Anda di halaman 1dari 9

MODEL EVALUASI KURIKULUM

Teori tentang evaluasi program, dampak, proses, tujuan,

Model CIPP (evaluasi secara komprehensif/utuh)


CIPP memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi context (konteks), evaluasi input
(masukan), evaluasi process (proses), dan evaluasi produk (hasil).

 Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai faktor guru, peserta
didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite
sekolah, masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kurikulum.
 Evaluasi input untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai
faktor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan
mengenai hal ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan perlu
adanya revisi atau pergantian kurikulum.
 Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi
kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai
keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan, dan kelemahan
proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel
input terhadap proses.
 Adapun tujuan utama dari evaluasi hasil adalah untuk menentukan kurikulum
yang diimplementasikan dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang
menggunakannya. Evaluator mengumpulkan berbagai macam informasi
mengenai hasil belajar, membandingkannya dengan standar, dan mengambil
keputusan mengenai status kurikulum (direvisi, diganti, atau dilanjutkan).

Kelebihan Model CIPP

1. Evaluator dapat melakukan evaluasi ketika program belum dimulai dan


selama program berlangsung
2. Model CIPP ditujukan untuk melayani kebutuhan orang-orang yang
merencanakan dan melaksanakan program
3. Keputusan dalam Model CIPP berupa penilaian apakah kebutuhan-kebutuhan
sasaran program sudah atau belum terpenuhi.
4. Model CIPP mencakup evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif atau
50 proaktif dimaksudkan untuk mengambil keputusan, sedangkan evaluasi
sumatif atau retroaktif terutama untuk memberikan informasi tentang
akuntabilitas. Evaluasi konteks, input, proses, dan produk dapat dipraktikkan
dalam rangka pengambilan keputusan peran formatif dan penyajian informasi
mengenai akuntabilitas peran sumatif.

Kelemahan

1. Karena terfokus pada informasi yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan


dan stafnya, evaluator boleh jadi tidak responsif terhadap masalah-masalah
atau isu-isu yang signifikan
2. Hasil evaluasi ditujukan kepada para pemimpin tingkat atas top management,
sehingga model ini bisa jadi tidak adil dan tidak demokratis
3. Model CIPP itu kompleks dan memerlukan banyak dana, waktu, dan sumber
daya lainnya

Illumination
Model evaluasi illumination yaitu studi mengenai pelaksanaan program,
pengaruh faktor lingkungan, kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh
program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan
pada judgement (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan
program. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program,
proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
Konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan
selama proses pelaksanaan kurikulum yang sedang berlangsung. Konsep ini tidak
menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan yang disusun dalam tahap
perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi ini lebih berorientasi pada proses dan hasil
yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.

Dasar konsep yang digunakan model ini adalah:

a) Sistem instruksi, diartikan sebagai katalog, perpekstus, dan laporanlaporan


kependidikan yang secara khusus berisi berbagai macam rencana dan pernyataan
yang resmi berhubungan dengan pengaturan suatu pengajaran.
b) Lingkungan belajar adalah lingkungan sosial-psikologis dan materi ketika guru
dan peserta didik berinteraksi

Kegiatan pelaksanaan model evaluasi iluminatif memiliki tiga langkah kegiatan yaitu
observasi, inkuiri lanjutan dan usaha penjelasan.

 Observasi : Mengamati kegiatan yang berlangsung dalam lembaga


pendidikan. Didukung wawancara, kuesioner, tes, dan studi documenter.

 Inkuiri Lanjutan : Pedomannya hasil observasi sebagai pemantapan validasi


isu, kecenderungan dan permasalahan-permasalahan, untuk menarik
kesimpulan.

 Penjelasan : Evaluator mennunjukan prinsip umum dan pola hubungan


sebab-akibat, sebagai penjelasan rasional berhasil atau gagalnya kegiatan
lingkungan pendidikan.

Keunggulan Illuminatif Model (mengarah ke implementasi program)


Menekankan pentingnya dilakukan penilaian yang kontinu selama proses
pelaksanaan pendidikan sedang berlangsung. Jarak antara pengumpulan data dan
laporan hasil penilaian cukup pendek sehingga informasi yang dihasilkan dapat
digunakan pada waktunya.

Keterbatasan Illuminatif Model


Kelemahan terutama terletak pada segi teknis pelaksanaannya yang meliputi:
1. Kegiatan penilaian tidak didahului oleh adanya perumusan kriteria secara
eksplisit.
2. Objektivitas penilaian yang dilakukan perlu dipersoalkan.
3. Adanya kecenderungan untuk menggunakan alat penilaian yang “terbuka”
dalam arti kurang spesifik dan berstruktur.
4. Tidak menekankan pentingnya penilaian terhadap program bahan-bahan
kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap perencanaan.

Educational System Evaluation (mengarah ke implementasi program)


Objek model evaluasi ini mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses,
dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program
dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan.
Model ini ditekankan pada peranan kriteria dalam proses evaluasi yang
memberikan ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Tanpa kriteria kita tidak akan dapat
menghasilkan suatu informasi yang menunjukkan ada tidaknya kesenjangan,
sedangkan informasi semacam inilah yang diharapkan dari hasil evaluasi.
Sehubungan dengan ruang lingkup evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya
evaluasi itu dilakukan terhadap berbagai dimensi program, tidak hanya hasil yang
dicapai, tapi juga input dan proses yang dilakukan.
Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap
dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi
dan judgement. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan
penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input
(bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih
luas. Jenis data yang dikumpulkan berupa data objektif dan subjektif (judgement
data). Cara-cara/ pendekatan yang ditempuh dalam kegiatan evaluasi yaitu dengan:
A. Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal.
B. Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal
yaitu performance program yang lain.
C. Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis
dokumen.

Keunggulan: mengemukan perlunya penilaian dilakukan terhadap berbagai dimensi


system secara menyeluruh, tidak hanya hasil yang dicapai saja, melainkan juga
input dan proses yang dilakukan tahap demi tahap. Hal ini penting agar
penyempurnaan system dapat dilakukan pada setiap tahap sehingga kelemahan
yang masih terlihat pada suatu tahap tertentu tidak dibawa ke tahap berikutnya.

Kelemahan
pandangannya tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program secara
menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari konsep
ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang kedua menyangkut segi
strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam
membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang ada.
Pengalaman-pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa studi perbandingan
semacam ini pada umumnya berakhir dengan kesimpulan ‘tidak adanya perbedaan
yang berarti.’

Congruence (kesesuaian tujuan dan hasil yg dicapai)


Evaluasi model congruence merupakan pemeriksaan kesesuaian antara tujuan
pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan
hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka
penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada
pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar
dalam bentuk kognitif, psikomotorik maupun sikap.
Konsep ini telah menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk
mengkaji efektivitas kurikulum yang sedang dikembangkan. Dengan mengkaji
efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, hal ini
akan memberikan balikan kepada pengembang kurikulum tentang tujuan-tujuan
mana yang sudah dan belum dicapai.
Yang menjadi perhatian konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan hasil
belajar. Pelaksanaan evaluasi konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai
dilaksanakan. Informasi yang dihasilkan berupa tujuan-tujuan mana yang telah dan
yang belum dapat dicapai.
Keunggulan
Keunggulan model ini adalah umbangannya yang sangat berarti dalam hal
penekannya terhadap pentingnya objektivitas dalam proses penilaian. Aspek
objektivitas yang ditekankan oleh model ini perlu dijadikan landasan yang terus-
menerus dalam rangka mengembangkan sistem penilaian pendidikan. Di samping
itu evaluasi dalam model ini memungkinkan untuk melakukan analisis intrumen dan
hasil evaluasi secara statistik.
Kelemahan
Kelemahan dari model ini adalah tidak menjadikan input dan proses
pelaksanaan sebagai objek penilaian secara langsung. Dengan model pre da pos
tes informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab pertanyaan tentang tujuan-
tujuan mana yang telah dan belum dicapai. Pertanyaan tentang mengapa tujuan-
tujuan tertentu belum dapat dicapai belum dapat dijawab. Pendekatan ini membantu
pengembang kurikulum dalam menentukan bagian-bagian mana dari sistem yang
masih lemah, tetapi kurang membantu di dalam mencari jawaban tentang segi-segi
apa yang masih lemah dan bagaimana kemungkinan mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut .

Measurement menilai dari hasilnya (prestasi siswa)


Evaluasi yang menekankan pada pengukuran perilaku siswa. Hasil evaluasi
digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan
perbandingan efektivitas antara dua atau lebih metode pendidikan. Objek evaluasi
dititikberatkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif yang dapat diukur
melalui skor hasil tes.
Konsep measurement menekankan terhadap pentingnya objektivitas dalam
proses evaluasi. Aspek objektivitas ini perlu dijadikan landasan dalam rangka
mengembangkan konsep dan sistem evaluasi. Pendekatan yang digunakan oleh
konsep ini sangat besar pengaruhnya dalam berbagai kegiatan pendidikan, seperti
seleksi dan klasifikasi siswaa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan penelitian
pendidikan.
Model evaluasi ini terbatas hanya mengenai hasil belajar yang bersifat kognitif.
Padahal hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah satu-satunya indikator bagi
keberhasilan suatu kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada diri siswa.

Keunggulan

1. Konsep measurement menekankan pentingnya objektivitas dalam proses


evaluasi yang dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep dan sistem
evaluasi kurikulum.
2. pendekatan yang digunakan oleh konsep ini masih sangat besar
pengaruhnya dan dirasakan faedahnya dalam berbagai kegiatan pendidikan,
seperti seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan
penelitian pendidikan.

Kelemahan
1. penekanannya terlalu berlebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan
evaluasi pendidikan. Aspek pengukuran memang diperlukan dalam proses
evaluasi, tapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses evaluasi itu
sendiri. Konsekuensinya, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu
dari program pendidikan yang ‘dapat diukur’, terutama hasil belajar yang
bersifat kognitif.
2. Hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah merupakan satu-satunya
indikator bagi keberhasilan kurikulum. Sebagai wahana untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada diri siswa, tidak terbatas hanya pada potensi
di bidang kognitif. Di samping itu, peranan evaluasi yang diharapkan akan
dapat memberikan input bagi penyempurnaan program dalam setiap tahap,
menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada
pengukuran hasil belajar saja, apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.
Model Evaluasi Pendidikan Vokasi

1. CIPP karena model ini memiliki empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi context
(konteks), evaluasi input (masukan), evaluasi process (proses), dan evaluasi
produk (hasil) (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 93). Keempat aspek tersebut
menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dianggap mencakup
keseluruhan dimensi kurikulum.
Context: yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan.
Input: bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
Process: pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
Product: keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.
 Evaluasi Konteks
Menentukan konteks organisasi, mengidentifikasi sasaran program &
menilai kebutuhan kebutuhan mereka, mengidentifikasi peluang untuk
memenuhi kebutuhan mereka, mendiagnosis masalah-masalah yang
melatari kebutuhan itu,dan menilai apakah tujuan yang sudah
ditetapkan cukup responsif terhadap kebutuhan kebutuhan yang telah
dinilai itu
 Evaluasi input
Mengidentifikasi & menilai kemampuan sistem, alternatif strategi
program, desain prosedur untuk menerapkan strategi, budget, & jadwal
program.
 Evaluasi proses
Mengidentifikasi atau memprediksi, selama proses berlangsung,
kesalahan kesalahan desain prosedur atau pelaksanaannya;
memberikan informasi untuk mengambil keputusan yang belum
diprogramkan; dan mencatat dan menilai peristiwa peristiwa dan
aktivitas-aktivitas prosedural
 Evaluasi produk
Mengumpulkan deskripsi dan penilaian tentang hasil-hasil program;
mengaitkan mereka dengan tujuan, konteks, input, dan proses; dan
menafsirkan keberhargaan dan manfaat program.
2. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang
sedang dikembangkan, model educational system evaluation, tampaknya
merupakan model yang paling tepat. Kelemahan masing-masing model yang
lain dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini.

Terlepas dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang


bersifat khusus, model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan:
a) Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan efektifiyas
kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada, model measurement tepat
untuk digunakan.
b) Untuk mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk
menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran,
model congruence tergolong ampuh untuk digunakan.
c) Akhirnya, bila kita ingin memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang
proses pelaksanaan kurikulum beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
model illumination akan sangat membantu.

Anda mungkin juga menyukai