Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT dengan kehendak-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Evaluasi Program.

Makalah ini berjudul “Penyusunan Alat Evaluasi Program”. Harapan kami nsemoga
makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman
bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat
memperbaikibentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami tidak menutup
kemungkinan dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan.

Oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan kedepannya.

Padang, 10 Oktober 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. PEDOMAN OBSERVASI...................................................................................................5
B. PEDOMAN WAWANCARA..............................................................................................6
C. SKALA PENILAIAN...........................................................................................................6
D. LATIHAN.............................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN...................................................................................................................11
B. SARAN...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi program pelatihan dan pengembangan tidak hanya dilaksanakan pada
akhir kegiatan program, tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu mulai dari penyusunan
rancangan program pelatihan dan pengembangan, pelaksanaan program pelatihan dan hasil
dari pelatihan. Penilaian hasil pelatihan tidak cukup hanya pada hasil jangka
pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact
program). Ada berbagai macam model evaluasi program yang dapat dipilih untuk
mengevaluasi program pelatihan. Model mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan
maupun kemampuan evaluator.
Siapapun yang ditunjuk menjadi evaluator, agar hasil evaluasi dapat maksimal maka
kompetensi evaluator harus dipertimbangkan. Langkah-langkah yang dilakukan saat
melakukan evaluasi program pelatihan dan pengembangan harus terlaksana secara rinci dan
detail agar dapat mengetahui dengan benar bagaimana penyimpangan yang terjadi pada
program pelatihan dan pengembangan. Salah satu hambatan dalam evaluasi ini adalah
banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap pelaksanaan evaluasi program pelatihan dan
pengembangan.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu pedoman observasi ?
2. Apa itu pedoman wawancara?
3. Apa itu skala penilaian?
4. Dan apa itu latihan ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang menjadi rumusan masalah

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEDOMAN OBSERVASI
Pedoman observasi merupakan proses pemeriksaan dokumen dapat
memberi informasi secara tepat dan akurat, maka diperlukan pedoman atau
panduan yang akan mengarahkan pemeriksa terhadap aspek yang perlu dilakukan
secara sistematis (Sedarmayanti, 2011:92).
Pedoman observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yang
tujuannya adalah untuk mengumpulkan data dengan cara menayakan sendiri
kepada objek yang sedang di teliti. Adapun contoh pedoman observasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Contoh Pedoman Observasi

No.
Kondisi Lapangan Keterangan
1. Kondisi Fisik
a. Kondisi fisiologis
daerah penelitian
b. Ketinggian tempat
c. Kemiringan lereng
d. Curah hujan rata-rata
e. Jenis tanah
f. Penggunaan lahan
2. Kondisi Sosial
a. Jumlah penduduk
b. Komposisi penduduk berdasarkan
mata pencaharian
c. Jenis bangunan rumah penduduk
1) Permanen
2) Semi permanen
3) Panggung

5
B. PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan


menggunakan tanya jawab antara peneliti dan responden. Pedoman wawancara ini
digunakan kepada petani karet, pemilik lahan karet, dan pengepul karet yang ada
di Desa Labuhan Mulya Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji. Adapun
contoh pedoman wawancara dapat dilihat pada Tabel berikut:
Contoh Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


1. Sejak kapan mulai ada petani karet di
Desa Labuhan Mulya?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu menjadi
petani karet?
3. Berapakah luas kebun karet yang
bapak/ibu miliki?
4. Bagaimana Teknik sadap yang
bapak/ibu gunakan?
5. Berapa pendapatan rata-rata perbulan
bapak/ibu dari hasil karet?

C. SKALA PENILAIAN
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku
individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki
kesamaan dengan ceklis. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis. Karena
ceklis digunakan untuk menandai apakah sebuah perilaku hadir atau tidak, sedangkan
skala penilaian menghendaki penilaian dilakukan menurut pertimbangan kualitatif
menyangkut tingkat kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala penilaian
mengandung  seperangkat karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan
menggunakan suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu
daftar yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara

6
bertingkat, sehingga observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau
ciri-ciri tingkah laku itu muncul.
Adapun gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala
penelitian, antara lain: partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan partisipasi siswa
dalam kegiatan diskusi, kegiatan belajar dengan sistem modul, kehadiran siswa dalam
mengikuti pelajaran di kelas, kebiasaan mengganggu teman, ketrampilan di dalam kelas,
dan lain-lain topik yang relevan dengan kehidupan di sekolah.
1.    Bentuk-bentuk Skala Penilaian
Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif;
(3) grafis. Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-satu.
1)  Skala penilaian kuantitatif
Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk bilangan atau angka. Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah
karakteristik yang hadir. Sejumlah nomor yang berurutan ditentukan untuk
mendeskripsikan kategori-kategori.
2)   Skala penilaian deskriptif
Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang
mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala
berbentuk kata-kata diskriptif.
3) Skala penilaian dengan grafis
Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian (continuum). Satu set kategori
dideskripsikan pada poin-poin tertentu sepanjang baris, namun penilai dapat
menandai keputusannya pada salah satu tempat pada baris tersebut. Sebagai
tambahan, skala penilaian grafis menyediakan gambaran serangkaian visual yang
membantu penilai meletakkan posisi jawaban secara benar
2. Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian
Terdapat tiga tahap penyelenggaraan kegiatan observasi dengan teknik skala
penilaian, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil.
Tahap persiapan meliputi: langkah penetapan topik, langkah penentuan
variabel, indikator, prediktor, item-item  pernyataan, langkah penentuan alternatif

7
skala, langkah penentuan kriteria, langkah penyusunan pedoman observasi. Tahap
pelaksanaan, meliputi: langkah-langkah penyiapan pedoman observasi, pengambilan
atau penentuan posisi observasi, dan pengamatan perilaku observee serta pencatatan
dengan skala. Selanjutnya tahap ketiga, analisis hasil, meliputi: langkah-langkah
penyusunan data hasil observasi dan penyimpulan data.
3.     Penggunaan Skala Penilaian
            Satu bentuk skala penilaian yang sangat akrab digunakan adalah skala laporan
dalam bentuk kartu. Sekolah-sekolah kadang-kadang menggunakan skala penilaian
untuk melaporkan cirri-ciri perkembangan personal dan social dalam bentuk kartu
laporan. Atribut-atribut seperti kebiasaan bekerja, memimpin kelas, kerapian, dan
perilaku yang umum sebagai anggota pada tingkat sekolah dasar dilaporkan dalam
bentuk kartu. Para siswa dan para orang tua kadang-kadang percaya bahwa penilaian
dengan skala penilaian cenderung bisa dan mengandung unsur perasaan.
            Satu bentuk pengamatan menurut Kamil & Rosenblum (dalam Wortham,
2005 : 134-138) yang digunakan untuk merekam progress dalam bentuk angka
merupakan contoh lain dari skala penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi
konsep perkembangan di kalangan anak usia dini.
4.  Keunggulan dan Kelemahan Skala Penilaian
1)   Keunggulan-keunggulan Menggunakan Skala Penilaian
Skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah karakteristik
social anak, ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak dalam
bersosialisasi di dalam kelas, skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada
hanya sekedar jawaban ya atau tidak dal ceklis, tidak seperti observasi yang lebih
terbuka, skala penilaian memiliki indicator arahan yang mewakili perilaku dan tingkat
kerja sama dalm bersosialisasi.
Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia
bpenjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian. Skala
penilaian dapat diaplikasikan secara langsung. Hal ini dikarenakan skala penilaian
umumnya mudah dimengerti  dan universal,disebabkan karena indikator memberikan
penjelasan yang dibutuhkan dalam menilai.

8
Skala penilaian umumnya konsisten sehingga guru dapat dengan mudah
mengembangkannya. Secara keseluruhan skala penilaian memberikan banyak
kemudahandalam menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator dalam skala
penilaian lebih terarah.
2) Kelemahan-kelemahan skala penilaian.
Skala penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam
melihat rata-rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya menilai
siswa berdasarkan interaksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan
objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa
sebenarnya (linn & Gralund, 2000).
Dalam skala penilaian terdapat perbedaan mengenai indicator penjelas juga
merupakan kelemahan skala, adanya perbedaan interpretasi antara “kadang-kadang
dan jarang”. Skala penilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang perilaku.
Seperti ceklis yang mengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala penilaian tidak
memberikan informasi tambahan dalam menjelaskan suasana yang sebenarnya. Tidak
seperti observasi yang membahas lebih komprehensif informasi mengenai
keseluruhan aspek, namun juga memberikan penjelasan mengenai sebab akibat.  
5.   Mengembangkan skala penilaian
Mutu skala penilaian juga tergantung dari kespesifikan dalam deskripsi penilaian
ketika merancang skala penilaian, ikuti beberapa langkah berikut:
1)  Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang diharapkan untuk dinilai.
2) Tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang sesuai untuk dinilai dalam skala.
3) Sediakan antara tiga atau tujuh posisi penilaian dalam skala. Jumlah point dalam
skala akan tergantung dari berapa banyak perbedaan yang jelas dalam level
pemenuhan yang diperlukan dalam penilaian.
D. LATIHAN
Secara sederhana latihan dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk
meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan
berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau
intensitasnya. Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu bentuk
upaya untuk mencapai suatu tujuan. Latihan bukanl hal yang baru, sudah sejak zaman

9
dahulu latihan dilakukan secara sistematis untuk menuju suatu tujuan tertentu.
Menurut Bompa (1994) dalam Awan Hariono (2006: 1) latihan adalah upaya
seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk
mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan untuk
memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalam proses pelaksaan latihan
tidak cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang diberikan pelatih amat
penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan cabang masing-
masing. Bukan hanya latihan fisik saja yang harus dilatih untuk mencapai prestasi
yang maksimal teknik, taktik dan mental juga amat penting untuk dilatih.
Menurut Sukadiyanto (2005: 1), latihan pada prinsipnya merupakan suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik
kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih. Menurut
Harsono, (1988: 102) mengatakan bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu
proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari
jumlah beban latihannya kian bertambah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah


suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan
berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari
suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai
hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya
mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan
mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan. Sistematis berarti berencana,
menurut jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang
sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang
maksudnya adalah gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah
dan reflektif pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali,
secara perodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi meningkatkan
perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
BAB III
PENUTUP

10
A. KESIMPULAN
Pedoman observasi merupakan proses pemeriksaan dokumen dapat memberi informasi
secara tepat dan akurat, maka diperlukan pedoman atau panduan yang akan mengarahkan
pemeriksa terhadap aspek yang perlu dilakukan secara sistematis.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan
tanya jawab antara peneliti dan responden. Pedoman wawancara ini digunakan kepada petani
karet, pemilik lahan karet, dan pengepul karet yang ada di Desa Labuhan Mulya Kecamatan
Way Serdang Kabupaten Mesuji.
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau
situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki kesamaan dengan ceklis.
Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis.
Secara sederhana latihan dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk
meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan berulang-
ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau intensitasnya.
Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu bentuk upaya untuk mencapai
suatu tujuan.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. & Jabar, C.S.A. (2009). Evaluasi Program Pendidikan  PedomanTeoritis Praktis


Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

arida Yusuf Tayibnapis. (2000). Evaluasi program. Jakarta: Rineka Cipta

https://penelitianilmiah.com/pedoman-wawancara/

http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/skala-penilaian.html?m=1

http://suhadinet.files.wordpress.com/2008/06/angket-model-arcs-untuk-mengukur-motivasi-
belajar-dan-minat-belajar-siswa1.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai