Anda di halaman 1dari 14

Makalah Desain Sistem Instruksional

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUKSIONAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd

Disusun Oleh

Rendra Aprilian Wirani Putra (8206122002)


Ferlyn A Sumbayak ( 8206122003 )
Lily Nasution (8206122013)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karuniaNya telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah dengan judul analisis kebutuhan instruksional ini disusun untuk

memenuhi tugas pada mata kuliah desain sistem instruksional di program studi

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan. Selain itu, penulis juga

berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca

mengenai Desain Sistem Instruksional.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang,

M.Pd atas tugas yang diberikan sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan terkait materi yang dibahas pada makalah ini.

Penulis menyadari maklaah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan

makalah ini.

Medan, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pembelajaran merupakan suatu bagian terpenting dalam dunia
pendidikan. Dimana di dalam proses pembelajaran inilah hasil dari pendidikan
ditentukan. Ketika proses ini berjalan baik, maka baik pulalah hasil dari
pendidikan itu dan begitu pula bila prosesnya buruk maka buruk pulalah
hasilnya. Namun begitu, proses pembelajaran di indonsia sering kali berjalan
kurang maksimal. Ke kurang maksimalan ini disebabkan oleh berbagai hal
yang diantara hal itu adalah kurangnya perencanaan dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung tidak seperti seharusnya.
Untuk memaksimalkan proses pembelajaran hingga bisa mendapatkan hasil
sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukanlah perencanaan pembelajaran
terlebih dahulu. Sedangkan sebelum membuat perencanaan pembelajaran,
terlebih dahulu kita perlu melakukan analisis kebutuhan instruksional terhadap
siswa. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya materi/pelajaran yang diterima
oleh siswa benar – benar suatu yang dibutuhkan oleh siswa.
Sistem instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam hal
mendesain sistem instruksional. Pendidikan mempunyai tujuan yang pasti
hanya saja tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang
ingin dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya. Tujuan berfokus
pada apa yang dapat dilakukan siswa usai pelajaran. Tujuan instruksional
idealnya diperoleh dari proses pengkajian/penelusuran kebutuhan yang
menetapkan secara luas indikasi-indikasi pemasalahan yang harus dipecahkan.
Berdasarkan pentingnya analisis kebutuhan instruksional maka penulis akan
membahas tentang hal tersebut sehingga diharapkan bagi para pembaca
khususnya tenaga pendidik dapat memahami betapa pentingnya analisis
instruksional dalam proses pembelajaran didalam kelas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uarain latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
pada aspek-aspek berikut:
1. Apakah pengertian dari analisis kebutuhan instruksional?
2. Komponen apa yang terdapat pada analisis kebutuhan instruksional?
3. Bagaimana langkah-langkah menyusun analisis kebutuhan
instruksional?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis kebutuhan instruksional
2. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada analisis kebutuhan
instruksional
3. Untuk mengetahui langkah-langkah menyusun analisis kebutuhan
instruksional
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah menambah wawasan penulis dan
pembaca mengenai analisis kebutuhan instruksional sehingga dapat diterapkan
pada proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Kebutuhan Instruksional


Menurut Dick and Carey (2015) mendefinisikan analisis intruksional adalah
sebagai tahapan proses yang merupakan keseluruhan dari pemaparan
bagaimana perancang (desainer) menentukan komponen utama dari tujuan
instruksional melalui kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana
setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi
keterampilan subordinate atau keterampilan prasyarat. Analisis instruksional
sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika dipublikasikan ketujuan
instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-langkah yang sesuai
untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate bagi si belajar
dalam rangka mencapai tujuan.
Sedaangkan menurut Abd. Gafur (2001) analisis instruksional adalah suatu
alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau guru untuk
membantu mereka di dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus
dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang
membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok
Selanjutnya menurut Suparman (1997) lebih cenderung mengartikan analisis
instruksional sebagai proses yang menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan
penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku
khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang
dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan
apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahuluditinjau dari berbagai alas an
seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, prilaku yang menurut
urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi
muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.
Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa analisis instruksional
merupakan cara yang dapat digunakan oleh pendidik dalam merusmuskan
kegiatan pembelajarannya, dengan menyususn rencana serta tujuan yang ingin
dicapai dengan menetapkan tiap langkahnya dalam rangka mencapai tujuan
belajar itu sendiri.

