Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR PROPOSAL

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


INSTRUMEN EVALUASI ASPEK
CONTEXT DAN IMPUT PADA PROGRAM
PEMBERDAYAAN PT CHEMCO DI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

OLEH
CATUR SURASTO
NIM 2021082001/PEP 3C
BAB I
A.LATAR BELAKANG

 Salah satu fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk mencetak generasi muda yang memiliki keterampilan
dan kreatifitas serta mandiri.
 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Kebangkitan Sekolah Menengah
Kejuruan
 Penerapan konsep teaching factory
 Kegiatan evaluasi implementasi teaching factory
 Hingga saat ini pemahaman DU/DI terhadap lulusan SMK belum siap terjun langsung ke dunia
kerja
 Kurangnya alat evaluasi teaching factory sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan yang sesuai
juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah menengah kejuruan
(SMK),Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengembangkan evaluasi pelaksanaan
teaching factory
B.IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Belum maksimalnya pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dalam menggali
keterampilan individu, kreativitas, kompetensi, dan kemampuan berpikir dan
bertindak lebih baik dari sebelumnya.
2. Belum maksimalnya dukungan pihak sekolah dalam pelaksanaan pemberdayaan
sumber daya manusia (SDM) dalam implementasi teaching factory yang bertujuan
meningkatkan mutu pendidikan dari sebelumnya.
3. Kurang maksimalnya pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan dukungan
pihak sekolah dalam pelaksanaan implentasi teaching factory sehingga
peningkatan mutu pembelajaran kurang maksimal.
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Purworejo,di Secang dan Magetan tidak
memiliki alat penilaian yang memadai untuk menilai pelaksanaan teaching factory.
5. Pelaksanaan kegiatan teaching factory sekolah menengah kejuruan (SMK) di
Purworejo,di Secang dan di Magetan yang masih memiliki kekurangan dalam hal
memanfaatkan sumber daya manusia (SDM),mesin,bahan bahan dana yang ada,
serta kurang dukungan dari pihak sekolah.
C.PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah


di atas, maka pertanyaan penelitian ini perlu
dipersempit agar evaluasi pertanyaan penelitian ini
lebih terarah dan fokus. Keterbatasan pertanyaan
penelitian ini adalah bahwa pengembangan
perangkat penilaian hanya terfokus pada aspek
konteks dan input siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Pembaharuan Purworejo, Islam
Secang dan Yosonegoro Magetan.
D.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mengembangkan instrumen untuk evaluasi


program teaching factory pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di Purworejo, di Secang dan di Magetan ?
2. Bagaimana format instrumen evaluasi pelaksanaan program
teaching factory yang dikembangkan pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Purworejo.Secang dan
Magetan ?
3. Bagaimana validitas dan reliabilitas intrumen evaluasi
program teaching factory pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di Purworejo.di Secang dan di Magetan ?
4. Bagaimana implementasi pelaksanaan evaluasi teaching
factory pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Purworejo,di Secang dan di Magetan ?
E.TUJUAN PENGEMBANGAN

1. Mengembangkan sarana/instrumen evaluasi


Program teaching factory di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Purworejo, Secang dan Magetan.
2. Menetapkan bentuk instrumen penilaian
pelaksanaan program teaching factory yang
dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Purworejo, Secang dan Magetan.
3. Untuk mengetahui efektivitas dan keandalan alat
evaluasi program teaching factory yang
dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Purworejo, Secang dan Magetan..
F.SPESIKASI PRODUK

Spesifikasi produk pada penelitian ini memfokuskan


untuk mengembangkan instrumen evaluasi teaching
factory pada aspek context dan imput, dimana
kedua aspek tersebut merupakan komponen penting
dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan
program teaching factory pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Purworejo ,di Secang dan di
Magetan.
G.Manfaat hasil penelitian dan pengembangan

1. Manfaat Praktis

a.Bagi Si
1) Dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan teaching factory siswa menjadi lebih sungguh-
sungguh dalam melaksanakan proses pembelajaran dan proses produksi

2) Membuat siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan teaching factory.
b.Bagi Guru

1) Sebagai pengembangan instrumen evaluasi teaching factory di SMK.

