NIM:
Kelas:
Mata Kuliah: RSCH6008019 - Quantitative and Qualitative Research Methods in
Communication Context
Referensi:
PPT Session 1-2 (Getting Started: Possibilities and Decisions)
Teori dan observasi atas komunikasi tidak dapat berdiri sendiri. Untuk
membuktikan kebenaran teori, dibutuhkan observasi nyata yang mengkonfirmasi
terjadinya teori tersebut. Begitu pula dengan observasi, observasi yang baik akan
menghasilkan teori secara langsung. Oleh sebab itu, observasi fenomena komunikasi
sosial harus dihubungkan dengan teori yang berkaitan untuk mendapatkan hasil yang
jelas. Terdapat 3 proses berpikir yang dapat dipilih dalam menghubungkannya yaitu:
Induktif
Induktif adalah proses berpikir yang menghubungkan hasil penelitian dengan
teori yang mungkin berhubungan dan mendukung. Maka, peneliti akan
menyelesaikan observasinya terlebih dahulu, kemudian mencari teori yang
mendukung fenomena sosial tersebut. Kelemahan induksi adalah pembuktian
teori yang dilakukan hanya terbatas pada sampel penelitian dan tidak dapat
dipastikan jika secara keseluruhan populasi.
Contoh:
Observasi: Ani berkata kasar melalui media sosial
Ana berkata kasar melalui media sosial
Teori: Media sosial menyebabkan kata kasar
Tidak membuktikan teman Ana dan Ani berkata kasar melalui media sosial.
Deduktif
Sebaliknya, deduktif adalah cara menghubungkan teori dengan observasi.
Maka melalui proses berpikir ini, peneliti menentukan terlebih dahulu teori
yang ingin diteliti. Setelah itu, barulah peneliti mencari observasi yang
membuktikannya. Kelemahan deduksi adalah teori hanya akan terbukti benar
fenomena sosial terjadi pada seluruh populasi.
Contoh:
Teori: Media sosial mendukung perkataan kasar
Observasi: Semua pengguna media sosial berkata kasar
Kesimpulan: Teori benar
Mengingat harus keseluruhan pengguna media sosial (populasi) mendukung
teori.
Abduktif
Abduktif berbeda dengan kedua poin sebelumnya yang menentukan teori.
Abduktif adalah proses berpikir yang menghubungkan fenomena observasi
dengan teori yang paling memungkinkan tanpa sifat absolut. Dalam abduktif,
peneliti mengobservasi sebuah fenomena sosial yang terjadi dan mencoba
untuk menjelaskannya dengan teori yang paling memungkinkan.
Contoh:
Fenomena: Ani berkata kasar kepada Joko
Kemungkinan:Ani suka berkata kasar
Tetapi terdapat kemungkinan lain bahwa Joko usil kepada Ani.
Referensi:
PPT Session 3-4 (First Decisions: From Inspiration to Implementation) (Darmawan,
2022)
Harys. 2020. Penelitian Induktif dan Deduktif. https://www.jopglass.com/penelitian-induktif-
deduktif/. (Diakses pada 24 November 2022).
3. Seorang mahasiswa sebagai peneliti pemula memerlukan referensi ilmiah untuk
penelitian komunikasinya. Ia mendatangi perpustakaan di universitasnya dan
mencari buku yang sesuai dengan topik yang ingin ia angkat dalam
penelitiannya. Jelaskan mengapa ia mencari referensi ilmiah di perpustakaan,
dan bagaimana tingkat keberhasilannya dalam mendapatkan referensi tersebut
di tempat tersebut dibandingkan di tempat lain? (LO3-35 poin)
Sebagai peneliti, penelitian yang kita lakukan adalah untuk menambah ilmu
terkait dengan satu topik baik untuk diri sendiri, kelompok, hingga umum. Dengan
alasan tersebut, peneliti harus mengetahui penelitian terdahulu yang sudah pernah
diteliti oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan agar memperluas pandangan dan
kesimpulan peneliti terkait dengan hasil penelitiannya. Dengan hasil penelitian
terdahulu, peneliti akan memiliki wawasan yang lebih besar, terutama terkait dengan
fenomena sosial dan komunikasi yang bervariasi pada setiap sampel. Maka, peneliti
akan memiliki bahan pertimbangan tambahan, baik dalam bentuk pendahulu maupun
penelitian serupa, untuk menghasilkan hasil penelitian yang tepat dan sesuai. Peneliti
juga dapat menyimpulkan penelitiannya dengan mencari perbedaan atau persamaan
pada referensi ilmiah yang didapatkan agar hasil lebih relevan untuk umum.
Tingkat keberhasilan peneliti mencari referensi ilmiah kembali pada metode
pencarian peneliti. Peneliti harus dapat memilah referensi ilmiah yang relevan dengan
topik penelitian peneliti. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan istilah-istilah
yang berkaitan dengan topik. Dengan begitu, peneliti akan menyaring referensi ilmiah
yang tidak menyentuh topiknya sama sekali. Kemudian, peneliti harus memastikan
apakah refernsi ilmiah yang ditemukan memiliki informasi yang kredibel. Peneliti
dapat memastikannya dari kredibilitas penulis, tata bahasa yang jelas, metode
penelitian yang benar, tata bahasa yang baik, dan hasil yang sesuai dengan penelitian.
Jika peneliti melakukan metode tersebut, maka tingkat keberhasilannya tinggi karena
kredibilitas yang dimiliki. Sebaliknya, jika menggunakan aplikasi Google, peneliti
dapat terkecoh kepada penelitian yang tidak valid.
Referensi:
PPT Session 7-8 (You Could Look It Up: Reading, Recording, and Reviewing Research)
4. Seorang peneliti melakukan pelanggaran penelitian dengan memasukan data
tambahan ke dalam pengaturan statistik dalam penelitian kuantitatif, yang
memfasilitasi penyimpanan atau kontrol hasil data. Secara kritis gambarkan
pelanggaran seperti apa yang ia lakukan, yang merupakan bagaimana dari
konsep validity dan reliability yang diperlukan dan diinginkan oleh penelitian
yang ideal dan dapat diterima oleh kalangan ilmiah. (LO3-35 poin)
Memasukan data tambahan yang tidak valid dan digunakan untuk mengubah
hasil akan mengakibatkan hasil penelitian yang tidak valid dan tidak dapat digunakan.
Hal ini merusak baik validitas maupun reliabilitas penelitian karena data yang rusak
dan tidak sesuai tidak dapat dipastikan kebenarannya baik dengan perbandingan nyata
(validity) maupun uji coba ulang (reliability). Pelanggaran ini sangat tidak etis bagi
peneliti karena peneliti seharusnya hanya menjadi penonton dan menganalisa
fenomena komunikasi yang terjadi. Dengan pelanggaran ini, peneliti mengubah hasil
penelitian agar penelitian lebih mendukung hipotesis peneliti. Oleh sebab itu,
penelitian ini tidak dapat diterima oleh kalangan ilmiah dari sudut pandang etika.
Selain itu, penelitian yang dapat diterima oleh kalangan ilmiah harus melewati
dua tes sesuai dengan konsep validity dan reliability. Berikut yang dimaksud dari
kedua konsep tersebut.
Validity
Validity mengukur kebenaran penelitian berdasarkan relasi antara fenomena
sosial yang diobservasi dengan kesimpulan. Hal ini diuji melalui relevansi
hasil dengan berbagai teori yang bersangkutan serta kenyataan fisik yang
terjadi. Validity juga dapat diuji melalui riset-riset terdahulu dan teori-teori
yang telah terbuktikan sebelumnya. Dapat dikatakan validity adalah pengujian
berbentuk kualitatif dari penelitian. Terdapat beberapa jenis validity yang
dapat diuji yaitu:
o Validity Konten
Menilai apakah metode penelitian dapat mengukur fenomena sosial
dengan tepat.
o Validity Konstruk
Menilai apakah teori yang digunakan dan fenomena serta hasil
penelitian relevan dan berkaitan.
o Validity Kriteria
Menilai apakah penelitian sejalan dengan penelitian serupa yang sudah
terbukti hasil validity dan reliability-nya.
Pelanggaran penelitian akan mengakibatkan kegagalan uji coba validity dalam
setiap jenis karena data dan hasil yang tidak nyata.
Reliability
Reliability adalah uji coba dimana hasil penelitian harus dapat terulang jika
dilakukan dalam populasi yang sama. Maka, reliability menguji konsistensi
dari penelitian dan hasilnya. Melihat pelanggaran yang dilakukan, penelitian
tidak akan lulus uji reliability karena hasil yang pasti berbeda bahkan jika
dilakukan menggunakan sampel dan populasi yang sama dengan segala
variabel yang sama.
Referensi:
PPT Session 9 (Teknik Pengumpulan dan Pengukuran Data)