KELOMPOK : 3
DI SUSUN OLEH :
ANIDA SILMA WILDENI (12211622918)
ZAHRATUL JANNAH (12211622462)
PEMBAHASAN
Pembelajaran bisa bersumber dari berbagai teori dan pendekatan tergantung dari
karakteristik siswa dan kepribadiannya, banyak metode pendekatan yang bisa di lakukan
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa seperti, pendekatan dengan teori
behavioristik,kongnitif, dan konstruktivisme. Teori pembelajaran kongnitif tidak terlalu
mengutamakan hasil yang akan di capai namun ia lebih berfokus pada proses dalam
pembelajaran tersebut kemampuan insting dan pemahaman individu dalam situasi
lingkungannya yang akan membantu ia dalam memecahkan permasalahan yang ia hadapi
dan juga proses bagaimana individu tersebut dalam berfikir1.
Kata“Kongnitif “ berasal dari istilah “ cognition“ artinya mengetahui. Teori belajar
kongnitif cenderung mengutamakan cara belajar yang berfokus pada peristiwa internal.
Belajar menggunakan teori ini dengan mengikut sertakan proses berfikir yang rumit dan
menyeluruh. Pendekatan dengan psikologi kongnitif mengajarkan betapa pentingnya
proses batin dari pikiran manusia,kongnitif berperan penting dalam konstribusi pada ilmu
pendidikan. Seorang ahli kongnitif tidak hanya di pandang dari penjelasannya tanpa di
srtai dengan proses kejiwaan ataupun niat. Untuk melihat perangai seseorang dari sudut
pandang kongnitif bisa di lihat dari kesan dan pemahamannya, teori belajar dengan
kongnitif menitik beratkan belajar sebagai proses pola fikir seseorang 2. Banyaknya
perspektif mengenai belajar membuat lahirnya keberagaman tentang perspektif teori
belajar rasa ketidak puasan para ahli terhadap teori-teori sebelumnya yang kemudian
lebih mengembangkannya, teori yang populer di kalangan para ahli dan akademis ialah
teori belajar behaviorisme dan teori belajar kongnitif.
1
Yossita Wisman, “Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Ilmiah Kanderang
Tingang 11, no. 1 (2020): 209, https://doi.org/10.37304/jikt.v11i1.88.
2
Rovi Pahliwandari, “Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan,” Jurnal Pendidikan Olahraga 5, no. 2 (2016): 154–64.
Pengertian belajar yang di lihat dari sudut pandang kongnitif ia lah adanya
transformsi atau perubahan yang terlihat dari perilakunya. Susunan dari kejiwaan ini ia
lah pemahaman, keterampilan, ambisi, dan sistem lain yang ada dalam pemikian
individu. Intinya bahwa belajar menurut teori kongnitif merupakan sebuah langkah dan
upaya dalam pribadi seseorang kemudian hasil dari interaksi dengan lingkungan
sekitarnya yang berkaitan dengan alterasi berupa wawasan dan perangainya.
Aliran dari psikologi Gestalt adalah mempelajari insyarat yang di kenal dengan
fenomena( Gejala ) Gestalat memiliki pendapat yang sama dengan filosofi fenomenologis
yang mengatakan bahwa pengalaman/ keahlian harus di lihat secara objektif yaitu objek
dan maknanya,objek yang di tangkap oleh pancaindra kemudian menjadi informasi yang
memiliki makna. Gestalt beraal dari bahasa Jerman yang berarti “ Bentuk/Komposisi” inti
dari memepelajarinya adalah dengan menjadikan sebuah kejadian sebagai satu kesatuan
yang terpadu. Teori Gestal di kenalkan oleh Chr. Von Ehrenfels dalam karya bukunya
yang bejudul “ Test of Uber Destalt” pada tahun 1890. Kemudian di kembangkan oleh
Koffka dan Wertheimer yang di kenal dengan teori pembelajaran pemahaman penuh
( inshight full learning )3. Teori ini mengajarkan bahwa perkembangan didasari oleh
interprestasi/insight yaitu Gestalt lebih mengutamakan proses pemahaman dalam belaja
dari pada hafalan4. Hal pertama yang penting dalam pelajar adalah mendapatkan respon
dan tanggapan yang tepat,lalu bagaimanakah beajar dengan insight sebagaiman yang di
katakan oleh Gestalt,berikut ini cara belajar insight:
a) Insight tergantung dari kemampuan dasar
b) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
c) Insight hanya timbul jika situasi belajar teratur,sehingga dapat mengamatinya dari
segala aspek
d) Insight harus di cari,karna tidak akan jatu begitu saja dari langit
e) Belajarnya dapat dengan di ulangi
3
Sutatro, “Teori Kognatif 5,” Islamic Counselling 1, no. 02 (2017): 1–26.
4
Sutatro.
f) Insight jika sudah di dapati akan digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang
baru.
Berparti sipasi dengan belajar sangatlah penting ( insight ) karna hal terpenting dalam
mempelajri Gestalt untuk memahami apa yang di pelajari dan yang di lakukan seseorang.
Konsep-konsep dari teori Gestalt adalah:
1) Teori Medan, tidak ada eksis yang terpisan atau terisolasi semuanya ada dalam satu
kesatua.
2) Nature Vs Nurture, sensoris yang masuk akan bereaksi dengan otak melakukan penataan
kemudian akan menghasilkan informasi yang lebih bermakna,otak bukanlah penerima
pasif ia merupakan tempat penyimpanan informasi dari lingkungan,ini adalah hak yang
alami di miliki otak untuk menata informasi yang masuk.
3) Hukum Paragnanz,yaitu pedoman prinsip Gestat berupa meneliti persepsi,belajar, dan
memori.
4) Realitas subjektif dan objektif, di tentukan untuk kesadaran atau realitas subjektif.
Menurut Gestal materi pembelajaran yang di berikan kepada siswa harus berkitan
dengan kehidupan sehari-hari supya mudah untuk di pahami serta memberikan seiswa
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman,guru dan memberikannya kebebasan
bereksperimen serta mengeluarkan pendapatnya. Seorang individu yang mengalami
proses belajar maka ia akan mendapat cara pandang baru terhadap sebuah problem,
menurut Gestalt dalam proses pembelajaran terdapat 5 pion penting yaitu:
Tokoh dari teori ini ialah David Ausubel, ialah adalah seorang ahli psikolog
pendidikan. Ausubel memberikan penekanan paba belajar bermakna. Menurut ausubel
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran yang diberikan kepada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi yang kedua berkaitan dengan cara bagaimana siswa
5
LISMA, “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR GESTALT PADA SISWA
KELAS VIIIA MTs. BATUSITANDUK KEC. WALENRANG UTARA KAB. LUWU,” repository.iainpalopo.ac.id § (2015).
dapat mengaitkan suatu informasi pada stuktur kognitif yang telah ada. Meliputi fakta,
konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. 6
Pada pembelajaran tingkat pertama, informasi dapat dikomunikasikan kepada
siswa dalam bentuk pembelajaran reseptif, yaitu penyajian informasi dalam bentuk final
atau dalam bentuk pembelajaran penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan
secara mandiri, materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau
menghubungkan informasi dengan pengetahuan sebelumnya, Dalam hal ini terjadi
pembelajaran bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga mencoba menghafal informasi
baru tanpa menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur
kognitif mereka, dalam hal ini terjadi pembelajaran hafalan.
1. Pembelajaran Bermakna
Bagi Ausebel, belajar berarti suatu proses menghubungkan informasi baru dengan
konsep-konsep terkait yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam
pembelajaran bermakna, informasi baru diserap ke dalam subsubmer yang telah ada.
Dalam pembelajaran bermakna, informasi baru a, b, c dikaitkan dengan konsep
struktur kognitif yang terkait (kelompok A, B, C).
Menurut Ausubel dan juga Novak (1977), ada dua kebaikan dalam pembelajaran
bermakna, Yaitu:
1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,
2) siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna,
tujuan siswa merupakan factor utama dalam belajar bermakna.
2. Pemelajaran Hafalan
Ketika proses kognitif manusia tidak memiliki konsep atau masukan yang
mendasarinya, informasi baru dipelajari melalui hafalan. Jika tidak dilakukan upaya
untuk mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam konsep-konsep penting yang
sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi pembelajaran hafalan.
Faktor kunci yang mempengaruhi pembelajaran makna menurut Ausubel adalah
proses kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
6
Abdus Sakir. 2009. Pembelajaran geometridan teoriVanHeille.
http://abdussakir.wordpress.com/2009/01/25/pembelajaran-geometri- dan-teori-van-hiele. Artikel.
studi yang sama dan pada waktu yang sama. Sifat stuktur kognitif menentukan
keakuratan dan kejelasan yang muncul ketika informasi baru masuk ke dalam stuktur
kognitif, demikian pula proses interaksi yang terjadi. Ada beberapa persyaratan
pembelajaran hafalan sebagai berikut :
1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat,
2) Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi dari
subsume subsume, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi belajar yang mirip,
3) Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi akan mempermudah belajar
hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
7
Berdasarkan pembagian dua dimensi dari belajar, kita dapat mengetahui bahwa
penerimaan dan penemuan dari proses belajar tidaklah sederhana dan merupakan suatu
proses kontinum yang berbeda-beda. Dengan demikian, proses penemuan dan
penerimaan ini juga memiliki beberapa tipe yang berbeda. Menurut Ausubel (1962, hlm.
243) terdapat empat tipe belajar, yang di antaranya adalah sebagai berikut :
7
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan
dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna.
Yaitu, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu hafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Mearningful Learning
Melalui berbagai buah pemikirannya mengenai penemuan dan penerimaan
bermakna dan yang tidak bermakna, terbentuklah konsepsi meaningful learning atau
proses belajar bermakna. Dikatakan bahwa proses belajar akan jauh lebih berarti dan
berguna bagi peserta didik jika ia mengalami proses belajar bermakna. Ausubel
dalam Trianto (2012, hlm. 37) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
meaningful learning atau belajar yang bermakna merupakan pembelajaran yang
mampu mengaitkan pembelajaran materi sebelumnya dengan pembelajaran materi
yang akan dipelajari.
Teori belajar bermakna Ausubel sangatlah dekat hubungannya dengan Teori
belajar Kontruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya belajar mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah
dipunyai oleh pembelajar, dan menekankan pentingnya suatu asimilasi pengalaman
baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai pembelajar.
Ausubel berpendapat bahwa pendidik harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna, yang artinya dapat mengasosiasikan
sebuah pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta yang ada di dalam lingkungannya,
sehingga pembelajar akan memiliki sikap perilaku sosial yang terbentuk dari sebuah
pengalaman yang diterapkannya, bukan sekedar hafalan atau formalitas semata.
8
Herliani., Boleng, T.D., Maasawet, E.T. (2021). Teori belajar dan pembelajaran. Klaten: Lakeisha.
yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Konsep atau prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran bermakna:
1. Pengaturan awal
Pengaturan awal mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajarinya dan
membantu mereka mengingat informasi terkait yang dapat digunakan untuk
menanamkan pengetahuan baru.
2. Diferensiasi Proses
penyusunan konsep dengan cara mengajarkan konsep yang paling inklusif atau
masuk, kemudian konsep kurang inklusif atau kurang masuk, dan terakhir adalah hal
hal yang paling khusus.
3. Belajar Superordinat
4. Penyesuaian Integratif
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendekatan pembelajaran bermakna sangat penting dalam memahami proses belajar.
Teori-teori ini menekankan pengintegrasian informasi baru dengan pengetahuan yang
sudah ada dalam struktur kognitif siswa sebagai kunci untuk pembelajaran yang efektif.
Dalam hal ini, konsep seperti penggunaan advance organizer, diferensiasi konsep,
pembelajaran superordinat, dan penyesuaian integratif menjadi strategi penting dalam
mengajar.
Pendekatan ini tidak hanya mendorong siswa untuk menghafal fakta, tetapi lebih
mengutamakan pemahaman yang mendalam, keterkaitan antar konsep, dan penerapan
pengetahuan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, teori belajar kognitif
memberikan landasan yang kuat untuk pendidikan yang berfokus pada pemahaman dan
pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, yang menjadi prioritas dalam
pendidikan modern.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Herliani., Boleng, T.D., Maasawet, E.T. (2021). Teori belajar dan pembelajaran. Klaten:
Lakeisha.
Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif dan Implementasi dalam Proses Pembelajaran. Jurnal
Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1), 209-215.