2) Sebagai masukan dan motivasi untuk mengembangkan instrumen evaluasi teaching factory.
c.Bagi Industri

Dengan adanya pengembangan instrumen evaluasi dalam pelaksanaan teaching factory diharapkan dapat
menjadi informasi kualitas dukungan sekolah dan sumber daya manusia (SDM)
d. Bagi Peneliti lain

Sebagai sumber masukan dan bahan referensi tambahan untuk melakukan penelitian berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.KAJIAN TEORI
1. PEMBERDAYAAN SMK
2. TEACHING FACTORY
a. pengertian teaching factory
b. dasar hukum
c.bagian bagian terpenting pada teaching factory
d. Karakteristik dan tujuan teahing factory menurut (Grand design
pengembangan teaching factory dan technopark),
e. Kondisi ideal
f. Model Pelaksanaan Teaching Factory
g. Langkah/Sintaks Teaching Factory
3. EVALUASI TEACHING FACTORY
a. Penhgertian Evaluasi
b.Tujuan evaluasi (penilaian formatif dan sumatif )
c.Fungsi Evaluasi
d. Evaluasi Teaching Factory
 4. EVALUASI MODEL CIPP
a.Memahami evaluasi model CIPP
1.evaluasi context
2.evaluasi imput
3.evaluasi proses
4.evaluasi produk
b. Langkah-langkah Penerapan Model Evaluasi CIPP
1) Evaluasi konteks
Evaluasi konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? Penilaian ini mengidentifikasi dan menilai
kebutuhan yang mendasari pengembangan program.

2) Evaluasi masukan
Evaluasi masukan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? Pengambil keputusan
menggunakan evaluasi masukan ketika memilih antara rencana yang ada, mengembangkan proposal keuangan, mengalokasikan
sumber daya, menetapkan shift kerja, merencanakan pekerjaan, mengevaluasi rencana aksi, dan menyiapkan anggaran.

3) Evaluasi proses
Tujuan evaluasi proses adalah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: Apakah program telah dilaksanakan?
(Apakah itu?). Tujuan dari evaluasi proses ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana:
a. Evaluasi Kontekstual
b. Evaluasi Masukan Perencanaan Program
c. Struktur proses evaluasi program
d. Pelaksanaan Evaluasi Produk
e. Daur Ulang: Daur ulang di sini berarti apakah program harus direncanakan ulang untuk membantu staf program
melaksanakan kegiatan dan kemudian membantu kelompok pengguna yang lebih luas mengevaluasi program dan menafsirkan
manfaatnya.

4) Evaluasi produk
Evaluasi produk bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan: Apakah berhasil? Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mengimplementasikan hasil dan manfaat yang diinginkan dan tidak diinginkan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
5.PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI TEACHING FACTORY

1. Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dipelajari tentang konsep variabel terukur, konstruksi variabel dirumuskan. Sebuah kontruks pada
dasarnya adalah jenis pemahaman konsep yang dirumuskan oleh seorang ilmuwan.
2. Buat kisi pengukuran dalam bentuk tabel spesifikasi yang mencakup dimensi, indikator, nomor item, dan jumlah potongan untuk setiap
dimensi dan indikator.
3. Mendefinisikan besaran atau parameter yang bergerak dalam rentang yang terus menerus dari satu kutub ke kutub yang berlawanan, seperti
rendah ke tinggi, negatif ke positif, otoriter ke demokratis, tergantung ke independen.
4. Tuliskan unsur-unsur instrumen, yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Instrumen yang dibuat secara umum terdiri dari dua
kelompok, kelompok produk positif dan kelompok produk negatif. Item positif adalah pernyataan tentang karakteristik atau keadaan, sikap,
atau persepsi positif, sedangkan item negatif adalah pernyataan tentang karakteristik atau keadaan, persepsi, atau sikap negatif.
5. Butir-butir tertulis adalah konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, dan validasi teoritis dan empiris.
6. Langkah valid pertama adalah validasi teoritis, yaitu melalui studi atau panel spesialis, yang pada dasarnya mengkaji seberapa jauh dimensi
merupakan gambaran akurat dari struktur, seberapa jauh ketiga indikator tersebut merupakan gambaran akurat dari dimensi, dan seberapa jauh
objek berada. Indikator dapat diukur secara akurat.
7. Revisi atau perbaikan berdasarkan saran ahli atau hasil validasi.
8. Setelah konsep instrumen secara teoritis atau konseptual valid, edisi terbatas instrumen dibuat untuk tujuan pengujian.
9. Pengujian perangkat di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empiris. Melalui tes tersebut, instrumen diberikan kepada beberapa
responden sebagai sampel uji dengan karakteristik yang sama atau mirip dengan populasi uji. Respon atau tanggapan sampel uji adalah data
empiris yang dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria suatu instrumen yang dikembangkan. dan seterusnya.
10. Pengujian validitas dilakukan dengan kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal adalah instrumen itu sendiri sebagai satu kesatuan yang
digunakan sebagai kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah instrumen atau hasil pengukuran tertentu di luarnya yang dijadikan kriteria.
11. Selain itu, faktor keandalan dihitung. Koefisien reliabilitas dalam rentang nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau
konsistensi hasil pengukuran perangkat. Semakin tinggi faktor keandalan, semakin tinggi kualitas perangkat. Adapun batas nilai koefisien
reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada ketelitian penelitian yang diinginkan. Oleh karena itu, kita dapat merujuk pada pendapat
yang ada, karena tidak ada tabel pasti atau distribusi statistik dari indikator yang dapat diandalkan untuk digunakan sebagai referensi.
12. Set bagian instrumen yang valid untuk digunakan sebagai instrumen akhir.
6. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian Ana Setiani (2020) tentang evaluasi program teaching factory pembelajaran SMKN l Kota Magelang
yang diterbitkan pada jurnal ilmiah penelitian dan evaluasi pendidikan : Wiyata Dharma UST. Penelitian ini
tergolong penelitian evaluasi. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan
adalah studi kasus. Studi evaluasi ini menggunakan model CIPP yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program studi SMK Negeri 1 Kota
Magelang, teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan penelitian dokumenter, validasi data melalui
triangulasi. Hasil kajian dari context view, dasar pelaksanaan Peraturan Kepala Sekolah Nomor 1 Tahun 2016,
pelaksanaan program sesuai dengan kebutuhan DU/DI. Upaya pelaksanaan program tersebut didukung oleh
RKAS yang memadai, infrastruktur yang memadai, trainer yang mumpuni di bidangnya, dan semua dokumen
yang sesuai dengan ketentuan. Aspek proses Evaluasi proses dalam pembelajaran sudah sesuai dengan sintaks,
kegiatan praktikum berlangsung dalam bentuk block schedule dan ada kerjasama dengan DU/DI. Faktor
pendukung program a) Sarana prasarana , Sumber daya manusia yang memadai, c. Techno park dengan BKK
khusus. Faktor pencegahan adalah; produksi tergantung pesanan, jadi produksi tidak kontinyu, pengelola
kurang inovatif karena produksi tergantung pesanan, tidak ada rencana produksi yang jelas, kepercayaan
masyarakat masih rendah, guru lebih suka mengambil sidik jari daripada mengamati kegiatan praktek siswa
lapangan. Evaluasi produk , program ini mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa dan mampu
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas di bidangnya serta mampu menambah jumlah alumni yang
telah merambah dunia industri. Program teaching factory juga dapat mengembangkan kedisiplinan, tanggung
jawab, kejujuran dan menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian ini,
direkomendasikan agar program ini dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk
mempertahankannya sebagai suatu sistem yang membantu mengoptimalkan potensi siswa.

 Dari penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan, persamaannya yaitu pada model evaluasi yang digunakan
yaitu model CIPP yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam. Perbedaan dari penelitian ini dangan penelitian yang
penulis kembangkan terletak pada objek penelitian dan jenis penelitian serta subjek penelitian.Dimana penelitian
tersebut merupakan penelitian evaluasi, sedangkan penelitian yang akan disusun adalah penelitian pengembangan.
2. Reni Muhitasari (2020) dalam penelitiannya “Management Teaching Factory
dalam Mewujudkan Jiwa Wirausaha Pada Siswa Kompetensi Keahlian Tata
Busana di SMK Negeri 1 Sewon Bantul”. Penulis dalam skripsinya menulis
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi dan memetakan
pembelajaran manajemen pembelajaran, yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi keterampilan desain busana di
SMK Negeri 1 Sewon dalam realisasinya. . bisnis siswa. bantu (2) Mengetahui,
menyelidiki dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran pendidikan pabrik dalam terwujudnya kewirausahaan siswa
keahlian desain busana SMK Negeri 1 Sewon Bantul dan solusinya; (3)
Mengetahui hasil pembelajaran manajemen teaching factory dalam
terwujudnya kompetensi entrepreneurship rancang busana siswa di SMK
Negeri 1 Sewon Bantu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif. Hasil studi manajemen pembelajaran pabrik menunjukkan bahwa
pembelajaran manajemen pembelajaran pabrik kompetensi rancang busana
SMK Negeri 1 Sewon Bantul berjalan dengan baik dan dapat mewujudkan
kewirausahaan siswa.
Persamaan dan perbedaan makalah penelitian dengan makalah penelitian yang
disusun oleh penulis adalah dalam topik penelitian yang berkaitan dengan teaching
factory. Perbedaannya terletak pada metode penelitian dan jenis penelitian yang
digunakan serta objek penelitiannya. Penelitian menggunakan jenis penelitian
kualitatif dan penelitian penulis jenis penelitian dan pengembangan.
3. Penelitian Hanif Prasojo ,Sudiyanto (2019) yang diterbitkan dalamn jurnal
pendidikan vokasi teknik mesin UNY. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui tingkat penerapan penerapan teaching factory pada program
kompetensi teknik mesin SMK Negeri 1 Magelang. Aspek pelaksanaan teaching
factory dievaluasi dari segi proses dan produk. Penelitian ini dilakukan sebagai
bagian dari Program Kompetensi Teknik Mesin SMK N 1 Magelang. Responden
penelitian ini adalah 100 siswa dan 22 guru produktif teknik mesin. Studi ini
mengadopsi bagian dari model evaluasi CIPP, yaitu proses dan produk.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan
observasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian pelaksanaan learning
factory ditinjau dari proses adalah 66,27 (82,8%) menurut guru dan 60,07 (75,08%)
menurut siswa, dan derajat keterlaksanaan learning factory 60,07 . (75,08%)
menurut guru. perspektif produk adalah 38,5 (80,11%) menurut guru dan 36,13
(75,27%) menurut siswa. Penerapan implementasi Teaching Factory SMK N 1
Magelang pada seluruh program kompetensi teknologi mesin sangat tepat.

Persamaan dan perbedaan penelitian dengan penelitian yang disusun oleh penulis
adalah dalam topik penelitian yang berkaitan dengan teaching factory. Perbedaannya
terletak pada metode penelitian dan jenis penelitian yang digunakan serta objek
penelitiannya. Penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan penelitian penulis
jenis penelitian dan pengembangan.
C.KERANGKA PIKIR
D.UJI COBA KEBAKUAN
BAB III
METODE PENELITIAN

A.MODEL R & D
Desain dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain
penelitian Research and Development atau R&D.

 Menurut Borg dan Gall (1989) penelitian R & D dalam


pendidikan meliputi sepuluh langkah, yakni: (1) Research
and Information colletion, (2) Planning, (3) Develop
Preliminary form of Product, (4) Preliminary Field Testing,
(5) Main Product Revision, (6) Main Field
Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational
Field Testing, (9) Final Product Revision, dan
(10) Disemination and Implementasi
B. Metode Penelitian Awal (Penyusunan Model Awal)
C.PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN

1.Validasi instrument
 Uji Validitas Isi
Dengan menggunakan formula Aiken :
Kriteria validitas:
PROSEDUR PENGEMBANGAN INTRUMEN

2. Reliabilitas Instrumen
Dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach (Cronbach alpha)

Kategori reliabilitas:
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

2. Desain Uji Coba Instrumen


●Pravalidasi
●Validasi Ahli
●Uji Keterbacaan Siswa

3. Subjek Uji Coba


siswa yang terlibat dalam kegiatan teaching factory jurusan teknik pemesinan di
SMK Pembaharuan Purworejo Jawa Tengah.

4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Uji Coba


- Lembar validasi
- Kuesioner
5. Teknik Analisi Data
Analisis EFA (Exploratory Factor Analisis), dalam statistik
SPSS lebih dikenal dengan istilah CFA, secara teori hanya dapat
dilakukan untuk data dengan lebih dari satu variabel. Beberapa
tahapan yang dilakukan dalam analisis EFA yaitu:
a. Uji validitas konstrukmasing-masing variabel besarnya >
0.5 sehingga variabel tersebut dapat diterima
b. Uji reliabilitas, Apabila nilai Cronbach’s alpha >0,60 maka
instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
c. Interprestasi data, valid dan reliabel sehingga instrumen
tersebut dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan suatu evaluasi atau penilaian
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis faktor sebagai teknik analisis datanya.


Analisis EFA (Exploratory Factor Analisis), dalam statistik SPSS lebih dikenal
dengan istilah CFA, secara teori hanya dapat dilakukan untuk data dengan
lebih dari satu variabel. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam analisis EFA
yaitu: Uji validitas konstruk, Uji reliabilitas, Interpretasi hasil analisis. Dalam
pelaksanaan teknik analisis data dengan Analisis EFA (Exploratory Factor
Analisis) menggunakan aplikasi SPSS.25
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Implementasi Instrumen Final

Hasil instrumen evaluasi final dari penelitian ini yang sudah valid dan reliabel,
harapannya dapat digunakan dan diterapkan pada pelaksanaan evaluasi
teaching factory di seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempunyai
teaching factory.

Anda mungkin juga menyukai