yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Selain dari lingkungan yang sehat, kondisi
kesehatan pada setiap anggota keluarga sendiri juga merupakan salah satu syarat dari
seimbang dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu
dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait adanya fase kehamilan, persalinan
dan nifas pada ibu serta pada fase pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu
yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas
bahwa kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau
dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan
upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2018-
2019 yaitu dari 4.226 menjadi 4.221. Sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2019,
dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian) diantaranya terjadi pada masa
neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 80% (16.156 kematian) terjadi
pada periode enam hari pertama kehidupan. Sementara, 21% (6.151 kematian) terjadi pada
usia 29 hari – 11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan (Profil
Penyeban AKI di Indonesia yaitu 1.280 disebabkan karena adanya perdarahan, lain-lain
1.311, 1066 adanya hipertensi kehamilan, 207 disebabkan karena infeksi, gangguan system
peredaran darah (termasuk penyakit jantung stroke dll) sebanyak 200, dan 157 disebabkan
adanya gangguan metabolek seperti diabetes mellitus. Proporsi penyebab kematian
neonatal (umur 0-28 hari) terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR)
sebannyak 7.150 atau 35.3%, asfiksia yaitu 5.464 atau 27,0%, kelainan bawaan sekitar
2.531 atau 12,5%, sepsis 703 atau 3,5%, tetanus neonatorum 56 atau 0,3%, dan lain-lain
Gambaran AKI di Jawa Tengah secara umum mengalami penurunan kematian ibu
selama periode 2015-2019 dari 111,16 menjadi 76,9 per 100.000 kelahiran hidup.
Kabupaten/kota dengan jumlah kasus kematian ibu tertinggi adalah Kabupaten Brebes
sebanyak 37 kasus, Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu terrendah adalah Kota
Magelang dan Kota Salatiga masing-masing 2 kasus. Angka kematian bayi di Jawa Tengah
tahun 2019 sebesar 5,8 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan kabupaten/kota dengan
angka kematian bayi tertinggi adalah Rembang sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan Kota Semarang sebanyak 10 kasus kematian ibu dan angka kematiab bayi
sebesar 5,0 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Jawa Tengah, 2019).
Sebesar 64,18% kematian maternal di Provinsi Jawa Tengah terjadi pada masa nifas,
sebesar (25,72%) pada waktu hamil, dan sebesar (10,10%) terjadi pada waktu persalinan.
pada usia 20-34 tahun sebesar (64,66%), kelompok umur >35 tahun sebesar (31,97%) dan
pada kelompok umur <20 tahun sebesar (3,37%). Sedangkan untuk penyebab kematian ibu
terbanyak terjadi dengan kondisi hipertensi dalam kehamilan sebesar (123 atau 29,6%),
lain-lain yaitu sebesar (115 atau 27,6%), perdarahan (102 atau 24,5%), gangguan system
peredaran darah (49 atau 11,8%), infeksi (25 atau 6,0%), dan gangguan metabolik yaitu (2
atau 0,5%). Sebesar (1139 atau 46,4%) kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah tahun
2019 disebabkan karena BBLR, (743 atau 30,3%) disebabkan asfiksia, kelainan bawaan
sebanyak (492 atau 20,0%), dan sepsis yaitu (80 atau 3,3%) (Dinkes Jateng, 2019).
Sedangkan untuk Wilayah Puskesmas Bangetayu Kota Semarang AKI dan AKB pada
tahun 2019 nihil (UPTD Puskesmas Bangetayu, 2019). Namun pada tahun 2020, Wilayah
Puskesmas Bangetayu terdapat dua angka kematian ibu (AKI), 9 angka kematian neonatal,
Upaya dalam manangani kasus kematian ibu adalah diskursus level global yang telah
diperbincangkan sejak abad ke 17. Dalam penelitian yang berjudul “Death in Childbed from
the Eighteen Century to 1935”. Dimana Loudon menjelaskan bahwa catatan-catatan terkait
kasus kematian ibu mulai muncul pada awal abad 17, seiring dengan berkembangnya
praktik kebidanan di masyarakat inggris. Akan tetapi, komitmen masyarakat global terkait
penanganan kasus kematian ibu baru hadir pada abad ke 20 pada tahun 1987,
kekhawatiran terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong WHO dan
organisasi internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood Initiative. Konsep safe
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum
yang berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan ibu, janin, dan anak agar
tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, pasca melahirkan, konsep safe motherhood
sendiri memiliki enam pilar utama yaitu keluarga berencana, perawatan antenatal,
perawatan persalinan, perawatan post natal, perawatan post aborsi, ontrol infeksi menular
seksual (IMS), HIV dan AIDS (Women dan Children First, 2015).
Upaya yang telah dilakukan pemerintahan Indonesia untuk menurunkan AKI adalah
melalui progam EMAS dengan meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri bayi
baru lahir 150 Rumah Sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas (PONED) kemudian memperkuat
sistem rujukan yang efisien dan efektif. Program tersebut merupakan program nasional,
tetapi Jawa Tengah juga menggunakan program tersebut sebagai progam khusus dengan
(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar) dan RS PONEK (Pelayanan Obsterti dan
Selain itu Dinas Kesehatan Provisi Jawa Tengah mempunyai program 5Ng (JateNG
GayeNG NginceNG woNG meteNG) merupakan kegiatan sistematis dan terpadu untuk
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Perlu diciptakan
suatu kondisi di mana semua ibu hamil terpantau agar mendapatkan pelayanan kesehatan
yang optimal sehingga ibu selamat, dan bayi sehat. Beberapa penyebab kematian ibu& bayi
antara lain : status kesehatan ibu & calon ibu yang masih rendah; meningkatnya kasus
kehamilan yang tidak diinginkan; kompetensi bidan desa masih kurang; jumlah dan
kebidanan secara CoC pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga