Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN EVALUASI DAN MONITORING PLS


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Evaluasi Dan Monitoring PLS
Dosen Pengampu: Gallex Simbolon, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
1. DESI INDAH NATALIA BESSI
2. AGNES NOPE
3. RISTHY HEVANI MEYOK
4. FRANSINA NINEF
5. WELMINCE TARRI
6. JEN RIRI SILA
7. SINTA ANGELA BILLIU
8. YAMES PITAY

PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Monitoring
PLS dari Bapak dosen Gallex Simbolon. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang Evaluasi dan Monitoring PLS.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih membutuhkan penyempurnaan
terutama pada bagian isi .Oleh karena itu kami menerima segala bentuk kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak . Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah kami, kami mohon maaf .
Akhir kata, Semoga makalah Evaluasi dan Monitoring PLS ini dapat berguna bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Penulis

Februari 2023

ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1. 3 Tujuan Makalah...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2. 1 Pendekatan Evaluasi PLS ?.........................................................................7
3. 2 Pendekatan Monitoring PLS ?...................................................................10
BAB III PENUTUP......................................................................................................11
3. 1 Kesimpulan................................................................................................11
3. 2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan hal yang penting dalam proses
pembelajaran. Monev secara luas diakui sebagai suatu elemen yang krusial dalam
pengelolaan implementasi program dan kebijakan dalam organisasi. Penggunaan
informasi dari hasil monev selama dan sesudah pelaksanaan program dapat dilihat
sebagai hal pokok dari sistem pelaporan dalam menunjukkan kinerja atau untuk
belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kinerja di masa depan. Evaluasi
sendiri dimaksudkan untuk mengupayakan peningkatan kualitas mutu
pembelajaran secara berkelanjutan.
Monitoring dan Evaluasi (M&E) merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka
pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan,
Monitoring dan Evaluasi memiliki fokus yang berbeda satu sama lain.
Perencanaan, monitoring (dan pengendalian) dan evaluasi merupakan kegiatan
yang berkaitan. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, pelaksanaan
kegiatan perlu dimonitor dan dikendalikan agar selalu disiplin mengikuti rencana
yang telah ditetapkan serta keputusan-keputusan yang telah dibuat. Perlu pula
dilakukan monitoring terhadap perubahan lingkungan organisasi yang mungkin
dapat mendasari perlunya dilakukan koreksi atau penyesuaian terhadap kegiatan
yang sedang dilaksanakan .Hasil monitoring dan pengendalian harus dikemas
dalam bentuk informasi yang jelas, lengkap dan mudah dipahami bagi semua yang
terlibat dalam kegiatan (pimpinan sampai staf pelaksana/ pendukung) sehingga
dapat dipakai untuk melakukan koreksi (bila diperlukan) atau penyesuaian
kegiatan atau bahkan juga replaning. Monitoring dan pengendalian dilakukan
terhadap kegiatan program atau pelayanan yang sedang berjalan, sehingga
koreksi ( ditemukan penyimpangan) dapat dilaksanakan segera saat itu untuk lebih
dapat menjamin pencapaian tujuan telah disesuaikan.
Evaluasi perlu dilakukan terhadap setiap fungsi manajemen yang dilakukan, mulai
dari perencanaan, penggerakan dan pengorganisasian, serta pengawasan. Selain
itu evaluasi juga perlu dilakukan pada setiap tahap dalam proses manajemen,
mulai dari input, proses, output, outcome dan dampak. kegiatan/program, Tidak
kalah pentingnya evaluasi juga harus dilakukan pada akhir kegiatan untuk menilai
1
pencapaian tujuan atau target suatu program atau kegiatan pelayanan.
Hasil evaluasi selain digunakan untuk melakukan koreksi terhadap kegiatan atau
program yang sedang berjalan, juga digunakan untuk melakukan perencanaan
pengembangan program dan kegiatan di waktu mendatang.

1. 2 Rumusan Masalah
a. Apa itu pendekatan evaluasi PLS ?
b. Apa itu pendekatan monitoring PLS ?

1. 3 Tujuan Makalah
Untuk mengetahui pendekatan Evaluasi dan Monitoring PLS

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pendekatan Evaluasi PLS
Pendekatan Evaluasi adalah beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi,
bagaimana evaluator melakukan evaluasi, dengan kata lain pendekatan evaluasi
adalah beberapa prosedur dan tujuan evaluasi.
Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi program, setiap pendekatan memberi
petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam beberapa kondisi.
Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana
memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk pemakai.
1. Pendekatan Eksperimental
Pendekatan Eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini
berasal dari control eksperimen yang biasanya di lakukan dalam penelitian
akademik. Tujuan Evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang
bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol
sebanyak banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
Adapun yang di lakukan evaluator pada pendekatan eksperimental, sama
seperti seorang peneliti, yaitu evaluator menciptakan situasi yang diskontrol,
di mana beberapa subjek menerima perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak,
dan membandingkan kedua kelompok untuk melihat dampak program.
Evaluator memakai teknik dasar desain eksperimental acak, kelompok control,
dan analisis longitudinal untuk menarik kesimpulan tentang dampak perlakuan.
Kelebihan dari pendekatan eksperimental ini adalah kemampuannya dalam
menarik kesimpulan yang relative obyektif, generalisasi jawaban terhadap
pertanyaan program yang bersangkutan. Hal ini membuat pendekatan ini lebih
popular, dan terpercaya, dan di sukai pemakai serta pembuat keputusan.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah karena pendekatan ini membuat
evaluator sebagai orang ketiga yang objektif dalam program yang
menjalankan prinsip-prinsip desain penelitian dalam situasi pengevaluasian
untuk memperoleh informasi yang tidak di ragukan kebenarannya atas dampak
program. Dengan posisi evaluator yang seperti itu, jarang ada klien yang
3
mengerti pentingnya konsistensi acak, dan lain-lain yang di lakukan oleh
evaluator.
2. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan ( Goal Oriented Approach )
Cara yang paling logis untuk merencanakan suatu program yaitu merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus dan membentuk kegiatan program untuk
mencapai tujuan tersebut. Hal yang sama juga di peroleh pada pendekatan
orientasi tujuan evaluasi. Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai
kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai
di mana pencapaian tujuan telah di capai.
Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembangan program,
menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang di tawarkan dan hasil
yang akan di capai. Peserta tidak hanya harus menjelaskan hubungan tersebut
di atas, tetapi juga harus menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan
yang dapat di ukur. Dengan demikian ada hubungan yang logis antara kegiatan,
hasil, dan prosedur pengukuran hasil.
Selain itu, evaluator juga dapat membantu klien menerangkan rencana
penerapan dan melihat proses pencapaian tujuan yang memperlihatkan
kemampuan program menjalankan kegiatan sesuai rencana. Begitu tujuan
umum dan tujuan khusus terjelaskan, tugas evaluator menentukan sampai
sejauh mana tujuan program telah tercapai.
Bermacam-macam alat ukur akan di pakai untuk melakukan tugas ini,
tergantung pada tujuan yang akan di ukur. Dalam hal ini keberhasilan di ukur
dengan kriteria program khusus bukan dengan kelompok control atau dengan
program lain seperti halnya dalam pendekatan eksperimen.
Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini ialah terletak pada
hubungan antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen yang
penting dalam program yang melibatkan individu pada elemen khusus bagi
mereka.
Keterbatasan pendekatan ini yaitu kemungkinan evaluasi ini melewati
konsekuensi yang tidak di harapkan akan terjadi.
3. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused
Approach)
4
Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada
peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam
menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat
berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan.
Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus di rencanakan sesuai dengan
kebutuhan untuk keputusan program.
Pada tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang
masalah dan kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi
administrator memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila
program sudah sesuai, keputusan-keputusan penting akan di buat berdasarkan
hasil yang di capai. Evaluator harus mengetahui dan mengerti perkembangan
program dan harus siap menyediakan bermacam-macam informasi pada
bermacam-macam waktu.
Evaluator memerlukan dua macam informasi dari klien, pertama ia harus
mengetahui butir-butir keputusan penting pada setiap periode selama program
berjalan. Kedua, ia perlu mengetahui macam informasi yang mungkin akan
sangat berpengaruh untuk setiap keputusan.
Keunggulan dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan
pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada
keputusan program yang relevan. Sedangkan keterbatasan pendekatan ini
adalah banyak keputusan penting di buat tidak pada waktu yang tepat, tetapi
pada waktu yang kurang tepat. Sering Kali banyak keputusan tidak dibuat
berdasarkan data, tetapi tergantung pada impresi perorangan, politik, perasaan,
kebutuhan pribadi, dan lain-lain.
4. Pendekatan yang berorientasi pada pemakai
Sejumlah peneliti mengembangkan pendekatan baru yang menekankan
perluasan pemakaian informasi. Hal ini di sebut dengan pendekatan the user
oriented. Yaitu, pemakai informasi yang potensial adalah yang menjadi tujuan
utama.
Evaluator memfokuskan evaluasi dengan membentuk kelompok pemakai.
Selanjutnya, kelompok tersebut akan menolong membuat kerangka evaluasi,
5
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang penting, memilih strategi
pengukuran, meriviu hasil awal dan menggiring mereka segera bertindak dan
akhirnya menerima hasil evaluasi.
Kelebihan pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap individu yang
berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna
untuk individu tersebut. Serta hasil evaluasi akan selalu terpakai.
Keterbatasan pendekatan ini adalah ketergantungannya terhadap kelompok
yang sama dan kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal
lain di luar itu kurang mendapat perhatian. Kelompok itu dapat berganti
komposisi berkali-kali dan ini dapat mengganggu kelangsungan atau
kelancaran kegiatan evaluasi. Akhirnya, mereka yang lebih banyak bicara dan
lebih persuasif dapat berpengaruh lebih besar.
Pada pendekatan ini, evaluator lebih menaruh perhatian pada situasi dan
hubungan antar personal daripada aturan penelitian atau pada keperluan
pengukuran. Sampai saat tertentu, evaluator seolah-olah sebagai siswa
organisasi, juga sebagai pengamat (observer) dan dinamika program.
Patton (1986) menamakan pendekatan ini sebagai “active, reactive,
adptive “ dimana evaluator memberikan ide kepada kelompok pemakai,
menerima saran mereka, dan mengadaptasikan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan klien atau pemakai.Evaluator yang menganut
pendekatan ini haruslah seorang komunikator yang efektif. Karena interaksi
dengan klien dan orang program dapat mempengaruhi kegunaan hasil,
kemampuan berkomunikasi amat penting.
5. Pendekatan yang Responsif
Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari
pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang
terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Tujuan
evaluator adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut
pandangan yang berbeda.
Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistic,
bukan kuantitatif. Evaluator mengandalkan observasi yang langsung atau tidak
langsung terhadap kejadian dan interpretasi data yang impresionistik.
6
Evaluator mengobservasi, merekam, menampi data, mengecek pengetahuan
awal (preminilary understanding) peserta program, dan mencoba membuat
model yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok.
Elemen yang terpenting dalam pendekatan responsif ini yaitu pengumpulan
dan menyintesis data. Data utama dalam pendekatan responsif yaitu observasi
langsung dan tidak langsung, dan bentuk laporan ialah studi kasus atau
gambaran yang deskriptif. Evaluator bertindak sebagai organisator
antropologis, pencari pengertian realitas melalui prespektif orang program,
peserta program, dan kelompok lain yang di pengaruhi oleh program tersebut.
Kelebihan pendekatan responsif ini ialah kepekaannya terhadap berbagai titik
pandangan, dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat yang ambigu
dan tidak fokus. Pendekatan responsif dapat beroperasi dalam situasi dimana
terdapat banyak perbedaan minat dari kelompok yang berbeda-beda, karena
mereka dapat mengatur pendapat tersebut dengan cara yang tepat. Evaluasi
responsif dapat mendorong proses perumusan masalah dengan menyediakan
informasi yang dapat menolong orang mengerti isu lebih baik.
Keterbatasan pendekatan ini adalah keengganannya membuat prioritas atau
penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang
praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai
kelompok.
Pengaruh pendekatan ini terhadap pemfokusan evaluasi ialah evaluator
menghabiskan banyak waktu bicara dengan klien, mengamati kegiatan
program, mencoba menyaring hal-hal yang di pandang penting oleh klien, dan
masalah-masalah, konsep-konsep dan isu-isu dari berbagai sudut pandangan.
Evaluator harus dapat menempatkan diri di tempat orang lain. Dia tak boleh
membuat kesimpulan sendiri, tapi lebih pada pihak memeriksa dan mengecek
kembali kepastian pada sumber data primer.
6. Goal Free Evaluating (evaluasi bebas tujuan)
Scriven mengatakan fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi
bias dan menambah objektivitas. Berikut ini merupakan ciri-ciri evaluasi
bebas tujuan :
a. Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
7
b. Tujuan telah di rumuskan terlebih dahulu tidak di benarkan menyempitkan
fokus evaluasi
c. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan
direncanakan.
d. Hubungan evaluator dan manager atau dengan karyawan proyek dibuat
seminimal mungkin.
e. Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang diramalkan.

2. 2 Pendekatan Monitoring PLS


1. Pendekatan Monitoring Langsung
Sebagaimana halnya dengan supervisi, monitoring dapat menggunakan
pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan
apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi program
yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam
pendekatan ini adalah wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan
untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil dan pengaruh
program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila
pihak yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan
menelaah laporan berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program,
atau dengan mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para
penyelenggaranya atau pelaksana program.
2. Pendekatan Monitoring Bermedia
Tujuan aktivitas monitoring seperti ini adalah untuk menemukenali (to dettect)
dan mengantisipasi/mencegah (to detter). Monitoring dilakukan secara terus
menerus dan merekam/mencatatnya secara terstruktur. Motif sebuah kegiatan
monitoring didasari oleh keinginan untuk mencari hal-hal yang berkaitan
dengan peristiwa atau kejadian baik menyangkut siapa, mengapa bisa terjadi,
sumber daya publik yang berkaitan, kebijakan dan dampak apa yang terjadi
atau harus diantisipasi serta hal-hal lain yang berkaitan.
Pada akhirnya, cara dan motif itu harus dibuktikan dengan catatan tertulis
tentang apa yang dimonitor, kapan sesuatu yang dimonitor itu terjadi (dilihat,
atau disaksikan, atau dikumpulkan bukti-buktinya, atau ditemukan faktanya)
8
dan bagaimana kejadiannya atau deskripsinya (kronologi dan/atau sebab-
musababnya), serta siapa saja yang terlibat atau diduga terlibat. Sekurangnya
hasil pemantauan terdiri atas catatan-catatan yang diverifikasi tentang 5W+1H.
Melakukan monitor terhadap pemberitaan dalam media sangat diperlukan oleh
praktisi public relations. Hal itu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
dasar yang diperlukan para praktisi public relations. Ada beberapa pendekatan
praktis dalam memonitor media. Dalam tradisi content analisis paling tidak
terdapat 8 teknik. Salah satu teknik yang paling terkenal adalah clip
counting atau klipping, media foto. Pemanfaatan foto sebagai alat
dokumentasi sudah lumrah. Namun, masyarakat kini memanfaatkan foto lebih
dari sekadar alat dokumentasi. Mereka menggunakan media foto untuk
monitoring dan evaluasi kegiatan. Foto tidak sekadar untuk dokumentasi dan
refleksi, tapi sekaligus pesan berantai untuk masyarakat lainnya.
Contoh :
Dalam monitoring penyuluhan menggunakan media atau berkomunikasi,
terdapat tiga cara yang dapat diterapkan dalam pemilihan metode penyuluhan
pertanian yang nantinya proses monitoring juga dapat dilakukan menggunakan
cara/metode dibawah ini , yaitu :
A. Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (percakapan, tatap
muka atau radio komunikasi antar penduduk), maupun secara tidak langsung
(lewat radio, kaset, dll).
B. Media cetak, baik berupa gambar dan atau tulisan (foto, majalah pedesaan,
selebaran, poster, dll) yang dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang di
tempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh sasarannya (di jalan pasar).
C. Media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide,
pertunjukkan film. Kegiatan penyuluhan melalui media merupakan metode
penyuluhan yang paling dimengerti karena ada unsur hiburannya. Biasanya
Kementerian Kehutanan mengirimkan mobil unit kegiatan penyuluhan yang
dilengkapi dengan perangkap audio visual yang cukup modern dan
diperlengkapi dengan beberapa judul film hiburan selain dari film mengenai
penyuluhan yang akan ditayangkan.
3. Pendekatan Monitoring Partisipatif
Partisipatory Monitoring merupakan aktivitas yang melibatkan pihak terkait
9
didalam mencari dan merekam informasi yang berkaitan dengan proyek secara
reguler – harian. Mingguan atau kuartalan – sebagai bagian pekerjaan rutin
dan sebagai bagian desain Monitoring dan Evaluasi. Tujuan monitoring
bukanlah membuat penilaian akhir atas keberhasilan atau kegagalan tetapi
mendorong perubahan dan penyesuaian selama masa aktivitas, yang
diperuntukkan bagi tahapan aktivitas kedepan atau aktivitas baru.

10
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
1. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan Evaluasi adalah beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi,
bagaimana evaluator melakukan evaluasi, dengan kata lain pendekatan evaluasi
adalah beberapa prosedur dan tujuan evaluasi.
Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi program, setiap pendekatan memberi
petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam beberapa kondisi.
Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana
memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk pemakai.
1. Eksperimental
Pendekatan Eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi.
2. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan ( Goal Oriented
Approach )
Cara yang paling logis untuk merencanakan suatu program yaitu
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus dan membentuk kegiatan
program untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused
Approach)
Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada
peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam
menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan
amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program
membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus di
rencanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
4. Pendekatan yang berorientasi pada pemakai
Evaluator memfokuskan evaluasi dengan membentuk kelompok
pemakai.
5. Pendekatan yang Responsif
Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang
11
mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua
orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan
program.
6. Goal Free Evalution (evaluasi bebas tujuan)
Scriven mengatakan fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk
mengurangi bias dan menambah objektivitas.
2. Pendekatan Monitoring
1. Pendekatan Monitoring Langsung
Sebagaimana halnya dengan supervisi, monitoring dapat menggunakan
pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan
apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi program
yang sedang dilaksanakan.
2. Pendekatan Monitoring Bermedia
Tujuan aktivitas monitoring seperti ini adalah untuk menemukenali (to dettect)
dan mengantisipasi/mencegah (to detter).
3. Pendekatan Monitoring Partisipatif
Partisipatory Monitoring merupakan aktivitas yang melibatkan pihak terkait
didalam mencari dan merekam informasi yang berkaitan dengan proyek secara
reguler – harian.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai monitoring dan evaluasi dalam program
Pendidikan Luar Sekolah.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/pendektan-
pendekatan-monitoring-dan.html?m=1
fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/pendektan-pendekatan-monitoring-
dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai