Anda di halaman 1dari 99

HAKIKAT TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

By : KUKUH SILA UTAMA MTP-UNJA 2009 Hakikat adalah suatu kebenaran atau kenyataan yang sebenar-benarnya. (KUBI 1984). Teori Adalah Pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (Menurut KUBI 1984). Dalam pengertian yang lebih luas, teori adalah interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan. Dalam psikologi pembelajaran, barangkali lebih baik digunakan istilah sistem atau interpretasi sistematis dari pada istilah teori, karena teori kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang lebih sempit untuk merujuk pada sejenis sistem logika formal. Meskipun demikian, dalam istilah-istilah teori, sistem dan interpretasi sistematis dipandang memiliki arti yang hampir sama. 1. Pengertian Teori Pembelajaran Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. 1. Fungsi Teori Pembelajaran Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang berbeda namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi fungsi tersebut ialah : 1) Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Teori pembelajaran berfungsi menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari, variabel-variabel independen yang harus dimanipulasi dan variabel-variabel dependen yang harus dikaji, teknik teknik penelitian yang hendak digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan untuk mendekripsikan temuan-temuannya. 2) Teori pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukumhukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Teori-teori pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar pengetahuan kehilangan akutasi dan kekompakkannya. Semua teori pembelajaran merupakan simplifikasi atau garis-garis besar dari materi yang mereka hadapi. Dengan demikian teori teori pembelajaran memperlihatkan pencapaian dalam hal keluasan, organisasi dan ketimpelan, namun juga kehilangan akurasi detailnya. 3) Teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya hukum-hukum menunjukkan bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori berupaya menunjukan menyapa pembelajaran terjadi. Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan pemahaman pokok tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan dan juga bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya merepresentasikan upaya terbaik manusia untuk memastikan struktur apa yang melandasi dunia tempat kita hidup. 1. Jenis-jenis Teori Pembelajaran Jenis-jenis teori pembelajaran bisa diklasifikasikan menurut beberapa cara untuk tujuan kita disini ada 2 jenis teori pembelajaran yaitu koneksionis dan teori kognitif.

1. Teori-teori koneksionis Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar Sebagai berikut: 1) Hukum kesiapan ( Law Of Readiness ) Dimana hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar seseorang tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan. 2) Hukum latihan ( Law Of Rehearse ) Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu. 3) Hukum akibat ( Law Of Effect ) Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya. Interprestasi pembelajaran koneksionis, meskipun banyak perbedaan di antara mereka sendiri, sepakat untuk memandang persoalan pembelajaran sebagai persoalan hubungan (koneksi) antara simuli dan respon. (respon berwujud item perilaku, sementara Stimolus bisa berwujud sembarang input energi yang cenderung untuk mempengaruhi perilaku. Para teoritisi koneksionis pada umumnya berasumsi bahwa semua respon dihasilkan oleh stimuli. Koneksi koneksi ini merupakan bentuk sederhana dari variabel perantara dan disebut dengan berbagai macam nama seperti kebiasaan (habit) atau hubungan stimulus respon (stimulus response bonds). Akan tetapi, titik tekan diletakkan pada respon yang terjadi, stimulus (dan barangkali kondisi lainya) yang menghasilkannya, dan bagaimana berubahnya hubungan antara stimuli dan respon tersebut seiring pengalaman yang dialami. 1. Teori teori kognitif. Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura(Psikologist) dasar teori belajar tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia. Ciri-ciri aliran ini adalah : a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian c) Mementingkan peranan kognitif d) Mementingkan kondisi waktu sekarang e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif f) Mengutamakan in right (pengertian) Kita pahami bahwa Interprestasi kognitif memusatkan pembahasan pada kognisi (persepsi, sikap, atau keyakinan, sebagai variabel perantara yang lebih kompleks) yang dimulai oleh individu dalam menghadap lingkungannya, dan pada bagaimana kognisi ini menentukan perilaku. Dalam interprestasi ini pembelajaran adalah studi meNgenai bagaimana kognisi di modifikasi oleh pengalaman. Secara umum kita menggunakan 2 jenis interprestasi tersebut. Ketika kita mendiskusikan reaksi reaksi sederhana atau keterampilan fisik yang kompleks kita cenderung untuk mengatakan, itulah kebiasaan burukmu selama ini. Perkataan tersebut merupakan interpretasi koneksinis. Ketika membahas

perjalanan tertentu yang berwujud kata-kata atau keputusan mendetail, kita sering mengucapkan halhal seperti ini : pengetahuannya mengenai topik itu mendalam sekali, interpretasi-interpretasi ini bersifat kognitif. Kecenderungan seorang psikolog untuk lebih memilih teori pembelajaran koneksionis atau kognitif untuk sebagiannya bergantung pada jenis pembelajaran yang paling diminati olehnya. Para spesialis cenderung untuk meyakini bahwa teori yang mereka pilih adalah yang terbaik, bukan hanya untuk bidang mereka saja, namun juga untuk segenap area, psikologi pembelajaran. Kecenderungan ini mencerminkan adanya hasrat akan kesatuan dalam kesederhanaan yang menjadi salah satu sebab awal berkembangnya teori-teori sebagai akibatnya, sebagian orang berpegang pada teori pembelajaran kognitif secara umum dan yang lainnya berpegang pada teori teori koneksionis secara umum pula. Perbedaan antara teori koneksionis dan teori kognitif tidak bersifat ya atau tidak sama sekali, ada sejumlah posisi dengan kombinasi yang bersifat tengah-tengah sekalipun begitu, perbedaan tersebut bisa menjadi landasan yang perlu dan berguna untuk mengklasifikasikan interpretasi pembelajaran .

TEORI PEMBELAJARAN Teori Pembelajaran Mazhab Kognitif / Gestalt (Kognitivisme) Teori Pembelajaran tingkah laku yang diutarakan oleh mazhab behavioris tidak dapat digunakan untuk menerangkan semua jenis pembelajaran yang berlaku dalam situasi yang berlainan. Umpamanya, walaupun kita kerap menggunakan telefon untuk menelefon kawan, kita sentiasa perlu merujuk buku panduan telefon untuk mendapatkan nombor. Sukar bagi kita untuk mengingati nombor yang kurang memberi makna dalam hidup kita. Walaubagaimanapun, kita sentiasa mengingati peristiwa yang telah kita alami suatu masa dahulu. Ini kerana peristiwa itu merupakan suatu pengalaman yang bermakna kepada kita. Sehubungan dengan itu, mazhab kognitif (juga disebut mazhab Gestalt) menyarankan bahawa pembelajaran berlaku apabila kita cuba mencari maksud berkaitan dengan sesuatu perkara. Gestalt adalah perkataan German yang bermaksud bentuk, pola, konfigurasi atau keseluruhan yang tersusun. Beberapa orang ahli psikologi pada masa awal kurun ini telah membuat kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan kita dalam pembelajaran. Oleh itu, teori pembelajaran kognitif juga dikenali sebagai teori Gestalt. Kita menggunakan pemikiran dan otak untuk belajar. Di samping itu, kepercayaan , harapan dan perasaan juga mempengaruhi pembelajaran kita. Dalam situasi bilik darjah murid belajar dengan memperolehi dan mengelolakan pengetahuan. Murid sentiasa mengelolakan pengalaman yang sedia ada untuk membina struktur kognitif supaya memperolehipengetahuan yang baru. Setiap kali murid belajar mereka akan mengelolakan dan menyimpan pengalaman dalam ingatan. Bahkan mereka akan menghayati maksud perkara yang baru mereka pelajari. Pengalaman yang bertindih juga dapat membantu murid menyelesaikan sesuatu masalah yang mereka hadapi. Mengikut mazhab Gestalt, manusia mempunyai struktur kognitif dan apabila seseorang belajar dia akan menyusun segala maklumat dalam ingatannya. Mazhab kognitif berpendapat bahawa setiap manusia mempunyai keupayaan mental untuk mengelola dan menyusun serta mengeluarkan semula segala pengalaman untuk membolehkannya memerhati pertalian di antara pengalaman tersimpan dengan masalah yang dihadapi. Mengikut pandangan kognitif, proses pembelajaran dapat disifatkan sebagai pengumpulan, penyusunan dan penggunaan pengetahuan yang dikeluarkan untuk penyelesaian masalah. Pembelajaran kognitif melibatkan dua proses mental yang disebut pengamatan dan penguasaan konsep(penanggapan) Teori kognitif juga menganggap pembelajaran sebagai sati proses yang aktif. Setiap pelajar mempunyai kebolehan mental untuk mengelola, menyimpan dan mengeluarkan semula segala pengalamannya untuk memperoleh maksud baru dalam pembelajaran lanjutan atau untuk menyelesaikan masalah. Seseorang itu tidak belajar secara positif hanya melalui

kaedah cuba ralat dalam persekitaran. Murid boleh memilih, membuat keputusan, mempraktik dan mencuba untuk mencapai sesuatu matlamat. Oleh itu, pengetahuan dan pengalaman yang sedia ada sentiasa menentukan apa yang akan dipelajari, diingati atau dilupakan. Ahli-ahli psikologi pendidikan yang terkemuka dan berpengaruhterhadap teori pembelajaran kognitif ialah Kohler, Piaget, Bruner, Gagne, dan Ausubel.

Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler adalah dua orang ahli psikologi pendidikan berbangsa Jerman yang bermastautin di Amerika Syarikat pada awal abad ini. Mereka telah menggunakan haiwan seperti kucing, anjing, tikus dan cimpanzi untuk menjalankan eksperimen dalam kajian pembelajaran. Kohler (1913) dan rakan-rakannya menyelidik cara cimpanzi menyelesaikan sesuatu masalah . Seekor cimpanzi yang lapar dikurung dalam sebuah sangkar yang besar. Beberapa buah kotak yang berlainan saiz juga diletakkan di dalam sangkar itu. Cimpanzi tidak dapat mengambil pisang yang digantung kerana bumbung sangkar itu terlalu tinggi dan sukar baginya memanjat ke atas. Cimpanzi itu melompat-lompat tetapi tidak berjaya mencapai pisang itu. Kemudian cimpanzi itu berhenti seketika seolah-olah berfikir dan memerhati di sekeliling sangkar. Tiba-tiba ia mengheret kotak-kotak itu ke tengah sangkar dan menyusun kotak itu bertindih-tindih seperti tangga di bawah pisang itu. Setrusnya cimpanzi itu memanjat ke atas kotak dan berjaya mendapat pisang itu. Dalam eksperimen ini. Keadaan lapar telah menjadi rangsangan kepada cimpanzi untuk mendapatkan pisang yang tergantung itu. Cimpanzi itu menyusun kotak-kotak untuk mendapatkan pisang setelah ia dapat menghayati perkaitan di antara kotak-kotak dengan keinginan untuk memakan pisang tersebut. Persepsi perkaitan ini untuk menyelesaikan masalah disebut celik akal. Kohler dan rakan-rakannya menyimpulkan bahawa kebolehan cimpanzi itu menyedari perkaitan ini kerana cimpanzi itu dapat menghayati dan mempergunakan keadaan dalam sangkar itu secara menyeluruh. Mereka juga menyarankan bahawa kebolehan mental (celik akal) yang serupa terdapat pada diri manusia. Kebolehan ini membolehkan manusia mempelajari perkara baru. Kajian Kohler menunjukkan bahawa pembelajaran yang kompleks berlaku bukan sematamata melalui kaedah cuba ralat. Manusia juga mempunyai kebolehan mental yang istimewa yang disebut celik akalyang membolehkan mereka memperoleh pembelajaran dan menyelesaikan masalah yang kompleks. Mengikut teori kognitif celik akal membolehkan kita menghayati perkaitan unsur-unsur di dalam persekitaran untuk membentuk erti dan menyelesaikan masalah.

Implikasi Teori Pembelajaran Kohler Kohler menyarankan bahawa kebolehan mental (celik akal) juga terdapat pada manusia yang membolehkan pelajar mempelajari perkara-perkara baru.

Implikasi teori Kohler yang terpenting ialah guru perlu menggalakkan pemikiran celik akal di kalangan pelajar. Bagaimana Guru Boleh Menggalakkan Pemikiran Celik Akal Di Kalangan Pelajar Guru mesti menggunakan perbendaharaan kata yang jelas, mudah difahami dan dibantu dengan gambar, audio serta pengalaman langsung pelajar dalam pengajarannya. Perkara yang hendak disampaikan mestilah mudah difahami. Soalan dan rangsangan yang diberi mesti sesuai dengan tahap kognitif dan perkembangan pelajar. a) Pelajar mesti dapat membuat tanggapan dan pemgamatan sepanjang pelajaran. b) Contoh yang digunakan mesti bersesuaian dengan perkembangan dan tahap pengalaman pelajar. Pengajaran mesti disampaikan selangkah demi selangkah dan mengikut urutan kesinambungan yang padu. Proses ini lebih berkesan jika guru memberi banyak contoh yang khusus, dan pelajar cuba membuat generalisasi yang betul. Guru tidak boleh memberi terlalu banyak penerangan tetapi perlu memberi panduan dan bimbingan dalam proses pemikiran celik akal. Guru perlu menggalakkan pemikiran kritikal dengan memastikan pelajar: a) Mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas. b) Berfikiran terbuka c) Dapat membuat rumusan. Guru boleh menggalakkan keinginan menyoal dan perasaan ingin tahu pelajar dan proses mempertimbangkan kelemahan dan kekuatan fakta. Jika sesuatu bahan pelajaran terlalu susah, guru perlu memudahkan bahan tersebut supaya pelajar dapat memahami bahan itu. Untuk menyenangkan lagi pemahaman pelajar, guru perlu mengajar mata pelajaran tertentu mengikut langkah-langkah yang kecil dan tersusun. Jika tugasan di sekolah terlalu susah, dan peneranga guru tidak jelas, pelajar tidak dapat mencapai celik akal.

TEORI PEMBELAJARAN BRUNER Nama sebenar beliau ialah Jerome S. Bruner, dilahirkan di New York dan mendapat ijazah P.h.D daripada Universiti Harvard. Merupakan ahli psikologi Amerika Syarikat. Beliau telah menghasilkan banyak karya tentang perkembangan kebolehan mental manusia dan bagaimana pemikiran berlaku semasa dalam proses pembelajaran. Karya beliau kurang

memberi penekanan kepada bukti daripada eksperimen. Sumbangan beliau yang paling besar dalam pendidikan ialah hasil karya beliau yang berjudul The Process of Education (1960). Teori Bruner mementingkan pembelajaran melalui penemuan bebas atau penemuan berpandu, atau latihan penyiasatan. Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajaran beliau : Cara manusia berinteraksi dengan persekitaran dan pengalamannya. Perkembangan mental manusia dan pemikiran semasa proses pembelajaran. Pemikiran secara logikal. Penggunaan istilah untuk memahami susunan struktur pengetahuan . Pemikiran analisis dan intuitif. Pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori. Pemikiran metakognitif iaitu pemikiran mengenai pemikiran.

Ciri-Ciri Penting Pembelajaran Bagi Teori Bruner Ialah : 1- Persekitaran untuk belajar Pengajaran hendaklah berkaitan dengan pengalaman dan konteks kanak-kanak supaya kanak-kanak berasa ingin dan sanggup belajar semasa masuk sekolah. Pengajaran selanjutnya bergantung kepada cara membangkitkan minat di kalangan murid. Semua kanak-kanak memiliki mekanisme dalaman untuk ingin belajar. Oleh itu, guru mesti menggalakkan mereka melalui pembelajaran penerokaan. Selain itu faktor-faktor persekitaran seperti kebudayaan, motivasi dan prsonaliti mmepengaruhi keinginan kanakkanak untuk belajar. Di sekolah pula guru perlu mewujudkan situasi pengajaran yang relevan dengan pengalaman dan minat pelajar. Guru perlu menyediakan aktiviti-aktiviti yang menggalakkkan pembelajaran penemuan dan memberi arahan yang berstruktur tanpa menyelesaikan masalah untuk pelajar. 2- Struktur pengetahuan Merupakan satu kelompok pengetahuan hendaklah dibahagikan mengikut susunan yang mana dipelajari, dengan cepat. Bruner menyatakan bahawa proses pembelajaran lebih bermakna jika pelajar memahami struktur sesuatu isi pelajaran. Beliau mencadangkan pelajar membuat sistem mengkod, iaitu menyusun konsep-konsep yang berkaitan secara hierarki. Sistem pengkodan yang baik diperlukan supaya ransangan yang tertentu boleh dimasukkan dalam kategori-kategori yang sewajarnya. Jika sistem pengkodan ini disusun secara teratur, pelajar dapat memahami ransangan dengan lebih baik. Bruner menyarankan supaya guru menyusun bahan pengajaran dalam cara yang dapat diterima oleh pelajar mengikut tahap kebolehan dan pengalaman mereka. Hubungkaitan yang wujud antara ideaidea yang penting dalam sesuatu mata pelajaran boleh dihuraikan dalam bentuk gambar rajah, prinsip atau rumusan. Guru mesti terangkan konsep alam bentuk perwakilan konkrit, iaitu pelajar dapat melihatnya secara visual dalam bentuk grafik dan gambar. Guru juga perlu menentukan jumlah maklumat yang boleh disampaikan kepada pelajar untuk diproses dan

disimpan. Konsep ini dipanggil ekonomi pembelajaran. 3- Urutan Bahan pengajaran hendaklah disusun mengikut urutan yang cekap untuk disampaikan dalam pengajaran supaya pelajar memahaminya dengan berkesan. Buner menamainya sebagai urutan optimum. Urutan ini mesti mengambil kira kebolehan pelajar untuk memproses maklumat dan dapat mengekalkan minat pelajar dalam pembelajaran. Pelajar belajar mengikut urutan tertentu, iaitu : a. Pesanan tanpa bahasa b. Respon anggota badan c. Gambaran dan lakaran d. Bahasa 4- Peneguhan Guru mesti memberi maklum balas terhadap prestasi dan kemajuan pelajar, an masa peneguhan diberikan juga sangat penting. Jika peneguahan diberikan terlalu awal, pelajar akan menjadi keliru. Jika peneguhan diberikan terlalu lewat, pelajar tidak berminat lagi dengan maklum balas tersebut. Bruner juga mementingkan motivasi intrinsic kerana inginkan supaya pelajar menyelesaikan masalah sendiri dengan bimbingan yang diberikan oleh guru.

Peringkat Pembelajaran Dalam Teori Bruner Mengikut teori perkembangan kognitif Bruner, peringkat pembelajaran berubah dalam tiga turutan iaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Peringkat enaktif berlaku pada usia 0-2 tahun. Peringkat enaktif ialah pembelajaran melalui tindakan manipulatif kerana ia belum lagi melibatkan bahasa. Kanak-kanak dalam lingkungan umur ini menggunakan anggota deria untuk menyelesaikan masalah. Bahan maujud perlu dipegang dan dipergunakan untuk memperolehi pengertian. Misalnya, kanakkanak kecil menyentuh api untuk mengetahuinya boleh panas an melecurkan ; melontarkan bola untuk mengetahuinya boleh melambung dan berguling. Peringkat ikonik berlaku pada usia 2-4 tahun. Pada peringkat ini digunakan untuk kanakkanak yang lebih tua iaitu pembelajaran mencapai peringat sanggup membentukkan penanggapan (persepsi) dan membina gambaran dalam mental. Mereka mempunyai kebolehan mental untuk menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam fikiran dan menyimpan imej dalam fikiran mereka. Contohnya, kanak-kanak boleh melukis gambar sudu tanpa melihat sudu, kerana dia melukis gambar berdasarkan bayangan atau imej yang disimpan dalam otaknya. Kanak-kanak pada usia ini juga dapat membentuk penanggapan dan membina gambaran mental. Contoh, walaupun tanpa menyentuh bahan tajam seperti pisau, kanak-kanak tersebut sudah tahu bahan itu boleh melukakan tangan jika terkenanya. Pemikiran peringkat simbolik ialah pada usia 5-7 tahun. Pada peringkat ini, kanak-kanak boleh memindahkan pengalaman mereka ke dalam bentuk bahasa. Mereka dapat berfikir

secara abstrak dan membuat penaakulan logik. Dalam peringkat pembelajaran simbolik, simbol seperti perkataan, bahasa dan formula dapat digunakan untuk mempersembahkan pengalaman dan menghuraikan penaakulan abstrak. Oleh kerana pembelajaran kanakkanak berkembang dari peringkat motor-sensori (enaktif) ke peringkat penanggapan konkrit (ikonik), akhirnya ke idea sbstrak (simbolik), maka turutan pengajaran haruslah berkembang sedemikian. Maksudnya, pengajaran dirancangkan untuk mendedahkan kanak-kanak memperolehi pengalaman pada permulaan, kemudian bertindak balas dengan penyampaian konkrit, dan akhirnya persembahan dalam bentuk simbol. Ketiga-tiga proses ini saling berkaitan dan membantu kanak-kanak untuk menyelesaikan masalah. Satu contoh situasi pembelajaran mengikut urutan ini adalah seperti berikut : Enaktif - Kemahiran berbasikal Ikonik - Membayangkan cara berbasikal dengan baik Konkrit - Dapat menceritakan pengalaman berbasikal dalam bentuk bahasa kepada rakan sebaya.

Prinsip-Prinsip Penting Dalam Teori Pengajaran Bruner Penguasaan Bahasa Bruner mengatakan bahawa terdapat dua proses penguasaan iaitu : 1- Subordinat / kompleksif a) Peringkat ini merujuk kepada penggunaan bahasa yang tidak bercorak konsep atau prinsip untuk kanak-kanak yang mempunyai perkembangan dan kognitif yang rendah. b) Semakin berkembang pemikiran seseorang, semakin banyak konsep baru yang dikuasainya, jika dia didedahkan kepada keadaan dan situasi yang menggalakkan perkembangan kognitif.

Belajar melalui kategori, konsep, atau hukum Bruner mementingkan pembelajaran secara konsep, prinsip, hukum atau kategori. 1- Mengapa konsep atau kategori penting ? a) Pembelajaran melalui konsep mempunyai kesan jangka panjang dan meningkatkan penghargaan kendiri pelajar. b) Ia mengurangkan ketegangan kognitif kanak-kanak untuk mengingati objek atau peristiwa yang khusus. 2- Definisi konsep a) Idea-idea yang spesifik yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan khusus. Ia juga boleh diertikan sebagai kategori. b) Dalam pembelajaran kognitif, pelajar memproses maklumat daripada persekitaran dan pengalamannya. c) Konsep diperoleh dengan mengkategorikan benda yang sama jenis atau mempunyai pola yang tertentu. d) Sebagai contoh, pengelasan konsep tumbuh-tumbuhan gurun adalah berdasarkan ciri-ciri

seperti berakar panjang, daun berduri, kebolehan tumbuhan menyimpan air dan sebagainya. e) Bruner mementingkan penggunaan pendekatan induktif, iaitu pelajar diberikan contohcontoh yang spesifik sebelum membuat definisi konsep. 3. Jenis-jenis konsep a) Konsep konjungtif - Konsep konjungtif memerlukan dua atau lebih ciri yang wujud serentak. - Sebagai contoh, burung mesti mempunyai bulu dan mempunyai sayap sebelum ia boleh terbang. b) Konsep disjungtif - Konsep disjungtif memerlukan cirri yang berlainan untuk membezakan sesuatu kategori. - Ini bermakna burung yang tidak boleh terbang seperti ayam dan penguin tidak dapat dimasukkan dalam kategori di atas. c) Konsep berkaitan atau berhubungan - Konsep hubungan mempunyai cirri-ciri yang saling berkaitan. - Sebagai contoh apabila terdapat jerebu, kualiti udara turun dan orang ramai jatuh sakit. Ini menunjukkan jerebu mempunyai perkaitan dengan indeks kualiti udaran dan kesihatan manusia.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kategori a) Set minda - Pengalaman lampau dan pengetahuan sedia ada tentang persekitaran menolong pelajra mengkategorikan ransangan baru. - Pelajar mengenali ransangan dan mengkategorikan serta mengklasifikasikan maklumat menurut struktur baru atau yang sudah wujud. b) Motivasi - Unsur motivasi sederhana diperlukan untuk membantu pelajar membentuk kod-kod dengan mudah. - Peringkat ini dikenalpasti sebagai mencari tanda atau isyarat dalam penbentukan kod. - Tahap motivasi, minat dan penumpuan yang dimiliki oleh pelajar menentukan pembentukan kod-kod dalam konsep. c) Penguasaan maklumat yang spesifik - Pelajar perlu membaca dengan luas untuk memperoleh pengetahuan yang banyak dan khusus untuk mengkodkan kategori-kategori dengan mudah. d) Pengalaman yang pelbagai - Satu ransangan atau pengalaman yang telah dialami dapat dikodkan dengan lebih senang. - Pelajar mesti didedahkan kepada pelbagai pengalaman dalam situasi pembelajaran dan pengajaran. -Sebagai contoh, seorang anak nelayan dapat mengkategorikan ciri- ciri ikan tempatan dengan mudah dan cepat.

