Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DISABILITAS

PADA AN. M DENGAN CEREBRAL PALSY DI POLI REHABILITAS MEDIK


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Laporan studi kasus disusun untuk memenuhi target pada stase “Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah dengan Disabilitas”

Disusun Oleh:
Dinna Auliana 22101900002

PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054
Telepon. (024) 6583584 Faksimile: (024) 6581278
Tahun 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus Seminar Cased Based Discussion dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA An.M DENGAN
CEREBAL PALSY DIPOLI REHABILITAS MEDIK RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG” telah
dikonsultasikan, diperbaiki dan mendapat pengesahan oleh Pembimbing Lahan dan Dosen Penanggung Jawab.

Semarang, 03 April 2021

Pembimbing Akademik Clinical Instruktur

(Isna Hudaya, S.Si.T.,M.Biomed) (Awaliyah Darmastuti A.md.Ftr)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral Pasly pertama kali dijelaskan oleh William Little pada tahun 1843 dan awalnya dikenal
sebagai penyakit dari Little. Cerebral palsy saat ini diakui sebagai sekelompok gangguan neurologis yang
disebabkan oleh lesi nonprogresif dari sistem saraf pusat yang terjadi pada awal kehidupan. Lesi ini
menyebabkan kelemahan dalam koordinasi tindakan otot, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mempertahankan postur tubuh atau melakukan gerakan-gerakan yang normal, dengan berakibat serius 3
pada kualitas hidup. Cerebral palsy sering diklasifikasikan sesuai dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu
spastic, athethosis (dyskinetic), ataksia, dan campuran (Singer H, 2010).
Cerebral palsy tipe Spastic adalah tipe cerebral palsy yang paling umum terjadi. Spastic dicirikan
dengan kekakuan atau keketatan otot-otot, meningkatkan tonus otot sehingga terjadi resistensi untuk
meregangkan, termasuk pada mulut, lidah dan faring, kurangnya kontrol pada tubuh, tertekuknya lengan dan
leher sehingga membatasi pergerakan. Cerebral palsy tipe spastic ini diklasifikasikan menjadi monoplegia,
diplegia, hemiplegia, triplegia dan quadriplegia. Monoplegia yaitu hanya salah satu anggota tubuh saja yang
terkena umunya terjadi pada ekstremitas atas/lengan. Diplegia yaitu terjadi pada dua aggota tubuh misalnya
pada kedua lengan atau kedua kaki. Hemiplegia biasa terjadi pada lengan dan kaki disalah satu sisi tubuh.
Triplegia terjadi pada tiga anggota tubuh, paling sering pada kedua lengan dan salah satu kaki. Quadriplegia
yaitu spastic yang tidak hanya menyerang ekstrimitas atas, tetapi juga ekstrimitas bawah atau terjadi pada
kedua lengan dan kedua kaki dan juga terjadi keterbatasan (paucity) pada tungkai (M Farhana, 2013).
Cerebral palsy tipe athethosis (dyskinetic) dicirikan dengan gerakan tidak teratur, pita suara yang
bergetar (spasmodik), melakukan gerakan spontan yang tidak disadari (involunter) pada anggota badan atau
otot wajah seperti menggeliat, menyeringai, sering disertai gerakan fluktuasi secara tiba-tiba.
Cerebral palsy tipe ataxia adanya kehilangan koordinasi otot, sehingga gerakan dilakukan dengan
kekuatan abnormal, tidak berirama, dan tidak akurasi, cara berjalan 4 yang lebar dan tidak dengan satu garis
lurus, terjadinya gerakan ritmik mata yang tidak terkontrol (nystagmus), biasanya disertai dengan gemetar,
karena sistem koordinasinya terganggu sehingga anak dengan tipe ini sulit untuk menjaga keseimbangan
tubuhnya.
Cerebral palsy tipe campuran adalah dua atau lebih tipe cerebral palsy yang muncul pada orang yang
sama. Kombinasi karakteristiknya misalnya spastic yang disertai dengan tremor, dan campuran
spasticathetoid quadriplegia (Jeremy D, 2004).
Pada umumnya penderita gangguan cerebral palsy terjadi pada masa perkembangan anak dalam
kandungan (75 %), saat proses kelahiran (15 %), atau pascakelahiran (15 %). Kelainan ini bersifat kronik dan
tidak progresif akibat dari kecacatan pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Penderita
penyakit ini kebanyakan adalah laki-laki, dan seringkali terjadi pada anak pertama. Sebuah penelitian
mengemukakan bahwa 25 % pengidap penyakit cerebral palsy mempunyai intelegensi rata-rata (sehat),
sedangkan 30 % menunjukkan IQ di bawah 70.50 % penderita mengalami gangguan bicara, dan 35 %
diantaranya disertai kejang. Umumnya anak penderita cerebral palsy mengalami gangguan dalam
memproduksi bunyi (Saharso, 2006: 3).
Adapun angka kejadian cerebral palsy yakni asosiasi CP dunia memperkirakan bahwa >500.000
penderita cerebral palsy di Amerika. Jumlah anak- anak dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak
banyak berubah atau mungkin lebih meningkat sedikit selama 30 tahun terakhir. Angka kejadian cerebral
palsy berkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia sekolah dasar (Grether dkk, 1992: 339). Di Indonesia,
prevalensi penderita cerebral palsy diperkirakan sekitar 1-5 per 1000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Seringkali terjadi pada anak pertama. Hal ini dikarenakan kelahiran
pertama mengalami kelahiran macet. Angka kejadiannya lebih tinggi daripada bayi dengan berat badan lahir
rendah, dan kelahiran kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun (Soetjiningsih, 1995: 35).
Masing-masing tipe cerebral palsy sering dikaitkan dengan tingkah laku anak sehingga
mempengaruhi tingkat koopeartif anak tersebut. Gangguan motorik lainnya pada anak cerebral palsy sering
disertai dengan gangguan sensasi, komunikasi, persepsi, dan perilaku, serta dengan gangguan seperti
kejang-kejang. Gangguan intelektual juga terjadi pada sekitar dua pertiga pasien cerebral palsy. Perawatan
gigi terhadap pasien anak cerebral palsy dapat terhambat oleh karena mental anak cerebral palsy itu sendiri
dan keterbatasan fisik yang dimilikinya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Seorang dokter bedah kebangsaan inggris bernama William Little pada tahun 1860, pertama kali
mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu membingungkan yang menyerang anak-anak usia tahun
pertama yang menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan
memegang obyek, merangkak dan berjalan. Penderita tersebut tidak bertambah baik dengan bertambahnya
usia tetapi juga tidak bertambah memburuk. Kondisi tersebut disebut little’s disease selama beberapa tahun,
yang saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang
mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan digolongkan dalam terminologi cerebral palsy atau
umumnya disingkat CP Suharso(2006:3).
Secara definisi, Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan
palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau
bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem dan penyebab anak mempunyai
koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari
karakter-karakter tersebut (Hidayat, 2010).
Cerebral palsy merupakan kondisi neuromuskuler nonprogresif terdiri dari serangkaian sindrom yang
dihasilkan dari kerusakan otak. Insiden cerebral palsy sekitar 800.000 orang di Amerika Serikat memiliki
beberapa derajat cerebral palsy, 2 sampai 3 dari 1.000 bayi lahir dengan cerebral palsy, 40% sampai 50%
anak lahir dengan cerebral palsy yang prematur, lahir dengan berat badan rendah antara 1500g dan 2499g
dikelahiran, dan 63,5 per 1000 kelahiran anak hidup dengan berat badan kurang dari 1500g, atau anak lahir
cerebral palsy prematur disertai dengan berat badan yang rendah.
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem
motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit neuromuskuler yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.
Somantri (2007:12)
The American Academy of Cerebral Palsy mendefinisikan yaitu berbagai perubahan gerakan atau
fungsi motor tidak normal dan timbul sebagai akibat kecelakaan, luka atau penyakit pada susunan saraf yang
terdapat pada rongga tengkorak. Pengertian selengkapnya dapat dikutip dari the united cerebral palsy
association, cerebral palsy menyangkut gambaran klinis yang diakibatkan oleh luka pada otak, terutama
pada komponen yang menjadi penghalang dalam gerak sehingga keadaan anak yang dikategorikan cerebral
palsy (CP) dapat digambarkan sebagai kondisi semenjak kanak-kanak dengan kondisi nyata, seperti lumpuh,
lemah, tidak adanya koordinasi atau penyimpangan fungsi gerak yang disebabkan oleh patologi pusat kontrol
gerak diotak. Efendi (2006:118).

B. Etiologi
Cerebral palsy tidak disebabkan oleh satu penyebab. Cerebral palsy merupakan serangkaian penyakit
dengan masalah mengatur gerakan, tetapi memiliki penyebab yang berbeda. Untuk mengetahui penyebab
CP perlu digali mengenai hal bentuk cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak serta onset penyakitnya.
Sekitar 10-20% di USA anak penderita cerebral palsy disebabkan karena penyakit setelah lahir
(prosentase tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum berkembang). CP juga bisa terjadi
karena kerusakan otak pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama kehidupan yang merupakan
sisa dari infeksi otak, misalnya miningitis, bakteri atau encephalitis virus atau merupakan hasil dari trauma
kepala yang sering diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dan penganiayaan anak. Suharso
(2006:10)
a. Infeksi selama kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, hal ini akan menyebabkan kerusakan
sistem saraf yang sedang berkembang. Infeksi lain yang dapat menyebabkan cedera otak fetus meliputi
cytomegalovirus dan toxoplasmosis. Pada saat ini sering dijumpai infeksi meternal lain yang
dihubungkan dengan cerebral palsy.
b. Ikterus neonatorum
Pigmen bilirubin merupakan komponen yang secara normal dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah,
ini merupakan hasil produksi dari pemecahan eritrosit. Jika banyak eritrosit mengalami kerusakan
dalam waktu yang singkat, misalnya dalamkeadaan Rh/ABO inkompatibilitas, bilirubin indirek akan
meningkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara
permanen.
c. Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan.
asfiksia sering dijumpai pada bayi-bayi dengan kesulitan persalinan. Asphyxia menyebabkan
rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada periode lama, sehingga anak tersebut akan mengalami
kerusakan otak yang dikenal hipoksik iskemik encephalopathi. Angka mortalitas meningkat pada
kondisi asphyxia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi cerebral palsy, dimana
dapat bersama dengan gangguan mental dan kejang.
Kriteria yang digunakan untuk memastikan hipoksik intrapartum sebagai penyebab cerebral palsy:
1) Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri tali pusat janin atau neonatal dini
Ph yaitu 7 dan BE yaitu 12 mmol/L.
2) Neonatal encephalopathy dini berat sampai sedang pada bayi >34 minggu gestasi.
3) Tipe cerebral palsy spastik quadriplegia atau diskinetik.
4) Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama persalinan.
5) Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat memburuk segera setelah tanda
hipoksik terjadi dimana sebelumnya diketahui dalam batas normal.
Berdasarkan penelitian di Pakistan tahun 2014, faktor risiko paling umum yang menyebabkan
terjadinya cerebral palsy yaitu adanya hubungan atau pertalian darah, kejang neonatal, infeksi selama
kehamilan dan kurangya perawatan antenatal. Penyebab prenatal adalah trauma ibu, kekurangan gizi,
infeksi selama kehamilan dan kelahiran ganda. Di antara semua ini faktor, adanya infeksi atau demam
selama kehamilan lebih menonjol dalam masyarakat.
Data yang dikumpulkan oleh National Institutes of Health Collaborative Perinatal Project (NCPP)
mengungkapkan bahwa infiltrat inflamasi yang sedang sampai yang parah hadir dalam plasenta
meningkatkan risiko mengembangkan cerebral palsy baik bagi bayi prematur dan bayi cukup bulan.
Selain itu, hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dan cerebral palsy telah terlihat
dalam berbagai penelitian Western. Persalinan yang tidak dilakukan di rumah sakit juga menimbulkan
risiko yang berhubungan dengan cerebral palsy seperti asfiksia pada saat lahir. Asfiksia adalah keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Peran asfiksia pada saat lahir dalam penyebab
cerebral palsy telah sangat dibahas dan menentang seluruh literatur yang ada. Studi Western
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan, sedangkan negara-negara berkembang
terutama India Utara, Nigeria dan Malta menemukan sangat sugestif sejarah asfiksia pada anak-anak
saat lahir.
C. Manifestasi Umum
Karena keterlibatan sistem motorik pada cerebral palsy, hasil dari kerusakan permanen berkembang
pada otak, gejala lain dari kerusakan otak organik juga dapat terjadi. Berikut ini adalah beberapa manifestasi
umum pada cerebral palsy :
1. Keterbelakangan mental. Sekitar 60% dari orang-orang dengan cerebral palsy menunjukkan beberapa
derajat keterbelakangan mental.
2. Gangguan kejang. Kejang biasa menyertai cerebral palsy pada 30% sampai 50% kasus, yang terjadi
terutama selama masa bayi dan anak usia dini. Kejang dapat dikontrol dengan obat antikonvulsan.
3. Defisit sensorik atau disfungsi. Pendengaran yang menurun lebih umum terdapat pada cerebral palsy dari
pada populasi normal lainnya, dan gangguan mata mempengaruhi sekitar 35% dari orang dengan
cerebral palsy. Cacat visual yang paling umum adalah strabismus.
4. Gangguan bicara. Lebih dari separuh pasien dengan cerebral palsy memiliki beberapa masalah-ucapan,
biasanya dysarthria yaitu ketidakmampuan untuk mengartikulasikan kata-kata dengan baik karena
kurangnya kontrol dari otot-otot bicara.
5. Kontraktur yang bersamaan. Orang dengan kelenturan dan kekakuan menunjukkan postur tungkai yang
abnormal dan kontraktur selama pertumbuhan, terutama karena tidak berfungsinya otot.
Tidak ada anomali intraoral yang khusus untuk orang-orang dengan CP. Namun, beberapa kondisi yang
lebihumum atau lebih parah dapat terjadi daripada populasi umumnya. Kondisi ini adalah sebagai berikut:
1. Penyakit periodontal. Penyakit periodontal terjadi dengan frekuensi yang besar pada orang dengan
cerebral palsy. Penyakit ini diderita oleh lebih dari ⁄ penderita cerebral palsy dan insidensi ini makin tinggi
pada anak dengan bertambahnya usia. Gangguan fungsi motorik dan koordinasi dapat menghambat
pemeliharaan kebersihan mulut yang baik dan sebagian besar pasien menderita gingivitis yang berat.
Penderita tidak akan secara fisik mampu menyikat gigi atau memakai benang gigi. Mereka harus
didampingi oleh orang lain ketika akan melakukan tindakan kebersihan mulut. Diet makanan juga
mungkin perlu dilakukan, anak-anak yang mengalami kesulitan mengunyah dan menelan cenderung
makan makanan lunak, yang mudah ditelan dan tinggi karbohidrat. Pasien dengan cerebral palsy yang
mengambil fenitoin untuk mengontrol kejang yang umumnya terjadi dan akan mengakibatkan tingginya
derajat hiperplasia gingiva.
2. Karies gigi. Karies gigi pada penderita cerebral palsy lebih menonjol dibanding anak normal. Faktor
indirek penderita cerebral palsy adalah stagnasi makanan, yang disebabkan ketidakmampuan anak atau
orang tuanya membersihkan mulut.
3. Maloklusi. Prevalensi maloklusi pada pasien dengan cerebral palsy adalah sekitar dua kali lipat pada
populasi umum disebabkan keabnormalan aktivitas otot-otot mulut. Hal ini dihubungkan dengan derajat
tonsitas otot-otot muka mastikasi atau gerakan deglutasi, dan gerakan involentari yang tidak normal,
mempengaruhi lengkung rahang. Umumnya kondisi ini terlihat pada gigi anterior rahang atas, overbite
berlebihan dan overjet, gigitan terbuka, dan crossbite unilateral. Penyebab utama mungkin ada hubungan
harmonis antara otot intraoral dan perioral. Gerakan tidak terkoordinasi dan tidak terkendali rahang, bibir,
dan lidah memiliki frekuensi lebih besar pada cerebral palsy.
4. Bruxism. Bruxism biasanya diamati pada pasiendengan cerebral palsy tipe athetosis. Oklusal yang parah
karena adanya gesekan dari gigi primer dan permanen yang dapat dicatat, dengan menimbulkan
kerugian vertikal dimensi interarch.
5. Trauma. Orang dengan cerebral palsy lebih rentan terhadap trauma, khususnya gigi anterior rahang atas.
Situasi ini terkait dengan peningkatan kecenderungan untuk jatuh, bersama dengan berkurangnya
ekstensor refleks untuk melindunginya ketika jatuh. Kerentanan juga mencakup aspirasi dan menelan
benda asing.
D. Klasifikasi
1. Cerebral palsy tipe Spastic Tipe spastic adalah yang paling umum dari kasus cerebral palsy. Presentase
kejadiannya yaitu 50% sampai 70%. Ada berbagai tingkat cerebral palsy tipe spastic. Penyebabnya
bervariasi ada yang ringan mempengaruhi beberapa gerakan sedangkan penyebab yang lebih parah
dapat menyebabkan pengaruh bagi seluruh tubuh. Spastic berarti kekakuan atau keketatan otot-otot.
Otot-otot ini menjadi kaku karena pesan pada otot disampaikan secara tidak benar oleh bagian otak yang
rusak. Pada orang normal ketika akan melakukan suatu gerakan, maka terjadi kesepakatan dari dua
kelompok otot, yaitu ketika satu kelompok melakukan suatu gerakan maka kelompok otot yang lain akan
melakukan pengenduran. Namun pada penderita cerebral palsy tipe spastic kedua kelompok otot ini
melakukan secara bersama-sama sehingga membuat gerakan menjadi sulit.

Anak yang termasuk dalam cerebral palsy tipe spastic mempunyai ciri hipertabilitas yang melibatkan
otot sehingga bila diberikan sedikit rangsangan akan menimbulkan kontraksi berlebihan, lengan, kaki dan
kepala seakan tertekuk, terbatasnya otot leher sehingga menimbulkan gerakan berputar pada kepala,
sulitnya mempertahankan postur tegak, kurangnya koordinasi intraoral, perioral, dan otot pengunyahan;
memungkinan gangguan pengunyahan dan menelan, drooling berlebihan, lidah seakan terdorong keluar
dan gangguan bicara (Mc Donald RE, 2004).
Tipe spastic terbagi menjadi:
a. Monoplegia : Pada monoplegia, hanya satu ekstrimitas saja yang mengalami spastic, umumnya hal
ini terjadi pada salah satu lengan/ekstrimitas atas.
b. Diplegia : Spastic diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini disebabkan oleh
spastic yang menyerang traktus kortikospinal bilateral. Dapat terjadi pada kedua lengan atau kedua
kaki pada tubuh. Sedangkan sistem-sistem lain normal.
c. Hemiplegia : Spastic yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya
menyerang ekstrimitas atas/ektremitas bawah, menyerang lengan dan kaki pada salah satu
sisi tubuh.
d. Triplegia : Spastic pada triplegia menyerang tiga buah ekstrimitas, umumnya menyerang lengan
pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki.
e. Quadriplegia : Spastic yang tidak hanya menyerang ekstrimitas atas, tetapi juga ekstrimitas bawah
dan juga terjadi keterbatasan (paucity) pada tungkai.

2. Cerebral Palsy tipe Athetosis, Tipe athetosis adalah kelainan yang disebabkan oleh luka pada sistem
ekstra piramida yang terletak pada otak depan maupun tengah. Tipe ini terjadi sekitar 15% sampai 20%
dari orang yang terkena.
Diskinesia atau palsy athetoshis ditandai dengan ciri hipotonia dan pergerakan lambat pada
ekstremitas, bahu, otot wajah, dan gerakan menggeliat tak terkendali. Orang dengan tipe ini sering
mengalami perubahan dalam otot di semua anggota tubuh mereka, otot menjadi kaku saat melakukan
aktivitas dan normal saat tidur. Berbicara juga bisa sulit untuk dipahami karena kesulitan dalam
mengendalikan lidah, pernapasan dan penggunaan pita suara. Masalah pendengaran juga dapat terkait
dengan athethosis. Selain itu, gerakan involunter seperti menyeringai, menggeliat dan menyentak secara
tiba-tiba akan mengganggu gerakan volunter. Selain itu anak-anak dengan cerebral palsy tipe athetosis
memiliki insiden drooling lebih rendah dibandingkan dengan tipe cerebral palsy spasticity (Amita M,
2009).
3. Ataxia
Kondisi ataxia tidak begitu umum dibandingkan dengan spasticity dan athetosis. Kondisi ini
disebabkan oleh luka pada otak kecil yang terletak dibagian belakang kepala (cerebellum) yang bekerja
sebagai pengontrol keseimbangan dan koordinasi pada kerja otot. Angka kejadian tipe ini yakni 5%
hingga 10%.
Anak yang termasuk dalam cerebral palsy ataxia memiliki ciri keseimbangan terganggu, pergerakan
mengulang, refleks hipoaktif, terjadinya nistagmus yaitu gerakan ritmik pada mata yang tidak terkontrol
sering menyebabkan penurunan ketajaman visual, gerakan involunter, terutama pada inisiasi dan
penghentian gerak, sehingga terjadi lintasan gerak yang tidak teratur (dysynergia) atau berjalan tidak
secara garis lurus, tremor terminal, dan melampaui tungkai (dysmetria). Ketika berbicara bisa menjadi
dysrhythmic (scanning dysarthria) dan artikulasi tidak jelas, dengan pengontrolan napas yang tidak
teratur. Sulit menelan atau tersedak juga mungkin terjadi. Otot menunjukkan penurunan tonus, sehingga
pemeliharaan postur tubuh buruk dan mengurangi kemampuan untuk memeriksa gerakan yang
berlebihan (pulih atau bergoyang).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH PADA AN.M DENGAN CEREBRAL
PALSY DI POLIKLINIK REHABILITAS MEDIK RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Pengkajian
Tanggal Masuk : 1 April 2021
Jam Masuk : 11.00 WIB
Tempat : Poliklinik Rehabilitas Medik
Mulai Dirawat :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi/Anak
Nama : An.M
Umur : 2,5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke :5
2. Identitas Orang Tua
Identitas Ibu Ayah
Nama : Ny. Y Tn.M
Umur : 42 th 45 th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pedagang Swasta
Alamat : Semarang Semarang

3. Alasan Datang : ibu mengatakan ingin terapi pada anaknya


4. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan saat ini anaknya belum bisa berjalan, tidak mampu berdiri. Ibu mengatakan anak
pernah demam dan kejang pada umur 5 bulan.
5. Riwayat Kesehatan yang lalu (Prenatal, Natal, Postnatal)
a. Prenatal : Ibu mengatakan HPHT lupa dan HPL lupa, ibu melahirkan pada 6 agustus 2018
umur kehamilan 32 minggu lahir di rumah sakit dengan operasi SC, ibu mengatakan selama hamil
sering periksa kehamilan dan saat hamil mempunyai Riwayat PEB.
b. Natal : Ibu mengatakan bayi lahir pada tahun 2018 secara operasi SC dan berat lahir 1900
gr dan dirawat di picu-nicu selama 16 hari.
c. Post Natal : Ibu mengatakan anak pernah demam tinggi dan kejang pada umur 5 bulan
6. Riwayat Kesehatan Sekarang : Anak mengalami keterlambatan Bahasa, motoric kasar, motorik
halus, personal social.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi : Frequensi 2-3x/hari, porsi ½ ,
macam: nasi, lauk, sayur, buah, dengan tekstur cincang halus memakai sendok. keluhan: anak
belum bisa mandiri untuk makan Frekuensi minum ± 300 ml, dengan sendok.
Macam: susu, air putih.
b. Eliminasi : BAB teratur 1x/hari, konsistensi lunak, warna kekuningan, tidak
ada keluhan. BAK 6-8x/hari kali, warna kuning jernih, tidak ada keluhan. BAB dan BAK masih di
diapers
c. Aktivitas : Setiap hari An. M bermain di rumahnya dengan ibu dan ayah nya.
d. Personal Hygiene : mandi 2 kali/hari, ganti baju 2 kali, ganti celana dalam, jika cebok
dari depan ke belakang masih dibantu ibunya.
e. Istirahat dan Tidur : Tidur malam An. M tidur ± 9 jam. Tidak ada keluhan. Tidur siang
±1 jam, keluhan: terkadang tidak tidur siang.
f. Imunisasi : Lengkap (Hb0, Polio 0, BCG, polio 1, DPT/HB/HiB 1, polio 2,
DPT/HB/HiB 2, polio 3, DPT/HB/HiB 3, polio 4, IPV, MR) DPT/HB/HiB ulangan, MR ulangan belum
dilakukan.
g. Stimulasi Perkembangan : An. M baru bisa melakukan tiduran, berguling dengan bantuan,
tidak bisa mengangkat pinggulnya (terdapat spastik pada pinggul), belum bisa bicara.
8. Data Sosial Budaya : Ibu mengatakan tidak menganut budaya yang bisa merugikan atau
membahayakan, seperti: pemberian madu pada bayi segera setelah lahir, sunat pada bayi perempuan,
pengobatan ke paranormal atau paraji, tidak boleh makan ikan. , dipasung, dst.
B. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-Tanda Vital
1. Nadi : 90 kali/menit
2. Pernafasan : 22 kali/menit
3. Suhu : 36,5o C
d. Antropometri
1. Berat Badan : 10 kg
2. Tinggi Badan : 89 cm
3. Lingkar Kepala : 48 cm
4. Lingkar Dada : 50 cm
5. LiLA : 14 cm
e. Pemeriksaan Fisik Head to Thoe
1. Kepala : simetris, tidak ada tanda infeksi, rambut berwarna hitam, tidak mudah di cabut.
2. Muka : Simetris, tidak ada moon face, tidak ada tanda infeksi
3. Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi, tidak ada perdarahan, konjungtiva tidak pucat,
tidak ada strabismus, tidak ada glaucoma kongenital, tidak ada katarak kongenital, tidak ada trauma,
tidak ada secret berlebihan.
4. Hidung : Simetris, lubang hidung ada 2, tampak jelas bentuknya, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada secret dan tanda infeksi.
5. Mulut : Simetris, tidak ada labiskizis dan labiopalatoskiziz, lidah normal.
6. Telinga : Simetris, ada lubang telinga, tulang rawan matang, letak mata dan telinga sejajar,
tidak ada tanda infeksi, tidak ada serumen.
7. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran tiroid dan vena jugularis, pergerakan leher baik,
tidak ada lipatan berlebihan belakang leher.
8. Dada : Simetris, tidak ikterik, tidak ada ronchi, tidak ada stridor, tidak ada wheezing, tidak
ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada retraksi dinding dada
9. Perut : Simetris, tidak ada hepato-splenomegali, tidak ada kembung, tidak ada omphalokel,
tidak ada hernia diafragmatika
10. Punggung : simetris, tidak ada skoliosis, tidak ada spina bifida, tidak ada tanda infeksi.
11. Genitalia : Simetris, testis ada 2, sudah turun di skrotum, skrotum berkerut, tidak ada
tanda infeksi
12. Anus : Simetris, ada lubang anus, tidak ada tanda infeksi
13. Ekstrimitas
a) Atas : cappilary refill normal (kembali < 2 detik), tidak ikterik, tidak ada polydactili dan
syndactili, kedua telapak tangan masih aktif menggengam atau ada reflek grasping, pergerakan baik
namun apabila disentuh terdapat spastik.
b) Bawah : cappilary refill normal (kembali < 2 detik), tidak ikterik, tidak ada polydactili dan
syndactili, pergerakan asimetris dan tidak aktif, dan tidak dapat mengangkat pinggulnya atau spastik
pada otot pinggul.
f. Pemeriksaan Reflek (sesuai pada kasus ditambah nilai normal rujukan).
1. Pemeriksaan Reflek Primitif
Lefel Spinal
Stimulus dan respon Respon kanan Respon kiri
(tipe fasik )
Rooting Menyentuh susdut mulut, respon
- -
kepala kearah stimulus
Sucking Menyentuh bagian bibir respon bibir
- -
menghisap.
Palmar graps Menekan telapak tangan respon
+ +
berupa Gerakan menggenggam
Plantar graps Menekan telapak kaki respons
+ +
berupa gerakan fleksi jari-jari kaki.
Flexor withdrawal Menekan telapak kaki posisi
ekstensi, respon gerakan tungkai
kearah fleksi
Exstensor thrust Menekan telapak kaki posisi fleksi,
respon gerakan tungkai kearah
ekstensi.
Crossed Menekan telapak kaki posisi
ekstention ekstens, respon gerakan fleksi
tungkai yang lain.
Level brainstem
Stimulasi dan Respon Respon kanan Respon kiri
(tipe tonik )
ATNR Kepala rotasi kesatu sisi, gerakan
ekstensi lengan dan tungkai, serta
+ +
fleksi lengan dan tungkai pada sisi
yang lain.
STNR Kepala ekstensi, respon lengan
ekstensi dan tungkai fleksi, kepala
+ +
ke fleksi lengan dan tungkai
ekstensi.
TLR-Supine Meyangga posisi terlentang,
respons berupa peningkatan tonus + +
ekstensi seluruh badan.
TLR-Prone Meyangga posisi telungkup, respon
berupa peningkatan tonus fleksi - -
seluruh badan.
Lefel kortikal
Stimulus Respon kanan Respon kiri
(reflek otomatis)
Supine Bayi mampu melakukan gerakan ke
- -
posisi terlentang secara otomatis.
Prone Bayi mampu melakukan gerakan ke
- -
posisi telungkup secara otomatis
Rolling Bayi mampu melakukan gerakan
- -
berguling otomatis.
Sitting Bayi mampu melakukan gerakan
- -
duduk secara otomatis
Carwling Bayi mampu melakukan gerakan
- -
merangkak secara otomatis
Standing Bayi mampu melakukan gerakan
- -
berdiri secara otomatis
Walking Bayi mampu melakukan gerakan
- -
berjalan secara otomatis
Level midbrain
Stimulus dan respon Respon kanan Respon kiri
(refleks postural)
Optical Righting Menggerakkan kepala kesemua
arah, respon kedua mata tetap
Kembali ke tengah
Neck righting Menggerakkan kepala ke semua
arah, respon kepala tetap kembali
ke tengah
Body righting Menggerakkan badan kesemua
arah respon badan tetap kembali ke
tengah
Head to body Menggerakkan kepala ke semua
arah respon badan akan mengikuti
gerak kepala
Body to body Menggerakkan badan kesemua
arah, respon badan akan mengilkuti
gerak badan.

g. Pemeriksaan Perkembangan (usia diatas 3 bulan)


Untuk An. M, menggunakan KPSP untuk anak usia 24 bulan karena ada keterbatasan pada anak,
dengan hasil:
1. Motorik Halus : An. M anak belum bisa menyusun 8 buah balok keatas/menumpuk balok.
2. Motorik Kasar : An. M belum bisa merangkak, berjalan sendiri ataupun berpegangan.
3. Bahasa : An. M belum bisa bicara, hanya bisa bersuara tanpa arti
4. Personal sosial : An. M belum bisa tepuk tangan ataupun melambaikan tangan
h. Pemeriksaan Penunjang (sesuai kasus)
1. Laboratorium
a) Darah : Tidak dilakukan
b) Urine : Tidak dilakukan
c) Feses : Tidak dilakukan
d) Dahak : Tidak dilakukan
2. Rontgent : Tidak dilakukan
3. USG : Tidak dilakukan
4. Citiscan/ MRI : Tidak dilakukan
C. ASSESMENT
1. Diagnosis Kebidanan
An. M umur 2,5 tahun dengan Cerebral Palsy
2. Masalah
Keterlambatan Perkembangan pada motorik kasar, halus, Bahasa, personal social.
3. Diagnosis Potensial
Tidak ada
4. Tindakan Segera
Tidak ada
D. PLANNING
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan anaknya.
2. Lakukan kolaborasi dengan melakukan fisioterapi
3. Jelaskan pada ibu hasil terapi.
4. Jelaskan pada ibu untuk memberikan stimulasi pada anaknya saat di rumah.
5. Sarankan ibu kunjungan ulang seminggu dua kali.
6. IMPLEMENTASI
Jam Implementasi Jam Evaluasi
11.1 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang 11.11 1. Ibu faham dengan kondisi
0 telah dilakukan yaitu bahwasannya keadaan umum anaknya.
anak baik dalam batas normal
11.1 2. Melakukan kolaborasi dimana akan dilakukan 11.13 2. Anak sedang dilakukan
2 fisiterapi oleh terapis . terapi fisioteapi.
11.1 3. Menjelaskan kepada ibu bahwasannya tidak perlu 11.15 3. Ibu faham
4 untuk terburu-buru anak harus bisa berjalan, untuk
saat ini anak diusahakan untuk bisa merangkah
terlebih dahulu, atau dapat mengangkat pinggulnya
11.1 4. Menjelaskan kepada ibu bahwa dirumah nanti untuk 11.17 4. Ibu faham dan akan
6 melakukan stimulasi kepada anaknya yaitu Gerakan melakukan stimulasi
dimana anak agar dapat merangkak, dan membantu dirumahnya nanti.
anak untuk distimulasi mengangkat pinggunya agar
ketegangan pada otot pinggul berkurang.
11.1 5. Menyarankan ibu untuk datang Kembali pada hari 11.20 5. Ibu bersedia untuk datang
8 sabtu besok pada 3 april 2021 kunjungan Kembali.
DAFTAR PUSTAKA

M Farhana. Characteristics of Cerebral Palsy Attended at Centre for Rehabilitation of the Paralysed. Bangladesh
Health Professions Institute (BHPI) (Departement of Physiotherapy). Bangladesh. February 2013;7-8.

T. Michael O’Shea. Diagnosis, treatment, and prevention of cerebral palsy in Near-Term/Term infants. Clinobstet
gynecol. Authormanuscript. Available in PMC 2011; 51 (4):1-3

S. Singer H, WM Jonathan, LG Donald, J Joseph. Movement Disorders In Childhood. USA: Saunders Elseiver:
2010;221.
Jeremy D. Schmahmann, M.D. Disorders of the Cerebellum: Ataxia, Dysmetria of Thought, and the Cerebellar
Cognitive Affective Syndrome. The Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences 2004; 16:367–378.

Anda mungkin juga menyukai