2.2 Analisis Kebutuhan Instruksional


Dalam analisis kebutuhan isntruksional Zuhairi (2012) terlebih dahulu
memaparkan kegunaan analisis isnruksional sebagai berikut:
a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional
untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan subtugas
yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga
merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas
tersebut dilaksanakan.Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi
siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti
suatu pelajaran.
b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)
berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan cara
demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan.
c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat
melaksanakan suatu tugas dengan baik.
Dalam melaksanaan Analisis Instruksional (Pembelajaran) Dick and Carrey
(1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telahdiidentifikasi perlu
dianalisis untuk mengenaliketerampilan-keterampilan bawahan(subordinate
skills) yang mengharuskan anakdidik belajar menguasainya dan langkah-
langkahprosedural bawahan yang ada harusdiikuti anak didik untuk dapat
belajar matapelajaran tertentu.
Cara untuk mengidentifikasisubordinate skills pembelajaran dengancara
memilih keterampilanbawahan yang berhubungan langsungdengan ranah
tujuan pembelajaran. Teknikanalisis keterampilan bawahannya
denganmenggunakan pendekatan hierarki, yaitudengan memilih apa yang
harus diketahuidan dilakukan oleh anak didik sehinggadengan usaha
pembelajaran, sedikit mungkinuntuk dipelajari atau dikuasai.
Selanjutnya Dick& Carey (2015) menjalaskan dalam proses analisis
instruksional setridaknya terdapat sepuluh komponen dalam mengembangkan
suatu model pembelajaran sebagai berikut :
1. Analisis Tujuan (Goal Analysis).
Menganalisis tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang
dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan belajar.
Tumusan tujuan umum pembelajaran harus jelas dan dapat diukur.
Rumusan tujuan pembelajaran dapat juga dihasilkan melalui proses
analisis kebutuhan dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan-
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting Instructional Analysis).
Prosedur ini digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan
relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran. dalam langkah analisis instruksional beberapa langkah
diperlukan untuk mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Siswa (Analyzye Learners and
Contexts).
Analisis konteks ini bisa meliputi keterampilan, kemampuan, bakat, gaya
belajar, motivasi belajar ataupun minat seorang siswa. identifikasi yang
akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu
perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.
4. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives). Tujuan
performansi terdiri atas :
a. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat
anak didik.
b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi
syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat
c. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai perbuatan anak didik
yang dimaksudkan pada tujuan
5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assesment Instruments).
Tes acuan patokan terdiri dari soal yang menjadi syarat kecakapan siswa
dalam tujuan, keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa
telah mencapai tujuan khusus atau belum.
6. Pengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional
Strategy).
Bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktivitas pra-
pembelajaran, penyajian materi pembelajaran dan aktivitas tindak lanjut
dari kegiatan pembelajaran.
7. Pengembangan dan Memilih Materi Pembelajaran (Develop and
Select Instructional Materials).
Terdapat 3 pola yang dapat diikuti pengajar untuk merancang atau
menyampaikan pembelajaran yaitu :
a. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual
b. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam
menyampaikan pembelajaran beberapa bahan.
c. Pengajar tidak memakai bahan tetapi menyampaikan semua pembelajaran
menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya. Pengajar
menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman termasuk latihan
dan kegiatan kelompok.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and
Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Terdapat 3 fase pokok penilaian formatif yaitu :
a. Fase perorangan atau fase klinis yaitu perancang bekerja dengan siswa
secara perorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan
pembelajaran.
b. Fase kelompok kecil yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan
sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran
mempelajari bahan secara mandiri dan kemudian diuji untuk memperoleh
data yang diperlukan
c. Fase uji lapangan yang diikuti oleh banyak siswa seperti 30 orang sudah
mencukupi
9. Revisi Pembelajaran (Revise Instruction).
Terdapat dua revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu revisi terhadap isi
atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar
dan revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan
pembelajaran.
10. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct
Summative Evaluation).
Dengan evaluasi sumatif dapat menentukan nilai dari suatu desain
pembelajaran dengan penilaian berdasarkan pada keefektifan dan efisensi
kegiatan belajar mengajar.

Gambar 1. Langkah Desain Pembelajaran Dick and Carey


Berdasarkan desain pembelajaran yang dikemukakan Dick & Carey Menurut Uno
(2007), secaraumum penggunaan model pengajaran Dickand Carrey dapat
dipandang sebagai berikut:.
1. Model Dick and Carrey terdiri atas10 langkah. Setiap langkah sangatjelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocoksebagai
dasar untuk mempelajarimodel desain yang lain.
2. Kesepuluh langkah pada model Dickand Carrey menunjukkan
hubunganyangsangat jelas dan tidak terputusantara langkah yang satu
denganlangkah yang lainnya. Dengan katalain, sistem yang terdapat dalam
Dickand Carrey sangat ringkas, tetapiisinya padat dan jelas dari suatu urutanke
urutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick andCarrey adalah mengidentifikasi
tujuanpengajaran. Langkah ini sangat sesuaidengan kurikulum, baik di
perguruantinggi maupun sekolah menengahdan sekolah dasar, khususnyadalam
mata pelajaran tertentu yangmemiliki tujuan pembelajaran dalamkurikulumnya
untuk dapat melahirkansuatu rancangan pembelajaran.
Penggunaan model Dick and Carreydalam pengembangan suatu mata
pelajarandimaksudkan agarpada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa
dapatmengetahui dan mampu melakukan hal-halyang berkaitan dengan materi
padaakhir pembelajaran, adanya pertautanantara tiap komponen, khususnya
strategipembelajaran dan hasil pembelajaran yangdikehendaki, serta menerapkan
langkah-langahyang perlu dilakukan dalam melakukanperencanaan desain
pembelajaran.

2.3 Langkah-Langkah Menyusun Analisis kebutuhan Instruksional


Sebagai tenaga pendidik/guru tentu selalu menghadapi tugas untuk menentukan
apakah materi yang harus disampaikan di dalam mengajarkan suatu mata kuliah,
unit pelajaran, ataupun suatu topik. Secara tradisional biasanya kita mengikuti isi
suatu buku untuk menemukan materi pelajaran. Apa yang tercantum di dalam
suatu buku, itulah yang kita sampaikan kepada siswa.
Berbeda dengan cara yang tradisional tersebut, analisis instruksional merupakan
prosedur yang lebih efektif dan efisien dalam menentukan materi pelajaran yang
dengannya diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang diharapkan seperti telah dirumuskan di tujuan instruksional.
Dengan mengidentifikasi setepat-tepatnya tentang kemampuan apa yang dimiliki
siswa setelah menyelesaikan suatu mata kuliah, unit, atau topik pelajaran tertentu,
selanjutnya ialah mengidentifikasi sub kemampuan yang harus dimiliki untuk
mencapai tujuan instruksional tadi.
Dalam menyusun langkah semi kebutuhan isntruksional maka menurut Mager
(1962) langkah-langkah di dalam analisis instruksional dapat dibedakan dua
macam:
1. Langkah pertama ialah menuliskan semua tugas-tugas yang harus dilaksanakan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan;
2.  Langkah kedua ialah menyusun, daftar tugas secara mendetail dan urut sesuai
dengan urutan senyatanya manakala tugas itu dilaksanakan.

Apa yang dikemukakan oleh Mager tersebut menunjukkan, bahwa pada langkah
pertama belum diperhatikan urutan bagaimana melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Sedang pada langkah kedua, di samping memerinci sampai pada tugas yang
sekecil-kecilnya agar tak ada yang terlewatkan, juga memperhatikan urutan
bagaimana tugas tersebut dilaksanakan.

Selanjutnya,Ell (2005) lebih memerincikan di dalam menjelaskan metode analisis


instruksional sebagai berikut:

a. Identifikasi tugas-tugas pokok dan hubungannya dengan subtugas;


b. Mengurutkan tugas-tugas sesuai dengan urutan, manakala tugastersebut
dilaksanakan dalam keadaan senyatanya
c. Identifikasi tingkah laku (behavior) yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap tugas
d. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mempelajari setiap tugas.
Cara yang efektif untuk menentukan tugas-tugas pokok adalah dengan cara
menuliskan semua tugas yang berkenaan dengan masing-masing bidang tertentu
yang harus dicapai. Kita bisa mulai dengan menanyakan kepada diri sendiri. "Apa
yang saya inginkan siswa dapat melakukan sesuatu setelah ia selesai mempelajari
suatu unit pelajaran"? Seberapa banyak daftar tugas tersebut, tergantung dari
luasnya bidang yang dianalisis, misalnya apakah kita ingin menyusun suatu
pogram studi untuk suatu jurusan pada suatu fakultas, suatu program training, atau
suatu mata kuliah, atau bahkan suatu unit pelajaran.

Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan


perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional,
perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan  kelompok dan individu.
Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan
mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana
seharusnya”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis instruksional adalah
suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai dengan
menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis
dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional
Untuk dapat menghasilkan suatu desain sistem instruksional harus melalui tahap-
tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat berkualitas dan tujuan yang
direalisasikan dapat tercapai dengan maksimal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan kepada pembaca untuk lebih
mendesain pembelajaran dengan menggunakan tahap demi tahap dalam
menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat tercapai
sesuai dengan tujuan yang kita inginkan
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur. (2001). Desain Instruksional (Suatu Langkah Sistematis.


Penyusunan Pola Kegiatan Belajar dan Mengajar). Solo : Tiga Serangkai

Dick, W and L. Carey, J. O. Carey. (2015). The Systematic Design of Instruction.


New York : Logman

Mager, Robert F. (1962). Preparing Instructional Objectives. California : Lear

Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta : PAU dan DIKTI DIK B

Zuhairi. (2012). Analsis Instruksional. Zuhairi Blog. Panduan Perencanaan


Pembelajaran. Analisis Instruksional - Drs. Zuhairi,M.Pd
(zuhairistain.blogspot.com) (diakses tanggal 8 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai