Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI-TEORI KOGNITIF
MENURUT TEORI GESTALT

Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan


Dosen: Gregorius Ari Nugrahanta, S.J, S.S., BST, M.A.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7

Fransiska Tyas V.P (191134128)


Felysiana Flora Syukur (191134133)
Rosalia Eka R (191134138)
Hanindya Rosa R (191134143)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengajaran  tidak lepas dengan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu
proses untuk mencapai suatu pengetahuan. Setiap kegiatan pendidikan adalah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas
mengajar belajar, di dalamnya terdapat dua subjek yang saling terlibat yaitu guru
dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya
proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan
belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh Max
Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang penganut psikolog Gestalt kemukakan dalam teori Gestalt?
2. Bagaimana konsep teoritis utama dalam teori Gestalt?
3. Bagaiman prinsip belajar menurut teori Gestalt?

3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui isi dari teori Gestalt
2. Mengetahui konsep teoritis utama dalam teori Gestalt
3. Mengetahui prinsip belajar menurut teori Gestalt
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep teoritis utama

1.1 Teori medan

Psikologi Gestalt dapat dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan


field theory (teori medan). Secara umum, field (medan) dapat dideskripsikan
sebagai system yang saling terkait secara dinamis, dimana setiap bagiannya saling
memengaruhi satu sama lain. Psikologi Gestalt menggunakan konsep medan ini di
banyak level. Misalnya, lingkungan yang dipersepsi dapat dianggap sebagai suatu
medan dan seseorang dapat dianggap sebagai sistem yang saling terkait secara
dinamis.

Lewin salah satu tokoh psikologi gestalt mengatakan bahwa perilaku


manusia pada waktu tertentu ditentukan oleh jumlah total dari fakta psikologis
pada waktu tertentu. Menurutnya, fakta psikologis adalah segala sesuatu yang
disadari manusia seperti rasa lapar, ingatan masa lalu, dan memiliki sejumlah uang.
Menurut Lewin, hanya hal-hal yang dialami secara sadar itulah yang akan
menentukkan perilaku seseorang.

1.2 Nature versus Nurture

Menurut teori Gestalt, otak bukan penerima pasif dan gudang penyimpan
informasi dari lingkungan. Otak bereaksi terhadap informasi sensoris yang masuk
dan otak melakukan penataan yang membuat informasi itu lebih bermakna. Ini
adalah “sifat alami” dari otak dalam menata dan memberi makna pada informasi
sensoris, karena otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang
memengaruhi informasi yang masuk ke dalamnya, seperti medan magnet
memengaruhi partikel logam. Medan kekuatan inilah yang mengatur pengalaman
sadar.

1.3 Hukum Pragnaz

Koffka mendiskripsikan hokum Pragnaz “ Penataan psikologis selalu sebaik


yang diizinkan oleh lingkungan pengontrolnya”, dengan kata lain, ada
kecenderungan bagi setiap kejadian psikologis untuk menjadi sederhana, lengkap,
dan bermakna. Hukum Pragnaz dipakai oleh Gestaltis sebagai prinsip pedoman
mereka dalam meniliti persepsi, belajar, dan memori. Dari banyak presepsi yang
dipelajari teoritis Gesalt, principle of closure (prinsip penutupan atau
pengakhiran) yang terkait dengan topik belajar dan memori. Prinsip penutupan
menyatakan bahwa kita punya tendensi untuk menyelesaikan pengalaman yang
belum lengkap. Misalnya, jika seseorang melihat garis lengkung yang hampis
membentuk lingkaran dengan menyisakan gap (celah) kecil, orang itu cenderung
akan mengisi celah itu secara perseptual (dalam persepsinya) dan merespon
gambar itu seolah-olah gambar itu sebuah lingkaran penuh.

2. Otak dan Pengalaman Sadar

Pandangan teori Gestaltian tentang otak dan pengalaman sadar mereka


memandang bahwa ada isomorphirsm (isomorfisme) antara pengalaman psikologis
dengan proses yang ada di otak. Stimulasi eksternal menimbulkan reaksi di otak,
dan seseorang mengalami reaksi itu saat reaksi terjadi di otak. Otak aktif mengubah
sensoris, karena otak mengorganisasikan, menyederhanakan dan memberi makna
pada informasi sensoris yang datang. Dan informasi yang telah diubah itulah yang
kita sadari. Seseorang mengalami informasi hanya setelah ia ditransformasikan
oleh otak sebagaimana hukum Pragnanz.

Koffka (1963[1935]) mengatakan, “Jadi isomorfisme, istilah yang


menyiratkan kesetaraan bentuk, menggunakan asumsi bahwa 'gerak atom dan
molekul di otak' secara mendasar 'tidak berbeda dengan gerak pikiran dan perasaan'
namun dalam aspek molarnya, yg di anggap sebagai proses perluasan adalah
identik”

Dengan konsep isomorfisme psikofisik mereka, para Gestaltian menganggap


diri mereka telah memecahkan problem yakni persoalan “Bagaimana pikiran
(mind) mengorganisasikan informasi sensoris (indrawi) dan menjadikannya
bermakna?” Psikolog Gestalt menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa
isi dari pemikiran (kesadaran) datang ke kita dalam keadaan sudah tertata; ia di
organisasikan oleh otak sebelum kita mengalaminya atau saat kita mengalaminya.
Karenanya, menurut Gestaltis, aktivitas otak berhubungan secara dinamis dengan
isi pemikiran. Perlu dijelaskan bahwa, dari sudut pandang ini, otak lebih dari
sekadar mekanisme penghubung yang kompleks. Menurut Gestaltis, otak secara
aktif mengubah informasi sensoris yang masuk berdasarkan hokum Pragnanz, dan
informasi yang telah diubah itulah yang kita “sadari”

3. Realitas Subjektif Dan Objektif

Menurut teoritis Gestalt, yang menentukan perilaku adalah kesadaran atau


realitas subjektif. Menurut Gestalt, hukum Pragnanz bukan hanya satu-satunya hal
yang mengubah dan memberi makna pada apayang kita alami secara fisik. Hal-hal
seperti keyakinan,nilai-nilai, kebutuhan, dan sikap juga melengkapi apa yang kita
alami secara sadar. Untuk menjelaskan tersebut, Koffka membedakan antara
geograpbical environment (relitas fisik atau objektif) dengan behavioral environment
(realitas psikologis atau subjektif). Koffka percaya bahwa untuk memahami mengapa
orang bertindak, adalah lebih penting untuk mengetahui lingkungan behavioralnya
ketimbang lingkungan geografisnya. Jadi, menurut Koffka, keyakinan hal yang amat
menentukan perilaku.

4. Prinsip Belajar Gestalt

Menurut Gestalt, diskuilibrium kognitif mengandung unsur motivasi yang


menyebabkan kembali keseimbangan dalam sistem mentalnya. Dapat dikatakan
bahwa problem akan memunculkan stimuli (dorongan), yang terus ada sampai
problem berhenti (dorongn berkurang). Tendensi untuk mengingat tugas yang belum
selesai dengan lebih baik ketimbang tugas yang sudah selesai dinamakan Zeigarnik
effect (efek Zeigarnik).

Belajar menurut Gestalt, adalah fenomena kognitif. Torndike percaya bahwa


belajar adalah bersifat kontinu, karena ia bertambah secara bertahap sedikit demi
sedikit sebagai fungsi dari percobaan penguatan. Gestalt percaya bahwa solusi itu
didapatkan atau tidak sama sekali; belajar menurut mereka adalah bersifat diskontinu.

4.1 Periode Prasolusi

Menurut Gestalt, organisme menguji sejumlah “hipotesis” tentang cara


paling efektif untuk memecahkan problem. Ketika cara telah ditentukan, maka
muncul wawasan atau pengetahuan mendalam. Menurut Gestalt, ini adalah
problem dalam riset Thorndike. Thorndike menemukan bahwa belajar tampak
bersifat inkremental sebab elemen-elemen penting dari problem itu tersembunyi
dari hewan.

4.2 Ringkasan tentang Belajar Berwawasan

Insightful learning (belajar berwawasan) biasanya dianggap memiliki empat


karakteristik.

1. Transisi dari prasolusi ke solusi terjadi secara mendadak dan komplet.

2. Kinerja berdasarkan solusi diperoleh dengan pengertian mendalam yang


biasanya bebas dari kekliruan.

3. Solusi untuk suatu problem yang diperoleh melalui wawasan mendalam ini
akan diingat dalam waktu yang cukup lama.

4. Prinsip yang diperolehmelalui wawasan mendalam ini mudah diaplikasikan ke


problem lainnya.

4.3 Penjelasan Behavioris Tentang Transposisi

Behavioris cenderung berbicara tentang belajar koneksi S-R spesifik.


Sebagai akibatya, pandnagan mereka tentang belajar disebut absolute theory
(teori absolut). Sebaliknya, karena pendapat Gestalt tentang belajar lebih
menekankan pada perbandingan antara dua stimuli, maka pendapat mereka
disebut relational theory (teori reasional).

Penjelasan transposisi behavioristik Spence didasarkan pada


generalisasi. Kapan pun ada pilihan antara dua stimuli, stimuli yang
menimbulkan kecenderungan terbesar akan dipilih. Karena teori Spene dapat
memprediksi kesuksesan dan kegagalan fenomena transposisi sudut pandangnya
lebih diterimaluas daripada sudut pandang Gestalt. Tetapi riset terhadap
beberapa aspek dari transposisi menunjukkan bahwa prediksi S-R dan Gestaltis
gagal dalam situasi tertentu, dan karenanya pesoalan ini belum disepakati.

5. Pemikiran Produktif

Wertheimer mengeksplorasi sifat dari pemecahan masalah dan teknik yang


dpat digunakan untuk mengajarkannya yakni productive thinking (pemikiran
produktif). Tetapi belajar sesuai prinsip Gestalt didasarkan pada pemahaman tentang
hakikat dari problem. Belajar semacam itu berasal dari dala diri individu dan tidak
dipaksakan oleh orang lain, ia mudah digeneralisasikan dan diingat dalam jangka
waktu yang lama.

Pendekatan pertama adalah pengajaran yang menekankan pentingnya logika.


Meskipun aturan itu mungkin relevan untuk beberapa problem, namun menurut
Wrtheimer pendekatan ini tidak berguna untuk membantu meningkatan kemampuan
memecahkan masalah.

Pendekatan kedua yang diyakini Wertheimer justru menghambar pemahaman


adalah cara yang didasarkan pada doktrin asosiasionisme. Pendekatan pengajaran ini
biasanya menekankan pada koneksi S-R yang tepat melalui memorisasi dan penguatan
eksternal. Wertheimer percaya bahwa setiap strategi pengajaran yang didasarkan pada
asosiasionisme atau logika tidak banyak manfaatnya dalam memperkaya pemahaman
tetapi lebih banyak bermanfaat untuk menghambat pemahaman.

6. Jejak memori
Psikolog Gestalt menekankan fakta bahwa otak adalah sistem fisik yang
menghasilkan kekuatan medan, yang dapat mengubah informasi sensoris (indrawi)
yang masuk dan dapat menentukan pengalaman sadar. Koffka mengasumsikan bahwa
pengalaman saat ini akan membangkitkan apa yang disebutnya sebagai memory
process. Proses ini adalah aktivitas otak yang disebabkan oleh pengalaman
lingkungan. Proses yang disebabkan oleh pengalaman, dapat terjadi hanya dalam
bentuk “murni” sesudah itu pengalaman yang sama akan muncul dari interaksi antara
proses tersebut dengan jejak memori. Suatu jejak akan memengaruhi proses dengan
cara menjadikan proses itu sama dengan proses yang diproduksi oleh jejak tersebut.
Yang dilakukan dalam pemecahan masalah adalah memecahkan masalah itu, maka
solusi itu akan menjadi “Melekat” dalam pikiran seseorang.

