Kesehatan (A)
1. Efrida Firda Yani (3118066) 6. Satria Agis S (3118078)
2. Wulan Herdiawati (3118067) 7. Enggi Sparingga (3118081)
3. Anggis Mareta V (3118026) 8. Ribka Wedingi (3118036)
4. Ahmad Sodikin (3118074) 9. Tsaniya Ziyan F (3118078)
5. Aulia Ardiyanti (3118027) 10. Tiya Syahra A (3118031)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul BAKTERI SHIGELLA DAN
SALMONELLA ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bakteriologi II.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman teman mahasiswa yag juga sudah memberi kontribusi
yang baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempernaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi penulis
umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bandung, 20 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I …………………………………………………………………………………1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan…………………………………………………………………………2
BAB II.
………………………………………………………………………………...3
PEMBAHASAN………………………………………………………………………3
A. Pengertian……………………………………………………………………..3
B. Morfologi……………………………………………………………………...3
C. Uji Biokimia…………………………………………………………………..5
D. Pathogenesis………………………………………………………..................9
E. Penyakit dan
Gejala…………………………………………………………..11
F. Isolasi dan Identifikasi……………………………………………………….12
BAB III………………………………………………………………………………17
PENUTUP…………………………………………………………………………...17
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..17
B. Saran…………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shigella sp merupakan bakteri berbentuk batang dengan pengecatan
Gram bersifat Gram negatif, tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif aerob,
tumbuh pada pH 6,4 – 7,8 dengan suhu 37ºC. Hal tersebut berarti bakteri
Shigella sp tidak dapat berkembang biak dengan baik pada pH yang rendah.
Sebagian besar masyarakat mengkomsumsi yougartt (susu fermentasi)
mempunyai rasa asam, digunakan sebagai minuman yang dapat menstabilkan
pencernaan dan pencegahan diare. Disentrik adalah penyakit gangguan
pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella sp. Shigella sp merupakan
bakteri patogen diseluruh pencernaan.keberadaan Shigella sp disaluran
pencernaan dapat mengganggu sistem pencernaan manusia karena Shigella sp
menyebabkan radang pada usus besar sehingga faeses yang dikeluarkan
berdarah dan berlendir. Derajat keasaman (pH) sangat mempengaruhi jasad
renik keasaman harus diatur dengan baik sesuai dengan kebutuhan
mikroorganisme (Drs. K.H Timotius 1982). Mikroorganisme yang terdapat
pada makanan/minuman dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih
rendah dan dalam waktu yang lebih singkat dibanding dengan
mikroorganisme yang sama didalam lingkungan basa. Karena pH yang rendah
aktivitas enzim bakteri terhambat dan bakteri akan mati, pada pH netral (7)
bakteri akan berkembang biak dengan baik.
Kata „tipus‟, „tifus‟, atau „tipes‟ sering disebutkan ketika seseorang
mengalami rawat inap akibat rasa nyeri di perut disertai demam tinggi.
Sebenarnya, itu adalah perkataan yang salah, karena tifus sesungguhnya
disebabkan oleh bakteri Riketsia, sedangkan yang sangat banyak menyerang
masyarakat adalah penyakit tifoid (akhiran -oid berarti „mirip‟). Tifoid
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, dengan gejala umum berupa
demam tinggi dan nyeri perut

