Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Memasuki era global, pembelajaran harus diarahkan pada bagaimana
membelajarkan siswa, dengan menekankan proses aktif, siswa mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya, memposisikan siswa sebagai salah satu
sumber belajar, memberi peluang siswa memanfaatkan sumber belajar secara
beragam, dan kegiatan belajar berlangsung secara aktif dan kreatif, dengan harapan
siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan aktif dan kreatif, mampu
berkolaborasi, mampu memecahkan persoalan aktual, dan mampu mengambil
keputusan yang menjangkau ke depan.
Kualitas SMK ditentukan setidaknya oleh mutu para lulusannya. Dukungan
metode belajar mengajar juga jadi ujung tombaknya. Melihat latar belakang
perkembangan kurikulumnya, tercatat bahwa pada kurikulum tahun 1994 telah
dicantumkan istilah pembelajaran berbasis kompetensi atau competency based
training (CBT). Namun pelaksanaannya belum optimal. Dan pada tahun 1999
Direktorat Dikmenjur meluncurkan suplemen untuk penyempurnaan pelaksanaan
konsep pembelajaran berbasis kompetensi ini. Konsep CBT merupakan gabungan
antara pendidikan kentrampilan, pengetahuan, dan sikap.
Kurikulum berbasis kompetensi, lebih menekankan pada tujuan (hasil) atau
outputnya, dan bukan pada proses yang terlalu mengacu pada text book (buku
panduan pelajaran/buku paket). Dalam pelaksanaannya, diberikan pula
rekomendasi tahapan-tahapan yang harus dicapai. Namun tahapan ini hanya
bersifat acuan saja, dan proses pencapaiannya menjadi tanggung jawab dan
kreatifitas sekolah masing-masing
Pembelajaran di SMK secara umum adalah untuk mendapatkan atau
meningkatkan kompetensi-kompetensi yang nantinya dibutuhkan oleh dunia
industri, artinya bahwa program diklat kejuruan diarahkan untuk meningkatkan
keseuaian atau relevansi antara program diklat yang dilaksanakan di dunia

1
2

pendidikan dengan tuntutan keahlian yang diperlukan di dunia kerja. (Supriadi,


2002).
Pada dunia pendidikan SMK standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ada pada setiap Kompetensi Keahlian saling mendukung dan saling
ketergantungan, sehingga untuk mencapai kompetensi yang selanjutnya siswa harus
sudah menyelesaikan secara tuntas materi sebelumnya ( belajar tuntas).
Dalam kegiatan pembelajaran di SMK khususnya mata pelajaran produktif
terdapat dua kegiatan pembelajaran yaitu (1) Prelab dimana siswa memperoleh
pengetahuan teori dan penjelasan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan praktek, dan (2) Praktek dimana siswa melaksanakan kegiatan praktek
sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada lembar kerja ( job sheet ).
Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang penulis alami di kelas XI
TEI-1 sejumlah siswa dalam memahami materi mengoperasikan peralatan
pneumatik pada mata pelajaran Sistem Pneumatik prestasi belajar siswa sangat
kurang dan tidak merata, hal tersebut terlihat dari beberapa pertanyaan yang
diberikan kurang dapat dijawab dengan tepat oleh seluruh siswa. Hal tersebut
dimungkinkan adanya kesalahan metode yang penulis sampaikan pada siswa di
kelas sehingga motivasi belajar siswa sangat kurang karena pada saat pelaksaan
praktek sering terjadi kesalahan pada perangkaian sistem pneumatik artinya nilai
keseuaian teori yang diperoleh sangat jauh dengan hasil nilai praktek yang
dilakukan oleh sebagian siswa.
Hasil pengamatan yang merupakan observasi kegiatan seharian penulis
dalam melaksanakan pembelajaran banyak siswa yang kurang kreatif, inovatif
bahkan mungkin menjadi pasif dan hanya sebagai penerima pengetahuan, sehingga
kemampuan dalam mencerna pelajaran kejuruan masih kurang.
Penulis menyadari untuk mengupayakan dan mengemas suatu proses
pembelajaran menjadi menarik, penulis akan mencoba menggunakan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa tinggi terhadap
pemanfaatan komponen belajar yang tersedia secara merata kepada seluruh siswa.
Komunikasi tanpa canggung sesama siswa merupakan temuan yang penulis coba
terapkan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Salah satu model
3

pembelajaran yang dapat digunakan dalam hal ini adalah metode pembelajaran
inquiry.
Penulis beranggapan bahwa metode pembelajaran inquiry dapat digunakan
untuk pembelajaran mongoperasikan peralatan pneumatik pada Kompetensi
Keahlian Teknik Elektronika Industri di SMK Muhammadiyah Kandanghaur
karena dengan metode ini diharapkan terjadi aktifitas siswa untuk lebih
meningkatkan keingintahuan siswa dalam pemahaman yang memuaskan pada
materi pembelajran mongoperasikan peralatan pneumatik, sehingga siswa dapat
meningkatkan keterampilannya dalam hal praktek, dimana dengan metode ini
menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikan, bermakna dan komunikatif.

1.2. Rumusan Masalah.


Kompetensi Kejuruan merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa SMK untuk menunjang kompetensi di kelas selanjutnya. Permasalahan yang
ada dalam proses pembelajaran adalah kesulitan siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar.
Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan beberapa pertanyaan
penelitian, sebagai berikut :
 Apakah motivasi belajar siswa dalam memahami materi mongoperasikan
peralatan pneumatik setelah menggunakan metode pembelajaran inquiry
dapat meningkat ?
 Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam materi
mengoperasikan peralatan pneumatik setelah menggunakan metode
pembelajaran inquiry ?
 Seberapa besar respon siswa terhadap penerapan metode pembelajaran
inquiry pada pembelajaran materi mongoperasikan peralatan pneumatik ?

1.3. Pemecahan Masalah.


4

Untuk mengatasi permasalah yang ada penulis mencoba untuk


menggunakan metoda pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
memotivasi belajar dan pretasi belajar siswa. Metoda pembelajaran yang penulis
gunakan adalah metode pembelajaran inquiry.
Penulis beranggapan bahwa metode pembelajaran inquiry dapat digunakan
karena untuk pembelajaran di SMK, alasan rasionalnya adalah bahwa siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kejuruan dan akan lebih
tertarik terhadap praktek jika mereka dilibatkan secara aktif dalam "melakukan"
praktek dengan menggunakan bahasa yang lebih komunikatif melalui teman
sebaya. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode
pembelajaran inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep
peralatan pneumatik dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa.
Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah
tersebut (Blosser, 1990).

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan dan
memperbaiki proses pembelajaran dengan metode pembelajaran
inquiry sehingga proses pembelajaran menyenangkan dan
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar
yang lebih baik.
1.4.2. Tujuan khusus, adalah :
 Mengetahui motivasi belajar siswa dalam memahami materi
mongoperasikan peralatan pneumatik setelah menggunakan
metode pembelajaran inquiry.
 Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam materi
mongoperasikan peralatan pneumatik setelah menggunakan
metode pembelajaran inquiry.
 Mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode
pembelajaran inquiry pada pembelajaran materi
mongoperasikan peralatan pneumatik.
5

1.5. Manfaat Penelitian


Diharapkan dari hasil penelitian didapatkan berbagai keuntungan yang
menjadikan konstribusi positif untuk berbagai pihak, terutama untuk peningkatan
motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik. Konstribusi yang positif dari temuan
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagi siswa, meningkatkan kualitas interaksi dan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, meningkatkan minat, motivasi, perhatian dan hasil belajar
siswa.
Bagi guru mata pelajaran produktif, meningkatkan kualitas proses
pembelajaran untuk menunjang keberhasilan pembelajaran., meningkatkan
keterampilan dalam menggunakan metoda mengajar yang bervariasi, memberikan
peningkatkan motivasi, minat, perhatian dan hasil belajar, meningkatkan efektivitas
proses pembelajaran dan menambah keterampilan dan wawasan, bahan acuan atau
pedoman yang bersifat alternatif untuk dapat dikembangkan dan diterapkan dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
Bagi sekolah, memberi input positif dalam hal kelengkapan jenis, model
pembelajaran yang dapat digunakan sehingga dapat meningkatakan prestasi hasil
belajar, serta mampu mengukur sendiri dari proses pembelajaran yang telah
berlangsung, sehingga dapat dilakukan suatu evaluasi untuk perbaikan di masa yang
akan datang.

Anda mungkin juga menyukai