Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

TEKNOLOGI PENGELASAN DAN FABRIKASI LOGAM


Dosen: Dr. Mujiyono, M.T.
NAMA : IMAM MUHTAROM
NIM : 2072251005
PRODI : S2 PTM 2020
1. BUATLAH GAMBAR YANG MENDISKRIPSIKAN DAERAH LAS (weldment, fusion line, haz)
DAN JELASKAN PROBLEM-SOLVING UNTUK MASING-MASING DAERAH (ZONE)
TERSEBUT

➢ Weldment: daerah dimana logam filler (elektroda/logam tambahan) mencair saat


proses pengelasan, logam lasan ini terdiri dari logam induk dan filler metal (elektroda)
yang mencair saat proses pengelasan.
Problem: Pada daerah lasan sering terjadi cacat logam sebagai berikut:
1. Undercut: cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk cacat ini
seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk.
Solving: Menyesuaikan arus pengelasan, sesuaikan ampere yang direkomendasikan
di bungkus elektroda atau WPS (Welding Procedure Specification), kecepatan las
diturunkan, panjang busur diperpendek atau setinggi 1,5 x diameter elektroda,
sudut kemiringan 70-80 derajat (menyesuaikan posisi), dan lebih sering berlatih
untuk mengayunkan yang sesuai dengan kemampuan.
2. Cacat Porositas: cacat pengelasan berupa lubang lubang kecil pada weld metal
(logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya.
Solving: Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan), jangan
sampai kawat las terkena air atau lembab, atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x
diameter kawat las, ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari
produsen elektroda, persiapan pengelasan yang benar, pastikan tidak ada pengotor
dalam benda kerja, untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi
sehingga perlu perlakukan panas.
3. Slag Inclusion: cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan,
yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses
pengelasan)
Solving: Pastikan lasan benar benar bersih dari slag sebelum mengelas ulang,
ampere disesuaikan dengan prosedur, busur las disesuaikan, sudut pengelasan
harus sesuai, sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).
4. Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh mencairnya
tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur menjadi satu
dengan weld metal.
Solving: Tungsten harus diruncingkan sebelum digunakan untuk mengelas, jarak
harus disesuaikan, ampere mengikuti range yang ada di prosedur.
5. Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada
daerah root atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada
daerah root tidak tembus atau reinforcemen pada akar las berbentuk cekung.
Solving: Travel speed disesuaikan dengan WPS, Standar gap atau root opening 2-4
mm, standar jarak elektroda 1,5 x diameter elektroda, dan sesuaikan ampere
dengan Welding Procedure.
6. Hot Crack (retak panas): sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi
setelah proses pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan.
Solving: gunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang
mempunyai sifat regangan yang tinggi, dan lakukan perlakuan panas (PWHT dan
Preheat)
7. Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan
setelah beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari)
proses pengelasan selesai.
Solving: Perlambat pendinginan setelah proses pengelasan, panas yang diterima
sesuaikan dengan WPS, gunakan arus yang direkomendasi, travel speed pengelasan
tidak terlalu cepat (lihat WPS yang ada), lakukan pre heat (untuk material yang
karbon ekuivalen diatas 0,40 maka harus dipreheat).
8. Distorsi pada pengelasan adalah sebuah perubahan bentuk material yang
diakibatkan panas yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung
Solving: Sesuaikan arus dengan yang ada di WPS, take weld (las ikat) ditambah atau
memberikan stopper (penguat pada logam induk), lakukan persiapan pengelasan
yang benar.

➢ HAZ (Heat Affected Zone): Bagian dari logam Induk (Base Metal) yang terkena pengaruh
panas saat proses pengelasan atau proses pemotongan (thermal cutting) namun tidak
ikut mencair atau meleleh.
Problem: Pada daerah ini biasanya nilai ketangguhan turun namun nilai kekerasan
meningkat dan daerah yang paling rawan mengalami kegetasan yang diakibatkan oleh
perubahan struktural pada logam.
Solving: 1) bisa dengan mengurangi pembentukan HAZ; 2) perawatan pasca formasi
HAZ.
1. mengurangi pembentukan HAZ: mengoptimalkan parameter pengelasan dan
mengatur mesin pada kinerja optimal.
2. Melakukan heat treatment untuk mendapatkan logam yang diinginkan.
Misalnya, hardening untuk meningkatkan kekerasan pada material, normalizing
untuk memperhalus butir, menghilangkan tegangan sisa, memperbaiki mampu
mesin, dan memperbaiki sifat mekanik pada baja karbon struktural atau pada baja
paduan rendah, case hardening untuk material atau komponen yang
membutuhkan permukaan tahan aus dan inti yang kuat roda gigi, lengan silinder,
dan sebagainya.
➢ Garis Penyatuan (Fusion Line): Batas antara daerah HAZ dan daerah Logam Las.
Problem and Solving:
1. Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah hasil pengelasan yang tidak dikehendaki
karena ketidaksempurnaan proses penyambungan antara logam las dan logam
induk.
Solving: perbaiki Posisi Sudut Elektroda, naikkan ampere sesuai dengan WPS atau
Ampere Recommended, sudut kampuh sesuai dengan yang di WPS, Melakukan
persiapan pengelasan yang benar, membersihkan semua kotoran, atur Travel Speed
yang sesuai.
2. Hot Crack (retak panas): sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi
setelah proses pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan.
Solving: gunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang
mempunyai sifat regangan yang tinggi, dan lakukan perlakuan panas (PWHT dan
Preheat)
3. Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan
setelah beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari)
proses pengelasan selesai.
Solving: Perlambat pendinginan setelah proses pengelasan, Panas yang diterima
sesuaikan dengan WPS, gunakan arus yang direkomendasi, travel speed pengelasan
tidak terlalu cepat (lihat WPS yang ada), lakukan pre heat (untuk material yang
karbon ekuivalen diatas 0,40 maka harus dipreheat).
2. BUATLAH DIAGRAM ATAU GAMBAR YANG MENDISKRIPSIKAN TENTANG DEFINISI WELDING
3. BUATLAH DIAGRAM ATAU GAMBAR YANG MENDISKRIPSIKAN TENTANG DEFINISI
SOLDERING

1. Soldering

Soldering adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan


melumerkan dan mengalirkan filler metal (logam pengisi) diantara sendi sambungan,
dimana filler metal memiliki titik lumer yang lebih rendah dari pada logam yang akan
disambung.

Ciri-ciri:

1. Logam yang akan disambung tidak ikut meleleh pada proses soldering.
2. Titik lumer filler metal pada soft soldering berada di bawah temperatur 400°C,
sedangkan titik lumer filler metal pada hard soldering berkisar 450°C.
3. Filler metal yang digunakan pada soft soldering merupakan paduan timah
sedangkan pada hard soldering paduan timah dengan tembaga (40% tembaga)
4. Hard soldering sering disebut juga silver soldering atau brazing.
5. Hasil sambungan dari hard soldering lebih kuat dan lebih baik dibandingkan soft
soldering
2. Soft Soldering (Solder Lunak)

Solder lunak adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan
menggunakan paduan logam yang titik didihnya tergolong rendah, misalnya timah yang
memiliki titik didih berkisar 400oC/752oF. Biasanya, soft soldering digunakan untuk
penyambungan material elektronik. Ikatan logam soft soldering tergolong lemah
dibandingkan dengan ikatan hard soldering. Beberapa contoh logam penyolderan lunak
ini diantaranya adalah seng-seng untuk ikatan aluminium, timah-timah untuk
penggunaan umum; seng-aluminium untuk aluminium, kadmium-perak untuk daya
pada suhu tinggi; timah-perak untuk kekuatan yang lebih tinggi dari suhu ruangan,
timah-perak & timah-bismut untuk produk listrik.
3. Hard Soldering (Solder Keras)

Solder Keras adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan
menggunakan paduan logam yang titik didihnya lebih dari 450oC/840oF. Titik cair bahan
tinggi menciptakan ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan solder lunak. Bahan ini
biasanya kuningan atau perak dan membutuhkan penggunaan nyala api untuk meleleh.
Logam yang diikat dikenal sebagai logam dasar, dipanaskan sampai titik di mana solder
kuningan atau perak meleleh, menciptakan sambungan yang kuat saat mendingin.
4. Silver Soldering (Solder Perak)

Solder Perak adalah adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan
menggunakan paduan logam perak sebagai bahan solder (logam pengisi). Silver
soldering digunakan untuk menggabungkan potongan tembaga, kuningan atau perak.
Hard soldering dibagi menjadi silver soldering dan braze soldering. Meskipun logam
perak meleleh pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan kuningan namun
harganya lebih mahal.
5. Braze Soldering (Brazing)

Braze Soldering adalah proses penyambungan dua terminal logam dasar yang
menghasilkan persendian sambungan yang sangat kuat. Brazing memanfaatkan logam
kuningan sebagai agen pengisi ruang yang memiliki titik cair lebih tinggi dibandingkan
perak.

4. BUATLAH VIDEO KOMPILASI TERKAIT WELDING (dengan narasi dan tulisan)

Video terupload di youtube saya:

Link: https://www.youtube.com/watch?v=8MUEQBe1ebE&ab_channel=ImamMuhtarom

Anda mungkin juga menyukai