7. Pendapat Psikologi Gestalt Mengenai Pendidikan


Gestalt berpendapat bahwa problem yang tak selesai akan menimbulkan
ambiguitas atau ketidakseimbangan organisasional dalam pikiran siswa, dan ini
adalah kondisi yang tak diinginkan. Siswa yang menghadapi problem akan berusaha
mencari informasi baru atau menata ulang informasi lama samapai mereka
mendapatkan wawasan mendalam tentang solusi.
Burner dan Holt menganut gagasan Gestaltian bahwa belajar adalah
memuaskan secara personal dan tidak perlu didorong-dorong oleh penguatan
eksternal. Gestalt dicirikan oleh hubungan memberi dan menerima antara murid
dengan guru. Guru akan membantu siswa memandang hubungan dan
mengordinasikan pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Semua aspek
perjalanan dibagi menjadi unit-unit yang bermakna yang harus berkaitan dengan
seluruh konsep atau pengalaman.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Penganut Psikolog Gestalt mengemukakan:
Konsep teoritis utama, Otak dan Pengalaman Sadar, Realitas Subjektif Dan
Objektif, Prinsip Belajar Gestalt, Pemikiran Produktif, Jejak memori dan,
Pendapat Psikologi Gestalt Mengenai Pendidikan. Psikolog Gestalt, mengatakan
bahwa otak secara otomatis mengubah dan menata pengalaman, menambah
kualitas yang tidak ada dalam pengalaman indrawi. Proses organisasional yang
diidentifikasi oleh Wertheimer dan rekannya berpengaruh besar terhadap bidang
studi belajar, presepsi, dan psikoterapi, dan pendapat mereka masih berpengaruh
dalam ilmu kognitif.
2. Konsep teoritis utama dalam teori Gestalt
2.1 Teori medan
Dideskripsikan sebagai sistem yang saling terkait secara dinamis, dimana
setiap bagiannya saling memengaruhi satu sama lain. Hal penting dalam
suatu medan adalah bahwa tidak ada yang eksis secarfa terpisah atau
terisolasi.
2.2 Nature versus Nurture
Dalam teori ini behaviorisme cenderung melihat otak sebagai penerima
pasif terhadap sensasi yang pada gilirannya akan menghasilkan respons.
Menurut pendapat ini, otak adalah semacam papan penghubung.
2.3 Hukum Pragnaz
Kecenderungan bagi setiap kejadian psikologis untuk menjadi sederhana,
lengkap, dan bermakna. Hukum Pragnaz dipakai oleh Gestaltis sebagai
prinsip pedoman mereka dalam meniliti persepsi, belajar, dan memori
3. Prinsip belajar menurut teori Gestalt
3.1 Periode Prasolusi
Organisme menguji sejumlah “hipotesis” tentang cara paling efektif untuk
memecahkan problem. Ketika cara telah ditentukan, maka muncul
wawasan atau pengetahuan mendalam
3.2 Ringkasan tentang Belajar Berwawasa

Berpatokkan pada Insight learning yaitu pendidikan berwawasan yang


memiliki karakteristik

3.3 Penjelasan Behavioris Tentang Transposisi

Behavioris cenderung berbicara tentang belajar koneksi S-R spesifik.


Behavioristik Spence memprediksi kesuksesan dan kegagalan fenomena
transposisi. Sudut pandangnya lebih diterima luas daripada sudut pandang
Gestalt. Tetapi riset terhadap beberapa aspek dari transposisi
menunjukkan bahwa prediksi S-R dan Gestaltis gagal dalam situasi
tertentu,

Anda mungkin juga menyukai