Anda di halaman 1dari 4

KONSEP DASAR LOGIKA

A. Pengantar

Kata Logika atau logis sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Kata
logis dipakai dalam arti yang sama dengan masuk akal, dapat dimengerti. Seseorang
yang telah mempelajari logika lebih mungkin bernalar secara tepat daripada kalau
dia tidak pernah mempelajari logika, alasannya:
➢ Studi yang tepat atas logika akan mendekatinya sebagai suatu seni dan sebagai
suatu ilmu, dan dia akan mengerjakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan teori-teori yang dipalajari. Dalam hal ini, praktik akan membuat dia
mampu bernalar secara tepat.
➢ Dalam studi logika, kita membuat kajian dan analisis atas kesesatan-kesesatan
atau kesalahan-kesalahan dalam penalaran
➢ Studi logika akan memberikan teknik tertentu, metode-metode yang dengan
mudah diterapkan untuk menguji kebenaran dari bermacam-macam penalaran
yang berbeda, termasuk penalaan kita sendiri. Pengetahuan ini bernilai karena
kesalahan-kesalahan dengan mudah dideteksi. Dengan demikian,
kesalahankesalahan itu dapat dihindari.
➢ Keinsyafan akan adanya kesulitan-kesulitan mendorong orang untuk
memikirkan caranya ia berpikir, serta meneliti asas-asas hukum yang mengatur
pemikiran manusia agar dapat mencapai kebenaran.

B. Pengertian Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani dari kata “Logos” yang berarti kata, ucapan
atau alasan. Secara etimologis, logika merupakan ilmu yang mempelajari pikiran
yang dinyatakan dalam bahasa atau disebut juga ilmu bernalar. Berikut beberapa
pengertian logika menurut para ahli :
1. William Alston mendefinisikan logika sebagai berikut: Logic is the study of
inference, more precisely the attempt to device criteria for separating valid from
invalid inference (Logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih
cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan
penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).
2. Alfred Cryril Ewing mengatakan: Study of the different kinds of proposition
and the relations between them which justify inference (studi tentang jenis-
jenis keterangan yang berbeda dan hubungan di antara mereka yang
membenarkan penyimpulan)
Berdasarkan uraian dari atas, logika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
metode-metode dan prinsip-prinsip yang diapakai untuk membedakan penalaran
yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Konsep kunci dalam definisi adalah
penalaran yang tepat atau penalaran yang valid. Ketepatan atau validitas tidak
identik dengan kebenaran. Logika hanya menaruh perhatian pada kepentingan logis
(relasi konsekuansial) yang ada, antara konklusi (kesimpulan) dan premis-premis
yang ada

C. Sejarah Logika
a. Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales
mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas
utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian
disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik
kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air
adalah jiwa segala sesuatu
b. Masa Abad Pertengahan Dan Logika Modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,
Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas
1224-1274 dan kawankawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:Petrus Hispanus 1210 -
1278). Roger Bacon 1214-1292. Raymundus Lullus (1232 -1315) yang
menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar pengertian. William Ocham (1295 - 1349)

D. Objek Logika
Objek material logika ialah manusia itu sendiri, sedangkan objek formalnya
ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat dan teratur
yang terlihat lewat ungkapan pikirannya yang diwujudkan dalam bahasa.
1. Objek Material Logika ( Arti Berpikir) manusia itu sendiri dalam kegiatan
berpikir, bukan proses berpikir. Berpikir adalah kegiatan berpikir manusia
dalam mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Pengolahan ini dilakukan dengan, mempertimbangkan, menguraikan,
membandingkan, dan menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain.
2. Objek Formal Logika (Bentuk atau pola berpikir berupa struktur fomal
kombinasi pernyataan-pernyataan sesuai aturan logika.

E. Kerangka Dasar atau Unsur Logika:


1. Kerangka berpikir manusia sesungguhnya terdiri atas tiga unsur.
Unsur yang pertama adalah (a) pengertian-pengertian. Kemudian
pengertian-pengertian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi (b)
keputusan-keputusan. Akhirnya, keputusan-keputusan itu disusun
sedemikian rupa menjadi (3) penyimpulan-penyimpulan.
2. Pengertian¸ menangkap kenyataan tentang sesuatu sebagaimana adanya;
artinya menangkap sesuatu tanpa mengakui atau mengingkarinya.
Pekerjaan pikiran di sini adalah mengerti kenyataan, serta membentuk
pengertian-pengertian atas dasar pengetahuan indera; misalnya kenyataan
akan adanya: „jual-beli‟, mobil’,mahal’, dan seterusnya.
3. Keputusan, memberikan keputusan, artinya menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.
Misalnya adanya hubungan antara ,,harga mobil‟ (jumlah yang harus
dibayar) dengan keadaan keuangan seseorang, yang karena hubungan itu
kemudian disebut „mahal‟. Keputusan itu dinyatakan dalam bentuk
pernyataan „mobil itu mahal‟; pernyataan ini dalam logikadisebut „putusan’.
4. Penyimpulan, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian rupa,
sehingga dari satu keputusan atau lebih, akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan. Atas dasar „putusan‟ pada point kedua, maka seseorang dapat
menyimpulkan, misalnya „saya itu tidak jadi membeli mobil itu‟.
5. Jalan pikiran seperti diuraikan di atas tidak mesti diungkapkan dalam
bentuk kata-kata, meskipun tetap ada dalam pemikiran seseorang. Tetapi
dalam berpikir tersebut, seseorang mesti mempergunakan kata tertentu, yang
disebut pengertian atau konsep. Apabila apa yang dipikirkan itu hendak
diberitahukan kepada orang lain, maka isi pikiran itu harus dilahirkan dalam
bentuk kata-kata (bahasa), term (istilah), atau tanda yang lain (Poespoprojo,
2011: 14-15).
6. Pemikiran, penalaran, atau penyimpulan, adalah suatu penjelasan
yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal atau lebih, yang atas
dasar alasan-alasan tertentu dan dengan langkah-langkah tertentu sampai
pada suatu kesimpulan. Misalnya:
a. Kalimat berita atau putusan. Hubungan antara dua hal diucapkan
secara positif: „ini adalah demikian‟ atau „ini tidak demikian‟. „Pohon-
pohon tumbang‟, „gunung Merapi tidak meletus‟.
b. Hubungan sebab akibat: „ini demikian karena…‟. „Pohon-pohon tumbang
karena ada angin puting beliung‟.
c. Hubungan maksud tujuan: „ini demikian untuk…‟. „Pohon-pohon
ditebang untuk pelebaran jalan‟.
d. Hubungan bersyarat: „kalau begitu, maka itu begitu‟. „Kalau orang
membangun jalan di sana, maka pohon-pohon perlu ditebang‟.

F. Macam-Macam Logika
Secara umum logika dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Logika Alamiah (Kodratiah); kinerja akal budi manusia yang berpikir secara
tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
2. Logika Ilmiah (Saintifika); menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas
yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

G. Metode-Metode Logika
1. Penalaran Dedutif. Yaitu penyimpulan deduktif, proses penalaran kita bertolak
dari pengetahuan yang bersifat universal menuju pengetahuan yang sifatnya
partikular kongkrit. Contoh:
• Semua manusia akan mati
• Si Ety adalah manusia
• Jadi, Ety akan mati.
2. Penalaran Induktif. Yaitu proses penyimpulan yang berasal dari dua premis
atau lebih menuju kesimpulan yang lebih bersifat umum, bila dibandingkan
dengan salah satu atau kedua premisnya. Contoh:
• Pohon-pohon mati
• Binatang-binatang mati
• Manusia mati
• Semua mereka adalah makhluk hidup
• Jadi, semua makhluk hidup mati

H. Pentingnya Belajar Logika


1. Membantu seseorang untuk berpikir lurus, tepat, dan teratur. Dengan
berpikir lurus, tepat, dan teratur seseorang akan memperoleh kebenaran dan
terhindar dari kesesatan.
2. Semua bidang kehidupan manusia membutuhkan keteraturan dalam
tindakan-tindakannya yang berdasar atas kemampuan berpikirnya.
3. Semua filsafat dan ilmu pengetahuan hampir tidak bisa dipisahkan dari analisa-
analisa logika.
4. Logika mengarahkan dan mendorong seseorang untuk berpikir sendiri.
5. Manusia pada umumnya mendasarkan tindakan-tindakannya atas pemikiran
dan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif

Anda mungkin juga menyukai