Anda di halaman 1dari 12

1

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama Mahasiswa Yudi Irianto


NIM 2101202009
Hari, tanggal Jumat, 12-11-2021
Mata Ujian Teori ilmu sosial
Program Studi / Semester S2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dosen Penguji Dr. Moh.Rifai, M.Pd.i

1. Jelaskan mengapa setiap penelitian lapangan sangat tergantung pada ground teori yg

akan di pakai..?..dijawab dengan narasi keilmuan.

Jawab

Grounded theory dapat dikatakan sebagai sebuah jenis penelitian atau pendekatan dalam

penelitian kualitatif yang bertujuan menjelaskan sebuah fenomena dalam bentuk rumusan

teori. Hasil dari penelitian tersebut bukanlah sekedar deskripsi dan penjelasan dari fenomena

melainkan lebih bersifat teoritisasi dari data yang diambil dari lokasi penelitian.

Maka  grounded theory mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan pendekatan kulaitatif

lainnya, seperti   phenomenology, case study, narrative study dan ethnography. Berikut ini

mengapa setiap penelitian lapangan sangat tergantung pada ground teori karena :

a. Data Utama Bersumber dari Pernyataan Informan

Sumber data yang dijadikan dasar untuk teoritisasi adalah data yang berasal dari

informan. Pernyataan langsung dari informan dianalisis dengan analisis coding agar

menghasilkan teoritisasi yang bermakna. Sedangkan sumber data dari pengamatan dan

data sekunder lainnya berfungsi untuk mempertajam analisis yang ada agar

memudahkan peneliti dalam proses teoritisasi data. Jumlah informan yang ideal untuk

dijadikan sumber data, menurut Creswell (2007) adalah antara 20 sampai dengan 60

informan. Sedangkan menurut Glaser, sebagai penemu grounded theory, ia tidak

mensyaratkan berapa jumlah informan yang ideal, namun ia membatasi bahwa ketika

data yang diperoleh sudah jenuh atau tidak ada lagi data baru, maka jumlah tersebut

sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sumber data dalam penelitian grounded


2
theory. Seperti pada penelitian kualitatif lainnya, sumber data dipilih dengan purposive

sampling, artinya bahwa informan tersebut dipilih karena adanya tujuan tertentu,

namun ada sedikit perbedaan yang tidak ada pada pendekatan lainnya, yaitu

adanya theoritical sampling (penyampelan teoritis). Yang dimaksud penyampelan

teoritis dalam konteks ini adalah bahwa setelah peneltii melakukan pengumpulan dan

analisis data secara terintegrasi ia akan menggali lagi data apa yang diperlukan

selanjutnya, di mana dan dari siapa data tersebut bisa digali dengan tujuan untuk

membangun teori.

b. Meneliti Proses, Aksi dan Interaksi

Penelitian ini meneliti sebuah proses, aksi dan interaksi yang melibatkan beberapa

individu di dalamnya. Misalkan anda mau meneliti tentang jiwa enterpreneurship tim

sepak bola, maka anda harus mengamati langsung dan menggali informasi tentang

proses pelatihan anggota tim berikut model dan cara pelatihannya, figur pelatih,

interaksi antara pelatih dengan anggota, interaksi antar anggota tim, masalah yang

terjadi di dalam anggota  akibat proses interaksi dan sikap serta perilaku anggota

menanggapi kondisi yang ada. Contoh yang lain, jika anda ingin menggali proses

adopsi anak, maka anda perlu mengamati dan menggali informasi tentang prosedur

pengadopsian anak, persepsi pengadopsi tentang anak yang akan diadopsi dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pengadopsi terhadap keputusan adopsi. Anda juga perlu

menggali informasi tentang motivasi pengadopsi, proses keputusan pemilihan karakter

anak yang sesuai, sikap dan perilaku anak ketika akan diadopsi dan sikap dan perilaku

petugas dalam sebuah yayasan yang selama ini merawat anak yang akan diadopsi.

Karenanya, dalam grounded theory peristiwa atau fenomena yang akan anda gali

sedang berlangsung. Ketika sebuah peristiwa usai, dan anda ingin meneliti peristiwa

tersebut, maka pendekatan yang akan anda gunakan tidak lagi grounded theory, namun

memakai pendekatan yang lain.

c. Grounded Theory Perlu Kepekaan Teoritis


3

Kepekaan teoritis (theoritical sensitivity) merupakan syarat utama yang wajib dipunyai

peneliti. Tanpa hal itu,  penelitian grounded theory akan menghasilkan rumusan teori

yang dangkal dan kurang bermakna bahkan peneliti bisa gagal dalam merumuskan teori.

Kepekaan teoritis iini berhubungan dengan kepekaan peneliti dalam memahami data dan

menganalisisnya hingga terbentuk sebuah rumusan teori. Kepekaan tersebut bisa dilatih

dengan banyak membaca dan memahami literatur yang relevan dengan fenomena yang

diteliti dan dapat diperkuat dengan pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian grounded theory. Adanya pembimbing yang berpengalaman juga bisa

membantu anda yang baru pertama kali melakukan penelitian tersebut. Ia bisa

membantu anda mendapatkan kepekaan teoritis melalui diskusi bersama dalam analisis

data.

d. Grounded Theory Mengharuskan Pembentukan Proposisi

Grounded theory berbeda dengan pendekatan kualitatif lainnya yang tidak

mengharuskan penyusunan proposisi. Jika anda sedang melakukan penelitian dengan

pendekatan tersebut, maka setelah analisis data, langkah yang harus anda lakukan adalah

menyusun proposisi dari temuan yang ada. Proposisi adalah hubungan antara konsep.

Dalam konteks grounded theory, maka proposisi menunjukkan hubungan antar konsep

dengan sub kategori dan antara sub kategori dengan kategori dan antara kategori dengan

kategori initi. Hubungan tersebut biasanya diwujudkan dengan kata-kata "semakin.....

maka semakin". Misalnya dari sebuah penelitian ditemukan konsep kualitas interaksi,

sub kategori kerja sama kelompok, kategori kinerja kelompok dan kategori inti kinerja

organisasi. Maka dapat disusun proposisi: "semakin tinggi kualitas interaksi antar

anggota kelompok, maka semakin tinggi tingkat kerja sama kelompok. Semakin tinggi

tingkat kerja sama kelompok, maka semakin tinggi kinerja kelompok. Semakin tinggi

kinerja kelompok, maka semakin tinggi pula kinerja organisasi." Sedangkan yang

dinamakan teori adalah kumpulan dua proposisi atau lebih. Karenanya, contoh di atas
4
sudah menunjukkan rumusan teori yang dihasilkan dari penelitian dengan pendekatan

grounded theory karena sudah lebih dari dua proposisi.

e. Grounded Theeory Mengharuskan Perbandingan Teori

Setelah anda melakukan analisis data dan menyusun proposisi, maka anda diwajibkan

untuk menyusun perbandingan teori. Temuan yang telah tersusun dalam rumusan teori

dibandingkan dengan teori yang telah ada sebelumnya, baik yang berbentuk buku

ataupun hasil penelitian terdahulu. Perbandingan tersebut mengungkap persamaan dan

perbedaan hasil penelitian anda dengan teori terdahulu. Jika terdapat persamaan atau

perbedaan, dijelaskan temuan yang mana yang berbeda, diuraikan juga mengapa temuan

tersebut sama dan mengapa berbeda. Dari persamaan dan perbedaan tersebut akan

terlihat kualitaas temuan anda dibandingkan dengan temuan sebelumnya.

2. kenapa teori dalam penelitian sosial tidak bisa berdiri sendiri,maksud nya perlu adanya

teori sosial lain sebagai pendukung guna terakurasi data.(falid). contoh teori

konflik,Latén,dst

Jawab :

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku sosial dan juga ilmu yang bisa memberikan

sumbangan kepada perbaikan masyarakat, kebenarannya yang diuji secara sistematis bisa

memberikan pegangan bagi penyelesaian konflik-konflik yang mengganggu. ada juga klaim

inheren dari ilmu sosial bahwa ilmu sosial berfungsi sebagai salah satu peranti (intelektual)

dalam penyelesaian - pembatasan, pengelolaan, atau penangkalan - konflik-konflik sosial.

beberapa sosiolog bahkan mengisyaratkan bahwa sains mereka secara sosial mutlak perlu

mengingat adanya kekeacauan di antara kelompok-kelompok dan ilmu-ilmu sosial, temuan-

temuan teoretis bukan hanya memberikan sumbangan kepada pencapaian saling pengertian,

melainkan juga mendorong individu untuk memberikan komitmen pada persuasi yang rasional

dan tanpa kekerasan, yang dibutuhkan di dunia yang irasional dan penuh dengan kekerasan

(berger dan Berger, 1972;363).

Referensi lain menyebutkan bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang unik. Ilmu sosial tidak

dapat dirumuskan secara pasti bagaimana ilmu eksak, tidak dapat ditentukan secara mutlak
5
salah atau benarnya, serta tidak dapat dirangkum dalam sebuah teori yang berlaku sepanjang

masa. Ilmu sosial mempelajari manusia dari banyak sudut pandang dan dalam banyak cara.

Oleh karena itu, teori dalam ilmu sosial selau berkesinambungan dan tidak dapat berdiri

sendiri tanpa ada teori sosial yang lainnya. Teori baru tentang Perilaku Sosial (Social

Behavior) ini semuanya dapat menopang terhadap, Sosiologi sebagai metode. Maksudnya

disini sebagai reaksi terhadap formalisme yang telah teroganisasi dengan baik. Formalisme

kemudian bertahan pada definisi sosiologi memulai produk interpretasi. Tapi kemudian

perilaku sosial telah membangun sosiologi sebagai satu ilmu sosial yang empirik.

Signifikasinya maka setiap cabang perilaku sosial memberikan sumbangan metode kepada

sosiologi. Sugesti tersebut datang dari ajaran Ross, Trade dan Gidding yang telah aktif untuk

merekonstruksi sosiologi menjadi ilmu yang dapat diperhitungkan secara umum. Persons

adalah salah seorang dari mereka yang patut diperhitungkan karena telah merekonstruksinya

menjadi suatu illmu konstruksi skala masyarakat. Hal ini penting dan akan menjadi data

primer bagi sosiologi itu sendiri.

Akhirnya metode sosiologi menjadi pandangan utama bagi teori aksi sosial, dan dari sinilah

sebenarnya fondasi tersebut dibangun. Ajaran Weber, mungkin dapat dipandang sebagai tipe

ideal sebagai ilustrasi antara metode sosiologi dengan teori aksi sosial, dan

mengkomparasikannya menjadi sebuah komparasi yang benar. Di antararelevansi dan hasil

umum dari perilaku sosial adalah

a. Pengenalan seseorang terhadap objek studi sosiologi dan

b. Membangun psikologi sosial menjadi satu pondasi bagi cabang ilmu sosiologi. Tampak

di sana hanya pada efek tertentu dan perilaku sosial tetap permanen menjadi satu signal

khusus bagi sosiologi.

Contoh teori konflik

a. Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku Berdasarkan posisi pelaku, konflik sosial

bisa dibedakan jadi 2 macam. Keduanya: konflik vertikal dan konflik horizontal.

Konflik horizontal adalah konflik antarpihak yang derajat atau kedudukannya

sama. Contoh konflik sosial ini adalah pertikaian dengan kekerasan antarsuku, atau
6
tawuran antarwarga beda kampung. Sementara konflik vertikal adalah konflik yang

melibatkan pihak yang kedudukannya tidak sejajar. Contoh konflik vertikal adalah

bentrok polisi dan masyarakat yang menolak digusur.

b. Konflik sosial berdasarkan sifat pelaku Berdasarkan sifat pelaku, konflik sosial bisa

dibedakan menjadi konflik terbuka dan tertutup. Kedua jenis ini berbeda dari segi

penampakan konfliknya. Untuk yang pertama, yakni konflik terbuka, adalah

konflik sosial yang diketahui oleh semua orang. Jadi, konflik itu tidak hanya

diketahui oleh pihak yang terlibat, tapi juga khalayak umum yang tak terkait

dengannya. Baca juga: Mengenal Proses Sosialisasi: Tujuan, Jenis-jenis, dan

Tahapannya Contoh konflik sosial terbuka ialah demonstrasi buruh, demonstrasi

mahasiswa pada 1998, demo aktivis dan mahasiswa menolak Omnibus Law, dan

sejenisnya. Sementara konflik tertutup merupakan konflik yang diketahui oleh

beberapa pihak saja, misalnya oleh pihak yang terkait saja. Contohnya, pemberian

gaji pada karyawan WNI dengan karyawan WNA di suatu perusahaan tidak sama,

padahal peran keduanya dalam bekerja setara. Namun, konflik sosial ini belum

muncul ke permukaan sehingga tidak diketahui oleh siapapun di luar perusahaan.

c. Konflik sosial berdasarkan waktu Berdasarkan kategori waktu, konflik sosial

dibedakan menjadi konflik sesaat (spontan) dan konflik berkelanjutan. Konflik

sesaat dapat terjadi dalam waktu singkat atau sesaat saja karena adanya

kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Contohnya: bentrok antarwarga

karena masalah salah paham. Sedangkan konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu

yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Hal ini bisa dilihat contohnya pada konflik

antarsuku yang berkepanjangan.

d. Konflik sosial berdasarkan tujuan organisasi Jika dilihat berdarkan tujuan

organisasi, macam-macam konflik sosial bisa dipilah menjadi konflik fungsional

dan disfungsional. Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung

tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif. Contohnya, persaingan


7
antara organisasi pramuka dan OSIS di sebuah sekolah yang lantas mendorong

masing-masing kelompok berlomba dalam meraih prestasi. Adapun konflik

disfungsional adalah konflik yang menghambat tercapainya tujuan suatu organisasi

dan bersifat destruktif (merusak). Contohnya adalah konflik perebutan posisi ketua

satu organisasi yang berujung pada perpecahan pengurus, bahkan mungkin sampai

memicu bentrok kekerasan.

e. Konflik sosial berdasarkan pengendaliannya Apabila ditelisik berdasarkan

pengendaliannya, konflik sosial dapat dikategorikan jenisnya menjadi 4, yakni

konflik terkendali, konflik tidak terkendali, konflik sistematis, dan konflik

nonsistematis. Pertama, konflik terkendali terjadi saat pihak-pihak yang terlibat

dapat mengendalikannya dengan baik, sehingga perselisihan tidak menyebar dan

membesar dengan cepat. Contohnya, konflik antara karyawan dengan perusahaan

mengenai nilai gaji. Kemudian konflik itu ditengahi oleh Dinas Tenaga Kerja

melalui proses mediasi, dan akhirnya terjadi kesepakatan. Baca juga: Mengenal

Pemberdayaan Komunitas: Konsep Dasar, Prinsip & Tujuannya Kedua, konflik

tidak terkendali merupakan konflik sosial yang menimbulkan akibat yang tak dapat

dikendalikan oleh pihak-pihak yang terkait, sehingga berujung pada aksi kekerasan.

Contoh jenis ini adalah bentrok dengan kekerasan antara polisi dan massa

demonstrasi. Ketiga, konflik nonsistematis dapat terjadi walaupun tanpa

perencanaan dan keinginan menang yang kuat. Pihak yang terlibat konflik tidak

menganalisis bagaimana konflik bisa dikendalikan atau memperoleh hasil yang

memuaskan. Contoh konflik nonsistematis adalah perkelahian antarkelompok

pelajar yang tiba-tiba saja terjadi, hanya karena kasus senggolan motor di jalan.

Keempat, konflik sistematis terjadi karena ada perencanaan yang disusun

sebelumnya. Tidak cuma agar tujuan tercapai, tapi juga dengan strategi tertentu

supaya salah satu pihak pemenang dapat menguasai pihak lain. Untuk

memenangkan konflik, pihak yang berkonflik merencanakan cara untuk dapat

menundukkan dan menguasai lawan. Contoh konflik sistematis ini bisa terlihat
8
pada pertikaian antarpartai politik, atau antarkelompok organisasi kemasyarakatan

(ormas)

3. Buat rencana penelitian tesis yang standar.. Untuk dilakukan pada seperti yang akan
datang
Jawab

KONFLIK SOSIAL DILINGKUNGAN


SMK KESEHATAN BAKTI INDONESIA PONOROGO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah mempunyai berbagai macam komponen yang berbeda seperti kepala sekolah,

guru, karyawan dan siswa. Setiap komponen memiliki ketergantungan dalam proses kerja

sama untuk mencapai visi dan misi sekolah yang telah ditentukan. Kepala sekolah sebagai

pemimpin sebuah sekolah sering dihadapkan pada berbagai perbedaan dalam membangun

sekolah yang kokoh. Perbedaan yang terdapat dalam instansi sekolah sering menyebabkan

terjadinya ketidakcocokan dan akhirnya berpotensi timbulnya konflik.

Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam sekolah, tidak peduli bentuk dan tingkat

kompleksitas sekolah tersebut. Konflik tidak dapat dihindari tetapi harus ada usaha pengelolaan

terhadap konflik. Bahkan dalam pengelolaan harus memperhatikan juga akibat yang dapat

ditimbulkan sekecil apapun, hal ini dikarenakan jika didiamkan justru akan menjadi cikal bakal

konflik yang besar.

Tetapi dalam kenyataannya konflik oleh sebagian besar orang dianggap selalu berdampak

negative dan tidak perlu dikelola dengan baik. Pemikiran tersebut karena dilandasi oleh

pemahaman konflik yang kurang jelas atau bahkan sama sekali tidak tahu. Apalagi jika

berhubungan dengan masalah dana yang harus dikeluarkan untuk mengeluarkan anggaran

dalam mengelola konflik tersebut.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
9
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada

jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat

atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Fungsi SMK menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 ada enam.

a. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak

mulia, dan kepribadian luhur.

b. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta

tanah air.

c. Membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

d. Meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan

keindahan, kehalusan, dan harmoni.

e. Menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olah raga, baik untuk kesehatan

dan kebugaran jasmani maupun prestasi.

f. Meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat

dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.

Berdasarkan fungsi SMK dapat kita bayangkan betapa besar tanggung jawab yang harus

dipenuhi oleh SMK untuk menciptakan lulusan yang memiliki kualitas dalam aspek

pengetahuan, keterampilan dan bahkan harus berkualitas dalam hal sikap yang ditunjukkan

dengan memiliki akhlak mulia dan kepribadian yang luhur. SMK Kesehatan Bakti Indonesia

Medika Ponorogo merupakan salah satu sekolah kejuruan yang cukup besar di wilayah

Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat dilihat jumlah siswa yang dimiliki, yaitu 500 siswa dengan

21 rombongan belajar dengan latar belakang ekonomi, pendidikan keluarga dan asal atau tempat

tinggal yang berbeda. Sebagian besar siswa berasal dari luar kota Ponorogo dan orang tua

bekerja sebagai petani.

Tenaga guru yang dimiliki cukup besar pula, yaitu guru berstatus negeri berjumlah 45

orang dan 33 orang berstatus guru tetap yayasan (GTY). Sementara itu, terdapat 12 karyawan,

Selain itu sebagian besar guru berasal dari kota tempat tinggal yang berbeda dan berdomisili di
1
luar kota Ponorogo 0

Berdasarkan hasil uraian di atas dapat diperkirakan akan banyak hal yang terjadi dan

berpotensi menjadi sebuah konflik dalam menjalankan fungsinya dengan sumber daya yang

dimiliki. Sementara itu sisi perubahan atas kebijakan dari pusat dan pemindahan kewenangan

akan berdampak pada potensi konflik yang baru baik antarguru, antarkaryawan, antara guru

dengan karyawan, antara karyawan dengan kepala sekolah, antara guru dengan kepala sekolah,

antar siswa dan antara siswa dengan guru. Antar komponen sekolah yang ada di sekolah yang

begitu lama menjalin kerja sama dan komunikasi dalam mencapai tujuan dan diwarnai dengan

berbagai perbedaan-perbedaan yang muncul seperti perbedaan berpikir, berpendapat,

menganalisis suatu keadaan atau permasalahan, dan perbedaan bertindak.

Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap instansi sekolah. Jika konflik

menjadi semakin meningkat dan meluas, maka akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja

sekolah. Dalam situasi inilah, dibutuhkan kemampuan mengelola situasi konflik antarpersonil

sekolah, agar tidak berkembang dan dijadikan sebagai modal untuk meningkatkan kinerja. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wartini (2015:73) mengatakan

bahwa strategi manajemen konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

teamwork tenaga kependidikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik strategi manajemen

konflik dilakukan akan semakin dapat meningkatkan kinerja teamwork tenaga kependidikan

yang hasilnya dapat diukur melalui terciptanya keharmonisan kerja, terjalinnya komunikasi

yang terbuka, adanya pertimbangan akan efektivitas dan efisiensi kerja serta terbuka dalam

penggunaan metode-metode untuk membantu dalam penyelesaian pekerjaan.

Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian menurut Jun Liu, Pingping Fu, Songbo

Liu (2009: 228 – 250),

“Results show relationship conflict reduces team cohesiveness and both relationship and task

conflicts are negatively related to firm performance. With relationship conflict, the results show

using compromising approach could help reduce its negative effects on TMT cohesiveness and

firm performance; but avoiding either type of conflict will undermine both team and firm

outcomes”.

‘Konflik hubungan mengurangi kekompakan tim dan kedua konflik hubungan dan tugas yang
1
berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Dengan konflik hubungan, hasil menunjukkan
1

menggunakan pendekatan kompromi bisa membantu mengurangi efek negatif pada TMT

kekompakan dan kinerja perusahaan; tapi menghindari kedua jenis konflik akan melemahkan

kedua tim dan hasil perusahaan’.

Setiap instansi pasti mempunyai pengelolaan konflik yang berbeda-beda. Apalagi instansi

yang mempunyai bidang usaha yang berbeda tentu juga memiliki konflik, perhatian terhadap

konflik dan pengelolaan konflik yang berbeda pula. Salah satu contoh adalah sekolah, tentunya

SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Ponorogo mempunyai konflik dan pengelolaan

konflik yang berbeda dengan sekolah lain.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang

“Pengelolaan Konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Ponorogo”.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan menjadi tiga.

1. Bagaimana Pengelolaan Sumber-sumber Konflik di SMK Kesehatan Bakti

Indonesia Medika Ponorogo?

2. Bagaimana Pengelolaan Jenis-jenis Konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia

Medika Ponorogo ?

3. Bagaimana Pengelolaan Penanganan Konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia

Medika Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang akan dicapai.

1. Pengelolaan sumber-sumber konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Ponorogo

2. Pengelolaan Jenis-jenis konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Ponorogo

3. Pengelolaan Penangan konflik di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Ponorogo


1
2

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjelaskan atau memberi gambaran tentang

Pengelolaan sumber konflik, pengelolaan jenis konflik dan pengelolaan penanganan konflik

di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

2. Manfaat Praktis

a. Kepala Sekolah

Menambah wawasan dalam mengembangkan strategi pengelolaan dan penanganan

konflik di instansi yang dipimpinnya agar tercipta iklim yang kondusif

b. Guru dan Karyawan

Ikut berperan aktif dalam menjalankan tugas yang diberikan, sehingga dapat membantu

pimpinan dalam mengelola konflik yang terjadi di instansi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai