Kelompok 9
Nama Kelompok :
1. Muhamad Ardani Ramadhan (2019310325)
2. Alya Octoviani Dien Raras (2019310340)
LOGIKA
Logika berasal dari bahasa latin logos yang berarti “perkataan’. Istilah logos secara
etimologis sebenarnya diturunkan dari kata sifat logike “pikiran” atau “kata”. istilah Mantiq
dalam bahasa arab berasal dari kata kerja Nataqa yang berari “berkata” atau”berucap”.
Istilah logika dilihat dari segi etimologis yaitu kata Yunani logos yang digunakan dengan
beberapa arti seperti ucapan bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal, budi, dan ilmu. Dari kata
logos kemudian diturunkan kata sifat logis. Orang berbicara tentang perilaku yang logis
sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis, tentang cara yang logis, tentang pikiran
yang logis dan sejenisnya. Logis digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan
“masuk akal”dengan segala sesuatu yag sesuai atau dapat diterima oleh akal sehat. Atau
logika yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat,
dan teratur. Ilmu ini mengaarah pada kemampuan rasional untuk mewujudkan pengetahuan
ke dalam tindakan.
Dalam buku introduction to Logic, Irving M.Copi mendefinisikan logika sebagai studi
tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran
yang tepat. Dengan menenkakan pengetehauan tentang metode-metode dan prinsip, definisi
logika semata-mata sebagai ilmu. Disisi lain seseorang mengatakan dengan sendirinya bahwa
mampu nalar atau berfikir secara tepat, jika dia mempelajari logika. Tetapi di samping itu
haru diakui bahwa orang telah mempelajari logika yang sudah memiliki pengetahuan
mengenai metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir yang mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk berpikir.
2. Dalam kamus Munjid disebut sebagai hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan
dalam berpikir.
3. Prof.Thaib dalam ilmu Mantiq menyatakan, bahwa logika merupakan ilmu untuk
mengerakkan pikiran pada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran.
4. Irving M.Copi dalam Introduction to logis, berpendapat bahwa logika adalah ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum untuk membedakan penalaran yang betul dari
penalaran yang salah.
Disimpulkan bahwa logika merupakaan ilmu yang mengajarkan aktivitas akal atau
berpikir sebagai objek material. Sedangka bentuk dan hukum berpikir sebagai objek formal
dari logika.
Logika dan psikologi serta metafisika menyajikan tata cara kaidah berfikir secara lurus dan
benar. Oleh karna itu, ketiganya saling mengisi. Psikologi serta metafisika yang baik dan
benar dalam praktik kehidupan sehari hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau
kemampuan dasar semua individu dengan berfikir logis.
Sebaliknya suatu kemampuan berfikir logis tanpa memiliki pengetahuan psikologi serta
metafisika yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu pada individu
lain. Oleh karna itu logika berhubungan erat dengan psikologi serta metafisika. Berikut
selengkapnya 12 Hubungan Logika dengan Psikologi dan Metafisika.
Sebagai manusia tentu ingin agar dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu
harus mengetahui tentang bagaimana manuisa itu berpikir. Disinilah letak hubungan logika
dengan psikologi dan metafisika.
Hubungan logika dengan psikologi dan metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari
hakikat realitas. Hakikat realitas dapat dicari da ditemukan dibalik sesuatu yang tampak atau
nyata. oleh sebab itu, hubungan logika dengan psikologi dan metafisika selalu mencari
kebenaran/ hakikat realitas di balik yang tampak dan nyata.
Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu suatu sikap yang selalu ingin tahu dan membuktikan
tentang sesuatu ang sudah atau serba dianggap benar. Teori dalam hubungan logika dengan
psikologi dan metafisika bahwa kenyataan kebenaran/ hakikat realitas bukanlah apa yang
tampak, tetapi apa yang ada di balik yang tampak.
Dalil dalil, hukum hukum dalam hubungan logika dengan psikologi dan metafisika bukan apa
yang telah dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik
rumusan tersebut. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil
dan hukum hukumnya.
Semakin erat hubungan metafisika dengan logika, kebenaran logis semakin dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kebenaran hubungan logika dengan psikologi dan
metafisika mendekat pada hakikat realitas. Semakin mampu berpikir logika, individu tidak
mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak.
Maka fungsi hubungan logika dengan psikologi dan metafisika adalah sebagai membahas
proses yang berfikir dengan kejiwaan manusia. Dalam psikolog membicarakan
perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan
demikian, psikolog memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir.
Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal sebagai berfikir (bagaimana
seharusnya). Sebagai dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita lebih dahulu harus
mengetahui tentang bagaimana manusia berfikir.
References
Suharyanto, A. (n.d.). 12 Hubungan Logika dengan Psikologi dan Metafisika. Retrieved from
dosenpesikologi .com: https://dosenpsikologi.com/hubungan-logika-dengan-
psikologi-dan-metafisika