Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta
didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite
sekolah, masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kurikulum.
Evaluasi input untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai
faktor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan
mengenai hal ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan perlu
adanya revisi atau pergantian kurikulum.
Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi
kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai
keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan, dan kelemahan
proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel
input terhadap proses.
Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan kurikulum
yang diimplementasikan dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang
menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi
mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standar, dan mengambil
keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti, atau dilanjutkan).
Kelemahan
Illumination
Model evaluasi illumination yaitu studi mengenai pelaksanaan program,
pengaruh faktor lingkungan, kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh
program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan
pada judgement (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan
program. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program,
proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
Konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan
selama proses pelaksanaan kurikulum yang sedang berlangsung. Konsep ini tidak
menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan yang disusun dalam tahap
perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi ini lebih berorientasi pada proses dan hasil
yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
Kegiatan pelaksanaan model evaluasi iluminatif memiliki tiga langkah kegiatan yaitu
observasi, inkuiri lanjutan dan usaha penjelasan.
Kelemahan
pandangannya tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program secara
menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari konsep
ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang kedua menyangkut segi
strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam
membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang ada.
Pengalaman-pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa studi perbandingan
semacam ini pada umumnya berakhir dengan kesimpulan ‘tidak adanya perbedaan
yang berarti.’
Keunggulan
Kelemahan
1. penekanannya terlalu berlebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan
evaluasi pendidikan. Aspek pengukuran memang diperlukan dalam proses
evaluasi, tapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses evaluasi itu
sendiri. Konsekuensinya, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu
dari program pendidikan yang ‘dapat diukur’, terutama hasil belajar yang
bersifat kognitif.
2. Hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah merupakan satu-satunya
indikator bagi keberhasilan kurikulum. Sebagai wahana untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada diri siswa, tidak terbatas hanya pada potensi
di bidang kognitif. Di samping itu, peranan evaluasi yang diharapkan akan
dapat memberikan input bagi penyempurnaan program dalam setiap tahap,
menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada
pengukuran hasil belajar saja, apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.
Model Evaluasi Pendidikan Vokasi
1. CIPP karena model ini memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi context
(konteks), evaluasi input (masukan), evaluasi process (proses), dan evaluasi
produk (hasil) (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 93). Keempat aspek tersebut
menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dianggap mencakup
keseluruhan dimensi kurikulum.
Context: yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan.
Input: bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
Process: pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
Product: keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.
Evaluasi Konteks
Menentukan konteks organisasi, mengidentifikasi sasaran program &
menilai kebutuhan kebutuhan mereka, mengidentifikasi peluang untuk
memenuhi kebutuhan mereka, mendiagnosis masalah-masalah yang
melatari kebutuhan itu,dan menilai apakah tujuan yang sudah
ditetapkan cukup responsif terhadap kebutuhan kebutuhan yang telah
dinilai itu
Evaluasi input
Mengidentifikasi & menilai kemampuan sistem, alternatif strategi
program, desain prosedur untuk menerapkan strategi, budget, & jadwal
program.
Evaluasi proses
Mengidentifikasi atau memprediksi, selama proses berlangsung,
kesalahan kesalahan desain prosedur atau pelaksanaannya;
memberikan informasi untuk mengambil keputusan yang belum
diprogramkan; dan mencatat dan menilai peristiwa peristiwa dan
aktivitas-aktivitas prosedural
Evaluasi produk
Mengumpulkan deskripsi dan penilaian tentang hasil-hasil program;
mengaitkan mereka dengan tujuan, konteks, input, dan proses; dan
menafsirkan keberhargaan dan manfaat program.
2. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang
sedang dikembangkan, model educational system evaluation, tampaknya
merupakan model yang paling tepat. Kelemahan masing-masing model yang
lain dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini.