Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses


pembelajaran yang baik pula. Untuk itu merancang pembelajaran
berkualitas perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang
diwujudkan dalam desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sering
digunakan istilah desain pembelajaran atau desain instruksional. Desain
instruksional secara garis besar memiliki tiga langkah, yaitu: (1) Analisis
instruksional, (2) Analisis strategi instruksional, dan (3) Analisis evaluasi
instruksional.
Langkah awal desain intruksional adalah membuat analisis
instruksional. Analisis instruksional adalah suatu prosedur dalam
mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dengan
menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara
logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional. Seperti
dikatakan Suparman (2012), Analisis Instruksional adalah proses
menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara
logis dan sistematis. Menurut panduan KPT 2016, tahapan perencanaan
pembelajaran juga dimulai dengan analisis pembelajaran (analisis tiap
tahapanbelajar).
Perilaku yang dimaksudkan disini adalah kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran. Karena
pembelajaran berbasis kompetensi mengarahkan peserta didik untuk dapat
melakukan sesuatu atau berkompeten. Berkaitan dengan manfaat analisis
instruksional tersebut, maka pendidik/guru/dosen perlu memiliki
kemampuan analitik dalam menetapkan langkah analisis instruksional.

1
2

B. RumusanMasalah
1. Jelaskan Apa Pengertian AnalisisInstruksional?
2. Sebutkan Jenis-Jenis PerilakuSiswa?
3. Bagaimana Prosedur AnalisisInstruksional?
4. Jelaskan Bagaimana Perilaku dan Karakteristik AwalSiswa?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian AnalisisInstruksional.
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis PerilakuSiswa.
3. Untuk Mengetahui Prosedur AnalisisInstruksional.
4. Untuk Mengetahui Perilaku dan Karakteristik AwalSiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian AnalisisInstruksional
Analisis instruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi
kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa dengan menjabarkan perilaku umum
menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai
tujuan instruksional. Seperti dikatakan Suparman (2012), analisis instruksional
adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun
secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk
mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku
umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan
sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu ditinjau
dari berbagai alasan seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,
perilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang
menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.
Perilaku yang dimaksudkan disini adalah kompetensi yang harus dicapai oleh
mahasiswa setelah melaksanakan pembelajaran. Karena pembelajaran berbasis
kompetensi mengarahkan mahasiswa untuk dapat melakukan sesuatu atau
berkompeten. Kompeten artinya dapat mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Mereka diharapkan untuk dapat
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Batasan tersebut berdampak
pada kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
mahasiswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Hal ini akan berakibat
adanya konsep perencanaan pembelajaran yang spesifik, yaitu merencanakan
pembelajaran dengan mengarah pada pembentukan mahasiswa untuk berkompeten.
Ciri khas program pembelajaran berbasis kompetensi mengandung empat unsur
pokok, yakni: (1) pemilihan kompetensi yang sesuai, (2) spesifikasi indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, (3)
pengembangan sistem pengajaran, dan (4) penilaian. Untuk kepentingan tersebut
akan dibahas tentang perilaku atau kompetensi.
B. Jenis - Jenis PerilakuSiswa
Menurut Syah, (2005, h. 118) dalam memahami arti belajar dan inti dasar
perubahan sikap karena belajar, para ahli sependapat bahwa perilaku belajar
diwujudkan dalam sembilan bentuk, yaitu: kebiasaan, ketrampilan, pengamatan,
berfikir asosiatif dan daya ingat, berfikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi,
dan tingkah laku afektif.
Adapun penjabaran dari ke sembilan bentuk perilaku belajar adalah:

1) Kebiasaan, setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaannya


akan berubah.
2) Keterampilan, adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.
3) Pengamatan, adalah proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga
4) Berpikir asosiatif dan daya ingat, secara sederhana dapat diartikan berpikir
dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya.
5) Berpikir rasional dan kritis, adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah.
6) Sikap, dalam arti yang sempit diartikan sebagai pandangan atau
kecenderungan mental. Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang tertentu.
7) Inhibisi, secara ringkas diartikan sebagai upaya pengurangan atau
pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respon
lain yang sedang berlangsung.
8) Apresiasi, pada dasarnya berarti suatu pertimbangan (judgment) mengenai
arti penting atau nilai sesuatu. Dalam penerepannya, apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik
abstrak maupun konkrit yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala
rana afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya
seperti seni sastra, musik, lukis, drama, dan sebagainya.
9) Tingkah laku afektif, adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci,
waswas, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari
pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, dia juga dapat dianggap
sebagai perwujudan perilaku belajar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan perilaku belajar terwujud dalam
bentuk kebiasaan, ketrampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat,
berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi dan tingkah laku afektif.

C. Prosedur AnalisisInstruksional
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk digunakan dalam melakukan
analisis instruksional (dalam Buku Umi Hijriyah, 2012).
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yangdikembangkan.
2. Menulis setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum
tersebut.
3. Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar dalam urutan
yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang lebih
“dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur”
sampai perilaku yang paling jauh dari perilakuumum.
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar
perilaku khususitu.
5. Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu kertas
ukuran 3x5cm.
6. Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan
menempatkannya dalam struktur hirarkikal, procedural, pengelompokan
atau kombinasi. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal
untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan
pengelompokan serta letakkan secara vertikal untuk perilaku – perilaku
yanghirarkikal.
7. Jika perlu tambahkan dengan perilaku lainyang dianggap penting atau
kurangi bila dianggaplebih.
8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-
kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun.
Hubungkan kotak-kotak tersebut sesuai dengan garis-garis verticalatau
6

horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hierarkikal, procedural


atau pengelompokan.
9. Kemungkinan meneliti menghubungkan perilaku yang satu dengan yang
lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum
yangberbeda.
10. Membuat nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang
terjauh sampai yang terdekat ke prilaku umum. Pemberian nomor ini
akan menunjukkan urutan perilaku tersebut. Urutan perilaku-perilaku
tersebut dari yang sederhana kepada yang lebih komplek atausulit.
11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikannya bagan yang telah disusun
dengan dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam diskusi tersebut adalah:
 Lengkap tidaknya perilaku-perilaku khusus sebagai penjabaran dari
setiap perilakuumum,
 Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju
perilakuumum,
 Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkikal,
procedural, atau pengelompokan.
D. Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Bagi setiap pengajar, mengetahui perilaku dan karakteristik awal siswa
diperlukan dalam menyusun tujuan instruksional (dalam Buku Umi Hijriyah,
2012).
 Perilaku AwalSiswa
Dalam menentukan sebuah sistem instruksional, terdapat tiga macam
sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional
dalam menentukan prilaku awal siswa, yaitu:
- Siswa atau calonsiswa
- Orang-orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon siswa
dari dekat seperti pengajarnya terdahulu atauatasannya
7

- Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata


pelajarantersebut.
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal
siswa yaitu kuesioner, interviu, observasi, dan tes. Subjek yang
memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh
tingkat penguasaan siswa atau calon siswa dalam setiap perilaku khusus
melalui skala penilaian.
Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih akurat adalah tes
penampilan siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa
serta tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi bila
tes semacam ini tidak dapat atau tidak tepat untuk dilaksanakan karena
beberapa sebab, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala
penilaian tersebut diisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap
kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sendiri sebagai self-report.
Ketika pengajar telah mengetahui perilaku awal siswa, perlu kiranya
memperhatikan hasil tersebut bagi pengembangan tujuan instruksional.
Perlu diperhatikan bahwa tugas selanjutnya bagi pengajar tidak hanya
sekedar menyesuaikan perilaku awal siswa dengan desain instruksional
saja, tetapi lebih dari itu, pengajar harus mempunyai cara dalam
memodifikasi tingkah laku awal menjadi tingkah laku final yang ingin
dituju.
 Karakteristik AwalSiswa
Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang
instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa yang
berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional.
Menurut Suparman Teknik yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang
digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kuesioner,
interview, observasi dan tes.
Tujuan mengetahui karakteristik siswa adalah untuk mengukur,
apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnyaatau tidak; sampai
8

di mana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila siswa
mampu, hal-hal apa yang memperkuat; dan bila tidak mampu hal-hal apa
yang menjadi penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari siswa bukan
hanya dilihat faktor-faktor akademisnya, tetapi juga dilihat faktor-faktor
sosialnya, sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar
siswa/siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum


menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
Kegiatan tersebut adalah untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.
Jenis-jenis perilaku siswa terdiri dari Struktur perilaku hirarkikal,
struktur perilaku prosedural, struktur perilaku pengelompokan, dan
struktur perilaku kombinasi.
Manfaat Analisis instruksional yaitu a) membantu para guru/pendidik
maupun penyusun disain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas
pokok dalam hubungannya dengan subtugas yang harus dipelajari siswa,
b) Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)
berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas, dan c)
Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik
untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga
siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.

B. Saran
Demikianlah pemaparan kami tentang analisis instruksional, Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang analisis
instruksional. Apabila ada kekurangan dari makalah ini, mohon kami
dimaafkan. Segala masukan yang dapat membangun makalah ini kami
ucapkanterimkasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Moderen: Panduan Para Pengajar &
Inovator Pendidikan, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: PAU dan DIKTI DIKBUD.

Umi Hijriyah. 2012. Teknik Menyusun Desain Instruksional. Bandar Lampung:


Fakta Press.

Dick W., & Carey. 2005. The Systematic Design Of Instruction. Glenview
Illionois. Scott, Forestman and Company.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai