Anda di halaman 1dari 9

Pada fase prototype terdapat 3 siklus.

Tiga siklus berupa desain, implementasi dan evaluasi formatif yang menghasilkan

menghasilkan tiga Prototipe (I-III) yang mempunyai umpan balik selama fase ini

berlangsung. Seluruh proses penelitian desain dengan berbagai siklus dan prototipe

diilustrasikan pada Gambar 3. Siklus 1 dan 2 difokuskan pada bagaimana caranya

menetapkan kondisi untuk digunakan (sub-pertanyaan 3), sementara Siklus 3 berfokus

pada bagaimana mentransformasikannya ketentuan untuk digunakan dalam tindakan

(sub-pertanyaan 4)

Siklus 1 (Prototipe I - Baseline 2008)

Umpan balik tentang Prototipe I didasarkan pada pembelajaran dari Tahap Awal

untuk didirikan kondisi untuk penggunaan umpan balik. Kriteria desain dan kualitas

untuk siklus ini (relevansi dan konsistensi) berpusat pada laporan dan elemen sesi
umpan balik dari umpan balik sistem.

Evaluasi formatif untuk siklus ini menggunakan penilaian para ahli pemantauan (n

= 3) dan pengguna sekolah (n = 15). Para ahli pemantauan diminta untuk mengevaluasi

laporan dan sesi umpan balik dan untuk memberikan laporan evaluasi singkat. Guru,

HoD dan kepala sekolah adalah diminta untuk mengomentari laporan, sesi umpan balik,

dan materi pendukung. Data dikumpulkan melalui teknik Delphi.

Teknik Delphi adalah pendekatan pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan kelompok yang tidak memerlukan interaksi tatap muka (Michigan State

University Extension, 1994). Masalah khusus diajukan dan peserta menyumbangkan

ide-ide mereka, dalam hal ini melalui faks dan email. Ini diikuti oleh serangkaian

kuesioner yang dirancang dengan hati-hati yang menggabungkan ringkasan dan

komentar dari babak sebelumnya untuk menghasilkan dan mengklarifikasi ide. Proses

diakhiri dengan ronde pemungutan suara dimana para peserta dapat menunjukkan

prioritas untuk proyek tertentu (Dunham, 1995; Illinois institut teknologi, ND; Michigan

State University Extension, 1994; Williams & Webb, 1994).

Dalam siklus ini peserta ditanya bagaimana penggunaan sistem umpan balik dapat

ditingkatkan dengan referensi khusus untuk sesi umpan balik, laporan dan dukungan

untuk memahami laporan.

Siklus tersebut menghasilkan pemisahan laporan dasar (secara tradisional

diberikan kepada sekolah-sekolah di Jakarta) mulai tahun ajaran setelah pengujian)

menjadi laporan dan manual terpisah. Laporan berkonsentrasi pada data untuk sekolah

tertentu berbeda dengan manual yang berfokus pada interpretasi data dan penjelasan

penilaian yang relevan untuk semua sekolah. Lebih lanjut perluasan manual terjadi,
dengan referensi khusus untuk analisis dan interpretasi di tingkat subtest, tautan

kurikulum, keandalan dan validitas data dari sistem umpan balik, seperti serta

interpretasi dan penggunaan data. Sesi umpan balik dengan sekolah juga dipersingkat

dari dua jam menjadi satu dan beberapa otomatisasi laporan (penggantian grafik manual

produksi dan transfer data) berlangsung untuk memfasilitasi peningkatan waktu

penyelesaian pelaporan.

Siklus 2 (Prototipe II - Tindak Lanjut 2008)

Evaluasi formatif Prototipe II lebih langsung difokuskan pada sesi umpan balik

dan mempekerjakan pengguna sekolah sebagai evaluator. Pertanyaan penelitian dan

evaluasi panduan untuk

Oleh karena itu siklus ini masih pertanyaan 3 (menetapkan kondisi yang sudah

ada sebelumnya untuk penggunaan data), tetapi dengan fokus pada sesi umpan balik

(kriteria evaluatif: relevansi, konsistensi dan kepraktisan). Data siklus kedua dihasilkan

melalui guru dan kepala sekolah kuesioner (n = 18 kuesioner).

Pedoman yang muncul dari evaluasi formatif untuk Siklus 2 semuanya terkait

dengan sesi umpan balik. Peningkatan waktu penyelesaian diperlukan untuk

meningkatkan relevansi, kegunaan dan kemanjuran umpan balik. Disarankan agar

umpan balik dikaitkan dengan sumber daya (materi untuk mendukung intervensi, seperti

pamflet dan situs web) dan saran untuk tindakan, sementara peluang untuk percakapan

dua arah antara administrator umpan balik dan pengguna sekolah diadvokasi. Ini bisa

difasilitasi dengan menciptakan suasana yang tidak menghakimi, konstruktif dan

mengundang partisipasi. Disarankan bahwa umpan balik harus jelas, singkat dan

sederhana (misalnya menggunakan grafik batang yang biasa digunakan oleh sebagian
besar guru) percakapan bisa fokus pada interpretasi dan aplikasi, tidak hanya

pemahaman data.

Siklus 3 (Prototipe III - Baseline 2009)

Untuk siklus ketiga, kuesioner (n = 28) kembali digunakan untuk guru, kepala

sekolah dan HoDs. Ini dilengkapi dengan pemeriksaan proses penggunaan data tiga

sekolah melalui pengamatan pertemuan sekolah (n = 3), jurnal reflektif untuk guru dan

wawancara (n = 10) dengan guru, HoD dan kepala sekolah. Evaluasi formatif

memeriksa fungsi format laporan baru dan seberapa baik sistem umpan balik

memfasilitasi transformasi umpan balik menjadi tindakan di sekolah. Tujuannya adalah

untuk menentukan bagaimana sekolah berinteraksi dengan umpan balik dan apa

hambatan atau faktor pendukung / pendukung untuk dipekerjakan umpan balik dalam

konteks spesifik setiap sekolah. Kriteria kualitas karena itu kepraktisan actual dan

kemanjuran yang diharapkan dengan referensi spesifik ke laporan dan cara umpan balik

tersebut digunakan di sekolah.

Pedoman desain untuk laporan untuk siklus ini menganjurkan peningkatan turn-

around lebih lanjut waktu melalui otomatisasi, tautan ke sumber daya yang

memfasilitasi penggunaan data dan dimasukkannya tambahan variabel-variabel seperti

kehadiran di pra sekolah untuk memungkinkan analisis data tambahan. Itu pengamatan

menggambarkan bahwa keseluruhan sistem harus mewujudkan penilaian untuk berbasis

data perencanaan dan pembelajaran. Penyajian data harus sedemikian rupa sehingga

memahami data itu mudah dan sumber daya lebih bisa dialokasikan untuk

implementasi. Misalnya, presentasi data memasukkan nilai rata-rata yang bertentangan

dengan garis regresi dan presentasi grafik juga tidak rumit dengan ukuran variasi, yang
bisa membingungkan pengguna sekolah. Link kurikulum dimaksudkan untuk

mendukung tindakan berbasis data serta penetapan target tindakan perbaikan dan

triangulasi berbagai sumber data seperti ruang kelas penilaian dan data SAMP.

Pada tahap prototype ini, setelah menganalisis fase preliminary kemudian

dilanjutkan dengan mengembangkan alur pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan RME. RME merupakan pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-

hal yang nyata bagi peserta didik, menekankan ketrampilan proses of doing

mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas

sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari

(teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan

masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak

lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara peserta didik berfikir,

mengkomunikasikan reasoning-nya, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai

pendapat orang lain.

Desain dimulai dengan merancang alur pembelajaran (HLT) yang berisikan tujuan

pembelajaran, aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan untuk memperoleh tujuan

kemuadian hipotesis atau dugaan sementara tentang bagaimana peserta didik belajar dan

berfikir dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Selanjutnya untuk

mengimplentasikanannya dirancang buku guru dan Buku Siswa. Hasil rancangan pada

tahap ini yang disebut Prototype 1.

Produk yang dikembangkan harus dipastikan valid, praktis dan efektif dengan

melakukan evaluasi fomatif yang dikemukakan oleh tessmer (1994). Adapun langkah-
langkah evaluasi formatif tersebut digambarkan pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Evaluasi Formatif pengembangan Tessmer dalam Plomp and Nieveen


(2013: 36)
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa dalam kegiatan evaluasi formatif ini

dilakukan revisi alur pembelajaran pada setiap tahapannya. Berikut tahapan-tahapan

yang akan dilakukan:

a. Evaluasi sendiri (self-evaluation)

Evaluasi sendiri adalah menilai hasil prototype yang telah disusun dengan

dibantu teman sejawat atau tim perancang (tessmer, 1993: 15). Dengan tujuan

untuk meninjau ulang kelengkapan komponen yang terdapat dalam produk yang

dikembangkan menggunakan daftar cek dari karakteristik atau spesifikasi produk.

Setelah produk dianalisis kemudian dilakukan revisi. Alur pembelajaran yang telah

direvisi berdasarkan evaluasi sendiri diberi nama Prototype 1.

b. Penilaian para pakar atau ahli (expert review)

Penilaian pakar atau ahli dilakukan dengan meminta pendapat ahli yang

berkaitan untuk memberikan penilaian dan saran terhadap produk sesuai dengan
bidang keahliannya untuk melihat validitas produk yang telah dirancang. Tinjauan

ahli adalah kegiatan dimana beberapa ahli melakukan tinjauan terhadap produk

perangkat pembelajaran yang masih kasar atau masih dalam rancangan untuk

menentukan kelebiahan dan kekurangannya (Tessmer, 1993: 47).

Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini didiskusikan dengan lima orang

yang terdiri dari tiga orang ahli pendidikan matematika, satu orang ahli bahasa, satu

orang ahli teknologi pendidikan. Setelah divalidasi dan direvisi maka dinamakan

dengan Prototype 2.

Tindak lanjut setelah kegiatan meminta pertimbangan validator tentang

kelayakan perangkat pembelajaran tergantung dari hasil validasi dari validator yang

dapat diklasifikasikan dalam tiga kemungkinan yaitu sebagai berikut.

a) Apabila hasil validasi menunjukkan valid dan layak tanpa revisi, maka

pengembangan alur pembelajaran siap dilanjutkan pada proses selanjutnya.

b) Apabila hasil validasi menunjukkan valid dan layak digunakan dengan revisi

kecil, maka dilaksanakan revisi kecil terhadap perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi siap dilanjutkan pada proses

selanjutnya.

c) Apabila hasil validasi menunjukkan tidak valid dan tidak layak, maka

dilaksanakan revisi besar. Hasil revisi harus divalidasi kembali oleh validator.

Kegiatan validasi ini memungkinkan terjadinya siklus (kegiatan validasi secara

berulang) sampai diperoleh perangkat pembelajaran yang valid dan siap

dilanjutkan pada proses selanjutnya.

c. Evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation)


Pada evaluasi satu-satu dilakukan dengan meminta saran pengguna produk

yaitu seorang guru dan tiga orang peserta didik untuk menilai dan memberi

tanggapan/komentar terhadap produk yang telah dirancang. Untuk Buku Siswa,

evaluasi satu-satu akan dilaksanakan kepada tiga orang peserta didik kelas VIII

SMP yang berbeda tingkat kemampuannya, yaitu berkemampuan tinggi, sedang,

dan rendah. Ketiga peserta didik tersebut akan dipilih dengan bantuan guru

matematika yang bersangkutan. Evaluasi ini akan dilakukan secara tatap muka

antara peneliti dengan peserta didik secara berurutan dari yang berkemampuan

tinggi, sedang, hingga yang rendah.

Tujuan evaluasi satu-satu adalah untuk melihat praktikalitas produk yang

dirancang, seperti mengidentifikasi kemungkinan kesalahan (error) seperti tata

bahasa yang kurang dimengerti, petunjuk yang kurang jelas, kemudahan

penggunaan, kemenarikan, dan kepuasaan. Instrumen yang digunakan adalah daftar

pertanyaan wawancara. Alur pembelajaran yang telah di validasi ahli dan direvisi

setelah dilaksanakan evaluasi satu-satu diberi nama Prototype 3.

d. Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation)

Evaluasi kelompok kecil (small group evalution) dilaksanakan dengan

menerapkan desain pembelajaran kepada sekelompok kecil peserta didik kelas VIII

SMP yang berbeda dengan peserta didik pada evaluasi satu-satu. Pada evaluasi

kelompok kecil desain pembelajaran diuji coba pada enam orang peserta didik yang

dipilih guru matematika. Masing-masing dua orang peserta didik mewakili

kelompok kemampuan tinggi, sedang dan rendah.


Pelaksanaan pada kegiatan evaluasi ini dilakukan sebanyak pertemuan yang

ada pada rancangan kegiatan dalam buku guru yang dirancang. Guru yang mengajar

pada kegiatan evaluasi ini adalah peneliti itu sendiri. Untuk mengamati

keterlaksanaan pembelajaran peneliti menyertakan seorang observer. Pada tahap ini

dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran untuk memperoleh informasi

tentang praktikalitas dan efektivitas produk.

Praktikalitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemudahan

penggunaan buku guru dan Buku Siswa, efisiensi waktu penggunaan buku guru dan

Buku Siswa, daya tarik terhadap buku guru dan Buku Siswa, buku yang digunakan

mudah dipahami serta bermanfaat dalam. Instrumen yang digunakan adalah lembar

observasi, daftar pertanyaan wawancara, angket, dan catatan lapangan.

Sementara uji efektivitas dilakukan untuk mengetahui dampak penggunaan

disain pembelajaran melalui buku guru dan Buku Siswa terhadap kemampuan

komunikasi matematis peserta didik khususnya pada topik Peluang. Produk yang

telah direvisi setelah dilaksanakan evaluasi kelompok kecil diberi nama Prototype

4.

Anda mungkin juga menyukai