Aplikasi Prinsip Teori Pembelajaran Bruner Dalam Bilik Darjah 1- Pembelajaran Penemuan a) Guru menyediakan situasi maalah yang dapat merangsang pelajar supaya membuat pembelajaran penemuan. b) Guru mesti memberikan situasi penyelesaian masalah yang memotivasikan pelajar untuk menyoal, meneroka dan bereksperimen. c) Dalam pembelajaran penemuan, guru memberi contoh dan pelajar menggunakan contoh untuk menyusun struktur bahan dan melihat pertalian atau perkaitan antara idea-idea dalam situasi tersebut. 2- Pembelajaran melalui penaakulan induktif a) Guru perlu menggunakan contoh-contoh yang spesifik supaya pelajar dapat membentuk prinsip yang umum. b) Sebagai contoh, jika guru memberi contoh-contoh tentang bentuk segitiga dan bentuk bukan segitiga, pelajar akan memahami dengan lebih mendalam tentang prinsip-prinsip penting bentuk segitiga. 3- Memberi contoh yang berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep a) Dalam pengajaran, guru perlu member contoh yang berkaitan dan contoh yang tidak berkaitan supaya pelajar dapat melihat persamaan dan perbezaan idea-idea dalam sesuatu konsep. b) Sebagai contoh, apabila guru mengajar tentang konsep mamalia, anjing, kucing, ikan paus sebagai binatang mamalia dan buaya, katak dan ular sebagai contoh bukan mamalia. c) Pelajar diminta supaya memberi contoh-contoh lain dan untuk menjelaskan perbezaan cirri-ciri antara mamalia, dan reptilian. d) Ini akan meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu konsep.

4- Menolong pelajar melihat perkaitan antara konsep a) Guru perlu menggunakan gambar rajah, lakaran dan ringkasan untuk menolong pelajar memahami perkaitan idea-idea dalam sesuatu konsep. 5- Menggalakkan pelajar membuat pemikiran intuitif a) Pemikiran intuitif penting dalam membantu pelajar melihat pertalian antara ransangan yang berlainan. b) Sebagai contoh, guru boleh mengemukakan soalan seperti berikut : ' Mari kita cuba mendefinisikan hutan dengan meneka apa yang anda dapat melihat dalam gambar ini'. c) Guru perlu menunggu pelajar memberikan beberapa jawapan sebelum memberi definisi yang betul. 6- Penglibatan pelajar a) Pelajar belajar sendiri tetapi guru membantu dan membimbing dalam situasi penyelesaian masalah. b) Satu contoh situasi penyelesaian masalah ialah dalam eksperimen ' Mengapa api padam bila dilindungi dengan bekas?'

c) Guru tidak memberitahu pelajar bagaimana menyelesaikan masalah tetapi memberikan bahan, menyuruh pelajar membuat pemerhatian, membentuk hipotesis dan menguji penyelesaian. 7- Pengajaran untuk pelajar tahap rendah a) Guru mesti mengajar pelajar tahap rendah dalam urutan enaktif kepada ikonik kepada simbolik. 8- Menggunakan alat bantuan mengajar a) Guru perlu menggunakan banyak alat bantuan mengajar dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Ini akan menentukan pelajar dapat memahami konsep dengan lebih jelas. b) Guru boleh menggunakan alat bantuan mengajar audiovisual dan konkrit. Gambar, lakaran, carta, pengurusan grafik dan peta minda menyenangkan pelajar untuk melihat perkaitan dan perhubungan dalam konsep-konsep. 9- Pembelajaran melalui kajian luar a) Pengamatan dan penanggapan pelajar meningkat jika mereka terlibat dalam pembelajaran kajian luar. b) Pelajar boleh belajar banyak konsep dengan melihat perkaitan di antara topik-topik pelajaran dengan persekitaran mereka. c) Sebagai contoh, pelajar boleh melihat kaitan antara petempatan manusia dengan cirri-ciri geografi fizikal di sesuatu kawasan perumahan. 10- Mengajar mengikut kebolehan pelajar a) Guru perlu mengubahsuaikan kaedah dan strategi pengajaran mengikut tahap dan kebolehan pelajar. b) Sebagai contoh, untuk pelajar Tahun Satu, guru perlu banyak menggunakan bahan bantuan mengajar dalam bentuk gambar yang besar dan berwarna-warni. Guru juga perlu menyusun isi pelajaran daripada yang mudh kepada yang susah. c) Untuk pelajar Tahun Enam, guru boleh menggunakan kaedah penyelesaian masalah dan pembelajaran penemuan. Implikasi Teori Pembelajaran Terhadap P&P Kanak-Kanak Berkeperluan Khas Bagi kanak-kanak berkeperluan khas seperti kanak-kanak yang menghadapi masalah penglihatan samaada kabur ataupun buta, guru boleh menggunakan bahan maujud dlm proses p&p. Kanak-kanak yang kabur penglihatan ataupun buta menggunakan deria untuk memperolh pengertian. Selain itu guru juga boleh menggunakan simbol @ formula mudah bagi membantu kanakkanak yang menghadapi masalah pembelajaran dan kanak-kanak lembam. Formula yang mudah membantu pelajar memahami sesuatu pelajaran dengan lebih baik.

TEORI PEMBELAJARAN GAGNE Nama beliau ialah Robert M.Gagne, telah dilahirkan pada tahun 1916 dan merupakan ahli

psikologi eksperimental yang berpengalaman dalam bidang penyelidikan pembelajaran serta telah terlibat dalam latihan dan masalah-masalah pendidikan yang lain. Gagne telah banyak menulis kertas kerja dan buku tentang psikologi gunaan. Kebanyakan idea Gagne tentang analisis tugas menunjukkan pembelajaran berlaku secara berperingkat (hierarchy), iaitu bergerak daripada peringkat paling mudah kepada peringkat paling kompleks. Gagne menggunakan teori pembelajaran behavioris dan kognitif untuk mengkategorikan kedayaan pembelajaran ke dalam lima kelompok utama, iaitu kemahiran kecerdasan (intelektual), strategi kognitif, maklumat berbahasa, kemahiran motor dan sikap. Mengikut Gagne 1974, terdapat susunan urutan pelbagai kemahiran kecerdasan dan tiaptiap satunya adalah syarat mutlak untuk menguasai sesuatu kemahiran sebelumnya. Kemahiran kecerdasan pertama dalam pembelajaran diskriminasi iaitu membezakan simbolsimbol. Setelah menguasai kemahiran ini, barulah dapat membentuk konsep. Dalam pembelajaran konsep, murid mestilah membuat diskriminasi antara unsure, kemudian mengelas dan membahagikan unsur itu dalam kumpulan untuk membentuk hukum. Misalnya hukum ketumpatan sesuatu benda menunjukkan perhubungan antara konsep jisim dengan isipadu. Oleh itu, kemahiran kecerdasan membolehkan seseorang 'mengetahui bagaimana' hendak melakukan sesuatu tindakan dan bukan hanya semata-mata 'mengetahui apa' keadaan yang wujud. Ini bermakna kemahiran kecerdasan meliputi pelbagai unit maklumat berbahasa seperti fakta, tarikh, simbol dan huraian serta kebolehan menggunakan maklumat itu. Strategi kognitif pula merupakan kebolehan memproses maklumat yang membolehkan si pelajar memikir, menumpukan perhatian, memilih, mengingat dan menggunakan maklumat. Perolehan kemahiran motor membolehkan seseorang melakukan pergerakan kordinasi dalam aktiviti fizikal. Walau bagaimanapun, perkembangan dalam kemahiran motor juga memerlukan pemikiran dan penguasaan kemahiran kognitif. Misalnya, sama ada dalam aktiviti sukan atau bermain muzik, seseorang memerlukan kemahiran fizikal dan kecerdasan. Sikap seseorang pula mempengaruhi tindakannya terhadap sesuatu perkara, peristiwa atau orang lain. Ini berkait secara langsung dengan perasaan, tingkah laku, minat dan kesediaan pembelajaran pada seseorang pelajar. Kemahiran kecerdasan Kemahiran menggunakan simbol untuk berkomunikasi, menjalankan manipulasi dan menyelesaikan masalah. Dalam suatu ladang ternakan, terdapat 20 ekor itik, 45 ekor ayam, 22 ekor lembu, 56 ekor kambing dan 2 orang pekerja. Berapakah bilangan kaki di ladang itu?

Diskriminasi Dapat membezakan antara dua objek atau simbol. Dapat membezakan antara bentuk bulat dengan bujur dan p dengan q. Konsep Mengenalpasti sekumpulan idea, objek atau peristiwa yang mempunyai cirri-ciri yang sama.

Mamalia, tenaga dan atom. Hukum Perhubungan di antara sekumpulan konsep. Hukum Boyle; hukum segiempat tepat, meramalkan kadar tindak balas berdasarkan keadaan sedia ada. Strategi Kognitif Mencari pendekatan untuk memperbaiki proses pemikiran dan pembelajaran. Menggunakan satu cara (misalnya, peta konsep) yang berkesan untuk meningkatkan ingatan maklumat kompleks. Maklumat berbahasa Menggunakan simbol, label dan fakta untuk menyampaikan erti sesuatu pengetahuan. Menyebut nama anggota-anggota ASEAN. Kemahiran motor Tindakan yang melibatkan manipulasi dan kordinasi fizikal. Menulis, berenang dan bermain badminton. Sikap Corak mempamerkan tingkah laku atau tindakan. Memilih untuk menyertai persatuan sains dan menolak kelab muzik. Selain daripada kategori kedayaan pembelajaran, Gagne (1977) juga mengemukakan lapan syarat pembelajaran(jenis pembelajaran) menurut hierarki kemahiran kecerdasan. Syarat pembelajran tersebut ialah : Syarat didepan adalah syarat mutlak menguasai jenis pembelajaran kemudian. Misalnya untuk menguasai jenis pembelajaran 5, syarat 1,2,3 dan 4 mesti dikuasai dahulu. Berikut adalah huraian ringkasan lapan jenis pembelajaran mengikut kesukarannya: 1- Pembelajaran Isyarat Pembelajaran Isyarat berlaku secara semula jadi & tidak sengaja. Ia adala hasil tindak balas ransangan luar. Individu mempelajari gerak balas terhadap sesuatu isyarat. Dalam peringkat ini, kemahiran prasyarat yang perlu dimiliki oleh seseorang individu ialah dapat merasai pelbagai ransangan dan bergerak balas kepada ransangan. Pembelajaran adalah melalui pelaziman tingkah laku, contohnya; apabila pelajar mendengar loceng sekolah berbunyi pada pukul 10.00 pagi, mereka mengetahui bahawa masa rehat telah tiba, keadaan ini berlaku kerana pelajar telah dilazimkan dengan bunyi loceng dan masa rehat. Oleh itu ransangan positif akan menyeronokkan pembelajaran dan ransangan negatif boleh mendesakkan pembelajaran. 2- Pembelajaran ransangan tindak balas Dalam pembelajaran gerak balas proses peneguhan penting dan perlu dititiberatkan. Pembelajaran jenis ini juga berlaku disebabkan tindak balas terhadap ransangan luar. Akan tetapi pelajar itu telah memperolehi tindak balas yang khusus terhadap ransangan yang dikenalpastikan. Dengan perkataan lain, tindak balas dalam pembelajaran berupa diskriminasikan terhadap ransangan betul atau salah. Tindakan ini adalah 'terlazim'. Bahkan pelajar dapat bertindak balas terhadap ransangan luar mengikut kehendaknya. Contohnya,

guru memberi peneguhan kerana kerja tulisan Fifi semakin kemas dan baik, untuk mengekalkan tingkah laku ini, oleh itu Fifi akan cuba menulis dengan lebih baik lagi untuk mendapat pujian gurunya. 3- Pembelajaran melalui rangkaian Rangkaian bermaksud penggabungan beberapa ransangan yang menghasilkan tindak balas dalam suatu turutan . Pembelajaran rangkaian digunakan dalam pembelajaran kemahiran seperti penulisan, permainan, muzik dan sebagainya. Rangkaian merupakan satu siri tingkah laku yang berkaitan untuk melengkapi tugasan yang dijalankan. Sebagai contohnya, untuk melihat suatu objek yang jauh dengan menggunakan binokular, rangkaian motor berlaku apabila memegang binokular di hadapan mata, menuju binocular itu kearah objek itu dan menyesuaikannya untuk memfokus dengan jelas. Pengajaran kemahiran dari satu peringkat boleh dibawa ke peringkat yang seterusnya. Contohnya; seorang guru yang mengajar bola jaring perlu mengajar beberapa rangkaian kemahiran kecil seperti : Kemahiran menghantar bola Kemahiran menerima bola Kemahiran menjaringkan bola Kemahiran dan urutan daripada peringkat prtama akan menjadi ransangan untuk turutan yang kedua. Oleh itu, dalam pengajaran rangkaian, guru perlu membuat ulangan supaya kemahiran yang dipelajari dahulu tidak dilupakan. 4- Pertalian bahasa Pembelajaran ini melibatkan bahasa yang mengaitkan lebih daripada satu ransangan untuk menghasilkan tindak balas. Bagaimanapun proses ini memerlukan penggunaan bahasa yang telah dipelajari dahulu. Untuk menyatakan sesuatu prinsip, pelajar memerlukan kemahiran bahasa untuk mengaitkan satu rangkaian berbahasa. Ini berlaku apabila pelajar dapat menghubungkaitkan apa yang dilihat dengan sebutannya. Proses ulangan penting untuk menjamin peneguhan pertalian bahasa. 5- Pembelajaran diskriminasi Dalam pembelajaran jenis ini pelajaran itu dapat membezakan berbagai ransangan yang berupa sama untuk menghasilkan sama banyak tindak balas yang khusus. Demgam perkataan lain dalam satu set pertalian atau rangkaian, jenis pembelajaran semakin dapat dibezakan kerana setiap ransangan dan tindak balas dapat diasingkan dari satu sama lain. Ini bermaksud seorang individu itu sanggup menghasilkan tindak balas yang khusus terhadap ransangan yang berbeza walaupun kecil. Pembelajaran diskriminasi adalah berkaitan dengan cirri-ciri yang jelas pada objek. Contoh pembelajaran diskriminasi ialah pelajar membezakan sejenis haiwan dengan haiwan yang lain seperti reptilia dengan mamalia. Pelajar perlu mengenali ciri-ciri yang membezakan kedua-dua jenis haiwan ini.

6- Pembelajaran konsep Pembelajaran merupakan tindak balas umum terhadap satu kumpulan ransangan yang berbeza-beza dalam bentuk fizikalnya. Guru perlu membimbing pelajar untuk mengenal pasti cirri-ciri tertentu dalam sesuatu konsep yang dipelajari. Pembelajaran konsep hanya boleh berlaku selepas pembelajaran melalui rangkaian pertalian berbahasa dan diskriminasi.

Pelajar belajar konsep melalui contoh-contoh yang jelas. Misalnya untuk mempelajari 'mamalia' pelajar perlu mengetahui tentang beberapa cirri seperti bulu, kelenjar susu, gigi dan perbezaannya berbanding dengan sisik dan bulu pelepah. 7- Pembelajaran Hukum Pembelajaran ini melibatkan penggabungan dua atau lebih konsep yang berkaitan dalam sesuatu urutan atau rangkaian. Jenis pembelajaran ini melibatkan penggunaan rumus, prinsip, teori dan generalisasi. Pembelajaran hukum beraras tinggi kerana ia melibatkan pembelajaran konsep, rangkaian dan pertalian bahasa. Sebagai contoh, pelajar membuat soalan matematik yang melibatkan operasi tambah dan operasi darab. Soalan seperti ini melibatkan dua hukum yang berlainan. Penguasaan hukum adalah penting untuk peringkat pembelajaran penyelesaian masalah. Gagne telah memberikan lima prinsip pengajaran hukum : Memberi maklumat yang betul Menghuraikan cirri-ciri yang penting dalam sesuatu konsep Mengajar dan memberi panduan lisan dalampembentukan rangkaian konsep yang berkaitan. Menyoal pelajar tentang hukum-hukum yang telah dipelajari. Menggalakkan pelajar supaya menghuraikan hukum-hukum yang telah dipelajari.

8-Pembelajaran penyelesaian masalah Pembelajaran ini melibatkan penggunaan prinsip, rumus generalisasi, konsep dan hukum untuk menyelesaikan masalah dalam situasi baru. Pelajar perlu menggunakan kaedah penemuan dan membuat penyelesaian sendiri. Ia adalah peringkat pembelajaran yang paling sukar dan kompleks. Semua jenis kemahiran yang telah dipelajari sebelum peringkat ini digunakan dalam proses penyelesaian masalah. Terdapat langkah-langkah yang spesifik dalam proses penyelesaian masalah iaitu : Mengenal masalah Mencari maklumat Membuat hipotesis Memilih cara menyelesaikan masalah Menguji hipotesis (melaksanakan pelan penyelesaian ). Membuat rumusan (melihat kembali dan menyemak ). Penyelesaian masalah adalah cara yang paling baik untuk mengajar pelajar kemahiran berfikir.

Aplikasi Prinsip-Prinsip Gagne Dalam Bilik Darjah Guru mengajar mengikut lapan peringkat hierarki pembelajaran Gagne. 1- Pembelajaran Isyarat a) Di peringkat awal proses pengajaran dan pembelajaran, guru menjalankan pembelajaran isyarat.

b) Sebagai contoh, guru menunjukkan sesuatu objek dengan menggunakan kad imbasan perkataan. Pelajar dikehendaki mengenali objek ini. 2- Ransangan gerak balas a) Dalam pembelajaran ransangan gerak balas, guru mementingkan peneguhan b) Sebagai contoh, guru boleh mendapatkan gerak balas yang positif daripada pelajar dengan memberi pujian kepada mereka. Jika pelajar membuat kerja masing-masing dengan senyap, guru perlu memberi pujian. 3- Rangkaian motor a) Guru perlu mengajar sesuatu kemahiran secara berulang. b) Contohnya, kemahiran hoki perlu diajar mengikut kemahiran-kemahiran kecil dalam urutan spesifik. c) Prinsip ini penting dalam mata pelajaran-mata pelajaran seperti Pendidikan Jasmani, Muzik, Pendidikan Seni dan Kemahiran Hidup. 4- Prinsip pertalian bahasa a) Sambil guru mengemukakan hujah, guru perlu menggalakkan kemahiran menulis pelajar supaya perkembangan bahasa berlaku. b) Guru harus mengarahkan pelajar supaya menyebut dan mengeja konsep-konsep dan menulis nota mengenai ciri-ciri konsep yang penting.

5- Diskriminasi a) Diskriminasi adalah aspek yang penting dalam penguasaan konsep. b) Pelajar seharusnya dapat membezakan ciri-ciri penting dalam satu kategori dengan kategori yang lain. c) Sebagai contoh, pelajar boleh mendiskriminasikan cirri-ciri binatang yang tinggal di kawasan kutub dan gurun. d) Pelajar juga perlu tahu membezakan ciri-ciri yang penting dan kurang penting dalam sesuatu kategori. 6- Pembentukan konsep a) Guru harus memastikan pelajar dapat membentuk konsep dengan mudah. b) Dia harus mengenal pasti ciri-ciri penting dan tidak penting dalam sesuatu kelas atau kategori. c) Sebagai contoh, pelajar dapat membentuk konsep tentang elemen-elemen cuaca seperti berikut :

Cuaca suhu kelembapan hujan

d) Guru boleh mengemukakan soalan-soalan yang boleh memandu pelajar untuk membentuk konsep dengan mudah dan jelas.

e) Mengikut Tennyson dan Cocciarella (1986), terdapat empat langkah dalam pengajaran konsep, iaitu: Menghuraikan sesuatu konsep dan memberikan cirri-ciri utama dan penting. Menghuraikan istilah yang penting dalam definisi konsep. Memberi contoh-contoh positif dan negative untuk menghuraikan cirri-ciri utama dalam sesuatu konsep. Memberi contoh-contoh positif dan negatif tambahan mengikut pengelaan yang dibuat oleh pelajar dan mereka menerangkan pengelasan yang telah dibuat oleh mereka. 7- Pembentukan Hukum a) Guru boleh mengajar hukum dengan menggunakan kaedah perbandingan, dan dengan mengaplikasikan hukum dalam situasi pembelajaran yang berlainan. b) Guru harus memberikan arahan yang jelas, mudah dab memfokus kepada aspek-aspek yang penting dalam hukum. c) Pelajar harus diajar untuk melihat perkaitan antara hukum-hukum yang berkaitan. d) Guru perlu menguji kefahaman pelajar selepas sesuatu hukum diajar, melalui soalan dan ujian. e) Pelajar juga digalakkan untuk membuat huraian sendiri mengenai sesuatu hukum. 8- Penyelesaian masalah a) Dalam proses penyelesaian masalah,guru memberikan situasi masalah yang perlu diatasi oleh pelajar. b) Guru memberi bimbingan kepada pelajar mengenai hukum dan konsep yang perlu diaplikasi. c) Aspek yang paling penting dalam proses penyelesaian masalah ialah pelajar mencari jawapannya sendiri. d) olya (1957), telah memberikan empat langkah dalam proses penyelesaian masalah, iaitu : Memahami sesuatu masalah Membuat pelan tindakan Melaksanakan pelan tersebut M enilai hasil dan keputusan pelan

Implikasi Teori Gagne Terhadap Pengajaran & Pembelajaran Guru perlu menekankan sistem pembelajaran harus bermula daripada yang mudah kepada rumit. Selain itu proses pengajaran dan pembelajaran mestilah menurut hierarki kemahiran kecerdasan dan syarat didepan adalah syarat mutlak menguasai jenis pembelajaran kemudian. Berdasarkan teori Gagne ini proses pengajaran dan pembelajaran mestilah dilakukan secara berulang-ulang iaitu pembelajaran melalui rangkaian. Sebagai contoh pengajaran seperti pembacaan teks melalui nyanyian yang berulang kali lebih diingati oleh pelajar berbanding hanya melalui kaedah biasa pembacaan teks.

Implikasi Teori Pembelajaran Terhadap P&P Kanak-Kanak Berkeperluan Khas

Bagi kanak-kanak berkeperluan khas mereka mempelajari sesuatu melalui pembelajaran isyarat, contoh kanak-kanak yang bisu dan pekak. Selain itu kanak-kanak yang menghadapi masalah penglihatan juga dapat mempelajari melalui objek sebagai isyarat sesuatu. Sebenarnya kanak-kanak berkeperluan khas juga mempunyai naluri seperti kanak-kanak biasa, jadi ransangan gerak balas yang positif akan meningkatkan semangat mereka untuk belajar. Kanak-kanak berkeperluan khas samaada menghadapi masal slow learner (lembam) , masalah pembelajaran, masalah pendengaran dan lain-lain lagi mestilah diajar secara berulang-ulang berdasarkan pembelajaran melalui rangkaian. Kaedah ini dapat menguatkan lagi ingatan pelajar.

TEORI PEMBELAJARAN AUSUBEL Teori pembelajaran Ausubel juga dikenali sebagai teori pembelajaran penerimaan , kerana beliau menekankan proses penguasaan maklumat melalui bahasa yang bermakna. Dalam pembelajaran resepsinya , guru memberikan konsep-konsep dengan jelas dan tersusun supaya murid dapat menerimanya dengan lengkap dan baik.

Teori Pembelajaran Mazhab Kognitif David Ausubel 1. Resepsi (Pembelajaran Penerimaan) - Ausubel telah mengemukakan model pengajaran ekspositori , iaitu guru menyampaikan maklumat lengkap dalam susunan yang teratur supaya pelajar dapat menerimanya dengan baik. - Menurut Ausubel , guru boleh memberikan maklumat kepada pelajar secara tersusun dan teratur dalam bentuk kuliah dan ceramah. - Pembelajaran secara resepsi biasanya dilaksanakan di institusi pengajian tinggi dan universiti kerana bilangan pelajar yang ramai. - Walaupun guru memberi maklumat, idea-idea dan respon pelajar boleh dibincang bersama guru. - Pembelajaran secara reseps dapat menjimatkan masa , tenaga , dan kos institusi yang mengendalikannya. - Ausubel menyatakan bahawa jika pelajar ingin menguasai maklumat yang banyak , cara yang baik ialah melalui pembelajaran resepsi. - Untuk kanak-kanak yang masih muda , cara pembelajaran resepsi adalah kurang menarik dan cepat dilupai oleh mereka.

2. Pembelajaran Penemuan - Pelajar memperoleh maklumat secara bebas melalui usaha sendiri. - Pelajar menggunakan rumusan dan analisis kendiri melalui prose scuba jaya , celik akal

serta pemikiran intuitif kerana maklumat maklumat tidak diberikan oleh guru. - Ausubel mementingkan pembelajaran bermakna kerana proses ini menghubungkan maklumat baru dan maklumat lama yang sedia ada dalam struktur kognitif pelajar. - Cara ini amat berkesan dalam mengembangkan struktur kognitif individu untuk menghadapi rangsangan yang pelbagai. - Pembelajaran penemuan adalah cara pembelajaran yang lebih menarik dan dapat memenuhi kehendak dan keperluan pelajar yang lebih matang.

3. Subsumption Terbitan dan Subsumption Korelatif - Maklumat yang dipelajari oleh pelajar daripada pelbagai bidang akan menjadi struktur kognitif yang boleh diasimilasikan melalui proses subsumption. - Pembelajaran bermakna boleh dilakukan melalui subsumption. 4. Subsumption Terbitan - Dalam proses subsumption terbitan , maklumat baru akan terbit daripada pengetahuan sedia ada pelajar. - Sebagai contoh , guru memberitahu pelajar bahawa semua binatang liar adalah bahaya. Apabila pelajar mempunyai pengalaman dengan binatang liar seperti melihat harimau di Zoo Negara , pemikirannya akan bertindak secara subsumption terbitan , iaitu , Harimau adalah binatang liar. Oleh itu harimau adalah seekor binatang berbahaya.

5. Subsumption Korelatif - Dalam proses subsumption korelatif , maklumat diterima melalui proses pengembangan makna dalam struktur kognitif. - Ini bermakna konsep asas yang telah dipelajari dikembangkan lagi dalam pemikiran pelajar. - Contohnya , seorang kanak-kanaktelah mempelajari fakta ayam betina bertelur. Apabila dia melihat penyu bertelur di pantai pada musim cuti sekolah , dia dapat mengaitkan pengalaman ini kepada fakta yang telah disampaikan oleh gurunya. - Dia dapat mengaitkan kedua-dua peristiwa dalam struktur kognitifnya. - Dia juga memperoleh maklumat tambahan kerana dapat melihat bagaimana proses penyu bertelur.

6. Penyusun Awal - Ausubel menyatakan bahawa pembelajaran optima berlaku apabila terdapat perkaitan yang baik antara skema pemikiran pelajar dengan bahan pembelajaran yang baru. - Tujuan penyusun awal ialah ialah mengaitkan idea baru dengan idea lama dan menggerakkan struktur kognitif pelajar supaya proses mengasimilasi maklumat baru menjadi lebih berkesan. - Sebagai contoh , seorang guru yang ingin mengajar puisi dalam pelajarannya boleh menggunakan penyusun awal yang mudah seperti berikut :

Apa itu puisi? dan membacakan satu puisi kepada pelajar. - Penyusun awal juga boleh digunakan dalam set induksi permulaan sesuatu pengajaran atau sepanjang pelajaran. - Ia boleh disampaikan dalam bentuk kenyataan, perenggan, soalan atau demonstrasi. Menurut Ausubel , terdapat dua jenis penyusun awal. i) Penyusun Awal Perbandingan - Penyusun awal perbandingan mengingatkan pelajar tentang maklumat yang wujud dalam pemikiran - Ia merupakan maklumat penting tetapi mungkin dilupai pelajar. - Fungsi penyusun awal perbandinga ialah menolong mereka memanggil dan mengingatinya semula. ii) Penyusun Awal Ekspositori - Penyusun awal ekspositori memberikan pelajar pengetahuan baru yang mereka perlukan untuk pembelajaran topik baru. - Guru boleh memberikan maklumat ini dalam bentuk penyataan atau dalam bentuk definisi konsep yang umum.

7. Pembelajaran Subordinat dan Superordinat - Ausubel juga mengatakan pembelajaran bermakna boleh berlaku melalui pembelajaran subordinat dan superordinat. - Pembelajaran subordinat dan superordinat berfungsi untuk menjadikan proses mengasimilasi bahan baru lebih mudah dan berkesan. - Ia merupakan cara pembelajaran yang boleh menghubungkan idea dan pengalaman lama pelajar dengan maklumat baru yang hendak disampaikan oleh guru. - Dalam pembelajaran subordinat atau deduktif , guru akan mengajar satu konsep terlebih dahulu dan ini akan diikuti dengan contoh-contoh yang khusus yang dapat mengukuhkan konsep tersebut. - Contohnya , Konsep : Barang yang berat akan tenggelam Contoh barang-barang berat - Batu besar - Kereta buruk - Dalam pembelajaran superordinat atau induktif , guru akan memulakan idea baru dengan contoh yang banyak dan khusus supaya pelajar dapat gambaran umum terlebih dahulu. Kemudian guru menjelaskan prinsip yang terlibat. - Contoh : Daun Terapung Bulu ayam Terapung Prinsip Barang yang ringan akan tenggelam

8. Teknik Hafazan - Pembelajaran bermakna lebih berkesan berbanding dengan teknik hafazan. - Walau bagaimanapun , guru perlu mengajar tentang teknik hafazan. - Teknik hafazan secara latih tubi perlu dalam proses menghafal dan mengingati rumusan dan sifiran.

Konstruktivisme Bertitik tolak daripada pandangan Kognitivisme ini maka lahirlah satu pandangan tentang cara manusia belajar iaitu secara Konstruktivisme. Mengikut Konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Individu ini menyerap secara pasif sebarang pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya. Murid akan menyesuaikan sebarang maklumat baru dengan pengetahuan sedia ada mereka untuk membentuk pengetahuan baru dalam mindanya dengan bantuan interaksi sosial bersama rakan dan gurunya. Menurut MCBrien & Brandt,1997 - Konstruktivisme adalah satu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan penyelidik berpendapat setiap individu membina pengetahuan & bukannyahanya menerima pengetahuan orang lain. Bagi Brinner, M,1999 pula mengatakan murid membina pengetahuan mereka dgn menguji idea & pendekatan berdasarkan pengetahuan & pengalaman sedia ada,mengaplikasikannya kpd situasi baru & mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan binaan intelektual yang sedia wujud. Berdasarkan kepada pandangan-pandangan diatas maka pengertian pembelajaran secara konstruktivisme bolehlah dirumuskan sebagai berikut: Konstruktivisme adalah satu fahaman bahawa murid membina sendiri pengetahuan @ konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan & pengalamansedia ada. Dalam proses ini, murid akan menyesuaikan pengetahuan yg diterima dgn pengetahuan sedia ada untuk membina pengetahuan baru.

Prinsip Teori Konstruktivisme Pembelajaran merupakan satu proses yang aktif di mana murid mengguna input sensori (deria) untuk membinanya. Murid belajar cara belajar semasa belajar. Ia meliputi membina makna dan membina sistem makna. Sediakan aktiviti yang melibatkan minda selain tindakan fizikal dan pengalaman langsung. Pembelajaran melibatkan bahasa dan Vygotsky menyatakan bahawa bahasa dan pembelajaran saling berhubung kait. Pembelajaran adalah aktiviti sosial ; pembelajaran berkaitan dengan manusia lain , guru, rakan sebaya , dan lain-lain hubungan.

Pelopor Teori Konstruktivisme i) Lev Vygotsky Vygotsky banyak menekankan tentang konstruktivisme sosial di mana ilmu pengetahuan dibina berdasarkan kepada interaksi sosial , alat budaya , dan aktiviti yang membentuk pembinaan dan pembelajaran individu. Contohnya , Vygotsky mencadangkan konsep pembinaan zon proksimal , di mana kanakkanak boleh menyelesaikan masalah sesuatu masalah dengan bantuan orang dewasa , rakan atau guru (scaffolding).

Zon Perkembangan Proximal (ZPD) 1. Terdapat dua konsep penting dalam teori ini ( Slavin, 1997 ), iaitu Zon Perkembangan Proximal (ZPD) dan bantuan ( scaffolding). 2. ZPD merupakan suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan bantuan orang dewasa. 3. Dalam konteks pembelajaran, pelajar dan guru hendaklah bekerjasama untuk meningkatkan pelajaran dan membolehkan kanak-kanak melakukan kerja tersebut sendiri. 4. Dalam erti kata lain actual developmental level merujuk kepada semua aktiviti yang boleh dipersembahkan oleh seseorang kanak-kanak sendiri tanpa bantuan orang lain. 6. Sebaliknya, zone of proximal development ialah sesorang kanak-kanak atau pelajar melakukan sesuatu kerja dengan bantuan orang lain.

Implikasi Teori Kognitif Terhadap Proses Pengajaran dan Pembelajaran 1. Mengikut pandangan kognitif proses pengajaran dapat disifatkan sebagai pengumpulan , penyusunan dan penggunaan pengetahuan. Sesuatu dikatakan telah dipelajari apabila ia disimpan agar kekal sebagai pengetahuan , dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. 2. Pembelajaran melibatkan dua proses mental yang disebut pengamatan (persepsi) dan konsep (tanggapan). Pengamatan ialah mengenali peristiwa atau mengaitkan maksud pada sesuatu perkara. 3. Pembelajaran melalui cara pengamatan menitikberatkan penggunaan bahan maujud. 4. Pembelajaran pengamatan menghasilkan pembentukan konsep , iaitu idea spesifik mengenai sesuatu. Perolehan pelbagai konsep digunakan untuk untuk memahami sesuatu pengalaman atau menyelesaikan masalah. ii) Jean Piaget Ahli psikologi kognitif yang paling terkemuka, Jean Piaget, melihat kanak-kanak sebagai murid aktif yang belagak seperti saintis kecil. Mereka membina teori sendiri tentang

bagaimana dunia berfungsi dan mencari jalan untuk mengesahkan hati nurani ini. Penyelidikan Piaget tertumpu kepada bagaimana manusia memperoleh ilmu pengetahuan, yang biasanya dipanggil sebagai soalan epistemology. Piaget berpendapat bahawa di sepanjang hayat, manusia melalui satu urutan empat peringkat pemikiran secara kualitatif. Bayi memperoleh ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman sensori penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan bau. Kanak-kanak prasekolah berkembang daripada peringkat memperoleh ilmu pengetahuan tentang dunia melalui persepsi mereka terhadap pengalaman sendiri di dunia. Kanak-kanak yang lebih dewasa mula mengaplikasikan peraturan logik untuk memahami bagaimana dunia berfungsi. Remaja, dan Dewasa berkembang ke peringkat di mana mereka boleh mengaplikasikan logik kepada situasi andaian (hypothetical) dan sebenar. Sebagai tambahan, Piaget percaya bahawa manusia sentiasa mencuba memberi pengertian tentang dunia dengan membuat membandingkan kefahaman dalaman mereka tentang bagaimana dunia berfungsi dengan persekitaran luaran. Beliau mencadangkan empat prinsip konsep berikut: Organisasi Ia adalah satu proses berterusan menyusun maklumat dan pengalaman ke dalam sistem mental atau kategori. Sistem mental atau kategori persepsi dan pengalaman ini dinamakan skema. Ia sebenarnya adalah pembinaan asas blok pemikiran yang membolehkan kita berfikir. Contoh skema adalah skema minum, skema kategori, skema penyelesaian masalh matematik dan lain-lain. Adaptasi Dalam proses mengorganisasi struktur mental kita, kita akan membuat penyesuaian terhadap persekitaran. Dua proses asas adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi Ia adalah proses memasukkan peristiwa baru ke dalam skema yang sedia ada. Ini hanya seperti menambahkan data baru ke dalam fail data yang sedia ada. Tetapi data tersebut hendaklah sesuai dengan skema sedia ada. Dengan ini, asimilasi melibatkan percubaan memahami sesuatu yang baru dengan cara menyesuaikannya ke dalam sesuatu yang telah kita ketahui (Woolfolk, 1998). Contoh, pada peringkat permulaan, seorang kanak-kanak akan memikirkan seekot hamster sebagai seekor tikus belanda yang kecil. Kanak-kanak tersebut akan cuba memadankan pengalaman barunya dengan skema yang sedia ada tentang cara mengenal pasti binatang.

Akomodasi Ia berlaku semasa kita mengubah skema yang ada dalam memberi respon kepada situasi baru. Ia melibatkan perubahan skema yang sedia ada atau membentuk skema baru dalam memberi respon baru kepada maklumat baru. Apabila maklumat baru tidak sesuai dengan

skema yang ada, maka kita perlu sesuaikan pemikiran kita. Seperti contoh di atas, kanakkanak tersebut akan tambahkan skema baru untuk mengenali hamster kepada sistem lain untuk mengenal pasti binatang. Ini dikatakan akomodasi.

Metakognisi Keupayaan individu menggunakan kognitif (akal / pengetahuan) untuk mengurus maklumat. a) Pengetahuan personal ; tahu kekuatan dan kelemahan diri. b) Pengetahuan tugas ; tahu guna kemahiran selesaikan masalah. (formula-matematik). c) Pengetahuan strategi ; keupayaan pilih strategi lebih berkesan. John Flavell (1976) Metakognisi ialah pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya. Metakognisi terbahagi kepada 3 variable (pemboleh ubah)

Faktor Mempengaruhi Metakognisi Individu itu sendiri Tugas yang diberikan Strategi yang diguna pakai dalam menyelesaikan tugasan yang diberikan Persekitaran yang mengelilingi individu yang sedang berfikir Teori pelaziman klasik Watson

Selain Ivan Pavlov, John B Watson merupakan seorang lagi ahli psikologi yang menggunakan perkataan behaviorisme untuk menerangkan perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran. - beliau juga telah menjalankan kajian ke atas seekor tikus putih dan seorang kanak kanak lelaki bernama Albert, yang berumur 11 bulan. - Dalam kajiannya, beliau telah menunjukkan kepada kanak kanak tersebut seekor tikus putih. Pada mulanya kanak kanak tersebut tidak menunjukkan perasaan takut pada tikus tersebut, tetapi pabila satu bunyi yang kuat dikeluarkan serentak dengan kemunculan tikus tersebut, kanak kanak tersebut menjadi takut dan menangis. Eadaan ini diulang beberapa kali sehingga menimbulkan perasaan takut kanak kanak tersebut pada tikus putih.

- Berdasarkan penyelidikan ini, Watson menyarankan bahawa guru boleh mempengaruhi pengalaman pembelajaran pelajar dengan menentukan rangsangan yang akan didedahkan kepadanya dan jenis gerak balas tertentu yang akan dihasilkan. - Dengan menggabungkan beberapa rangsangan, gerak balas tertentu dapat dikaitkan dengan pelbagai situasi.

- Kesimpulannya, dalam proses pengajaran, guru haruslah sentiasa memilih rangsangan yang menyeronokkan. APLIKASI PRINSIP-PRINSIP SKINNER DALAM BILIK DARJAH

Pemberian peneguhan yang positif seperti pujian, wang, kata-kata perangsang, hadiah, token dan bintang bagi meneguhkan tingkah laku yang dikehendaki. a) Sebagai contoh, guru memberikan Rahimah lima bintang kerana berjaya menghasilkan lukisan tercantik dalam bilik darjah. b) Pemberian peneguhan mesti diberikan secara tekal bagi menjamin berulangnya tingkah laku yang positif. Objektif tingkah laku yang realistik dan penguasaan kemahiran secara berperingkat. a) Guru memastikan objektif pengajaran yang ditetapkan realistik dan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah arasnya.Ia mesti sejajar dengan kebolehan pelajar. b) Guru juga perlu mengajar sesuatu kemahiran seperti bermain bola sepak secara berperingkat-peringkat (seperti burung merpati bermain ping-pong) supaya pelajar menguasai permainan tersebut dengan lebih berkesan. Mengajar pelajar membezakan persamaan dan perbezaan di antara dua situasi yang berlainan, supaya mereka dapat membuat generalisasi dan diskriminasi dengan betul. a) Generalisasi (i) Guru perlu mengamalkan prinsip generalisasi dalam bilik darjah. Pemindahan pembelajaran berlaku dari situasi A kepada situasi B. (ii) Generalisasi membawa maksud melakukan tingkah laku yang sama dalam situasi yang berlainan. (iii) Contohnya, sesetengah pelajar takut untuk menghadapi peperiksaan UPSR. Guru boleh menasihatkan pelajar tersebut dan memberitahu nya bahawa dia akan menduduki peperiksaan yang hampir sama dengan ujian bulanan. (iv) Oleh itu, pelajar tidak akan berasa begitu takut kerana dia sudah biasa membuat ujian bulanan. b) Diskriminasi rangsangan (i) Guru perlu memastikan bahawa pelajar memberi fokus kepada rangsangan yang betul dan dapat membezakan rangsanganrangsangan yang lebih penting dalam proses P&P.

(ii) Sebagai contoh, guru boleh memberitahu pelajar objektif spesifik yang perlu dikuasai dalam sesuatu pelajaran. (iii) Maka pelajar akan memberi perhatian yang lebih kepada maklumat penting yang berkaitan dengan objektif pelajaran. (iv) Ini menunjukkan bahawa pelajar dapat membuat diskriminasi antara maklumat penting dan kurang relevan. Pelajar boleh mempelajari dengan mengaitkan antara rangsangan dan gerak balas. a) Ini bermakna tingkah laku pelajar boleh dilazimkan untuk gerak balas yang diingini atau tidak diingini oleh guru. b) Sebagai contoh, apabila guru masuk ke kelas (rangsangan) pelajar berdiri dan mengucapkan Selamat Pagi (gerak balas). Guru pun memuji pelajar. c) Tanpa arahan guru, pelajar akan terus melakukan tingkah laku ini setiap kali seorang guru masuk ke dalam bilik darjah. Rangsangan dan gerak balas diperkukuhkan melalui latihan. a) Semakin kerap rangsangan dikaitkan dengan gerak balas semakin kukuh gerak balas terlazim. b) Sebagai contoh, seorang pelajar diberi peneguhan positif dalam bentuk pujian untuk kerjanya yang kemas. c) Kerja yang kemas akan berterusan, walaupun tiada pujian daripada guru. Pujian Kerja kemas Kerja kemas berterusan d) Guru juga dapat meningkatkan tingkah laku pembelajaran yang positif dengan mengadakan perbincangan, projek dan aktiviti kumpulan di kalangan pelajar. Motivasi membangkitkan tingkah laku positif. a) Guru perlu memotivasikan pelajar dengan ganjaran yang sesuai sebelum mereka dapat mengawal tingkah laku pembelajaran yang dikehendaki dalam P&P. b) Sebagai contoh, guru perlu memberi motivasi seperti dalam bentuk pujian, hadiah, kata-kata perangsang dan sebagainya untuk menbentuk tingkah laku yang diingini. c) Guru juga boleh meningkatkan motivasi pelajar dengan menyediakan suasana pengajaran dan pembelajaran yang menyeronokkan. Penghapusan a) Jika sesuatu tingka laku tidak diberi peneguhan ia boleh dikikiskan secara perlahan-lahan. b) Sebagai contoh, guru boleh mengikiskan perasaan takut yang dialami oleh pelajar dalam situasi P&P. c) Sebagai contoh, jika perlu takut untuk membuat pembentangan di hadapan kelas, guru perlu meningkatkan keyakinannya secara berperingkat. d) Pertama sekali, guru membiarkan pelajar itu membaca kepada kumpulan yang lebih kecil semasa dia duduk, kemudian semasa dia berdiri.

e) Akhir sekali, baru pelajar itu diberi peluang membaca di hadapan kelas. f) Ini dapat menghapuskan perasaan takut yang dialami oleh pelajar tersebut.

Potensi manusia Setiap kali pandangan ini tertuju pada orang-orang yang bermegah-megah dalam perjalanan hidup ini, disuatu hari ataupun disuatu kota di negeri yang dibilang maju ini, selalu muncul argument dalam diri ini, bahwa mereka begitu beruntungnya dibandingkan saudara-saudara kita di tempat lain, yang dimana mereka untuk menghidupi dirinya dan keluarganya perlu kerja yang sangat keras sekali ataupun malah lebih memprihatinkan dari itu, oleh karena sebenarnya mereka menjadi korban-korban dari mereka yang hidup bermegah-megahan itu baik yang langsung maupun tidak langsung.

Kemegahan itu akhirnya malah menjadikan mereka lupa kepada perintah-perintah dan laranganlarangan Tuhannya, Rabb Semesta alam, yang menciptakan mereka penuh dengan segala kenikmatan. Mereka tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk yang diturunkan Rabbnya melalui Rasulnya kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya sampai hari berakhirnya kehidupan didunia ini. Sehingga seperti Allah tabaraka taala peringatkan, bahwa neraka jahanam adalah tempat bagi mereka dihari akherat nanti Hai manusia, sesungguhnya Allah, Rabb engkau yang menciptakan seluruh kehidupan ini, sudah memberikan potensi-potensi untuk memahami petunjuk-petunjuk yang datang dariNya, yakni : potensi engkau mendengar (As-samu), potensi engkau bisa melihat, dan potensi engkau memahami dengan hati engkau. Allah berfirman di Al Quran (Al Insan 76:1-3): 1. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (QS. 76:1) 2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. 76:2) 3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS. 76:3) Coba sekarang kita pahami baik-baik petunjuk-petunjuk Allah dalam Al QuranNya yang karim ini, setelah Allah menginginkan terciptanya manusia dari setetes mani yang bercampur, kemudian Allah menguji kehadiran mereka dengan perintah-perintah dan larangan-laranganNya. Untuk itu Allah mempersiapkan kepada mereka dua potensi yakni "mendengar dan melihat". Melalui dua potensi ini seperti yg diteruskan di Ayat ketiga bahwa mereka hendaknya memilih jalan yang lurus yang sudah ditunjuki Allah SWT kepada mereka, agar nantinya Allah menggolongkan mereka ke dalam orang-orang yang bersyukur. Firman Allah SWT di QS.An Nahl 16:78 mengingatkan: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Ironis, karena pada kenyataannya banyak manusia yang tidak mampu memanfaatkan potensi-potensi tersebut untuk memahami dan menapaki jalan Allah yang lurus, dan mensyukuri pemberian Allah kepada mereka, sehingga mereka di katakan Allah SWT : kafir.

Di Firman Allah SWT yang lainnya yang sama bunyinya : QS.As Sajdah 32:9: Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu kendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Mereka yang mengkafiri nikmat Allah SWT itu adalah tempatnya Neraka Jahanam, yang kebanyakan terdiri dari Jin dan Manusia, disebabkan mereka engkar dan tidak memanfaatkan potensi yang sudah Allah SWT berikan kepada mereka selama hidup di dunia. Dengan keyakinan pengetahuan Allah yang Maha Luas, Allah bahkan mengumpamakan manusia yang kafir ini bagaikan binatang ternak, bahkan lebih parah dari itu. Disurat Al Araaf(7):179 , Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. Sesungguhnya binatang ternak bisa mendatangkan manfaat pada tuannya, sehingga tuannya merasa puas atas pekerjaannya. Diperintahkan untuk menggarap tanah, berangkat ke kandang dan bertelur, atau menarik gerobak, mereka mau melakukan. Tetapi sebagian manusia itu tidak mengikuti perintahperintah dan larangan-larangan sang Penciptanya, yang juga memberikan hati untuk memahami perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhannya. Dari hati merekalah sumber permasalahannya, sehingga mereka menutup telinga mereka dan membutakan matanya terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah SWT, walaupun mereka sudahmenyaksikan dan mendengar kebesaran Allah di muka bumi ini. Firman Allah SWT di QS.Al Hajj 22:46 : maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. Tanggung Jawab ( masuliyah) Pemberian potensi-potensi yang diberikan Allah SWT tadi, sesungguhnyaharus dipertanggung jawabkan. Firmah Allah (17:36):

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. Apakah tanggung jawab atas potensi itu?, Tidak lain adalah beribadah kepada Nya. Karena memang penciptaan manusia adalah semataa-mata untuk beribadah kepadaNya. Dalam Doa Iftitah disetiap sholat kita, kita senantiasa senandungkan bahwa: "Sesungguhnya Sholatku, Dermaku, Hidupku, Matiku hanya untuk Allah, Rabb Semesta Alam". Ibadah tidak hanyak merupakan pelaksanaan rukun islam yang lima, juga semuat aktivitas kita diibadahkan untuk Allah SWT. Amanah dan Khalifah Maka setelah manusia sudah mampu melakukan masuliyah ini dengan baik, selanjutnya Allah memberikan amanah (kepercayaan), seperti yang sebutkan di Firmah Allah SWT (QS.33:72) : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, Dan apabila amanah tersebut bisa manusia laksanakan dengan baik, maka pantaslah mereka menjadi Khalifah di bumi ini ( QS.An Nur(24):55). Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik. Allah menggambarkan ciri-ciri khalifah yang diinginkannya itu dalam Al Quran (QS.48:29) Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orangorang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mumin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Semoga kita termasuk kedalam orang2 yg bersyukur kepadaNya, hasbunallahu wanikmal wakil. wasalam - A. Jarin

C O M M E N T S The URI to TrackBack this entry is:http://beranda.blogsome.com/2006/05/28/potensimanusia/trackback/ No comments yet. RSS feed for comments on this post. L E A V E A C O M M E N T

011/03/murid-dan-alam-belajar.html. It is a snapshot of the page as it appeared on 27 Jul 2011 15:05:19 GMT. The current page could have changed in the meantime.Learn more

Text-only version These search terms are highlighted: doc konsep murid dan alam belajar berkongsi ilmu semasa d ipg

Tuesday, March 15, 2011 murid dan alam belajar

1.0 Pengenalan

Di dalam kehidupan manusia, proses pengajaran dan pembelajaran sentiasa

berlaku dari semasa ke semasa tanpa kita sedari. Pengajaran dan pembelajaran merupakan

satu proses dimana sesorang individu menerima dan menyampaikan ilmu. Proses ini boleh

berlaku secara formal dan tidak formal. Disebabkan oleh itu, proses ini boleh berlaku tanpa

mengira tempat, keadaan, masa dan sebagainya.

Pengajaran boleh didefinisikan sebagai satu cara untuk menyediakan pelajar dengan

pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Merujuk kepada

Kamus Dewan edisi ketiga, pengajaran dapat didefinisikan sebagai perihal mengajar, segala

sesuatu yg berkaitan dengan mengajar seperti cara atau sistem mengajar, aspek yang

dipentingkan dan ia juga meliputi segala sesuatu cara atau perbuatan yang diajarkan. Oleh

itu, pengajaran adalah satu proses yang berkaitan dengan penyebaran ilmu pengetahuan

atau kemahiran yang tertentu. Pengajaran ini meliputi semua aspek yang dilaksanakan

bertujuan untuk menyebarkan ilmu.

Manakala, pembelajaran pula membawa maksud perubahan tingkah laku manusia yang agak

kekal akibat interaksi dengan persekitaraan. Menurut Hill (2000), pembelajaran berlaku

apabila pengalaman menyebabkan satu perubahan yang agak kekal dalam pengetahuan atau

tingkah laku seseorang. Perubahan ini mungkin berlaku secara sengaja atau tidak sengaja.

