Anda di halaman 1dari 7

A.

Goal-oriented evaluation
Model Goal Oriented Evaluation, adalahmodel evaluasi yang dikemukakan
oleh Tyler, Model evaluasi yang berorietasi pada tujuan cocok diterapkan untuk
mengevaluasi program yang jenisnya pemrosesan dalam bentuk pembelajaran.
Peninjauan atas keterlaksanaan tujuan, dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dan kontiniu yang
bertujuan untuk menilai sejauhmana program telah tercapai.
Tujuan dari evaluasi ini pada tujuan untuk melakukan pengukuran terhadap
kemajuan dan efektivitas inovasinya. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan seberapatinggi
hasil belajar yang dicapai peserta setelah mengikuti program yang ditentukan. Model ini
dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yag
dapat diukur.

B. Evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation)


Tokoh dalam model evaluasi ini adalah Sriven. Evaluasi harus mengukur
pengaruh program dan didasarkan pada kriteria program. Secara esensial evaluasi
diartikan sebagai pengumpulan data secara umumtentang pengaruh aktual. Evaluasi juga
menilai pentingnya pengaruh tersebut dalam mencapaikebutuhan yang ditentukan. Ada
empat alasan untuk melakukan evaluasi bebas tujuan yaitu:
1. Untuk menghindari resiko dari keterbatasan tujuan program danmenghindari
hilangnya resiko dari keterbatasan tujuan programdan menghindari hilangnya hasil-
hasil kegiatan yang tidak terantisipasi
2. Untuk mengubah konotasi negatif dari dampak yang tidak dikehendaki
3. Untuk mengurangi bias pemikiran dalam evaluasi
4. Menjaga objektivitas dan independensi evaluator.
Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi judgement ataupun
explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia
informasi. Ciri-ciri evaluasi bebas tujuan yaitu:
1. Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
2. Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus
evaluasi
3. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang
direncanakan
4. Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal
mungkin
5. Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan

C. CIPP Model (Stufflebeam’s Model)


Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, model CIPP yang merupakan sebuah
singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, and Product,
yang merupakan komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain,
model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sebuah sistem.
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan danoperasional sebuah
program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang
komprehensif/menyeluruh pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan,
proses, dan produk.
Model CIPP ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program
pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme
pelaksanaan program itu sendiri. Dalam hal ini, Stufflebeam melihat tujuan evaluasi
sebagai:
1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilaikeputusan
alternatif
2. Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaatprogram pendidikan
atau obyek
3. Membantu pengembangan kebijakan dan program

Dalam konteks pendidikan, Sudjana dan Ibrahim (2004:246) menerjemahkan


masing-masing dimensi CIPP tersebut dengan makna:
1. Context, merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan
dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan,
situasi ini merupakan faktor eksternal
2. Input, menyangkut sarana, modal, bahan, dan rencana strategi yangditetapkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, komponen input meliputisiswa, guru, desain, saran, dan
fasilitas
3. Process, merupakan pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana,modal, dan bahan di
dalam kegiatan nyata di lapangan, komponenproses meliputi kegiatan pembelajaran,
pembimbingan, dan pelatihan
4. Product, merupakan hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhirpengembangan
sistem pendidikan yang bersangkutan, komponenproduk meliputi pengetahuan,
kemampuan, dan sikap (siswa dan lulusan)

D. CSE-UCLA Evaluation Model


CSE-UCLA adalah akronim dari Center for the Study of Evaluation-University of
California in Los Angeles. Fernandes sebagaimana dikutip Arikunto dan Jabar (2009:44)
memaparkan bahwa langkah-langkah dari model CSE-UCLA menjadi empat tahap yaitu:
1. Need assessment. Pada tahap pertama ini yaitu analisis kebutuhan, evaluator
memusatkan perhatian pada penentuan masalah pertanyaan yang dapat diajukan
yaitu:
a. Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengankeberadaan
program?
b. Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanyapelaksanaan
program ini?
c. Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui programini?
2. Program planning, evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan
program dan mengarahkan pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada
tahap pertama.
3. Formative evaluation, evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program.
Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program karena
harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembang program.
4. Summative evaluation, evaluator diharapkandapat mengumpulkan semua data
tentang hasil dan dampak dariprogram. Melalui evaluasi sumatif ini diharapkan dapat
diketahuiapakah tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai danjika
belum dicari bagian mana yang dan apa faktor-faktor penyebabnya.

E. Contenance Evaluation Model (Stake Model)


Model evaluasi program yang diperkenalkan oleh Stake dikenal dengan model
Countenance (keseluruhan). Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan.
Maksudnya evaluator mempertimbangkan program dengan membandingkan kondisi hasil
evaluasi program dengan yang terjadi di programlain, dengan objek sasaran yang sama
dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan
oleh program tersebut.
Tujuan dari model Countenance Stake adalah melengkapi kerangkauntuk
pengembangan suatu rencana penilaian kurikulum. Untuk melakukan evaluasi ini
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1. Pengumpulan data yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data
dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pulamelalui wawancara. Sebelum
melakukan pengumpulan data, maka para evaluator harus bertemu terlebih dahulu
untuk membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan antecedents, transaksi dan
hasil.
2. Analisis Data, dilakukan meliputi analisis logis dan empirik. Analisis logis diperlukan
dalam memberikan pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal,
transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan. Selanjutnya analisis empirik, pada dasar
bekerjanya sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalahdata empirik.
3. Analisis congruence (kesesuaian), merupakan analisis, di mana evaluato
rmembandingkan antara apa yang dikemukakan dalam tujuan (inten) dengan apa yang
terjadi dalam kegiatan (observasi). Dalam hal ini evaluator menganalisis apakah yang
telah direncanakan dalam tujuan telah sesuai dengan pelaksanaanya di lapangan atau
terjadi penyimpangan.
4. Pertimbangan hasil mengenai program yang sedang dikaji. Untuk itu, evaluator
memerlukan standar.
F. Formative-Summative Model
Scriven adalah ahli yang pertama sekali membedakan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif didefinisikan sebagai proses menyediakan
danmenggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam
meningkatkan kualitas produk atau program yang dirancang. Evaluasi formatif bertujuan
untuk menentukan apa yang harus ditingkatkan ataudirevisi agar produk atau program
tersebut lebih sistematis, efektif dan efisien. Evaluasi formatif dilaksanakan selama
program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program
untuk perbaikan program.
Langkah-langkah pada evaluasi formatif adalah sebagai berikut:
1. One-to-one evaluation dengan prosedur yang ditempuh mendatangi expert (ahli
materi, ahli desain, ahli bahasa dan ahli lainnya, pengembang menjelaskan proses
yang dilaksanakan, dan meminta judgement dari expert. Instrumen yang digunakan
adalah wawancara dan lembar penilaian dalam bentuk kuesioner. Prosedur yang
ditempuh adalah:
a. Menjelaskan maksud evaluasi yaitu mendapatkan catatan masukan terhadap
produk atau program yang dirancang
b. Memotivasi subjek pengguna mengikuti kegiatan evaluasi dengansebaik-baiknya
dalam waktu yang telah ditentukan yaitu denganmengikuti secara seksama
c. Memberikan tes yang bertujuan untuk melihat bagian-bagian yangdigunakan
masih perlu diperbaiki atau tidak
d. Memotivasi subjek pengguna untuk memberikan komentar denganleluasa
menyimpulkan implikasinya terhadap perbaikan secara komprehensif
2. Small group evaluation, yang dilakukan kepada sepuluh subjek pengguna. Prosedur
yang ditempuh adalah:
a. Menyampaikan tujuan diadakannya evaluasi yaitu mendapatkanumpan balik
dalam rangka merevisi produk atau program
b. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan mendorong subjekpengguna
untuk memberikan catatan masukan dan saran
c. Memberikan produk atau program yang akan dievaluasi kepada subjekpengguna
d. Mencatat seluruh masukan dan saran
e. Melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam
3. Field trial evaluation atau ujicoba lapangan dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Menentukan subjek pengguna yang menjadi sasaran ujicoba lapangan.’
b. Menyiapkan fasilitas, alat-alat dan lingkungan sesuai dengan strategidan bentuk
kegiatan yang telah ditentukan
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan materi/bahan dan bentuk kegiatan
d. Mencatat informasi tentang kualitas proses dan bahan/materi yang dilakukan
dengan memberikan kuesioner dan pedoman wawancara
e. Melakukan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui efektivitas kegiatan.
Berdasarkan hasil data kuesioner, wawancara, dan observasi, sertates yang
diperoleh dari aktivitas ujicoba lapangan dilakukan revisi akhirdari produk atau
program yang didesain.

Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberiinformasi kepada


pengguna yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program. Penemuan hasil pada
evaluasi sumatif ini akan diberikan kepada konsumen/ pengguna. Pada evaluasi formatif,
audiensinya adalah personalia program, Pada evaluasi sumatif, audiensinya termasuk
konsumen yang potensial seperti siswa, guru, dan lain-lain yang terlibat dalam program.
Evaluasi sumatif mengarah ke arah keputusantentang kelanjutan program, berhenti atau
program diteruskan, pengadopsian,dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sangatlah penting karena keputusan diperlukan
selama proses, tingkat pengembangan proyek, untuk memperbaiki, dan memperkuat lagi
sesudah stabil, untuk menilai manfaat atau menentukan masa depan program.

G. Discrepancy Model
Discrepancy model atau model kesenjangan digagas oleh Malcolm Provus yaitu
evaluasi yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahuitingkat kesesuaian antara
standar yang telah ditentukan dalam programdengan penampilan aktual dari program
tersebut. Langkah-langkah dalam model kesenjangan ini adalah:
1. Penyusunan desain
a. Merumuskan tujuan program
b. Menyiapkan klien, staf dan kelengkapan lain
c. Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjukpada sesuatu yang
dapat diukur
2. Pemasangan instalasi (installation).
Tahap ini melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang
diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Meninjau kembali penetapan standar
b. Meninjau program yang sedang berjalan
c. Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai.
3. Proses (process), mengadakan penilaian tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai.
Dalam hal ini adalah mengumpulkan data daripelaksanaan program.
4. Pengukuran tujuan (product), mengadakan analisis data dan menetapkan
tingkatoutput yang diperoleh.
5. Pembandingan (programme comparison). Tahap ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai dengantujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator
menuliskan semua penemuan tentang kesenjangan untuk disajikan kepada pengambil
keputusan, agar dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut.

Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsini & Cepi Safruddin. 2010. “Evaluasi Program Pendidikan”. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Ananda, Rusydi & Tien Rafida. 2017. “Pengantar Evaluasi Program Pendidikan”.
Medan: Perdana Publishing
Wirawan. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali
Pers

Anda mungkin juga menyukai