Anda di halaman 1dari 20

METODE PEMBELAJARAN INSTRUCTIONAL DEVELOPMENT

INSTITUTE (IDI)

MAKALAH
Diajukan untuk memeuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Teknik Bangunan
diampu oleh Drs. Nandan Supriatna M.Pd.

Disusun oleh:
Elsal Sabila Afirda (1703318)
Felanda Yudiestiana (1703227)
Mochamad Alfarizi (1701047)
Wildan Baladan Ad’n (1700189)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKA TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Metode Pembelajaran
Instructional Development Institute (IDI) sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW.
Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Nandan
Supriatna M.Pd. selaku dosen mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Teknik
Bangunan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Selain itu,
kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam dalam
memudahkan proses pembuatan makalah.
Makalah yang berjudul Metode Pembelajaran Instructional Development
Institute (IDI) ini merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran Teknik Bangunan. Tersusunnya makalah ini berkat
kerjasama yang baik antar teman kami walaupun pada mulanya kami mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini. Namun, al-hamdulillah akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk
rekan-rekan kami baik dalam proses pembelajaran di kampus maupun luar kampus.
Kami menyadari dalam makalah ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh
karena itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan
untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Bandung, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 4

2.1 Pengertian Pengembangan Instruksional ..................................................... 4

2.2 Hakikat Desain Pembelajaran ..................................................................... 4

2.3 Model Pembelajaran IDI ............................................................................. 5

BAB III STUDI KASUS .................................................................................... 12

3.1 Penerapan Model Pembelajaran IDI .......................................................... 12

3.2 Asumsi Dasar Yang Melandasi Perlunya Model IDI ................................. 12

3.3 Identifikasi Masalah Penerapan Model IDI ............................................... 13

3.4 Pengembangan Model Pembelajaran IDI .................................................. 13

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 15

4.1 Kesimpulan............................................................................................... 15

4.2 Saran ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi:
tujuan/kompetensi, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen
pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau
menentukan model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebgai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini
sangat dipengaruhi dari sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi
oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan
peseta didik.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut antara lain: 1)
rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai); 3)tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Dalam penulisan ini, model pembelajaran yang diangkat yaitu model
pembelajaran IDI (Instructional Development Institute) adalah model pembelajaran
yang dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and
Technology (UCIDT), yang terdiri dari University of Southem California (USC),
International University di San Diego, Michigan Sate University (MSU), Syracuse

1
2

University dan Indiana University. Model ini telah dikembangkan dan diuji-
cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa serta telah berhasil di 334 institusi
pendidikan di Amerika.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan, didapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep model IDI pada pembelajaran yang berbasis praktik?
2. Bagaimana penerapan model IDI pada pembelajaran di sekolah yang berbasis
praktik?
3. Mengapa model IDI layak diterapkan di pembelajaran yang berbasis praktik?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini didapat tujuan-tujuan berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah yang sebelumnya sudah dipaparkan. Adapun tujuan
penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui bagaimana konsep IDI yang tepat untuk diterapkan di suatu
pembelajaran yang berbasis praktik.
2. Mengetahui bagaimana penerapan model IDI yang tepat pada pembelajaran
yang berbasis praktik?
3. Memahami pentingnya penerapan model IDI pada pembelajaran berbasis
praktik.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika yang dimaksud adalah keseluruhan isi dari pembahasan ini secara
singkat, yang terdiri dari lima bab. Dari bab-bab itu terdapat sub-sub yang
merupakan rangkaian dari urutan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Adapun
sistematika pembahasan dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, merupakan langkah awal untuk mengetahui gambaran
secara umum dari keseluruhan makalah yang akan dibahas. Terdiri dari Latar
belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan Sistematika penulisan
makalah.
3

Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan kajian-kajian teori yang berhubungan


dengan model pembelajaran IDI dan bahasan-bahasan lainnya yang relevan untuk
menunjang bahan bacaan mengenai model pembelajaran IDI yang dibahas.
Bab III Studi Kasus dan Pembahasan, berisi tentang kasus yang akan dibahas
didalam makalah ini dan disertai dengan pembahasannya apakah model ini dapat
diterapkan atau tidak.
Bab IV Penutup, pada bab ini semua materi yang sudah disampaikan pada
bab-bab sebelumnya disimpulkan. Bab IV terdiri dari Simpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pengembangan Instruksional


Pengembangan Sistem Instruksional ialah suatu proses menentukan dan
menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya.
Pengembangan ini senantiasa didasarkan pada pengalaman, pengamatan yang
sesama dan percobaan yang terkendali.
Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan secara empiris
yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan
pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan pendekatan model.
Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada langkah-langkah secara sistem: cara
mencapainya dipilihkan cara-cara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu.
Hasil uji coba memberi informasi tertentu yang dapat dijadikan bahan penilaian
perihal tingkat kesulitan suatu program.

2.2 Hakikat Desain Pembelajaran


Apakah yang dimaksud dengan desain pembelajaran? Terdapat beberapa
pengertian desain pembelajaran. Herbert Simon (dick dan carey 2006) mengartikan
desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk
mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan
sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikia, suatu desain muncul karena
kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang
bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu
persoalan yang dihadapi.dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu
proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian
mengembangkan rancangan untuk merespons ebutuhan tersebut, selanjutnya
rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk
menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan sebagai
proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses

4
5

perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan,


perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta
perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam desain
pembelajaran adalah pendekatan system, yang mencakup analisis tentang
perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi, dan analisis evaluasi.
Beberapa tokoh yang mendefinisikan desain pembelajaran antara lain:
1. Reigeluth mendefinisikan desai pembeajaran adalah kisi-kisi dari penerapan
teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
2. Rothwell dan kazanas merumuskan desain pembelajaran terkait dengan
peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.
3. Gagne, dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah sebuah usaha
dalam membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendiri
mempunyai tahapan segera dan jangka panjang.
4. Dick and carey mendefinisikan desain pembelajaran adalah mencakup
seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan system yang terdiri dari
analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
5. Seels and richey mendefinisikan desain pembelajaran adalah prosedur yang
terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisian, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian pengembangan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dilihat bahwa terdapat aspek kesamaan
antara mereka. Kesamaan tersebut dapat dijabarkan bahwa desain pembelajaran
merupakan prosedur kerja yang digunakan dalam proses pembelajaran agar
pembelajaran dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan ouput yang baik.
Prosedur kerja tersebut memiliki tahapan-tahapan, antara lain adalah analisis,
perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.

2.3 Model Pembelajaran IDI


Model IDI dikembangkan oleh University Consortium for Instructional
Development and Technology (UCIDT). Konsorsium tersebut terdiri dari
University of Southern California (USC), International University di San Diego,
Michigan State University (MSU), Syracuse University, dan Indiana University.
6

Model ini pada prinsipnya terdiri mempunyai 3 tahapan, yaitu devine, develop, dan
evaluate
a. Tahap Pembatasan (Define) Tahap ini terdiri dari :
1). Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dimulai dengan :
a). Need assesment.
Langkah ini bertujuan untuk memenuhi harapan
kebutuhan siswa, keluarganya dan masyarakat melalui
jalur pendidikan. Need asessment juga berfungsi untuk
menemukan perbedaan antara keadaan sekarang dan apa
yang diinginkan secara ideal.
Perbedaan tersebut menyebabkan adanya kebutuhanuntuk
menyelesaikan masalah. Hal ini berarti timbul masalah.
Bila perbedaan dapat ditemukan, tujuan pemecahan
masalah dapat kita carikan.
b). Establish Priorities
Langkah ini adalah brtujuan untuk memilah dan memilih
problem apa yang segera diselesaikan masalahnya. Karena
dalam setiap institusi memiliki beraneka ragam problem,
maka setiap sekolah harus dapat memilih problem mana
yang harus diprioritaskan dan tidak.
c). State Problem
Langkah ini merupakan langkah akhir dari identifikasi
problem. Setelah pengembang mengadakan analisa
kebutuhan dan menegakkan problem, maka pengembang
harus dapat merumuskan problem apa yang akan
diselesaikan masalahnya.
Ketiga langkah dalam identifikasi problem tersebut dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
7

Bagan 1: alur identifikasi problem

2). Analisa Latar (Analyze Setting)


Ada 3 hal yang perlu diperhitungkan pada langkah kedua yaitu:
a). Karakteristik siswa
Karakteristik siswa. Kegiatan instruktional hendaknya
berorientasi pada siswa. Siswa tidak lagi dipandang sebagai obyek
yang bersifat pasif dan dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh
guru, tetapi sebagai subyek yang mempunyai ciri dan
karakteristik.
Karena perbedaan tersebut, maka kegiatan instruktional yang
kita sajikan hendaknya disesuaikan dengan kekhususan tersebut.
Informasi tentang siswa yang kita cari dalam mengembangkan
program instruktional antara lain meliputi: jumlah, jenis kelamin,
latar belakang akademis, latar belakang belakang sosial- budaya-
ekonomi, gaya belajar, motivasi dan pengalaman atau
pengetahuannya pada bidang akan dipelajari.
b). Kondisi
Kondisi. Berbagai hambatan yang mungkin kita jumpai
hendaknya diidentifikasikan juga untuk mempertimbangkan
langkah-langkah selanjutnya. Kondisi yang dimaksud adalah
kondisi siswa, baik dilihat fisik maupun non fisiknya, lingkungan,
dan latar belakangnya. Pengidentifikasin kondisi tersebut
diperlukan untuk menentukan setting yang tepat dalam
pengembanagn model pembelajaran dengan model ini.
8

c). Sumber-sumber yang relevan


Sumber-sumber yang tersedia, baik yang bersifat human
maupun no human, baik yang sengaja dirancang maupun yang
dapat kita manfaatkan hendaknya diidentifikasi pula. Termasuk
kedalam sumber-sumber ini juga ketersediaan biaya.
3). Pengelolaan Organisasi
Pada hakekatnya pengembangan instructional adalah pekerjaan
suatu tim. Hal-hal yang termasuk dalam pengelolaan organisasi adalah:
a). Pembagian tugas
Langkah ini diasumsikan karena proses pengembangan adalah
pekerjaan tim, maka pembagian tugas diperlukan agar berbagai
macam bentuk pekerjaan tidak dilaksanakan secara tumpang
tindih. Pembagian tugas ini juga bermanfaat agar seluruh
rangkaian pekerjaan dapat teorganisir secara sistematis.
b). Tanggung jawab
Setelah diberi pembagian tugas, maka langkag selanjutnya adalah
ditentukan apa saja tanggung jawab pada masing-masing devisi, hal
ini memudahkan dalam melaksanakan evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana program dapat dijalankan. Oleh
karena itu apabila pengembang menemukan tingkat kegagalan,
maka pengembang dapat bertanya langsung kepada siapa yang
bertanggungjawab dalam suatu devisi.
c). Jadwal pelaksanaan.
Langkah menyusun jadwal pelaksanaan pengembangan
dimaksudkan untuk mengetahui kapan mulai dan berakhirnya suatu
desain pengembangan dilaksanakan. Jadwal pelaksanaan ini juga
bertujuan apakah pengembangan dapat diselesaikan berdasarkan
jadwal apa tidak.
b. Tahap Pengembangan
1). Identifikasi Tujuan
Tujuan ini ada yang bersifat umum dan Khusus. Dalam kurikulum
1994 dikenal dengan TIU dan TIK, pada Kurikulum 2004
9

(Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum 2006 (Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan dikenal dengan
Standar Kompetesi, Kompetensi Dasar, dan indikator, sedangkan
dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan Kompetensi Inti, Kompetensi
dasar, dan indikator. Terms tersebut memiliki makna:
a) Tujuan yang bersifat umum disebut terminal Objectives (dalam
Kurikulum 1994 dikenal dengan TIU-Tujuan Instruksional Umum,
dalam Kurikulum 2004 dan 2006 dikenal dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi dasar, sedangkan dalam Kurikulum 2013 dikenal
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar)
b) Tujuan yang bersifat khusus disebut behavioral Objectives atau
Enabling Objectives (dalam Kurikulum 1994 dikenal dengan TIK-
Tujuan Instruksional Khusus, dalam Kurikulum 2004 dan 2006, dan
2013 dikenal dengan Indikator)
c) Tujuan umum merupakan penjabaran lebih rinci dari tujuan
khusus. Apabila tujuan khusus tercapai maka kemungkinan tercapainya
tujuan umum lebih besar.
Perumusan tujuan perlu karena beberapa alasan, yaitu:
a) Membantu siswa dan pembelajar memahami dengan jelas apa-apa
yang diharapkan sebagai suatu hal kegiatan pembelajaran
b) Tujuan merupakan Building block dari kuliah yang kita berikan
c) Tujuan khusus (indikator) merupakan penanda tingkah laku yang
harus diperlihatkan siswa sesuai kegitan instruktional. Bersama dengan
perumusan tujuan khusus (indikator) hendaknya telah dipikirkan
instrumen evaluasi
2). Penentuan Metode
Metode adalah bagaimana cara yang akan kita tempuh untuk
mencapai tujuan tujuan tersebut diatas. Dalam menentukan metode
pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah:
a). Bagaimana kegiatan proses pembelajaran akan dilangsungkan
b). Media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
tersebut.
10

3). Penyusunan Prototipe


Pada tahap ini prototipe yang perlu diperhatiakan terdapat dua hal,
yaitu:
a). Bahan instruktional dikembangkan sesuai TIK yang sudah
dirumuskan. Dengan demikian antara TIK dan bahan instruktional
harus ada hubungan yang erat (relevan).
b). Pada tahap ini juga instrument evaluasi perlu disusun. Antara
TIK dengan bahan evaluasi harus terdapat kaitan yang erat. Karena
evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah TIK telah tercapai atau
belum. Pada tahap ini pula media harus dibuatkan prototipenya.
c. Tahap Penilaian
1). Tes Uji Coba
Setelah prototipe program instruktional selesai tersusun, maka harus
diuji cobakan. Uji coba ini bisa dilakukan pada sample audience atau
pada teman- teman sendiri. Tujuan uji coba ini adalah mengumpulkan
data tentang kebaikan atau kelemahan dan efisiensi atau efektivitas
program yang sudah tersusun.
2). Analisa Hasil
Hasil ujicoba perlu dianalisa, dimana ada 3 hal yang perlu perhatikan,
yaitu:

a). Apakah tujuan dapat tercapai? bila tidak dimanakah


kesalahannya? sudah tepatkah perumusannya
b). Apakah metode yang dipakai sudah cocok untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut mengingat karakteristik siswa seperti yang
telah diidentifikasikan?
c). Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen
evaluasi? apakah sudah dieavlausi hal-hal yang seharusnya perlu
dievaluasi?
3). Pelaksanaan
Bila dari analis tersebut ternyata menunjukkan tujuan sudah dapat
dicapai, teknik yang dipakai sudah sesuai untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan dan tidak terjadi kesalahan maka dapat dilaksanakan
11

implementasi. Tetapi apabila ternyata masih ada kesalahan dalam


merumuskan tujuan, atau kesalahan dalam teknik penyajian untuk
mencapai tujuan maka perlu diadakan revisi.
Masalah tidak akan ada habisnya. Begitu masalah yang satu diatasi,
timbul masalah yang lain. Begitulah seterusnya proses pengembangan
instruktional itu tidak akan pernah berhenti tapi akan terus berulang dan
perlu kesempurnaan.
Beberapa langkah model desain pembelajaran menurut IDI dapat
digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2. Model IDI


BAB III
STUDI KASUS

3.1 Penerapan Model Pembelajaran IDI


Pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar yang optimal,
sehingga untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal erat kaitannya dengan
proses pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan kompetensi kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar dengan penuh tanggung jawab untuk
memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa.
Model pembelajaran IDI (Instructional Development Institute), menawarkan
pengembangan secara terprogram dalam model pembelajaran, sehingga membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Oleh karena itu, dengan dilakukannya pengembangan model pembelajaran
IDI (Instructional Development Institute) pada mata kuliah Kontruksi Bangunan
dapat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran dengan efektif, efesien,
dan memiliki daya tarik dan umpan balik. Yang ditekankan dalam hal ini adalah
penerapan pengembangan model pembelajaran IDI melalui keaktifan siswa dalam
belajar dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi secara maksimal.
Contoh materi ajar yang dapat dikembangkan dengan mode IDI misalnya
adalah materi ajar tentang Pelaksanaan Pekerjaan Dinding pada kompetensi
Kontruksi Bangunan dimulai dari pengetahuan tentang Definisi Dinding dan
Prosedur Pembuatan Dinding.

3.2 Asumsi Dasar Yang Melandasi Perlunya Model IDI


1. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual.
2. Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
4. Didasarkan kepada pengetahuan tentang cara belajar manusia.
5. Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.

12
13

3.3 Identifikasi Masalah Penerapan Model IDI


Identifikasi masalah dimulai dengan Need Assesment seperti kita ketahui
kebutuhan individu (anak didik dan keluarganya) dan kebutuhan masyarakat Pada
prinsipnya Need Assesment berusaha menemukan perbedaan (discrepancy) antara
apa yang ada sekarang dan apa yang idealnya yang diinginkan.

3.4 Pengembangan Model Pembelajaran IDI


Untuk mengembangkan model pembelajaran IDI misalnya pada mata kuliah
Kontruksi Bangunan dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Penentuan (Define)
Identifikasi masalah dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut Need
Assesment. Need Assesment ini berusaha mencari perbedaan antara apa yang ada
dan apa yang idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu
ditentukan prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. ada tiga
hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: Karakteristik siswa, Kondisi, dan Sumber
yang relevan.
2. Tahap Pengembangan (Develop)
Identifikasi tujuan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan
instruksional yang hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) dalam hal
ini IDI menyebutkan dengan Terminal Objektives. Tujuan nstruksional khusus
(TIK) merupakan penjabaran lebih rinci dari TIU.
TIK diperlukan karena:
a. Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang diharapkan sebagai
hasil dari kegiatan instruksional.
b. TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang diberikan.
c. TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai oleh siswa sesuai
dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Dalam menentukan metode pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan antara lain:
a. Metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan.
14

c. Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan
kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas
individu/kelompok, dan lain-lain).
3. Tahap Penilaian (Evaluate)
Setelah program instruksional disusun diadakan tes uji coba untuk
menentukan kelemahan dan keunggulan, serta efisiensi dan keefektifan dari
program yang dikembangkan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Model pembelajaran IDI (Instructional Development Institute), menawarkan
pengembangan secarater program dalam menmodel pembelajaran, sehingga
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Oleh karena itu, dengan dilakukannya pengembangan model pembelajaran
IDI (InstructionalDevelopment Institute) pada mata kuliah Kontruksi Bangunan
dapat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran dengan efektif, efesien,
dan memiliki daya tarik dan umpan balik. Yang ditekankan dalam hal ini adalah
penerapan pengembangan model pembelajaran IDI melalui keaktifan siswa dalam
belajar dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi secara maksimal.
Contoh materi ajar yang dapat dikembangkan dengan mode IDI misalnya adalah
materi ajar tentang Pengelasan/Las Listrik pada kompetensi Kontruksi Bangunan
dimulai dari pengetahuan tentang Definisi Pengelasan dan Prosedur Pengelasan.
Untuk mengembangkan model pembelajaran IDI misalnya pada mata kuliah
Kontruksi Bangunan dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Penentuan (Define)
Identifikasi masalah dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut Need
Assesment. Need Assesment ini berusaha mencari perbedaan antara apa yang ada
dan apa yang idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu
ditentukan prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. Ada tiga
hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: Karakteristik siswa, Kondisi, dan Sumber
yang relevan.
2. Tahap Pengembangan (Develop)
Identifikasi tujuan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan
instruksional yang hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) dalam hal

15
16

ini IDI menyebutkan dengan Terminal Objektives. Tujuan instruksional khusus


(TIK)merupakan penjabaran lebih rinci dari TIU.
TIK diperlukan karena:
a. Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang diharapkan sebagai
hasil dari kegiatan instruksional.
b. TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang diberikan.
c. TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai oleh siswa sesuai
dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Dalam menentukan metode pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan antara lain:
a. Metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan.
c. Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan
kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata,
tugasindividu/kelompok, dan lain-lain).
3. Tahap Penilaian (Evaluate)
Setelah program instruksional disusun diadakan tes uji coba untuk
menentukan kelemahan dan keunggulan, serta efisiensi dan keefektifandari
program yang dikembangkan.

4.2 Saran
Model-model pengembangan memiliki karakteristik dan keunggulan masing-
masing. Untuk itu kita bisa memanfaatkan langkah-langkah teoritis model-model
tersebut atau memodifikasi langkah-langkah yang terdapat pada model tersebut
yang disesuaikan dengan kebutuhan kita untuk mengembangkan bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mudlofir, Desain pembelajaran inovatif, (Jakarta: Rajagrafindo


persada). 2016
Benny A. Pribadi, Model Desain system pembelajaran, (Jakarta: Dian
Rakyat), 2019
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Prenada Media Grub), 2008

17

Anda mungkin juga menyukai