Manakala, menurut satu lagi pendapat daripada Mook Song Sang (2009) yang

menyatakan konseppembelajaran dikategorikan berlandaskan teori-teori pembelajaran

masa

kinidan

diklafikasikan

kepada

empat

mazhab

iaitu

behavioris,

kognitif,

sosial dan humanis.

Kesimpulannya, pengajaran dan pembelajaran berkait antara satu sama lain untuk

melahirkan individu yang berpengetahuan serta berakhlak mulia.

3.0 Teori Pembelajaran

Di dalam teori pembelajaran, terdapat lima teori iaitu teori pembelajaran kognitif,

konstruktisme, behaviourisme, sosial, dan humanis. Kelima-lima teori pembelajaran ini

mempunyai

perkaitan

dengan

iaitu

kesediaan,

corak

pengamatan,

persepsi,

ingatan dan lupaan serta pemindahan pembelajaran.

3.1 Teori pembelajaran Behaviourisme

Teori pembelajaran Behaviourtisme merupakan satu teori yang mengkaji tingkah

laku manusia. Pelopor teori ini iaitu John B. Watson (1878-1958) yang menjelaskan maksud

behaviorisme secara umum. Beliau berpendapat behaviorisme ialah satu bidang yang

digunakan untuk melukiskan isi sejumlah teori yang saling berhubungan di bidang psikologi,

sosiologi danilmu-ilmu tingkah laku yang wujud hasil daripada gabungan gejala psikologi,

falsafah etika, segala tingkah laku tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Teori ini

dipelopori oleh Pavlov, Thorndike dan B.F Skinner. Teori juga dikenali sebagai teori

perlaziman. Hasil gabungan teori yang dikemukan oleh Pavlov dan J.B. Watson bagi Teori

Pelaziman Klasik, Thorndike, dan B.F. Skinner bagi Teori Pelaziman Operan. Dalam dua-

dua teori tersebut, ianya memberi penekanan bahawa apabila wujudnya ransangan maka

akan wujudnya gerak balas. Hal ini dapat dilihat dan dibuktikan daripada hasil kaijain

pelopor-pelopor ini.

Pavlov telah membuat kajian ke atas haiwan dengan menggunakan anjing di mana

makanan dan bunyi loceng digunakan sebagai ransangan manakala air liur sebagai gerak

balas.hal ini berbeza dengan Watson yang menggunakan manusia sendiri sebagai bahan uji

kaji di mana beliau menggunakan kanak-kanak yang bernama Albert sebagai bahan kajian

dengan meletakkan tikus putih sebagai ransangan dan dentuman kuat yang berfungsi untuk

menghasilkan perasaan takut sebagai gerak balas. Kedua-dua kajian tersebut telah

membuktikan pembelajaran yang berlaku kepada anjing tersebut (haiwan) dan Albert

(manusia) terhasil daripada gerak balas (G) terhadap sesuatu ransangan (R) yang pada

awalnya tidak memberi sebarang kesan. Kedua-dua kajian itu telah menjadikan ransangan

tak terlazim kepada ransangan terlazim dan gerak balas tak terlazim kepada ransangan

terlazim.

B.F. Skinner dan Thorndike yang mengkaji Teori Pelaziman Operan pula melakukan

kajian ke atas tikus dan juga kucing. Skinner melakukan kajian dengan memasukkan seekor

tikus ke dalam kotak yang dipanggil Kotak Skinner. Tikus tersebut akan melakukan tingkah

lakunya sebelum tikus tersebut mengetahui bahawa apabila alat penekan dipijak, bijiran

makanan akan keluar dan masuk ke dalam mangkuk. Keadaan diteruskan sehingga

menggantikan mangkuk dengan cahaya lampu. Alat penekan ditekan, maka lampu akan

menyala serantak dengan makanan diberikan. Kemudian, Skinner mengenakan kejutan

elektrik kepada tikus tersebut apabila menekan alat penekan tersebut. Malah, kaedah yang

digunakan oleh Skinner merupakan kaedah yang sama yang digunakan oleh Thorndike.

Thorndike memilih kucing sebagai bahan uji kajinya. Kucing tersebut diletakkan di dalam

sangkar manakala makanan diletakkan di luar sangkar. Jika kucing itu menekan tuil, pintu

akan terbuka, maka kucing itu boleh mendapatkan makanan yang telah diletakkan

dihadapannya. Kesemua uji kaji tersebut telah membuktikan bahawa sesuatu bentuk

pembelajaran seseorang yang menggunakan sesuatu gerak balas yang kukuh dan tetap

dipilih daripada beberapa gerak balasnya.

3.2 Teori pembelajaran Kognitif

Di dalam teori pembelajaran kognitif ini, para pelopornya menumpukan perhatian

terhadap cara pembelajaran seperti pemikiran celik akal, kaedah penyelesaian masalah,

penemuan, kategori pembelajaran dan resepsi. Teori pembelajaran kognitif ini adalah

berasaskan psikologi Gestalt. Olej itu, teori ini turut dikenali sebagai teori Gestalt. Antara

pelopor-pelopor dalam teori pembelajaran kognitif ini ialah Piaget, Kohler, Bruner,

Gagne danAusebel. Di dalam teori ini ianya memberi penumpuan terhadap pembelajaran

kognitif dimana pembelajaran kognitif merupakan suatu proses yang menggunakan

pengalaman sedia ada untuk mendapatkan penyelesaian.

Wolfgang Kohler yang menggunakan cimpanzi sebagai bahan ujian telah menyatakan

bahawa bahawa celik akal merupakan kebolehan mental yang membantu seseorang untuk

menyelesaikan masalah. Beliau membuat kesimpulan tersebut akibat daripada kajian beliau

dimana seekor cimpanzi menyelesaikan masalah untuk mendapatkan sebiji pisang yang

tergantung dibumbung sangkarnya. Cimpanzi mula menggunakan cara melompat, tetapi

gagal untuk mendapatkan pisang tersebut. Ia pun berhenti seketika. Ketika berhenti, cimpazi

melihat di sekeliling sangkar dan dengan tiba-tiba melihat kotak lalu menyusun kotak-kotak

tersebut secara bertindih sehingga menjadi seperti tangga dan seterunya memanjat kotak-

kotak itu.Akhirnya, cimpanzi itu berjaya mendapatkan pisang tersebut yang merupakan

ransangan baginya.

Piaget pula menumpukan kajian perkembangan kognitif kanak-kanak. Oleh itu,

terdapat

lima konsep asas

yang

dikemukana

oleh

beliau

iaitu

skema,

adaptasi,

keseimbangan, asimilasidan akomodasi. Antara contoh yang dapat dilihat ialah jika sebuah

rumah hanya mempunyai tiga buah bilik. Di mana setiap bilik mempunyai penghuni iaitu

bilik untuk ibubapa, anak perempuan dan anak lelaku. Jika ada tetamu datang ke rumah

tersebut dan bermalam di situ maka akan berlaku perubahan di mana anak lelaki tuan

rumah tersebut terpaksa tidur di ruang lain maka satu bilik anak lelaki tersebut dibuat

sebagai bilik tetamu. Oleh itu, berlaku adaptasi dimana proses asimilasi dan akomodasi

berlaku.

Teori seterusnya ialah teori yang dikemukakan oleh Gagne. Di dalam teori ini Gagne

telah mengenal pasti lapan jenis peringkat yang perlu dilalui oleh setiap individu. Peringkat-

peringkat itu juga dikenali sebagai hierarki pembelajaran Gagne iaitu peringkat

pembelajaran isyarat, pembelajaran mengganggu gerak balas, rangkaian, pertalian bahasa,

pembelajaran diskriminasi, pembelajaran konsep, dan penyelesaian masalah. Bagi Bruner

pula,

beliau

telah

mengaplikasikan konsep pembelajaran

kepada

tiga

iaitu konsep konjuntif,

disjuntif

atau

hubungan.

Di

dalam konsep konjuktif

menjelaskan konsep tersebut

dimana

tiada

hubungan

pemisahan

berlaku.

Manakala konsep disjuktif pula ialah konsep yang membolehkan atribut-atribut yang

tergabung digunakan dalam apa jua keadaan dan akhir sekali konsep disjuntif atau

hubungan pula membawa erti kepada hubungan khas iaitu seperti kedudukan sesuatu

tempat. Ausubel pula menerangkan mengenai pembelajaran resepsi dimana beliau

berpendapat bahawa terdapat dua pra syarat dalam pembelajaran resepsi iaitu pelajar perlu

mempunyai sikap dantujuan yang positif terhadap aktiviti pembelajaran dan harus

menggunakan pengetahuan sedia ada untuk mengaitkannya dengan pelajaran yang baru.

3.3 Teori pembelajaran Konstruktivisme

Di dalam teori pembelajaran konstruktivisme pula pendapat yang dikemukan oleh

Von Glaserfeld yang telah menerangkan mengenai konsep konstruktivisme dimana

konstruktivisme adalah berdasarkan beberapa andaian seperti ilmu pengetahuan dibentuk

oleh individu yang mempunyai inisiatif sendiri untuk mengetahuinya. Andaian berikutnya

adalah berdasarkan tujuannya iaitu membentuk ilmu dengan mengubah suai diri dalam

persekitarannya. Disebabkan itu, teori pembelajaran konstruktivisme digunakan dalam

bidang psikologi, falsafah, teknologi, pengajaran, sains, matematik dan pendidikan moral.

Tokoh-tokoh

yang

pernah

terlibat

sekaligus

memberi

sumbangan

kepada

teori

konstruktivisme adalah Piaget (dari perspektif kognitif dan perkembangan ) Bruner,

Vygotsky, Dewey (1933), Goodman (1984) dan Gibson (1977). Teori ini memberi penekanan

kepada pembinaan oleh pelajar. Teori ini menyatakan bahawa pelajar boleh membina

pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang sedia ada dalam dirinya. Oleh itu,

pelajar akan mengaitkan pembelajaran baru dengan pembelajaran lama yang sedia ada.

Perspektif konstruktivisme menitikberatkan pengalaman pendidikan yang boleh membantu

kanak-kanak membina ilmu pengetahuan dan bukannya penyiaran pengetahuan.

3.4 Teori pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial ini pula dipelopori oleh Banduran yang menyatakan

bahawa pembelajaran melalui pemerhatian adalah pembentukan asas tingkah laku manusia.

Dimana orang yang menjadi pemerhati disebut sebagai model manakala proses

pembelajaran pula disebut sebagai pemodelan. Di dalam teori ini, terdapat tiga unsur asas

yang utama iaitu individu (proses), persekitaran (environment), dan tingkah laku

(behaviour). Teori ini merupakan hasil gabungan teori bahaviouris dengan psikologi kognitif.

Dalam teori ini menekankan bahawa pelajar itu sendiri perlu menggunakan pemikiran

dalamannya sendiri dan tidak bergantung kepada pelaziman semata-mata. Kesimpulannya,

Bandura mengutamakan prinsip pembelajaran melalui pemerhatian dan peniruan.

3.5 Teori pembelajaran Humanis

Di dalam teori ini manusia dianggap sangat istimewa kerana manusia dianggap

sebagai makhluk yang tidak mempunyai keupayaan yang sama dengan haiwan. Teori ini

memberi penekanan terhadap kepentingan cara pengajaran dan pembelajaran yang dapat

mematuhi kehendak individu mengikut perkembangan emosinya. Teori ini dipelopori oleh

Carl Rogersdan Maslow. Pelopor teori ini iaitu Carl Rogers membuat kesimpulan bahawa

pengalaman setiap individu hanya dialami dan difahami oleh individu tersebut sahaja.

Malah, beliau juga menyatakan bahawa setiap individu mempunyai keinginan untuk

mencapai kesempurnaan kendiri dan tingkah laku yang ditunjukkan adalah selaras

dengan konsep kendiri serta kepercayaannya. Maslow yang merupakan ahli pelopor teori

ini pula berpendapat bahawa pembelajaran yang berkesan bergantung kepada motif

pelajaran itu sendiri. Beliau telah mengemukakan teori keperluan ini berasaskan prinsip

bahawa motivasi intrinsik merupakan kuasa dalaman yang mendorong manusia untuk

mencapai kecemerlangan.

4.0 Kaitan Prinsip dengan Suasana Pembelajaran

4.1 Kaitan Prinsip Teori Behaviouris dengan Aspek Kemahiran Guru (Ciri Teknikal)

Berdasarkan huraian yang telah dibuat, prinsip teori Behaviouris dimana sesuatu tindak

balas atau gerak balas akan berlaku apabila terdapat ransangan yang kukuh. Di mana faktor

ganjaran

iaitu

peneguhan

positif dan dendahan

iaitu

memainkan

peranan

dalam

membentuk

perkembangan

kanak-kanak. Prinsip

ini

bolehlah

diaplikasikan

dalam

mewujudkan suasana pembelajaran yang konduksif. Oleh itu, guru haruslah memainkan

peranan dalam mewujudkan suasana tersebut sebagai contoh guru memberi pujian

kepada murid walaupun sesuatu perkara yang dilakukan salah. Namun, guru menggunakan

ayat yang bersesuai supaya murid tidak merasa rendah diri. Perkara ini dapat menwujudkan

sikap ingin berusaha melakukan sesuatu kerja dengan lebih baik. Malah, hal yang sama

dapat diaplikasikan dalam apabila guru memintamurid menjawab soalan. Guru perlu

mengajar murid supaya mengangkat tangan untuk menjawab soalan. Bagi murid yang

tidak mengangkat tangan sebelum menjawab soalan, guru boleh memberikan hukuman.

Secara tidak lansung, murid itu sedar bahawa hukuman akan diberikan jika tidak

mengangkat tangan semasa sesi soal jawab. Dengan itu, suasana di dalam kelas tidak akan

bising.

4.2 Kaitan Prinsip Teori Kognitif dengan Aspek Keadilan (Ciri Kemanusiaan)

Di dalam teori kognitif ini pula pembelajaran merupakan suatu proses yang

menggunakan pengalaman sedia ada untuk mendapatkan penyelesaian.

Oleh itu, guru perlulah memilih aktiviti yang mempunyai perkaitan dengan pengalaman

sedia ada murid tersebut agar suasana kelas yang kondusif dapat diwujudkan. Sebagai

contoh, guru tersebut ingin mengajar berkaitan bunga. Guru tersebut boleh menyoal murid-

muridberkaitan bunga yang pernah dilihat oleh mereka. Bagi mewujudkan suasana yang

lebih menyeronokkan, guru boleh membawa beberapa jenis bunga yang berbeza-beza

warna danmembenarkan setiap murid merasai serta menghidu bau bunga tersebut.

Dengan membuat aktiviti tersebut sekaligus guru memberi peluang kepada murid untuk

meneroka, memegang, merasai, menghidu dan membuat kesimpulan. Antara aktiviti yang

boleh dijalankan adalah dengan memberi peluang kepada murid untuk meneroka,

memegang, merancang, menciumdan merasa sendiri objek tersebut. Secara tidak lansung,

apabila sesi soal jawab dijalankan,murid berjaya menjawab soalan dengan betul

berdasarkan pengalaman mereka sebentar tadi. Daripada aktiviti tersebut, akan wujudlah

aspek keadilan telah berjaya diterapkan apabila guru memberi setiap kumpulan beberapa

jenis bunga agar murid tersebut tidak merasa wujudnya pilih kasih.

4.3 Kaitan Prinsip Teori Konstruktivisme dengan Aspek Demokrasi (Ciri Kemanusiaan)

Di dalam teori ini pembelajaran memainkan peranan yang penting dalalm

membantumurid membina pengetahuan baharu berdasarkan pengetahuan yang sedia ada.

Teori ini boleh dikaitkan dengan aspek demokrasi. Untuk menghasilkan suasana

pembelajaran yang menarikdan menyeronokkan, guru mestilah bijak dalam melaksanakan

aktiviti yang bersesuai dengan setiap murid. Guru juga memainkan peranan dalam

membentuk persekitaraan pembelajaran yang kompleks dan tugasan yang bersesuaian agar

dapat membantu membina pengetahuan baru. Antara aktiviti yang dapat dicadangkan ialah

aktiviti bercerita di dalam kelas semasa subjek Bahasa Inggeris dimana murid telah

mempunyai pengetahuan di dalam penguasaan Bahasa Inggeris. Oleh itu, pengalaman atau

pengetahuan baru yang perlu dipelajari oleh muridtersebut ialah bagaimana cara

menyampaikan sesuatu cerita itu. Guru boleh meminta setiapmurid membuat persembahan

bercerita di hadapan dan setiap murid di beri peluang untuk menyatakan pandangan

mereka terhadap cara penyampaian serta cerita tersebut. Tanpa tidak disedari, telah wujud

demokrasi di situ.

4.4 Kaitan Prinsip Teori Sosial dengan Aspek Peralatan (Ciri Fizikal)

Teori sosial pula merupakan salah satu teori yang dikaitkan dengan aspek peralatan

ataupun ciri fizikal. Teori sosial ini menekankan bahawa pembelajaran melalui pemerhatian

adalah pembentukan asas tingkah laku manusia. Oleh itu, guru haruslah bijak memilih

alatan yang bersesuai dengan usia murid agar ianya tidak menimbulkan sebarang masalah.

Antara aktiviti yang boleh dijalankan ialah guru boleh menggunakan LCD dan komputer

sebagai salah satu peralatan. Guru boleh menggunakan alatan tersebut bagi menunjukkan

video. Contohnya, guru Bahasa Melayu boleh menunjukkan video mengenai nilai-nilai

murni. Dengan cara itu,murid akan lebih memahami apa itu nilai murni dan sekaligus

membantu murid tersebut memahami nilai-nilai murni yang harus diterapkan ke dalam diri

mereka. Oleh itu, muridtersebut akan mengubah sifat mereka dengan menerapkan nilai-

nilai murni. Maka, proses pemerhatian tersebut telah menyebabkan proses pembelajaran

berlaku melalui peniruan.

4.0 Kaitan Prinsip Teori Humanis dengan Aspek Suasana Am Bilik Darjah (Ciri Fizikal )

Teori ini menyatakan bahawa manusia bertindak atas dasar keperluan, motivasi,

minatdan nilai. Oleh itu, murid harus mempunyai motivasi dan minat untuk mempelajari

sesuatu. Hal ini kerana dua-dua perkara berikut amat berguna bagi membolehkan mereka

memperolehi sesuatu bidang ilmu. Oleh itu, guru haruslah menyediakan sesuatu aktiviti yang

bersesuaian dengan tahap keupayaan murid. Selain itu juga, aspek yang membantu

meningkatkan minatmurid dalam belajar ialah suasana kelas yang sentiasa menarik.

Suasana kelas yang ceria mampu menarik minat murid untuk belajar. Sebagai contoh,

guru boleh menggunakan warna hijau dan biru kerana kedua-dua warna tersebut mampu

menenangkan murid-muridsekaligus menimbulkan suasana kelas yang kondusif. Guru

tidak digalakkan menggunakan warna-warna yang tidak ceria kerana ianya mampu

membuatkan murid menjadi tidak bersemangat untuk belajar. Ini membuktikan perkaitan

teori Humanis dengan aspek suasana bilik darjah.

5.0 Rumusan

Kesimpulannya, untuk menjadi seorang guru yang berjaya. Guru tersebut haruslah

memahami apa itu pengajaran dan pembelajaran serta teori-teori pembelajaran yang saling

berkait rapat antara satu sama lain. Akibat kelalaian atau ketidakpekaan guru terhadap hal

tersebut boleh menyebabkan pengajaran dan pembelajaran yang dijalankan adalah tidak

baik sekaligus gagal mewujudkan suasana kelas yang kondusif. Malah, jika hal demikian

berlaku murid dengan sendirinya tidak mempunyai minat akibat guru gagal memahami

mereka disebabkan guru tersebut daif mengenai pendekatan yang terbaik untuk

setiap murid-murid. Oleh itu, guru harus menyediakan diri mereka dengan ilmu-ilmu

tersebut supaya kelas yang dijalankan mencapai matlamatnya serta mengetahui keadaan

atau suasana bilik darjah yang kondusif seperti yang ditunjukkan di bawah.

2.0 Konsep Suasana Pembelajaran yang Kondusif

Pengajaran dan pembelajaran yang dijalankan mampu berjalan dengan baik dan lancar

apabila suasana atau keadaan pembelajaran tersebut adalah kondusif. Terdapat beberapa ciri

yang dapat diketengahkan dalam membentuk suasana pembelajaran yang kondusif.

Antaranya ialah persekitaraan pembelajaran yang kondusif. Persekitaraan tersebut merujuk

kepada suasana di dalam bilik darjah tersebut. Bilik darjah tersebut haruslah bersesuaian

dengan jumlahmurid agar tidak berlaku sebarang masalah. Selain itu, meja dan kerusi yang

disediakan haruslah bersesuaian dengan murid-murid agar mereka dapat menjalani proses

pengajarandan pembelajaran dengan baik sekali. Tambahan lagi, suasana bilik darjah yang

sangat menarik juga mampu mewujudkan persekitaraan pembelajaran yang kondusif.

Apabila sesebuah bilik darjah dihias dengan cantik sekali maka secara tidak lansung timbul

minat untuk belajar di dalam diri murid tersebut kerana suasana yang ceria dengan

pelbagai jenis hiasan serta warna-warna yang menarik. Selain itu, susunan di dalam kelas

juga memainkan peranan yang tersendiri kerana susunan meja guru dan murid yang betul

dapat membuatkan murid tersebut memberikan tumpuan sepenuhnya terhadap proses

pengajaran dan pembelajaran.

Ciri seterusnya yang dapat diketengahkan ialah tumpuan kursus murid dimana guru

haruslah menanamkan ciri-ciri insaniah di dalam diri setiap murid agar suasana

pembelajaran

yang

kondusif

dapat

diwujudkan.

Sebagai

seorang

guru

yang

bijak dan berdedikasi, guru tersebut haruslah memahami bahawa setiap individu adalah

berbeza-beza dan mempunyai keistimewaan yang tersendiri. Oleh itu, guru haruslah

menyediakan aktiviti yang bersesuaian dengan tahap murid tersebut agar tidak timbul

perasaan rendah diri di dalam diri muridtersebut. Hal ini akan menyebabkan suasana

pembelajaran yang kondusif tidak wujud. Maka, kemampuan guru tersebut memahami

muridnya akan menyebabkan murid itu merasakan tidak wujud sikap pilih kasih di dalam

diri gurunya sekaligus meningkatkan minat murid untukbelajar kerana aktiviti serta

latihan yang disediakan bersesuaian dengan kemampuan dirimurid tersebut.

Ciri seterusnya ialah memberikan penghargaan dan ganjaran atas usaha serta sikap yang

positif.

Perkara tersebut juga mampu

menimbulkan suasana pembelajaran yang

menyeronokan. Penghargaan dan ganjaran merupakan perkara yang penting bagi murid-

murid. Hal ini disebabkan murid-murid yang mendapat penghargaan atau pujian

daripada guru misalnya atas daya usahanya menghasilkan sesuatu benda dengan menarik.

Oleh itu, murid tersebut akan merasa seronok sekaligus menyebabkan timbul perasaan

untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Perkara yang sama akan berlaku di dalam diri

rakan-rakan sekelasnya apabila salah seorang rakan mereka mendapat pujian dari

guru. Murid-murid lain

akan

berusaha

bersungguh-sungguh

untuk

mendapatkan

penghargaan mahupun ganjaran dari guru.

Kesimpulannya, suasana pembelajaran yang kondusif dapat diwujudkan apabila

sesebuah pembelajaran berlaku di dalam suasana yang baik. Malah, nilai-nilai murni yang

diterapkan di dalam diri murid-murid juga membantu mewujudkan suasana kelas yang

kondusif.

Buku

Noriati,

A.

Rashid,

Boon

Pong

Ying,

Sharifah

Fakriah

Syed

Ahmad. 2009. Murid danAlam Belajar. Selangor Darul Ehsan : Laser Press Sdn Bhd.

Stipek, D.J., Motivation To Learn (edisi kedua). Boston : Allyn & Bacon.

Mook Song Sang. 2008. Perkembangan Kanak-Kanak. Selangor Darul Ehsan : Penerbitan

Multimedia Sdn Bhd.

F. P. Hughes. 1999. Children Play and Development (3rd Edition). USA : Allyn & Bacon

Pusat Perkembangan Kurikulum. 2001. Pembelajaran Secara Konstruktivisme. Kuala

Lumpur : Kementerian Pendidikan Malaysia

Mook Song Sang. 2006. Psikologi Pendidikan untuk Pengajaran dan Pembelajaran.

Selangor Darul Ehsan : Penerbitan Multimedia Sdn Bhd.

Havighurst, R.J. 1953. Human Development and Education. Logmans, London.

Bennett, N., Wood, E. & Roger, S. 1997. Teaching Through Play : Teachers Thinking and

Classroom. United Kingdom : Crown House Publishing Limited.

Internet

http://myais.fsktm.um.edu.my/5147/

http://ceritarasahati2.blogspot.com/2009/05/pendekatan-pengajaran-dan-

pembelajaran.html

http://www.scribd.com/doc/13490591/ilmu-pendidikanpengajaran-dan-pembelajaran

http://www.pdf-search-engine.com/modul-pengajaran-dan-pembelajaran-pdf.html

http://www.usm.my/education/publication/JPPSubadrah%20%2821-42%29B.pdf

http://www.sabah.edu.my/skpmtdon/notes/Teori%20&%20Model%20P&P.pdf

http://www.scribd.com/doc/14853824/Bab-10-Persekitaran-Pembelajaran-Dan-

Pengajaran-Yang-Kondusif

Anda mungkin juga menyukai