Anda di halaman 1dari 19

LOGIKA

OLEH
ZULFIKAR
Logika secara etimologis berasal
dari bahasa Yunani dari kata
"logike" yang berhubungan dengan
kata "logos" yang berarti ucapan,
atau pikiran yang diucapkan secara
lengkap. Logika sebagai suatu
studi secara sederhana dapat kita
batasi sebagai suatu kajian
tentang bagaimana seseorang
mampu untuk berpikir dengan
lurus.
Logika se­bagaimana dikemukakan
Gie dkk (1980) adalah bidang
pengetahuan yang merupakan
bagian dari filsafat yang mempelajari
segenap asas, aturan dan tata cara
mengenai penalaran yang benar,
Dengan kata lain dikatakan Titus
(1964) "logic is the study of methods
and principles used distinguish good
(correct) from bad (incorrect)
reasoning".
BAHASA DALAM LOGIKA
Mengingat logika erat kaitannya dengan
kegiatan berpikir, dan berpikir erat
kaitannya dengan bahasa, maka hubungan
antara bahasa dan berpikir logis atau logika
nampak bagaikan dua sisi mata uang.
Hubungan logika dan bahasa sangat erat
kaitannya. Bahasa adalah laksana alat
berpikir yang kalau sungguh-sungguh kita
kuasai dan kita gunakan dengan tepat,
dapat membantu kita memperoleh
kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat.
Tiga fungsi pokok bahasa
sebagaimana dikemukakan Ihromi
(1987) berikut ini:
Fungsi ekspresif
Yang dimaksud dengan fungsi
ekspresif yaitu fungsi bahasa untuk
mengekspresikan perasaan atau
sikap. Kalimat ini misalnya: "Ya
aduh!', "Aku cinta padamu", termasuk
ke dalam kategori bahasa yang
berfungsi ekspresif.
Fungsi direktif
Yang dimaksud dengan fungsi direktif yaitu fungsi
bahasa yang digunakan untuk memunculkan atau
menghalangi tindakan nyata. Kalimat ini misalnya:
"Belikan aku rokok!", "Bolehkah saya pergi
sekarang? "termasuk ke dalam fungsi direktif .
Fungsi informatif
Yang dimaksud dengan fungsi informatif bahasa
yaitu fungsi yang digunakan untuk mengutarakan
hal-hal yang faktual sifatnya. Kalimat ini misalnya:
"Pasar Angso Dua terbakar", "Jakarta ibu kota
Indonesia ", "Indonesia termasuk salah satu negara
terkorup di dunia " termasuk ke dalam fungsi
informatif.
Terhadap pengutaraan yang berfungsi
ekspresif kriteria penilaiannya tentu
berkenaan dengan bernilai atau
tidaknya suatu pengutaraan itu.
Sedangkan penilaian terhadap
pengutaraan yang berfungsi direktif
kriterianya adalah berkaitan dengan
masuk akal atau tidak, dipatuhi atau
tidak perkataan itu.
Untuk pengutaraan bahasa yang
berfungsi informatif, kriteria
penilaiannya berkaitan dengan sesuai
tidaknya fakta yang diutarakan itu.
Apabila fakta yang diutarakan benar,
maka pengutaraannya atau
informasinya itu benar, dan apabila
fakta yang diutarakannya itu salah
maka informasi itu salah.
kriteria penilaian terhadap bahasa yang
berfungsi informatif itu bukan pada
dipatuhi atau tidak, sungguh atau
pura-pura, melainkan sudah jelas
berhubungan dengan masalah benar
dan salah. Berdasarkan kenyataan
inilah, maka bahasa yang digunakan
dalam logika ialah bahasa yang
berfungsi informatif. Mengapa
demikian? Karena bahasa yang
berfungsi informatif berhubungan
dengan masalah benar dan salah.
JENIS-JENIS LOGIKA
Dilihat secara historis terdapat dua macam logika
yaitu logika naturalis dan logika artifisial
(buatan).
1. Logika Naturalis
Sejak manusia melakukan kegiatan berpikir,
ketika itulah ia telah mempraktikan aturan-
aturan berpikir, meskipun sama sekali tidak
disadarinya. jadi sejak manusia itu ada, sejak
itu pula ia telah berlogika. Namun kemampuan
berlogika di sini hanya merupakan bawaan
kodrat manusia semata-mata. Inilah yang
dimaksud dengan logika naturalis.
2. Logika Artificial
Lahirnya logika artifisial paling tidak
didorong oleh dua hal yakni:
 Kemampuan berlogika secara alamiah
terasa sangat terbatas;
 Permasalahan yang dihadapi umat
manusia makin hari makin kompleks.
Logika artifisial dilihat dari segi bentuk
dan isinya dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu logika material atau logika
mayor, dan logika formal atau disebut
juga logika minor.
Logika material sebagaimana
dikemukakan Gie (1980) yaitu logika
yang membicarakan tentang materi-
materi atau realitas yang berhubungan
dengan pikiran. Logika material
membicarakan persesuaian antara
pikiran dengan objek yang dipikirkan.
Logika ini disebut juga dengan istilah
epistemologi.
Sedangkan logika formal adalah logika yang
mempelajari bentuk berpikir. Yang dimaksud
dengan bentuk berpikir yaitu aturan-aturan
dan metode-metode atau prinsip-prinsip
yang digunakan oleh seseorang untuk
mampu berpikir tepat (lurus). jadi
sebagaimana dikemukakan Chruch (dalam
Gie, 1980) logika formal menyelidiki struktur
proposisi-proposisi terkait dengan penalaran
deduktif, dan kajiannya hanya menelaah
bentuk logisnya saja.
Logika formal terbagi lagi menjadi
dua jenis yaitu logika tradisional,
dan logika modern. Logika
tradisional mempelajari asas dan
aturan penyimpulan yang sah
menurut bentuk penalarannya saja.
Apa yang disimpulkan atau isi dari
perbincangan tidak berperan
menentukan sah atau tidaknya
kesimpulan yang diturunkan.
Adapun yang dimaksud dengan logika
modern yaitu merupakan bentuk-bentuk
logika formal, tetapi daya keformalannya
lebih besar, karena lingkup yang dijangkau
jauh melampaui logika tradisional yang
masih terikat pada penggunaan bahasa
yang amat terbatas dalam penyampaian
pengertian-pengertian yang objektif. Buku
ini menekankan pada bahasan logika
tradisional berupa silogisme dan logika
induktif yang amat penting dan berperan
dalam penelitian-penelitian ilmiah.
MANFAAT MEMPELAJARI LOGIKA
Memang tidak ada jaminan bahwa
orang yang mempelajari logika akan
mampu menjadi ahli berpikir yang
lurus. Meskipun demikian, belajar
logika tidak berarti akan sia-sia.
Belajar logika adalah belajar metode
dan prinsip menilai
penalaran/argumen, baik penalaran
dari diri sendiri maupun dari orang
lain.
Dengan belajar logika, kita
berharap bisa berpikir kritis, tidak
menerima pendapat orang lain
begitu saja. Sebelum pendapat itu
kita terima, kita uji kelogisannya,
apakah penalaran itu tepat atau
tidak. Dari aspek inilah manfaat
mempelajari logika akan kita
rasakan.
Singkat kata, belajar logika sebagaimana
dikemukakan Mu'in (1987) berfaedah untuk hal-hal
berikut ini:
1. Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus
jalan pikirannya.
2. Mendidik kekuatan akan pikiran dan
mengembangkannya dengan sebaik-baiknya,
dengan melatih dan membiasakan mengadakan
penyelidikan-penyelidikan tentang cara berpikir
itu sendiri. Dengan membiasakan latihan
berpikir, manusia akan mudah dan cepat
mengetahui dimana letak kesalahan yang
menggelincirkannya. la dengan demikian akan
mampu berpikir cermat, dan lurus.
Mempelajari ilmu logika dikatakan sama
faedahnya dengan mempelajari ilmu
pasti, dalam arti sama-sama tidak
langsung memperoleh faedah dengan
ilmu itu sendiri, tetapi ilmu itu sebagai
perantara untuk menimbang ilmu-ilmu
lain sampai sejauh manakah kebenaran
ilmu-ilmu itu sendiri. Dengan demikian
ilmu logika acapkali disebut dengan ilmu
"pertimbangan" atau dalam bahasa Arab
dikenal dengan sebutan ilmu mizan.

Anda mungkin juga menyukai