Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

LOGIKA SCIENTIFIKA

Berpikir Induktif dan Deduktif


Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud
adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia. Menangkap berarti mengamati atau
mengobservasi, sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dan sinilah terwujud
hukum, dalil, atau teori dari suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif
(menginduksi). Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus
(particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju generalisasi:
Kebalikan dari berpikir induktif ialah berpikir deduktif. Bekerjanya berangkat dari hal yang
umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya ialah
"segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam situ kelas atau jenis, berlaku pula sebagai hal
yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus ini benar-benar
merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu
Menurut Francis Bacon (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie: 2007), mempertegas variasi kondisi
untuk mencapai hikikat induktif, yaitu:
(1) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri positif yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam suatu
kondisi;
(2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif yaitu pencatatan kondisi mana suatu kejadian tidak timbul
dan:
(3) tabulasi atau pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi
yang berubah-ubah. Dari ketiga tabulasi atau pencatatan tersebut barulah dapat ditetapkan ciri-ciri sifat
atau unsur-unsur mana yang harus ada, yang tidak dapat dipisahkan dari fenomena itu.

Metode Ilmiah
Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat dikatakan hanya sebagian dari langkah-
langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab metode penelitian baru merupakan prosedur sistematis
dari bekerjanya pikiran aiau logic yang hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan rasional saja.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan
ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah
suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.
Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
(2) menyusun kerangka pikiran (logical contract);
(3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
(4) menguji hipotesis secara empirik;
(5) melakukan pembahasan dan;
(6) menyimpulkan. Tiga Iangkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-langkah
selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua
hal, yaitu hal metode dan hal teknis penelitian. Namun secara implisit metode dan teknik melarut di
dalamnya.

2.1 Logika alami dan logika scientifika


Dalam kegiatan berpikir sehari-hari kita secara spontan telah mengikuti hukum-hukum yang
secara alami memerintah. Dan memang benar bahwa logika alami (natural, spontan, dengan naluri)
tersebut telah mencukupi bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Tetapi logika alami ini tidak cukup jelas atau tegas eksplisit untuk menjauhkan kita dari
kekeliruan-kekeliruan. Di dalam hidup ini, tidak jarang manusia harus membuat pemikiran-pemikiran
yang cukup sulit dan berliku-liku, sehingga sangat pentinglah kalau kita mengetahui hukum-hukum
kodrat pikiran tersebut secara sadar, eksplisit, agar kita dapat secara sadar menerapkannya sehingga kita
mempunyai kepastian atas kebenaran proses berpikir kita, demikian juga kepastian dengan
kesimpulannya.
Pengalaman juga mengatakan bahwa kita sering tersesat dalam berpikir. Memang, sesudah
mengalami tersesat, kita dapat menganalisis kesesatan kita dan menemukan sebab-sebabnya kesesatan itu.
Dalam arti inilah sesungguhnya pengalaman merupakan guru, melalui penderitaan kita belajar (pathei
mathos, kata Aischylos). Tetapi menurut kami, pengalaman adalah tempat belajar yang tidak jarang
sangat pahit. Logika scientifika menyarankan gantinya.
Jadi, memang, tanpa logika scientifika seorang dapat dengan pasti menarik kesimpulan dan
mencapai kebenaran, terutama apabila mengenai hal yang tidak sulit. Dalam kejadian seperti ini logika
alami telah mencukupi.
Perlu diingat bahwa hukum berpikir yang akan dirumuskan dalam logika scientifika adalah
hukum kodrat. Jadi, akal manusia sebagai realitas kodrati juga dengan sendirinya menjalankan hukum-
hukum itu.
Barang siapa mempelajari berbagai jalan pikiran dengan cermat dan sistematis, akan segera
menyadari bahwa banyak jalan pikiran yang tidak berkaitan, bahkan berlawanan asas, banyak kesimpulan
yang salah, dan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam ilmu serta 'filsafat, terjadi banyak
kekeliruan berpikir (fallacies, drogredenen).
Jadi, logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk semakin memperlengkapi kita dalam
mempeitajam jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, mematuhi prinsip-
prinsip dasar yang memerintahnya dengan sadar.
Logika scientifika sesungguhnya merupakan penyempurnaan metodis logika alami.

2.2 Definisi logika Scientifika


Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip,
bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-
kesimpulan yang betul lurus, sah.

Anda mungkin juga menyukai