Anda di halaman 1dari 9

Aspek – Aspek Evaluasi Kurikulum

1. Keterkaitan Antara Evaluasi Kurikulum Dan Pengembangan Kurikulum


a. Evaluasi kurikulum dan system kurikulum
Sebagai suatu bagian dari system evaluasi pendidikan, secara fungsional
evaluasi kurikulum merupakan bagian dari system kurikulum. luSystem kurikulum
memiliki tiga fungsi pokok yaitu pengembangan kurikulum, pelaksanaan
kurikulum dan evaluasi efek system kurikulum.
Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat bidang yaitu, evaluasi terhadap
penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan system kurikulum.
b. Evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum
Tylor berpendapat dalam buku Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,
evaluasi kurikulum minimal terjadi dua kali yaitu pada awal dan akhir
pengembangan kurikulum agara dapat mengukur perubahan dalam jangka waktu
tersebut. Pengembangan kurikulum adalah proses yang meliputi kegiatan untuk
melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat
diperbaiaki untuk hasil yang lebih baik.
Konsep R.A Becher tentang pengembangan kurikulum dan evaluasi
kurikulum, pada mulanya bersifat deskriptif yaitu menekankan pada what is it?,
tetapi kemudian berkembang kepada yang bersifat preskriftif, yang menekankan
pada what ought to be.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentang yang cukup luas, mulai
yang bersifat sangat informal sampai yang sanat formal. Pada tingkat yang sangat
informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang
perubahan-perubahan yang dicapai oleh program sekolah. Pada ringkat yang lebih
formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatn data, sedangkan
pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan
kearah tujuan yang telah ditentukan.
2. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum
 Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam
mencapai tujuan yan telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan itu
pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan
evaluasi kurikulum
 Bersifat obyektif, artinya berpijak pada keadaan yang sebenarnya,
bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui
instrument yang handal.
 Bersifat komprehensip, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus
mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan
pengambilan keputusan
 Koopratif dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan
keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab
bersama pihak-pihak yang terlibat dalamproses pendidikan seperti
guru, kepala sekolah, orang tua bahkan siswa dan sebagainya
 Efisien, kkhususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan
yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasl
evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan mateeril yang
digunakan
 Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan
luar sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum
3. Jenis-Jenis Straregi Evaluasi
 Strategi pertama, penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan,
terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi dan juga
berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesemmpatan
untuk terjadinya perubahanStrategi kedua, pengenalan dan penilaian
terhadap berbagai kemampuan yang relevan.
 Strateggi ketiga, pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi
dalam desain procedural atau implemmentasi sepanjang tahap pelaksanaan
program
 Strategi keempat, pnentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan
melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehngga
seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat
4. Prosedur Strategi Evaluasi

a. Evalusi kebutuhan dan Feasibility


Prosedur yang dapat dilakukan oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. Prosedur yang dilaksanakan adalah:
1. Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang
sedang dismpaikan.
2. Menetapkan program yang dibutuhkan.
3. Menilai data setempat berdasarkan tes baku, tes intelengensi dan tes sikap
yang ada.
4. Menilai riset yang telah ada baik riset setempat maupun riset tingkat
nasional yang sama atau berhubungan.
5. Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber
yang ada.
6. Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan.
7. Menentukan proyek yang akan dikembangkan guna berkontribusi pada
system sekolah.
b. Evaluasi masukan
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan dan ahli mata
pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini
harus dilihat dalam hubungannya dengan hambatan (misalnya penerimaan
pemecahan masalah tersebut oleh guru dan siswa) jadi, evaluasi masukan menuju
kearah pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembbuatan
keputusannya sangat dibutuhkan informasi yang akuarat selain itu masukan juga
berusaha mengenali daerah permasalahan agar dapat diawasi selam berlangsungnya
implementasi
c. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah system pengelolaan informasi dalam upaya
membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan
klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. Dalam hal ini staff
perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara
langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan, serta
memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program
d. Evaluasi produk
Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program
dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbgai variable yang diuji bergantung
pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan dan perbaikan tingkat
kehadiran. Dari evaluasi akan diperoleh data dan informasi yang cukup valid serta
dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.
5. Kompnen Desain Evaluasi
Desain evaluasi menguraikan tentang, 1). Data yang harus dikumpulkan, 2).
Analisis data untuk membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum.
Desain evaluasi biasanya terdiri dari sekurang-kurangnya lima langkah, yaitu;
 Merumuskan tujuan evaluasi kurikulum
 Mendesain proses dan metodologi evaluasi
 Menspesifisikan data yang diperlukan untuk menyusun intrumen bagi
proses bagi pengumpulan data
 Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data
 Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil, kesimpulan
dan rekomendasi.
6. Model – Model Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi model penelitian
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun 1930, dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Para
ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk mengetahui produktivitas
bermacam-macam benih. Percobaan serupa juga dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas suatu
macam beih. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam
pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih sedangkan kurikulum serta
berbagai fasilitas dan sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan
pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (anak) serta hasil
yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan dengan tes (pre test
dan post test)..
Ada beberpa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut, yaitu :
1. Kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan
sekolah eksperimen
2. Masalah teknik dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang
sama untuk kelompok-kelompok yang diuji.
3. Sulit mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol, pengaruh guru-guru tesebut sulit dikontrol.
4. Adanya keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat
dilakukan.

b. Evaluasi model objektif (tujuan)


Dalam model objektif , evaluasi merupakan bagain yang sangat penting dari
proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan
menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang
dilaksanakan. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur
dengan seperangkat tujuan khusus.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang model objektif:
 Adanya kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
 Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
 Menyususn materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
 Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hsil yang diinginkan

c. Evaluasi campuran multivariasi


Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan
evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsure-unsur dari kedua pendekatan tersebut.
Langkah – langkah model multivariasi tersebut adalah sebagai berikut:
 Mencari sekolah yang bersedia dievaluasi atau diteliti
 Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada
partisipasi yang optimal
 Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari
pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsure, dapat
disiapkan tes tambahan
 Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah
pekerjaan computer
 Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari
bebrapa variabel yang berbeda
Beberapa ksesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivariasi tersebut,
yaitu:
 Diharapkan memberi tes yang signifikan.
 Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pada suatu saat,
kemampuan computer hanya sampai pada 40 variabel sedangkan dengan
model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel
 Meskipun model campuran multivariasi telah mengurangi masalah kontrol
berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-
masalah pembandingan.

7. Proses Evaluasi Kurikulum


Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang
berbeda pula. Evaluasi model yang sering digunakan adalah desain tujuan. Evaluasi
tersebut terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut :
 Pelaksanan evaluasi internal,
 Rancangan revisi,
 Pendapat ahli,
 Komentar yang dapat dipercaya,
 Model kurikulum,
Dalam program evaluasi tersebut masih terdapat perbedaan pendapat
tentang apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus ahli juga dalam bidang
ilmu tersebut, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum
yang berfokus pada tujuan yaitu :
 Evalusi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum dan
berhubungan dengan model desain kuikulum yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pengembangan kurikulum,
 Evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum memperoleh
data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi lebih efektif,
 Evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum dan diadakan
setelah pelasanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi secara
keseluruhan, evaluasi jangka panjang
8. Peranan Evaluasi Kurikulum
Evalusi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan intittusi sosial.
Proyek-proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di
Negara-negara lain, merupakan intitusi sosial mempunyai asal usul, sejarah,
struktur serta interest sendiri. Beberpa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum
yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya.
 Lebih bekenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada,
 Lebih berskala nasional daripada lokal,
 Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh
anggapan tetap,
 Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat
psikomotorikdaripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial.
Peran evaluasi kebijaksaan dalam kurikulum khususnya pendidikan
umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1. Evaluasi sebagai judget
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi
berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral,
berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai. kedua, evaluasi berisi
suatu prangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut suatu hasil yang
dapat dinilai. Evaluasi kurikulum bukan merupakan konsep tunggal, minimal
meliputi dua kegiatan, Kegiatan yang pertama mengumpulkan informasi, mungkin
juga mengandung segi - segi nilai (terutama dalam memilih sumber informasi dan
jenis informasi yang dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi.
Dalam kegiatan yang kedua, yaitu menentukan keputusan menunjukkan suatu
evaluasi, dasar perimbangan yang digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau khususnya
kurikulum sangat banyak, yaitu: guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para
inspektur. Pengembang kurikulum dan sebagainnya. Pada prinsipnya tiap individu
tersebut membuat keputusan sesuai dengan posisinya masing masing. Besar atau
kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup
tanggung jawabnya serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Salah
satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan
keputusan adalah, hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil
keputusan adalah sama. Masalah yang timbul adalah bahwa belum tentu keputusan
yang diambil bermanfaat bagi pihak lain, artinya suatu informasi mungkin lebih
bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi belum tentu bermanfaat bagi pihak yang
lain. Evaluasi Kurikulum

3. Evaluasi dan konsensus nilai


Secara historis consensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi
tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian
yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang
bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test dan lain-
lain. Model tersebut mendapatkan beberapa kritik tetapi kritik atau kesulitan
tersebut yang paling utama adalah dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus yang
dapat diterima oleh seluruh partisipan evaluasi kurikulum serta perencanaan
kurikulum. Juga diantara partisipan harus ada persetujuan tentang tujuan-tujuan
yang paling penting.
Para partisipan dalam evaluasi pendidikan dapat terdiri atas: orang tua,
murid, guru, pemgembang kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi,
penerbit, arsitek, dan sebagainnya. Pernah dimimpikan para partisipan tersebut
merupakan suatu kelompok yang homogen sebagai pengambil keputusan atas hasil
penelitian, tetapi beberapa pengalaman menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin.
Mereka mempunyai sudut pandang, kepentingan nilai-nilai serta pengalaman
tersendiri. Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu
konsensus. Evaluasi Kurikulum

Anda mungkin juga menyukai