1
Tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi, yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan saluran cerna. Feses dan
urine dari pembawa kuman (carrier) Salmonella typhi dapat mencemari
makanan dan minuman akibat kurangnya disiplin untuk mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar dan kecil, sehingga tangan yang
mengandung bakteri Salmonella typhi mencemari makanan, minuman, dan
alat makan. Lalat pun ikut membantu penyebaran bakteri Salmonella typhi
dari tinja yang mengandung Salmonella typhi ke makanan yang dihinggapi
lalat. Urine dan feses pun dapat mencemari air tanah yang digunakan untuk
sumber air minum atau memasak. Inilah pentingnya untuk memasak atau
mengolah air dengan baik sebelum digunakan untuk air minum atau memasak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bakteri salmonella typhi dan shigella?
2. Bagaimana morfologi bakteri salmonella typhi dan shigella?
3. Apa saja uji biokimia bakteri salmonella typhi dan shigella?
4. Bagaimana pathogenesis bakteri salmonella typhi dan shigella?
5. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dan
shigella?
6. Apa saja isolasi dan identifikasi bakteri salmonella typhi dan shigella?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari bakteri salmonella typhi dan shigella
2. Untuk mengetahui morfologi bakteri salmonella typhi dan shigella
3. Untuk mengetahui uji biokimia bakteri salmonella typhi dan shigella
4. Untuk mengetahui pathogenesis bakteri salmonella typhi dan shigella
5. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi dan shigella
6. Untuk mengetahui isolasi dan identifikasi bakteri salmonella typhi dan
shigella

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Shigella adalah genus gamma proteobacteria dalam keluarga
Enterobacteriaceae. Shigella adalah bakteri Gram-negatif, nonmotile, dan
merupakan kuman patogen usus yang dikenal sebagai agen penyebab penyakit
disentri basiler.Bakteri ini menginfeksi saluran pencernaan dan menyebabkan
berbagai gejala, dari diare, kram, muntah, dan mual, sampai komplikasi yang
lebih serius dan penyakit.
Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri Salmonella yang
berbentuk basil, Gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel
pertrich, mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada
perbenihan yang mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh
manusia akan dapat menyebabkan penyakit infeksi Salmonella typhi dan
mengarah kepengembangan tifus atau demam enteric.

B. Morfologi
1. Shigella

Klasifikasi bakteri Shihella sp (Kanneth Todar, 2012):

Kingdom : Bakteria

Filim : Proeobacteria

3
Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobactericeae

Genus : Shigella

Spesies : Shigella dysentriae, shigella flexneri, shigella boydii, shigella


sonnei

Shigella adalah kuman batang gram negatif ramping; bentuk kokobasil dan
ditemukan pada biakan muda. Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi paling
baik tumbuh secara aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan
pinggiran utuh yang mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Semua
Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella
sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri
Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari
karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi
menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak. Mutan-mutan dengan
sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul dari
strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K)
dihubungkan dengan hilangnya daya invasi.

2. Salmonella

4
Klasifikasi Salmonella thypi :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella thypi, salmonella bongori, salmonella enterica

Berbentuk batang, gram negatif berukuran, 2 sampai 4 x 0,6 mikro meter,


bergerak, tidak berspora, mempunyai fibra, bersifat aerob dan aerob fakultatif,
suhu optimum untuk pertumbuhannya 37 derajat celcius dan pH 6-8. Kuman
ini dapat dibunuh oleh pemanasan pada suhu 60 derajat celcius selama 15-20
menit. Pada biakan agar darah koloninya besar bergaris tengah 2-3 milimeter,
bulat, agak cembung, jernih licin, dan tidak menyebabkan hemolisis (Gupte,
1990 dalam Rasmilah, 2001)

C. Uji Biokimia
1. Salmonella thypi
a. Tujuan
Untuk mengidentifikasi salmonella dan untuk mengetahui bentuk dan
morfologi dari salmonella
b. Prinsip
Pada pemeriksaan salmonella dilakukan pemeriksaaan secara invitro yaitu
jenis pemeriksaaan yang dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel
atau diluar tubuh makhluk hidup. Penelitian invitro mensyaratkan adanya
kontak antara bahan atau suatu komponen bahan dengan sel, enzim, atau
isolasi dari suatu system biologi.

5
c. Jenis-jenis uji biokimia
1) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
2) Uji Voges Proskauer
3) Uji SIM (Sulphite Indol Motility)
4) Uji Oxidative/Fermentatif

2. Shigella dysentriae
a. Fermentasi Karbohidrat
Fermentasi merupakan proses oksidasi secara anaerob yang
membutuhkan karbohidrat sebagai substratnya. Fermentasi karbohidrat
harus engandung senyawa yang bias dioksidasi dan difermentasi oleh
bakteri, hasil dari proses fermentasi berbeda-beda tergantung sifat dari
tiap bekteri. Karbohidrat yang sering digunakan dalam uji ini adalah
glukosa, laktosa, maltose, minitol, dan sukrosa.
Kaldu karbohidrat digunakan untuk mengetahui apakah bakteri
menghasilkan asam dan gas, untuk mengetahui proses fermentasi
menghasilkan asam bisa dideteksi dengan cara melihat apakah terjadi
penurunan pH dengan menggunakan indikator. Indikator yang digunakan
biasanya bromtimol biru atau bromkesol ungu.
Jika terjadi penurunan pH maka akan terjadi perubahan warna
media menjadi warna kuning, tetapi jika pH diatas 7 maka akan berwarna
biru pada bromtimol biru atau ungu pada bromkresol ungu. Selain uji
pembentukan asam setelah proses fermentasi, pembentukan gas maka gas
aakan masuk kedalam tabung durham. Setelah masa diinkubasi maka
dapat diamati perubahan warna dan perubahn gas dalam tabung yang bisa
digunakan sebagai acuan dalam identifiksi bakteri.

b. Uji MR-VP
Uji MR yaitu untuk mengetahui apakah bakteri mampu untuk
menggunakan glukosa monosakarida heksosa sebagai substrat utama

6
untuk menghasilkan energi pada mikroorganisme enterik, hasil akhir dari
produksi energy akan bervariasi setiap mikroorganisme. Tes MR akan
mendeteksi tingginya konsentrasi asam sebagai produk akhir. Indicator
MR akan berubah menjadi merah pada kisaran pH 4, pada pH 6 tetap
akan menunjukan adanya asam tetapi dengan sedikit konsentrasi ion
hidrogen dan indikator akan berubah menjadi warna kuning yang bersifat
negatif.
Uji VP yaitu untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk
menghasilkan produk akhir yang bersifat tidak asam atau ber-pH netral
seperti asetil metil karbinol. Reagen yang digunakan pada test ini
menggunakan reagen Barrit yang berisi campuran alcohol α-naftol dan
40% larutan potasium hidroksida (KOH). Reaksi ini bisa terjadi dengan
adanya katalis α-naftol dan kelompok guanida yang ada pada pepton di
medi MR-VP, hasilnya berupa kompleks warna pink mawar. Hasil positif
pada VP ditunjukkan dengan adanya warna pink mawar yang bertahan
sampai 15 menit saat ditambahkan reagen Barrit, hasil negatif
dditunjukkan dengan tidak terjadi perubahan warna menjadi pink mawar.

c. Uji SIM
Media agar SIM mengandung substrat triptofan yang akan
dikonversi menjadi indol, asam piruvat dan amonia dengan bantuan
enzim triptopanase. Adanya produksi indol dideteksi dengan penambahan
reagen Kovac yang menghasilkan lapisan warna merah cherry. Indol
positif ditunjukkan dengan perubahan warna merah cherry saat dilakukan
penambahan reagen kovac, dan hasil negatif ditunjukkan dengan tidak
berubahnya warna SIM agar menjadi merah cherry saat penambahan
reagen kovac yang menunjukkan tidak terjadinya hidrolisis triptofan.

d. Uji sitrat

7
Tujuan uji sitrat adalah untuk mengetahui apakah bakteri dapat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk sumber energinya
karena tidak bisa memfermentasi glukosa dan laktosa. Kemampuan ini
tergantung adanya permease sitrat yang berguna sebagai transport sitrat
masuk ke dalam sel, sitrat aktif saatterdapat enzim sitrat yang akan
memproduksi asam oksalat dan asetat.
Produk tersebut kemudian secara enzimatik akan diubah menjadi
asam piruvat dan karbondioksida, selama proses ini media agar menjadi
bersifat basa yang berasal dari proses penggabungan karbondioksida
dengan sodium bikarbonat yang bersifat basa. Keadaan basa ini akan
mengubah indikator bromtimol blue yang ada pada media agar
menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi biru Prussian gelap.
Hasil positif sitrat setelah diinkubasi adalah dengan tumbuhnya koloni
pada bagian lereng disertai perubahan warna menjadi biru, hasil positif
akan terlihat dengan tidak adanya pertumbuhan koloni pada bagian lereng
dengan warna hijau.

e. Uji TSIA
Tujuan uji TSIA adalah untuk membedakan genus yang berbeda-
beda dari Enterobacteriaceae, yang semua termasuk dari bakteri batang
Gram-negatif yang bisa memfermentasi glukosa dengan memproduksi
asam dan membedakan Enterobacteriaceae dari bakteri batang Gram-
negatif usus lainnya. Perbedaan terletak pada pola fermentasi
karbohidrat dan produksi hidrogen sulfide. Untuk melihat pola
penggunaan karbohidrat, pada bagian lereng TSIA mengandung laktosa
dan sukrosa dengan konsentrasi 1% dan glukosa dengan konsentrasi
0,1%. Indicator asam basa juga ditambahkan berupa phenol red untuk
mengetahui fermentasi karbohidrat yang diindikasikan dengan
perubahan warna media dari merah-orange ke warna kuning yang
menandakan adanya produksi asam. Pada lereng TSIA dibutuhkan

8
inokulasi dengan prosedur “stab-and-streak” yang dilakukan dengan
cara memasukkan ose jarum yang steril secara lurus dari lereng kedasar
media TSIA.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat pada uji TSIA diharapkan
inkubasi selama 18-24 jam, pada media agar TSIA juga mengandung
sodium tiosulfat yang merupakan substrat untuk produksi hydrogen
sulfida, dan ferrosulfat untuk mendeteksi hasil akhir tanpa warna. Pada
mikroorganisme yang bisa memproduksi H2S akan menunjukkan warna
hitam pada bagian dasar karena hail dari endapan ferro sulfida yang tidak
larut. Berikut hasil reaksi TSIA pada beberapa mikroorganisme.
a. Lereng asam dengan dasar asam tidak menghasilkan H2S, contoh
bakterinya yaitu Eschericia, Klebsiella, Enterobacter.
b. Lereng asam dengan dasar asam menghasilkan H2S, contoh
bakterinya yaitu Citrobacter, Arizona, dan beberapa Proteus sp.
c. Lereng alkali dengan dasar asam tidak menghasilkan H 2S, contoh
bakterinya yaitu Shigella, dan beberapa Proteus sp.
d. Lereng alkali dengan dasar asam memproduksi H2S, contoh
bakterinya yaitu mayoritas Salmonella, Arizona, Citrobacter.
e. Lereng alkali dengan dasar alkali tidak menghasilkan H2S, contoh
bakterinya yaitu Alkaligenes, Pseudomonas, Acinetobacter.

D. Patogenesis
1. Shigella dysentriae

Shigella sp merupakan bakteri yang tahan asam sehingga bisa melewati


asam lambung dan mencapai bagian usus, mulnya pada usus bakteri Shigella
sp menginvasi sel M, kemudian bakteri akan bermultifikasi di dalam sel dan
mendorong tubuh bakteri melewati sitoplasma sel dan akan menginvasi sel
yang berdekatan. Saat bakteri mulai memasuki sel eritrosit akan difagosit oleh

9
magrofag, tetapi Shigella sp dapat menginduksi magrofag untuk terjadi
apoptosis.

Magrofag yang apoptosis mengeluarkan bakteri Shigella sp yang akan


mengalami transport retrogart melalui bagian basolateral pada mukosa
menuju ke eritrosit, lalu akan terjadi proses invasi yang yang difasilitasi oleh
membran luar polipeptida dan akan bereproduksi di dalam eritrosit yang
menyebabkan eritrosit apoptosis. Invasi akan berlanjut dari sel satu ke sel
lainnya dan menetap sampai pada bagian mukosa kolon dan jarang menyebar
ke peredaran darah, invasi Shigella sp akan mrnghancurkan eritrosit yang
akan membentuk ulkus pada mukosa yang umumnya terbentuk di kolon,
ulkus akan menyebabkan perdarahan oleh karena itu pada uji feses
menandakan tanda klasik disentri yang hasilnya menunjukkan terdapat sel
darah putih, sel darah merah, bakteri dan lain-lain. Shigella dysentriae juga
memproduksi “shigatoxin” yang dapat menyebabkan kerusakkan pada tempat
kolonisasi di epitel usus yang akan menyebabkan diare dengan BAB cair
sebagai tanda awal terjadinya Shigellosis dan sindrom hemolitik-uremic,
tetapi ini jarang terjadi.

2. Salmonella thypi

Salmonella thypi merupakan bakteri yang dapat hidup di dalam tubuh


manusia. Manusia yang terinfeksi bakteri Salmonella thypi dapat
mengeksresikannya melalui secret saluran nafas, urin, tinja dalam jangka
waktu yang bervariasi. Pathogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses
melalui dari penempelan bakteri ke lumen usus, bekteri bermultiplikasi di
magrofag peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen
intestinal. Bakteri Salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk
ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang msih hidup akan mencapai usus
halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding

10
usus trpatnya di ileum dan jejenum. Sel M, sel epitel yang melapisi peyer’s
pacth merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella thypi.
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa
usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dam perforasi usus. Kemudian
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan akan melewati
sirkulasi sistemik sampai ke jarring Reticulo Endhotelia System (RES) di
organ hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella thypi keluar dari
habitatnya melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sestemik mencapai
hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan peyer’s patch dari ileum
terminal. Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus
atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati,
limpa, kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk melepaskan
produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati
secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid. Penularan
Salmonella thypi sebagian besar jalur fekal oral, yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau
pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi
transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada pada keadaan
bakterimia kepada bayinya.

E. Penyakit dan Gejala


Penyakit yang disebabkan oleh shigella adalah Shigellosis. Shigellosis, atau
disentri basiler, adalah disentri yang disebabkan oleh infeksi Shigella
dysentery bacilli di dalam usus dan rektum. Pertanda utama infeksi Shigella
adalah diare dan feses berdarah. Shigella dapat menyebar melalui kontak
langsung dengan bakteri dalam feses atau makanan yang terkontaminasi.
Penyakit yang disebabkan oleh salmonella
1. Salmonellosis

11
Salmonellosis atau infeksi salmonella adalah penyakit karena
bakteri Salmonella typhi yang menyerang saluran usus. Bakteri ini hidup
dan berkembang di usus binatang dan manusia, menyebar dan menular
melalui kotoran, makanan maupun minuman yang terkontaminasi..
2. Demam tifoid
Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen penyebab
demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran
demam yang berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang
dapat merusak usus dan organ-organ hati.

F. Isolasi dan Identifikasi


1. Eosin Methylene Blue (EMB)
Eosin Methylen Blue adalah media yang berfungsi sebagai media
selektif dan diferential. Media ini mengandung Eosin dan methylen blue
sebagai zat pewarna, yang mana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif dan menyokong pertumbuhan bakteri Gram negative. Media
ini juga mengandung laktosa yang berfungsi untuk membedakan bakteri
Gram negative berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi
laktosa. Bakteri yang mampu memefermentasi laktosa terlihat dari
koloninya yang berwarna sedangkan yang tidak dapat memfermentasi
laktosa koloninya tidak berwarna.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media
EMB dengan sampel air es, sungai, dan sampel biakan yaitu koloni
bakteri dengan ciri – ciri berbentuk bulat, berwarna bening dengan titik
hitam, berukuran sedang – besar, elevasi cembung, permukaan smooth
(halus), tepian rata dan konsistensi lunak.
2. MacConkey Agar (MCA)
MacConkey agar merupakan media yang berfungsi untuk mengisolasi
bakteri Gram negative dan membedakan bakteri yang dapat

12
memfermentasi laktosa dan yang tidak. Media ini mengandung crystal
violet dan garam empedu yang berfungsi sebagai penghambat
pertumubuhan bakteri Gram positif. Media ini juga mengandung Neutral
red yang berfungsi sebagai pH indicator, berwarna merah saat pH dibawah
6,8 dan tidak berwarna saat pH diatas 6,8.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media
MCA dengan sampel air es, sungai dan sampel biakan yaitu koloni bakteri
dengan ciri – ciri berbentuk bulat, warna media menjadi kuning (non
fermentasi laktosa), warna koloni bening, berukuran kecil, elevasi rata,
permukaan halus, tepian rata dan konsistensi lunak.
3. Salmonella Shigella Agar
Salmonella Shigella Agar merupakan media selektif dan diferensiasi
yang digunakan untuk isolasi, penanaman dan membedakan bakteri
Salmonell sp. dan beberapa strain bakteri Shigella sp. Media ini
mengandung Garam empedu, Sodium Citrate dan Brilliant Green yang
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, bakteri
coliform, dan bakteri Proteus sp yang dapat menghambat pertumbuhan
Salmonella sp. Media ini juga mengandung laktosa untuk melihat
kemampuan dalam memfermentasi laktosa dan Neutral red sebagai pH
indicator yang menghasilkan formasi koloni berwarna merah/pink.
Thiosulfate dan Ferric Citrate berfungsi untuk mendeteksi adanya
Hidrogen Sulfide (H2S) yang ditandai adanya koloni dengan warna hitam
pada bagian tengahnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media
SSA dengan sampel air es, sungai dan sampel biakan yaitu koloni bakteri
dengan ciri – ciri berbentuk bulat, koloni berwarna jernih dengan bintik
hitam di tengahnya, berukuran kecil – sedang, elevasi cembung,
permukaan halus, tepian rata dan konsistensi lunak.
4. Indol

13
Tes indol digunakan untuk melihat kemampuan bakteri dalam
mengubah amino acid tryptophan menjadi senyawa indol. Produksi indol
dapat dideteksi dengan penambahan Kovac’s atau reagent ehrlich’s yang
mengandung 4 (p)-dimethylamino benzaldehyde, yang bereaksi dengan
indol dan menghasilkan warna merah. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media indol dengan
sampel air es , sungai dan sampel biakan hasil negative yang ditandai
dengan tidak terjadinya perubahan pada media setelah penambahan
reagent Kovac’s.

5. MR (Methyl Red)
Tes MR digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memproduksi asam – asam campuran dari fermentasi glukosa yang
tersedia dalam media MR-VP. Asam – asam yang dihasilkan antara lain
laktat, acetat, succinat dan format yang lebih dikenal dengan ethanol juga
H2O dan CO2. Hal ini yang menyebabkan media ini memiliki pH asam.
Methyl Red juga merupakan pH indicator yang akan merubah warna
kuning menjadi warna merah saat pH 4,4 atau kurang dari itu.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media
MR dengan sampel air es dan sungai yaitu negative dikarenakan tidak
adanya perubahan warna, sedangkan sampel biakan menunjukkan hasil
positif.
6. VP (Voges Preskauer)
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri
menghasilkan acetylmethyl carbinol dari fermentasi glukosa. Jika terdapat
acetylmethyl carbinol maka akan berubah menjadi diacetyl yang dapat
dibuktikan dengan penambahan α-naftol dan KOH 40 %
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada media
VP dengan sampel air es, sungai dan biakan yaitu positif dikarenakan
terbentuknya cincin merah pada batas cairan.

14
7. SCA (Simmon Citrate Agar)
Tes ini digunakan digunakan untuk membedakan Enterebacteriaceae
didasarkan pada kemampuan bakteri menggunakan citrate sebagai sumber
karbon utama. Bakteri yang dapat tumbuh pada media ini memiliki enzim
citrate-permease yang mana dapat mengubah citrate menjadi pyruvat.
Ketika bakteri menggunakan citrate untuk metabolism, maka ammonium
akan dipecah menjadi ammonia sehingga dapat meningkatkan alkalinitas.
Indicator bromthymol blue akan bereaksi mengubah warna dari hijau
menjadi biru jika pH media diatas 7,6.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil positif
pada media SCA dengan sampel air es dan sungai sedangkan pada media
SCA dengan sampel biakan diperoleh hasil negative, dikarenakan tidak
terjadinya perubahan warna dari hijau menjadi biru.
8. Motility
Tes ini digunakan untuk melihat apakah bakteri mempunyai alat gerak
(flagella) yang ditandai dengan adanya berkas putih yang berdifusi dan
pertumbuhan yang menyebar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil positif pada
semua media motility dengan sampel air es, sungai dan biakan. Hal ini
dapat dilihat dari adanya berkas putih yang menyebar di sekitar area
penusukan.
9. Urea
Tes ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri dalam memecah
urea dengan memproduksi enzimr urease. Urea adalah produk dari proses
decarboxylation asam amino. Urea yang terhidrolisis akan menghasilkan
ammonia dan CO2. Adanya ammonia akan membuat medium menjadi
basa (alkalinisasi) dan perubahan pH akan dideteksi oleh indicator phenol
red yaitu dari warna pink pada pH 6,8 menjadi pink keunguan pada pH
8,1.

15
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil negative
pada semua media urea dengan sampel air sungai, es, biakan dan darah,
dikarenakan tidak adanya perubahan warna pada media.
10. TSI (Triple Sugar Iron)
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri
memfermentasi gula (laktosa, sukrosa dan glukosa) serta Hidrogen sulfat
(H2S). Media ini mengandung iron sebagai indicator Hidrogen sulfat juga
Phenol red sebagai pH indicator (kuning saat asam dan merah saat basa).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil pada media TSI
dengan sampel air sungai dan es yaitu A/A (lereng dan dasar berwarna
kuning) serta H2S (-) dan gas (-). Sedangkan pada media TSI dengan
sampel biakan diperoleh hasil K/A (lereng merah dasar kuning) dan H 2S
(+) serta gas (-).

11. Gula – gula (glukosa, sukrosa dan laktosa)


Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasi gula.Jika dapat memfermentasi gula, maka media akan
berubah dari ungu menjadi kuning. Berdasarkan hasil pengamatan pada
sampel air sungai diperoleh hasil negative glukosa dan laktosa serta
sukrosa positif. Sampel es, glukosa dan sukrosa negative sedangkan
laktosa positif.

16
17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe
Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Salmonella
typhi bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme
ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan sebagainya)
akan berkembang biak mencapai dosis infeksi.
Shigella merupakan kuman pathogen usus yang telah lama dikenal
sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller. Sampai saat ini terdapat
4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella
boydii, dan shigella sonnei. Shigella sangat menular dan membutuhkan
dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses
patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada
dinding usus besar dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosisselaput
mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan dan pembentukan
pseudomembran pada daerah ulkus.

B. SARAN
Adapun saran untuk penulisan makalah ini adalah:
1. Suapaya kita selalu menjaga kebersihan lingkungan hidup kita agar
terhindar dari kontaminasi dengan bakteri
2. Agar mewaspadai sejak dini pencegahan dan pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri
3. Dan yang paling penting adalah “Mencegah lebih baik daripada
mengobati”

17
DAFTAR PUSTAKA
Gupte,S.1990.Mikrobiologi dasar edisi ketiga.Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
Kanneth,Todar. 2012. Shigella Dysentriae.Diakses dari:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/shigella_dysentriae (18 Desember 2019).
Ellananda, R Inesty. Laporan Bakteriologi Pemeriksaan Samonella. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2019
Dari :https://www.academia.edu/17658756/pemeriksaan_salmonella
Wulansari,dkk.2018.Jurnal Uji Invitro Aktivasi Antibakteri Minyak Atsirih Batang
Sereh (Cymbopogon Citratus) Terhadap Shigella Dysenteriae.Jakarta.
Diakses : 18 Desember 2019.
Cita,Yatnita Parama.2011.Jurnal Bakteri Salmonella Typhi Dan Demam
Tifoid.Jakarta. Diakses pada 19 Desember 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai