Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JURNAL REPORT

( CJR)

NAMA : ELMAR OTNIEL WARUWU


NIM : 5213121001
MATKUL : INSTRUMEN DAN PEGUKURAN TEKNIK C
DOSEN PENGAMPUH : PAK BINSAR MARULI TUA PAKPAHAN

JORNAL 1 : PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF


PENGUKURAN TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK
RINGKASAN JURNAL 1 :
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempelajari pelatihan secara spesifik yang dapat
digunakan dalam dunia kerja (Pavlova, 2009: 7). Prosser dan Quekqly (1950: 2) memaparkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan sebuah konsep pengalaman yang menyeluruh bagi setiap
individu yang belajar untuk kesuksesan dunia kerja.
Dalam hal ini, pendidikan kejuruan banyak belajar tentang persiapan-persiapan sebelum ke
dunia kerja. Pembelajaran tersebut meliputi pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang berorientasi pada pengembangan proses dan hasil
dari pembelajaran. Proses akan menempa peserta didik untuk dapt mencapai kompetensi yang
diharapkan. Kualitas lulusan menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan kejuruan.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di SMK Negeri 1 Girisubo diperoleh informasi hasil
belajar siswa dalam perawatan sistem pengisian masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi fungsi, letak komponen-komponen dan cara perawatan yang benar pada
pemeliharaan sistem pengisian. Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar di dalam kelas. Sebagian guru dalam pembelajaran masih menggunakan
metode ceramah dan menulis pada papan tulis yang tidak melibatkan siswa secara aktif. Selain
itu ketersediaan media pembelajaran masih terbatas dan belum ada pengembangan media
pembelajaran yang sesuai, sehingga tujuan kompetensi dasar tidak dapat tercapai. Hal ini
berdampak pada hasil belajar pemeliharaan sistem pengisian rata-rata masih rendah dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu indeks prestasi 2,67 belum dapat tercapai. Proses
pembelajaran yang berlangsung di SMK N 1 Girisubo pada materi Pengukuran Teknik
khususnya, masih menggunakan media tayang satu arah seperti Power Point. Guru masih
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, siswa
mendengarkan dan mencatat, sehingga pada saat siswa mendapat kesempatan untuk bertanya,
kebanyakan siswa tidak mengambil kesempatan itu, hal tersebut kemungkinan disebabkan
karena siswa tidak mengetahui apa yang akan ditanyakan, sebab materi yang diberikan tidak
dipahami.
Metode seperti ini kenyataannya belum efisien dalam pelaksanaan belajar mengajar. Penggunaan
media pembelajaran pada mata pelajaran Pengukuran Teknik di Jurusan Teknik Otomotif Paket
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan sangat terasa urgensinya karena sebagian besar materi
pembelajaran yang diselenggarakan adalah suatu proses atau tahapan yang memerlukan adanya
visualisasi. Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada materi
Pengukuran Teknik diperlukan penggunaan media pembelajaran yang menarik pada semua topik
kuliah baik teori maupun praktik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan visualisasi dan
transfer materi dengan mudah dari pengajar kepada siswa. Materi Pengukuran Teknik terdiri dari
teori dan praktisi. Materi tersebut tergabung menjadi satu dan saling mendukung. Proses
pembelajaran materi Pengukuran Teknik dilaksanakan secara terpisah antara teori dan praktik.
Umumnya, teori diberikan guru dengan metode ceramah secara garis besar saja, kemudian siswa
diberi job praktik. Cara demikian di pandang kurang efektif karena tidak semua siswa menyukai
cara belajar tersebut. Pembelajaran materi Pengukuran Teknik layaknya menggunakan banyak
media, karena kemampuan psikomotor dan kognitif siswa lebih diutamakan. Perkuliahan yang
secara dominan menggunakan metode ceramah dan praktik dapat menyebabkan siswa kurang
mendapat pengalaman belajar. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan media pembelajaran
yang dapat mengakomodasi banyak cara belajar siswa dan memberi pengalaman belajar yang
lebih. Media pembelajaran Interaktif yang berwujud text, visual, dan simulasi dapat membantu
siswa mendapat pengetahuan lebih, pemahaman konsep yang lebih mendalam, serta mengetahui
aplikasi ilmu yang dipelajari.
Media pembelajaran interaktif yang bersifat dinamis sangat mendukung jika digunakan dalam
proses pembelajaran, karena media pembelajaran interaktif mampu menjelaskan materi yang
mempunyai daya abstraksi tinggi dan rumit. Media Pembelajaran interaktif dapat dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat membuat siswa mau mempelajari sendiri materi yang disediakan
dalam media tersebut. Media pembelajaran interaktif dapat diisi banyak sekali materi teori,
praktik, maupun benda asli dalam bentuk text maupun visual yang dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis kembali berdasarkan masing-masing
komponen dalam setiap angket dan lembar observasi yang diberikan. Analisis dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana multimedia yang dikembangkan itu dapat digunakan, serta bagian-
bagian yang masih perlu direvisi agar multimedia yang dikembangkan benar-benar dapat
digunakan untuk pencapaian efektivitas pembelajaran. Berdasarkan hasil pengolahan data
kriteria yang telah ditentukan, diketahui bahwa media pembelajaran pengukuran teknik yang
dikembangkan termasuk dalam kriteria valid dan media tersebut dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dapat dianalisis sebagai berikut: kesesuaian
materi untuk ditampilkan dalam bentuk animasi, ahli materi menjawab “a” sesuai, sehingga skor
yang diperoleh 4 dengan persentase sebesar 100%.
Berdasarkan kriteria interpretasi data 100% termasuk kualifikasi valid, karena media animasi
yang telah dikembangkan memiliki kesesuaian materi untuk ditampilkan dalam bentuk animasi;
kesesuaian media dengan tujuan materi, ahli materi menjawab “a” sesuai, sehingga skor yang
diperoleh 4 dengan persentase sebesar 100%.
Berdasarkan kriteria interpretasi data 100% termasuk kualifikasi cukup valid, karena media
animasi ini cukup sesuai dengan materi yang dipilih; kemudahan siswa dalam mendalami materi
dengan menggunakan media animasi, ahli materi menjawab “b” cukup mudah, sehingga skor
yang diperoleh 3 dengan persentase sebesar 75%.
Berdasarkan kriteria interpretasi data 100% termasuk kualifikasi valid, karena narasi dalam
media animasi sesuai dengan gambar yang ditampilkan; sistematika penyusunan isi materi media
animasi, ahli materi menjawab “b” cukup baik, sehingga skor yang diperoleh 3 dengan
persentase sebesar 75%. Berdasarkan kriteria interpretasi data 75% termasuk kualifikasi cukup
valid, karena karena materi yang ditampilkan dalam media animasi tersusun secara sistematis;
kesesuaian materi yang disampaikan dengan tingkat kebutuhan atau perkembangan siswa, ahli
materi menjawab “a” sesuai, sehingga skor yang diperoleh 4 dengan persentase sebesar 100%.
Hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen (kelas XIA) yaitu 78,83 dan nilai rata-
rata kelas kontrol (kelas XIB) yaitu 69,78. Berdasarkan proses pembuatan media interaktif
pengukuran teknik dapat diketahui bahwa proses pembuatan media tersebut dengan langkah
antara lain melalui tiga tahap yaitu: (1) analisis kebutuhan; (2) pengembangan produk, yang
meliputi desain indeks, navigasi dan konten; dan (3) uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil
dan implementasi produk akhir. Berdasarkan analisis efektivitas kelompok kontrol dan
eksperimen di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang menggunakan
multimedia pengukuran teknik dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dilihat bahwa media pengukuran teknik lebih
efektif daripada media konvensional. Ini dapat dilihat dari perbedaan antara kelas kontrol
(konvensional) dengan nilai rata-rata 69,78 dan kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 78,83.
Hasil tersebut dapat dilihat karena faktor pembelajaran yang dilakukan. Multimedia pengukuran
teknik memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap pemahaman siswa dalam pembelajaran.
Beberapa kelebihan multimedia yang dikembangkan ini adalah dapat dijadikan salah satu
alternatif sumber belajar mandiri untuk mengatasi kelemahan pembelajaran yang dilaksanakan
secara klasikal. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa dan juga terdapat peningkatan prestasi belajar siswa setelah
menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: (1) proses pembuatan media pembelajaran pada penelitian ini dilakukan melalui
tiga tahap yaitu: analisis kebutuhan, pengembangan produk meliputi desain indeks, navigasi dan
konten, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil dan implementasi produk akhir; dan (2)
produk multimedia ini dapat digunakan sebagai salah satu media untuk meningkatkan
pemahaman materi pengukuran teknik. Ada perbedaan hasil belajar siswa. Media interaktif
pengukuran teknik lebih efektif dibandingkan media konvensional. Ini dapat dilihat dari
perbedaan antara kelas kontrol (konvensional) dengan nilai rata-rata 69,78 dan kelas eksperimen
dengan nilai rata-rata 78,83.

JURNAL 2 : PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL


DRILL AND PRACTICE PADA MATA KULIAH PENGUKURAN TEKNIK DI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
OLEH : Euis Wulan Novita, Ahmad Burhan, Darlius
RINGKASAN JURNAL :
Multimedia interaktif bisa menjadi pemecah masalah yang membantu pendidik untuk membuat
proses pembelajaran dan dapat berjalan lebih interaktif, karena dengan multimedia interaktif ini
pembelajaran yang tadinya hanya satu arah bisa menjadi dua arah yang membuat siswa menjadi
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Maryani (2015: 19) mengatakan media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar terjadi. Media pembelajaran juga adalah apa saja yang
digunakan sebagai media dalam pembelajaran (Asyhar, 2011: 7) yang artinya media dapat
mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan pendidik dengan katakata atau kalimat.
Berdasarkan buku pedoman FKIP 2014, mata kuliah Pengukuran Teknik yang memiliki bobot 2
sks (satuan kredit semester) merupakan salah satu Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)
dengan kode GPT 14311 di program studi Pendidikan Teknik Mesin. Mata kuliah Pengukuran
Teknik merupakan mata kuliah yang membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengenalan semua jenis alat ukur, penggunaan alat ukur serta pembacaan hasil pengukuran.
Mata kuliah Pengukuran Teknik merupakan salah satu mata kuliah yang dilakukan diprogram
studi Pendidikan Teknik Mesin, materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran
menggunakan media Microsoft Power Point dan disampaikan dengan metode ceramah. Terlihat
dari minat mahasiswa pada saat megikuti proses pembelajaran banyak yang tidak memperhatikan
dan lebih memilih mengobrol pada saat dosen menerangkan materi pembelajaran. Hal ini
diakibatkan dari kejenuhan yang diciptakan dari proses pembelajaran yang kurang efektif dan
penyampaian materi yang masih kurang dimengerti melalui media Microsoft Power Point yang
digunakan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti beberapa waktu yang lalu
kepada beberapa mahasiswa yang sudah mengikuti mata kuliah pengukuran teknik (data
terlampir) serta pengalaman pribadi pada saat mengikuti perkuliahan pengukuran teknik,
diperoleh data bahwa pembelajaran terlaksana masih kurang optimal yang hanya menggunakan
media Microsoft Power Point, serta kesulitan dalam memahami materi selama proses
pembelajaran dimana pembelajaran yang terlaksana hanya berpusat pada pendidik saja, yang
menyebabkan mahasiswa malas untuk mencari atau mencatat selama proses pembelajaran dan
hanya mengandalkan soft file yang nanti pada akhir perkuliahan akan dibagikan yang belum
tentu akan dipelajari lagi dirumah. Selain permasalahan diatas ada lagi permasalahan mengenai
komposisi dari materi yang hanya terdapat teks dan gambar yang pastinya belum memuaskan
mahasiswa dalam memahami materi yang akhirnya akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan
selama mengikuti perkuliahan.
Media yang mampu menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan mudah dimengerti oleh
peserta didik adalah multimedia interaktif. Daryanto (2010: 51) mengungkapkan bahwa suatu
multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya,aplikasi game,
pembelajaran interaktif, animasi, video, audio merupakan gabungan yang terdapat pada
multimedia interaktif.
Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi untuk melakukan
pengembangan multimedia interaktif dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan
Multimedia Interaktif model Drills and Practice pada mata kuliah Pengukuran Teknik di Program
Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk sebagai berikut Untuk menghasilkan media pembelajaran multimedia interaktif pada mata
kuliah Pengukuran Teknik model drills and practice yang layak dan praktis serta untuk
mengetahui efek potensial hasil belajar mahasiswa.
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/1016 di
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sriwijaya. Objek pada penelitian ini adalah media multimedia interaktif model drill and practice
mata kuliah Pengukuran Teknik yang dikembangkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa 2014 Palembang dan Indralaya di Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin yang masih aktif kuliah. Sebagai landasan untuk pengembangan media
pembelajaran multimedia interaktif dengan model drill and practice pada mata kuliah
pengukuran teknik ini, peneliti menggunakan model pengembangan Rowntree. Menurut
Prastowo (2011: 133-136) model pengembangan Rowntree terdiri dar 3 tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan langkah awal peneliti untuk mengetahui masalah/hambatan yang
timbul dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti mencari kesenjangan yang terjadi pada
saat pembelajaran demi untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dan kebutuhan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Pengukuran Teknik. Dalam
mengumpulkan data peneliti melakukan wawancara dengan mahasiswa.
2. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini peneliti membuat desain produk yang mana dalam pembuatannya produk ini,
dilakukan setelah analisis data pada tahap perencanaan sudah terkumpul dan dalam pembuatan
desain produk ini digunakan 2 langkah, yaitu : a. Persiapan Sebelum melaksanakan pembuatan
desain produk, diperlukan persiapan segala sesuatunya yang nantinya akan memperlancar proses
produksi dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Persiapan yang harus dilakukan yaitu:
menyiapkan semua bahan produksi yang nantinya akan digunakan, serta mempersiapkan alat-alat
yang akan mendukung pembuatan produksi media pembelajaran. b. Pelaksanaan Desain produk
dibuat berdasarkan naskah yang telah dibuat sebelumnya, lalu semuanya diaplikasikan ke dalam
media, yang mana media tersebut dirancang dengan mengintegrasikan teks, gambar, suara,
animasi, dan tombol-tombol navigasi interaktif.
3. Tahap Evauasi
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem) evaluasi merupakan
salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui
kelayakan dan kepraktisan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan
(feedback) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan
pembelajaran. Dikemukakan oleh Arifin (2009: 06). Jadi evaluasi sangat penting dalam
pembelajaran untuk melihat kualitas media yang dikembangkan, seperti yang di tunjukkan pada
tujuan penelitian ini untuk menghasilkan media yang layak dan juga praktis. Menurut Martin
Tessmer (1993: 47) menyebutkan sedikitnya ada empat bentuk evaluasi formatif, yaitu : a.
Review Ahli (Experts Review), b. Evaluasi satu – satu (One-to-One Evaluation), c. Evaluasi
Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), d. Uji Lapangan (Field Test).
1. (Review Ahli) Expert Review
Evaluasi ahli melakukan review ahli, yang masih berupa storyboard untuk dikaji. Dan biasanya
evaluator (prototype 1) mencatat komentar–komentar ahli yang nantinya digunakan untuk
membantu dan membangun media. Dan ahli yang di validasi yaitu berupa isi (content),
kelengkapan, akurasi, kepentingan, dan kedalaman.
2. Evaluasi satu–satu (One-to-One Evaluation)
Pada tahap ini uji coba dilakukan pada tiga orang mahasiswa yang akan mewakili dalam
tingkatan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah karena dianggap dapat mewakili dari
responden penelitian. Untuk melihat apakah mereka sudah dapat memahami isi materi (content),
yang di sajikan pada media. Dan pada tahap ini peneliti melakukan wawancara terbuka dan
terstruktur guna mengetahui media yang di buat sudah maksimal atau belum, dan dari
wawancara itu peneliti dapat menghasilkan informasi atau masukan untuk revisi yang cukup
memadai bagi versi draft kasar media pembelajaran yang sedang dikembangkan.
3. Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)
Pada tahap ini, media yang telah di revisi sesuai dengan tahap yang sebelumnya kemudian
dilakukan uji coba kembali kepada kelompok kecil, yang di uji cobakan pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin kampus Indralaya, hal tersebut bertujuan untuk
mengukur kinerja siswa secara lebih akurat, melihat nilai dan ke praktisan media pembelajaran
yang telah dikembangkan dari sebelumnya.
4. Uji Lapangan (Field Test)
Setelah melakukan revisi pada tahap sebelumnya, selanjutnya di lakukan tahap uji lapangan
(field test), pada tahap ini media Multimedia Interaktif model drill and practice dilakukan uji
coba pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin kampus Indralaya untuk
kemudian mengkonfirmasi akhir keterpakaian atau kepraktisan dapat mengetahui terhadap
multimedia interaktif model drill and practice yang dikembangkan, di uji cobakan kemudian
peneliti meminta mahasiswa untuk mengisi angket yang telah disediakan peneliti. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di gunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2014: 199).
2. Analisis Data Angket Validasi Ahli Kelayakan Hasil validasi ahli/validator yang sudah di
analisis, selanjutnya hasil validasi dari lembar instrument validasi disajikan dalam bentuk tabel
kelayakan produk.
3. Analisis Data Wawancara
Data hasil dari wawancara yang dilakukan secara tidak terstruktur dan terbuka dianalisis secara
diskriftif kualitatif, hasil wawancara pada tahap validasi desain produk dan tahap evaluasi one-
to-one evaluation dijadikan acuan untuk merevisi produk.
4.Analisis Data Angket
Data yang telah didapatkan dari hasil validasi oleh para ahli, kemudian dianalisis dengan
menggunakan skala likert untuk mengukur pendapat dari mahasiswa terhadap pemakaian media
multimedia interaktif model drill and practice.
5. Analisa Data Tes
Data tes digunakan untuk melihat tingkat pencapaian hasil tes mahasiswa. Skor hasil tes
diperoleh setelah dilakukan keseluruhan tes dari pre test dan post test. Kemudian dianalisis untuk
melihat tingkat keberhasilan mahasiwa dalam menggunaakan media pembelajaran multimedia
interaktif model drill and practice.
Berikut ini pembahasan dari masingmasing pengujian kelayakan dari multimedia:
1. Ahli Materi
Uji validasi ahli materi dilakukan dengan bapak Edi Setiyo, S.Pd.,M.Pd.T pada tanggal 23
Oktober 2015. penilaian ahli materi tersebut dilakukan berdasarkan 3 (tiga) aspek penilaian
yaitu, kelayakan isi, kebahasaan materi dan sajian materi. Secara keseluruhan, persentase dari
hasil penilaian pada lembar validasi ahli yaitu 83% dengan persentase hasil tersebut berada pada
rentang 81%-100% dan dinyatakkan sangat layak. Dengan saran perbaikan pada tata tulis materi.
2. Ahli Media
Uji validasi ahli media dilakukan dengan ibu Dewi Puspita Sari, M.Pd pada tanggal 27 Oktober
2015 penilaian ahli media tersebut dilakukan berdasarkan 3 (tiga) aspek penilaian yaiu, tampilan
media, desain media, penggunaan media. Secara keseluruhan, persentase dari hasil penilaian
pada lembar validasi ahli yaitu 80% dengan persentase hasil tersebut berada pada rentang 61% -
80% dan dinyatakan layak. Dengan saran perbaikan penambahan audio di awal pembukaan
media, penambahan audio pada tombol perintah dan penambahan pembahasan untuk semua soal
latihan.
3. Evaluasi Orang per Orang (One-to-One Evaluation)
Evaluasi orang per orang (one-to-one) dilakukan pada 3 (iga) mahasiswa angkatan 2014 Program
Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya kampus Indralaya pada tanggal 28
Oktober 2015. Pada tahap ini penilaian didapatkan dari hasil lembar wawancara berupa komentar
dan saran dari mahasiswa. Secara keseluruhan, komentar dan saran yang diberikan oleh
mahasiswa pada lembar wawancara menunjukkan respon yang baik dan positif terhadap
multimedia interaktif yang dikembangkan oleh peneliti. Dengan beberapa saran penambahan
tombol alternative yang mempermudah pengguna untuk menuju ke materi selanjutnya, dan
penambahan audio.
4. Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)
Evaluasi kelompok kecil (small group) dilakukan pada 10 (sepuluh) mahasiswa angkatan 2014
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya kampus Indralaya pada tanggal
30 Oktober 2015. Pada tahap ini penilaian didapatkan dari hasil angket respon mahasiswa setelah
menjalankan aplikasi multimedia interaktif model drill and practice.

JURNAL KE 3 : KALIBRASI MIKROMETER SEKRUP EKSTERNAL


DENGAN MENGACU PADA STANDAR JIS B 7502-1994 DI
LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
OLEH : Andry Kurnia , Dodi Sofyan Arief
RINGKASAN JURNAL :
Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standard ukurannya
yang mampu telusur ke standard nasional untuk satuan ukuran maupun internasional . Adapun
tujuan dari tugas akhir ini antara lain adalah :
a. Melakukan metode kalibrasi pada mikrometer sekrup eksternal Fowler 0 sampai dengan 25
mm kecermatan 0,01 mm yang ada di Laboratorium Pengukuran Teknik Mesin Universitas
Riau.
b. Menentukan faktor koreksi alat ukur mikrometer sekrup eksternal Fowler 0 sampai dengan
25 mm kecermatan 0,01 mm yang ada di Laboratorium Pengukuran Teknik Mesin
Universitas Riau.
c. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) kalibrasi mikrometer sekrup eksternal
Fowler 0 sampai dengan 25 mm kecermatan 0,01 mm untuk referensi praktikum mata kuliah
metrologi industri.
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer. Mikrometer
inipun mempunyai bentuk yang bermacammacam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda
ukur. , tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu:
1. mikrometer internal
2. mikrometer eksternal
3. mikrometer kedalaman
Meskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai
bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya
pada umumnya sama.
Blok ukur yang dalam bahasa inggris dikenal dengan berbagai nama, yaitu: Gauge Block, End
Gauge, Slip Gauge, Jo Gauge atau Johannsen Gauge, adalah merupakan alat ukur standar.
Karena kehalusan dan kerataan muka ukurnya, dua atau lebih blok ukur dapat disusun
sedemikian rupa sehingga dapat bersatu dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh tekanan udara luar
pada ruang yang relatif hampa di antara ke dua permukaan yang menyatu dan diperkuat oleh
daya adhesi.
Blok ukur biasanya dibuat dari baja karbon tinggi, baja paduan atau karbida logam. Jenis baja,
yang setelah mengalami proses perlakuan panas (heat treatment) akan mempunyai sifat-sifat
penting yang harus dipunyai oleh suatu alat ukur standar, yaitu :
1. Tahan aus
2. Tahan korosi
3. Koefisien muai
4. Kestabilan dimensi yang baik.
Untuk mengevalusi masing- masing sumber ketidakpastian tersebut diperlukan analisa dengan
menggunakan dua type yaitu :
1. Type A
Type A dievaluasi dengan menggunakan metode statistik yang baku untuk menganalisis satu
himpunan atau sejumlah himpunan pengukuran.
2. Type B
Type B dievaluasi dengan cara selain statistik pada jumlah pengamatan. Ketidakpastian ini
mencakup kesalahankesalahan sistematik .
Evaluasi ketidakpastian baku tipe B diperoleh dengan cara selain analisis statistik dari
serangkaian pengamatan yang biasanyadidasarkan pada justifikasi ilmiah menggunakan semua
informasi relevan yang tersedia, yang dapat meliputi :
1. Data pengukuran sebelumnya;
2. Spesifikasi pabrik;
3. Data yang diberikan dalam sertifikat atau laporan lainnya;
4. Ketidakpastian yang diberikan untuk data acuan yang diambil dari data book.
2. Metode
2.1 Prosedur Penelitian Untuk mencapai sasaran yang diinginkan maka diperlukan metodologi
dan berbagai pendekatan terkait dengan hal-hal yang akan dikaji, dimana hal-hal tersebut akan
dijelaskan pada diagram flow chart gambar berikut ini.
1. Studi Literatur
Studi literatur meliputi proses pengumpulan informasi dan referensi yang membahas tentang
materi kalibrasi mikrometer baik dari buku, jurnal, media internet dan diskusi dengan dosen dan
teman-teman teknik mesin.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Setelah mengumpulkan informasi dan referensi tentang kalibrasi selanjutnya adalah persiapan
alat dan bahan untuk proses kalibrasi mikrometer sekrup eksternal.
3.Kalibrasi Mikrometer
Kalibrasi mikrometer meliputi : a. Standar Acuan JIS B 7502 – 1994 b. Persiapan Kalibrasi c.
Pelaksanaan Kalibrasi d. Rekaman Data
4.Pengolahan dan Analisis
Rekaman data yang terlah didapatkan dari proses pembandingan selanjutnya di olah dan di
analisis.
2.2 Peralatan dan Bahan
2.2.1 Peralatan Adapun Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Blok ukur
2. Mikrometer sekrup eksternal
Tiga buah mikrometer sekrup eksternal Fowler kapasitas 0-25 mm dengan kecermatan 0,01 mm.
3. Meja rata yang kokoh Meja rata berfungsi sebagai meja landasan saat pengukuran agar
terhindar dari geteran karna permukaan yang tidak rata.
4. Water pas Water pas berfungsi untuk menyetel landasan dari meja rata.
5. Thermohygrometer Thermohygrometer digunakan untuk mengukur temperatur dan
kelembaban ruangan pada saat pengukuran.
6. Holder Mikrometer Holder mikrometer digunakan untuk menjepit mikrometer pada bagian
rangka agar menghindari getaran saat pengukuran.
7. Kunci penyetel Kunci penyetel berfungsi untuk menyetel posisi nol pada skala tetap
mikrometer.
8. Optikal Plat dan Optikal Parallel Optikal plat berfungsi untuk mengukur kerataan dari
permukaan mulut ukur dan poros ukur mikrometer. Optikal parallel berfungsi untuk mengukur
kesejajaran mulut ukur dengan poros ukur dari mikrometer.
2.2.2 Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Alkohol Alkohol digunakan untuk mencuci mulut ukur, poros ukur, dan blok ukur dari
kotoran dan debu.
2. Lap Pembersih Lap pembersih digunakan untuk membersihkan sisa-sisa wash bensin setelah
pencucian.
3. Lembar kerja Lembar kerja digunakan untuk mencatat setiap harga pengukuran yang didapat.
4. Sarung tangan Sarung tangan wajib digunakan pada saat pengukuran untuk menghindari
perpindahan temperatur tubuh operator ke alat ukur dan bahan ukur.
5. Vasline Vasline berfungsi untuk mencegah karat pada mulut ukur mikrometer dan blok ukur,
digunakan setelah proses pengukuran selesai dengan cara mengoleskan pada bagian tersebut.
2.3 Prosedur Penelitian
Proses kalibrasi mikrometer yang meliputi proses:
1. Acuan standar adalah referensi yang di gunakan untuk proses kalibrasi mikrometer yaitu JIS
B 7502 – 1994 : Micrometer caliper.
2. Persiapan kalibrasi adalah proses yang dilakukan untuk persiapan sebelum kalibrasi
mikrometer dilakukan.
a. Stabilisasi ruangan pengukuran ±12 jam meninggalkan ruangan dengan keadaan AC menyala
pada temperatur 20°C.
b. Stel meja rata dengan menggunakan water pas.
c. Sebelum mikrometer dikalibrasi, pastikan mulut ukurnya sejajar / rata, dengan cara
pengamatan langsung.
d. Bersihkan mulut ukur mikrometer dari kotoran atau debu yang menempel menggunakan
alkohol dengan lap pembersih kemudian lap sampai mengkilap.
e. Set mikrometer pada posisi nol.
f. Bersihkan blok ukur dengan bahan yang sama.
g. Susun blok ukur sesuai stepnya yaitu 2.5, 5, 8, 10, 13, 15, 18, 20, 22,5 dan 25 mm.
3. Pelaksanaan kalibrasi adalah proses utama yang dilakukan untuk mendapatkan rekaman data
dari proses membandingan mikrometer dengan blok ukur. a. Setelah mengatur mikrometer pada
posisi nol, letakkan blok ukur diantara kedua permukaan ukur, putar recet. Lakukan kalibrasi
pada posisi 2,5 dan selanjutnya pada posisi 5, 8, 10, 13, 15, 18, 20, 22,5 dan 25 mm. Dan
diperoleh perbedaan antara pembacaan mikrometer dan dimensi gauge block. b. Pengukuran
pada tiap posisi dilakukan minimal 3 kali.
4. Rekaman Data adalah hasil dari proses pembandingan mikrometer dengan blok ukur.
Pengolahan dan Analisis Rekaman data yang terlah didapatkan dari proses pembandingan
selanjutnya di olah dan di analisis.
2.4.1 Perhitungan 1. Hitung nilai rata-rata dari setiap titik hasil pengukuran dengan persamaan :
𝐿 = 𝐿𝑖 𝑛
2. Hitung kesalahan dari setiap titik pengamatan dengan persamaan : Kesalahan E = 𝐿 − 𝐿
3. Hitung mampu ulang (Repeatability) setiap titik pengamatan : b = L maks - L min
2.4.2 Perhitungan Ketidakpastian
1. Ketidakpastian Blok Ukur 𝑢1 = ± 𝑈95 𝑘
2. Ketidakpastian baku dari resolusi mikrometer 𝑢2 = ± 𝑎 3
3. Ketidakpastian baku dari mampu ulang pembacaan mikrometer 𝑢3 = 𝑏 3
4. Ketidakpastian baku dari perbedaan temperatur 𝑢4 = ±𝑢 𝛿∆𝑡 𝑥𝐿𝑠𝛼𝑠 𝑢 𝛿∆𝑡 = ∆𝑡 3
5. Ketidakpastian baku koreksi geometrik 𝑢5 = ±(0,5 𝜇𝑚)/31/2
6. Ketidakpastian pada wringing, dikarenakan adanya lapisan diantara kedua gauge block yang di
wringing 𝑢6 = ±((0,5 𝜇𝑚)/31/2) × d
3. Hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan berkaitan dengan kalibrasi
alat ukur mikrometer sekrup eksternal. Komponen ketidakpastian yang memperngaruhi adalah
sebagai berikut :
• Ketidakpastian baku blok ukur (gauge block)
• Ketidakpastian baku resolusi mikrometer
• Ketidakpastian baku mampu ulang pembacaan mikrometer
• Ketidakpastian baku pengaruh temperatur
• Ketidakpastian baku koreksi geometric
• Ketidakpastian baku wringing
1. Mikrometer I
Nilai ketidakpastian dari kalibrasi alat ukur mikrometer sekrup eksternal I pada tingkat
kepercayaan 95% dengan faktor cakupan k = 2 adalah U95 = ± 5,8092 μm dan faktor koreksi alat
ukur = 0,00025 mm.
2. Mikrometer II
Nilai ketidakpastian dari kalibrasi alat ukur mikrometer sekrup eksternal II pada tingkat
kepercayaan 95% dengan faktor cakupan k = 2 adalah U95 = ± 5,8092 μm dan faktor koreksi alat
ukur = 0,00025 mm.
3. Mikrometer III
Nilai ketidakpastian dari kalibrasi alat ukur mikrometer sekrup eksternal III pada tingkat
kepercayaan 95% dengan faktor cakupan k = 2 adalah U95 = ± 5,8092 μm dan faktor koreksi alat
ukur = 0,00975 mm.

PEMBAHASAN JURNAL :
1. Ketiga jurnal memiliki penulisan yang mudah dimegerti
2. Banyak menyertakan tabel dalam penyampaiannya
3. Sama sama menggunakan kata kata yang sulit
4. Mengunakan istila istila yang universal
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/publications/201640/kalibrasi-mikrometer-sekrup-eksternal-dengan-
mengacu-pada-standar-jis-b-7502-199
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/ptm/article/view/5344
https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/9359

Anda mungkin juga menyukai