Anda di halaman 1dari 21

Makalah Desain Sistem Instruksional

PENYUSUNAAN BAHAN INSTRUKSIONAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd

Disusun Oleh

Ferlyn A Sumbayak ( 8206122003 )


Rendra Aprilian Wirani Putra ( 8206122002 )
Lily Nasution ( 8206122013 )

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karunia-Nya telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah dengan judul Penyusunan Bahan Instruksional ini disusun untuk

memenuhi tugas pada mata kuliah desain sistem instruksional di program studi

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan. Selain itu, penulis juga

berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca

mengenai desain sistem instruksional

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Harun

Sitompul, M.Pd atas tugas yang diberikan sehingga dapat menambah pengetahuan

dan wawasan terkait materi yang dibahas pada makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi

kesempurnaan makalah ini.

Medan, Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pembelajaran merupakan suatu bagian terpenting dalam dunia
pendidikan. Dimana di dalam proses pembelajaran inilah hasil dari pendidikan
ditentukan. Ketika proses ini berjalan baik, maka baik pulalah hasil dari
pendidikan itu dan begitu pula bila prosesnya buruk maka buruk pulalah
hasilnya. Namun begitu, proses pembelajaran di indonsia sering kali berjalan
kurang maksimal. Ke kurang maksimalan ini disebabkan oleh berbagai hal
yang diantara hal itu adalah kurangnya perencanaan dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung tidak seperti seharusnya.
Untuk memaksimalkan proses pembelajaran hingga bisa mendapatkan
hasil sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukanlah perencanaan
pembelajaran terlebih dahulu kemudian akan dilakukan penyusunan bahan
ajar.
Guru sangat perlu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar. Salah
satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi
pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencampai
kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau
silabus, materi bahan ajar hanyadituliskan secara garis besar dalam bentuk
materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok. Dengan
menerapkan bahan ajar yang telah dikembangkan tersebut, dihadapkan
diperoleh alternatif bagi guru dalam menyampaikan suatumateri pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar akan berjalan lebih optimal dan bervariasi
pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta didik diharapkan juga
meningkat.
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standard kompetensi yang telah memperolehnya. Berbagai
sumber atau bahkan dari siswa itu sendiri. Pengembangan bahan ajar guru
dapat mengembangkan kecerdasan siswa dan dapat pula memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa Guru sebagai pengembangan bahan ajar
hendaknya mengetahui tentang apa dan bagaimana bahan ajar itu, sehingga
guru dapat mengembangkan bahan ajar supaya dapat menjadi panduan
pengetahuan mahasiswa calon guru untuk menghadapi tugasnya kelak sebagai
guru dan pengembangan bahan ajar. Supaya dapat menjadi panduan
pengetahuan mahasiswa dan calon guru untuk menghadapi tugasnya kelak
sebagai guru dan pengembangan bahan ajar.
Berdasarkan pentingnya menysuun bahan ajar maka penulis akan
membahas tentang hal tersebut sehingga diharapkan bagi para pembaca
khususnya tenaga pendidik dapat memahami betapa pentingnya menyusun
bahan ajar agar tercapainya kegiatan belajar mengajar secara maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada uarain latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan pada aspek-aspek berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan bahan ajar?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan bahan ajar?
3. Bagaimana cara pengembangan bahan ajar?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan ajar.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan
bahan ajar
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengembangan bahan ajar

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah menambah wawasan penulis
dan pembaca mengenai penyusunan bahan ajar sehingga dapat diterapkan
pada proses pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahan Ajar
1. Definisi Bahan Ajar
Menurut National Centre for Competency Based Training, bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis.
Menurut Prastowo (2012) bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga
tercipta lingkungan atau suasan yang memungkinkan peserta didik untuk
belajar. Sedangkan menurut Depdiknas dalam Mustaji (2019) bahan ajar
(instructional materials) adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari pebelajar sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan
ajar adalah buku yang berisi uraian tentang bidang studi tertentu, disusun
secara sistematis, diseleksi berdasarkan tujuan, diorientasikan pada
pembelajaran dan disesuaikan daengan perkembangan pebelajar.
Dengan bahan ajar pekerjaan guru terbantu karena materi- materi
yang akan diajarkan kepada siswa telah tersedia. Bahan ajar juga
memudahkan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar dapat digunakan
siswa didalam sekolah mupun diluar sekolah. Siswa dapat belajar secara
individu maupun secara kelompok sesuai dengan kebutuhan siswa dengan
bahan ajar.
Bahan ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang
ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku
teks serta diterbitkan secara resmi dan disebar-luaskan (Kep. Mendiknas
No.36/D/O/2001, pasal 5 ayat 9). Buku ajar (bahan ajar) berbeda dengan
buku teks, karena buku ajar disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan
khusus yang terkait dengan pembelajaran. Bahan ajar biasanya disusun
untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan tiap-tiap pembelajar. Bisa jadi bahan ajar yang dikembangkan
akan berbeda pada setiap pengembangnya.
Untuk dapat melakukan pengembangan bahan ajar, diperlukan
pemahaman akan pentingnya bahan ajar dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, bahan ajar berkedudukan sebagai modal awal
yang akan digunakan atau diproses untuk mencapai hasil. Hasil tersebut
berupa pemahaman dan kemampuan siswa. Pentingnya bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran dapat dianalogikan seperti pentingnya bahan-bahan
untuk memasak. Jika tidak ada bahan yang digunakan dalam memasak,
maka tidak akan ada masakan yang dihasilkan. Sebaliknya, jika terdapat
bahan makanan untuk dimasak maka akan dihasilkan suatu makanan
walaupun itu sangat sederhana. Dengan melihat analogi tersebut kita dapat
memahami bahwa bahan memiliki kedudukan yang penting terhadap suatu
proses. Demikian pula halnya dengan bahan ajar dalam proses
pembelajaran.Bahan ajar merupakan komponen yang harus ada di dalam
proses pembelajaran.

2. Kriteria Bahan Ajar


Bahan ajar dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan-ketentuan tersebut kemudian
dijadikan karakteriktik bahan ajar atau materi pelajaran. Adapun
karakteristik bahan ajar yang baik menurut Depdiknas adalah “substansi
materi diakumulasi dari standar kompetensi atau kompetensi dasar yang
tertuang dalam kurikulum, mudah dipahami, prinsip pengembangan
tersebut, yaitu:

a. Kelayakan materi/isi dikembangkan berdasarkan prinsip kelengkapan,


kesesuaian, kecukupan, kemudahan, bermuatan nilai-nilai karakter,
dan relavan.

b. Penyajian dikembangkan berdasarkan prinsip menarik, kereatif, dan


inovatif, sitematis, dan keaktifan.

c. Kebahasaan dikembangkan berdasarkan prinsip kemudahan dan


komunikatif

d. Kegrafikaan dikembangkan berdasarkan prinsip menarik kereatif dan


inovatif serta keperaktisan.
3. Fungsi Bahan Ajar

Fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan


belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan materi pembelajaran
yang kontekstual agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara
optimal. Bahan ajar berfungsi sebagai berikut:
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan atau dilatihkan kepada siswanya.
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
d. Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar.
e. Membantu siswa dalam proses belajar.
f. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
g. Untuk menciptakan lingkungan atau suasana belajar yang kondusif.
Dilihat dari fungsinya bahan ajar dalam pembelajaran memiliki
fungsi yaitu: (1) sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum
pendidikan, (2) sarana memperlancar proses pembelajaran, (3) sarana
memperlancar tujuan pembelajaran, (4) sarana memperlancar efisiensi dan
efektivitas pembelajaran (Muslich, 2010:52). Ditinjau dari fungsi di atas
maka fungsi bahan ajar memiliki posisi sentral untuk menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran. Bahan ajar memiliki kelebihan antara
lain: (1) dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah banyak, (2)
pesan atau informasi dapat dipelajari pebelajar sesuai dengan kebutuhan,
minat dan kecepatan masing-masing, (3) dapat dipelajari kapan saja karena
mudah dibawa, (4) akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar
dan warna, (5) perbaikan/revisi mudah dilakaukan (Susilana & Riyana,
2007:15).

4. Komponen-komponen bahan ajar


Bahan ajar disusun dengan memperhatikan segi bahasa dan tampilan.
Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar ini adalah bahasa komunikatif
sehingga mudah dipahami oleh pebelajar. Sejalan dengan Muslich
(2010:168) berpendapat bahwa bahsa yang digunakan dalam buku ajar
hendaknya mempertimbangkan aspek komunikatif, dialogis dan interaktif.
Bahan ajar cetak ini dikembangkan agar dapat dimanfaatkan secara
individu oleh pebelajar sama halnya dengan penjelasan yang dipaparkan
langsung oleh pembelajar.
Senada dengan hal tersebut, Degeng (2008a:1) mengemukakan
bahwa menulis bahan ajar berarti mengajarkan isi suatu mata kuliah
melalui tulisan. Oleh karena itu bahasa yang digunakan bukan bahasa buku
teks yang bersifat sangat resmi atau sangat formal, melainkan bahasa
setengah formal dan setengah lisan. Setiap bab dalam bahan ajar
diseragamkan dengan memasukkan komponen-komponennya. Komponen
bahan ajar terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pendahuluan dan isi.
Bagian pendahuluan dalam bahan ajar sebaiknya memasukkan kerangka
isi, tujuan, deskripsi singkat, relevansi isi bab dan kata kunci. Sedangkan
bagian isi terdiri dari judul, uraian atau penjelasan, ringkasan dari konsep
atau prinsip yang dipelajari dan latihan (Degeng, 2008a:13).
Berikut merupakan komponen-komponen bahan ajar:
a. Judul - Judul bab mengandung kata sesedikit mungkin untuk
menggambarkan isi teks dan kadang-kadang dilengkapi dengan
subjudul. Deskripsi singkat tersebut membantu untuk memfokuskan
perhatian dan harapan. Penelitian juga mengungkapkan bahwa judul
sangat berpengaruh terhadap persepsi dan interpretasi pembaca
terhadap teks. Judul pada teks pembelajaran tidak boleh ambigu
(Hartley, 2004:925).
b. Kerangka Isi (Epitome) - Kerangka isi merupakan komponen strategi
yang berupa kerangka isi bidang studi terpenting, yang berfungsi
sebagai konteks dari isi bidang studi lainnya yang lebih rinci (Degeng,
1989:116). Selanjutnya, menurut Guri-Rozenblit dalam Hartley
(2004:925) kerangka isi diistilah dengan outlines yang dapat
mempunyai fungsi yang sama sebagai sebuah rangkuman, walaupun
outlines itu melukiskan struktur teks yang lebih jelas. Hartley
(2004:925) mengemukakan bahwa penayangan outlines memudahkan
pemahaman dan pengingatan kembali dalam dua cara. Pertama,
pembaca dapat melihat struktur organisasi seluruh teks dengan segera.
Kedua, pembaca dapat mengikuti rute yang berbeda tanpa
membandingkan struktur dan mempertentangkan bagian satu dengan
bagian lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran - Tujuan pembelajaran menggambarkan kegiatan
yang akan dilakukan pebelajar sehingga mereka mencapai keseluruhan
dari bahan ajar (Dick, Carey & Carey, 2001:123). Sejalan dengan itu,
Suparman (2012:195) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
menjadi acuan seluruh proses desain pembelajaran karena di dalamnya
tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau
kompetensi yang akan dicapai pebelajar pada akhir proses
pembelajaran.
d. Urutan materi/isi - Menurut Ausubel dalam Degeng (1989:113) cara
membuat urutan isi pengajaran yang lebih bermakna bagi pebelajar
yakni menggunakan urutan umum-ke-rinci (atau, lebih tepat
subsumptive sequence). Perolehan belajar dan retensi akan dapat
ditingkatkan bila pengetahuan baru diasimilasikan dengan
pengetahuan yang sudah ada (subsuming cognitive structures).
e. Gambar/Ilustrasi - Ilustrasi yang bagus yaitu untuk menyampaikan
gambar konkrit dan menjadi bahan pendukung saat pengajaran konsep,
sedangkan kata-kata yang bagus untuk menyampaikan ide-ide abstrak
dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari
(Hartley, 1985:80). Maksud penggunaan gambar dalam media
pembelajaran antara lain: (1) untuk menterjemahkan simbol verbal dan
memperjelas pengertian pebelajar, (2) memperkaya atau melengkapi
suatu bacaan, (3) untuk membangkitkan motivasi belajar di kelas dan
menghidupkan suasana kelas, (4) mengkonkritkan pelajaran dan
memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi secara lisan, (5)
merangkum suatu unit bacaan (Setyosari & Sihkabuden, 2005:125).
f. Rangkuman - Menurut Degeng (1989:116) rangkuman adalah
komponen strategi yang memuat semua bagian isi bidang studi yang
penting, biasanya berupa pengertian singkat dari konsep, prosedur atau
prinsip yang dipelajari. Rangkuman dalam teks dapat memiliki posisi
dan peran yang berbeda yaitu: (1) rangkuman awal memberitahukan
kepada pembaca bahwa pembaca dapat memutuskan apakah ingin atau
tidak membaca bacaan tersebut, (2) rangkuman adalah merangkum
sebegitu jauh pendapat-pendapat, dan mengidentifikasi apa isi materi
selanjutnya, (3) rangkuman akhir merupakan daftar atau tinjauan
kembali poin-poin utama yang telah dibuat dan kemudian membantu
mengingat kembali poin-poin utama dalam materi tersebut (Hartley,
2004:925). Rangkuman dalam bahan ajar ini menggunakan rangkuman
akhir.
g. Soal Latihan dan Tugas - Latihan yang dilakukan dalam berbagai
konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat dan retensi. Latihan
juga dapat memperbaiki kemampuan pebelajar untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari (Pribadi, 2009:20).
Berdasarkan pendapat Degeng (2008b:3) yang mengemukakan bahwa
tujuan latihan agar peserta didik benar-benar menguasai konsep yang
telah dibahas.
h. Daftar Rujukan - Daftar rujukan dicantumkan dalam bahan ajar agar
pebelajar yang ingin mengetahui lebih lengkap atau lebih jauh tentang
suatu persoalan dari sumber refrensi tertentu dapat dilacak
keberadaannya (Prastowo, 2011:161).

B. Langkah-Langkah Pembuatan Bahan Ajar


1. Melakukan Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Langkah pertama pembuatan bahan ajar adalah melakukan analisis


kebutuhan bahan ajar. Analisis kebutuhan belajar adalah suatu proses
awal yang dilakukan untuk menyusun bahan ajar. Dalam analisis
kebutuhan bahan ajar, di dalamnya terdapat tiga tahap, yaitu analisis
terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta
judul bahan ajar. Keseluruhan proses tersebut menjadi bagian integral
dari suatu proses langkah-langkah pembuatan bahan ajar yang tidak
bisa dipisahkan.
2. Memahami Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya dalam


menganalisis kebutuhan belajar adalah menganalisis sumber belajar.
Menganalisis sumber belajar itu tidaklah susah yang penting kita harus
memahami terlebih dahulu bahwa sumber belajar yang akan digunakan
sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis.
Kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan
berdasarkan kesesuaian, ketersediaan, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya. Cara analisis sumber belajar adalah dengan
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan
kebutuhan.
3. Memilih dan Menentukan Bahan Ajar

Tahap ketiga dalam menganalisis bahan ajar adalah menentukan


bahan ajar. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria
bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik
untuk mencapai kompetensi. Menentukan dan membuat bahan ajar
hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan
kompetensi dasar yang akan diraih oleh peserta didik, serta menetapkan
jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analisis kurikulum dan analisis
sumber bahan.
4. Menyusun Peta Bahan Ajar

Setelah analisis kebutuhan bahan ajar selesai kita laksanakan,


selanjutnya dalam membuat dan menyusun bahan ajar kita akan
mengetahui jumlah bahan ajar yang mesti kita siapkan dalam satu
semester tertentu. Maka, langkah berikutnya adalah menyusun peta
kebutuhan bahan ajar. Hal ini penting kita lakukan mengingat peta
bahan ajar mempunyai banyak kegunaan. Kegunaan dari penyusunan
peta bahan ajar adalah:
a. Dapat mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis

b. Dapat mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar

c. Dapat menentukan sifat bahan ajar.

5. Membuat Struktur Bahan Ajar

Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang kemudian


dipadukan, sehingga menjadi sebuah bangunan utuh yang layak disebut
sebagai bahan ajar. Susunan bangunan inilah yang dimaksud bahan
ajar. Bentuk bahan ajar memiliki struktur berbeda. Ada enam jenis
struktur bahan ajar, yaitu struktur bahan ajar cetak, struktur bahan ajar
model atau maket, struktur bahan ajar audio, struktur bahan ajar
audiovisual, struktur bahan ajar interaktif, dan struktur bahan ajar
lingkungan. Namun, dari beraneka ragam struktur bahan ajar yang ada,
secara umum ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul,
petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi
pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.

C. Pengembangan Bahan Ajar

Penyusunan bahan ajar, baik untuk proses instruksional jarak jauh


maupun langsung adanya tatap muka antara pendidik/pengajar dengan
peserta didik merupakan sebuah ciri dari sebuah sistem instruksional.
Bahan ajar harus disusun berdasarkan rencana kegiatan belajar-mengajar
yang telah ditetapkan.

Dalam pengembangan kuriklum berbasis kompetensi (KBK), intuk


membantuk mencapai sasaran, maka bahan ajar yang dibuat juga harus
mendukung kegiatan belajar- mengajar dalam rangka mencapai kompetensi
yang diinginkan siswa atau mahasiswa sekarang ini cendrung akan
mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi, seperti televise,
internet, dan lainnya, untuk itu bahan ajar yang dikemas sebaiknya juga
menyertakan informasi-informasi terbaru yang telah ada, dan hal ini
memang akan mempersulit untuk membuat sebah bahan ajar yang selalu
mutakhir atau terbaru. Untuk menyiasati hal tersebut, maka dalam bahan
ajar nantinya dapat dikembangkan kemampuan peserta didik untuk
menggali informasi yang lebih besar lagi dari lingkungannya

Menurut Chomsin dan Jasmadi (2008) Pengembangan suatu bahan


ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik.
Pengembangan bahan ajar harus diberikan pedoman peserta didik dan
pedoman pengajaran yang semuanya tetap didasarkan pada rencana
kegiatan belajar- mengajar. Pendidik (guru, dosen, pelatih) yang terlibat
dalam sebuah tim pengembangan kegiatan instruksional harusnya menjadi
pengembangan bahan ajar juga. Tim yang mengembangkan bahan ajar
sebaliknya juga menjadi tim pengembangan kurikulum dan pengembangan
RKBM. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan sendiri atau dalam
sebuah tim pengembang bahan ajar (lebih dari satu orang).

Bahan ajar dapat dikategorikan kedalam dua kategori yaitu bahan


ajar cetak, dan bahan ajar yang berbentuk bahan ajar interaktif. Dalam
mengembangkan bahan ajar keduanya harus disesuaikan dengan beberapa
Teknik sebagai berikut:

1. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Dalam teknik penyusunan bahan cetak, ada beberapa ketentuan yang


hendaknya kita jadikan pedoman, diantaranya Judul atau materi yang
disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang
harus dicapai oleh peserta didik. Selanjutnya untuk menyusun bahan
cetak ,ada enam hal yang harus dimengerti (Steffe dan Ballstedt dalam
Diknas ,2004), yaitu: 1) Susunan tampilan harus jelas dan menarik. 2)
Bahasa yang mudah. 3) Mampu menguji pemahaman. 4) Adanya
stimulan. 5) Kemudahan dibaca. 6) Materi instruksional.

2. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Interaktif

Secara garis besar,berikut adalah teknik penyusunan Bahan Ajar


Interaktif Menurut Diknas(2004).

a. Dalam penyusunan bahan ajar interaktif, diperlukan pengetahuan dan


keterampilan pendukung yang memadai, terutama dalam
mengoperasikan peralatan seperti komputer,kamera video,dan kamera
foto.

b. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disc.


c. Menurunkan judul dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai
dengan besar kecilnya materi.

d. Menuliskan petunjuk pembelajarannya.

e. Menjelaskan informasi pendukung secara jelas,padat dan menarik


dalam bentuk tertulis maupun gambar diam atau bergerak.

f. Menuliskan tugas-tugas dalam program interaktif.

g. Melakukan penilaian terhadap hasil karya dari yang diberikan yang


pada akhir pembelajaran dapat dilihat oleh pendidik melalui computer.

h. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya


materi,misalnya buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian
sebagai bahan dalam pembuatan program bahan ajar interaktif.

Berikut beberapa contoh bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh


pendidik ataupun guru:

1. Bahan ajar yang berbasiskan cetak contohnya: Buku famlet, lembar


belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto dari
majalah atau koran, dan sebagainya.

2. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi contohnya: Audio Cassette,


siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassetes, siaran televisi, video
interaktif, tutorial, dam multimedia.

3. Bahan ajar yang dipergunakan untuk praktek atau proyek contohnya:


kits sains, lembar observasi, lembar wawancara

4. Bahan pengajaran yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia


(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh) contohnya: telepon,
handphone, video conferencing, dan lain sebagainya.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan


ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya


relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Misalnya, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai
siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan
harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus


dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi
penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.

3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup


memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.

Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran instruksional


yang hendak dicapai sesuai Rencana Pembelajaran dan Program
Pembelajaran. Proses menyusun bahan ajar, meliputi langkah-langkah
sebagai berikut;
- Perumusan tujuan instruksional atau standar kompetensi;
- Melakukan analisis instruksional/kurikulum;
- Menentukan perilaku awal siswa atau indikator kompetensi;
- Merumuskan kompetensi dasar;
- Menyusun rencana kegiatan;
- Menyusun silabus;
- Menulis/ menyusun bahan ajar;
- Evaluasi bahan ajar dan perbaikan;
- Digunakan

Menurut Panen dan Purwanto (2004), digunakan penyusunan bahan


ajar dapat dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai
yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih.
Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan
ajar, yaitu:

1. Menulis sendiri (Starting From Scratch) bahan ajar dapat ditulis sendiri
oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru
dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara
kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu
sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang
memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang
ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan
menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan ajar
selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan
pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk
itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada
kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan (c) silabus yang
telah disusun.

2. Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging) dalam


pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri
dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks
dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk
bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat
dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional.
Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan
berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis
kembali/ulang dengan dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi
bahan ajar, juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang
akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar
mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai.
Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis
sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya.

3. Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text) selain menulis


sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi
yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dan
sebagainya. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui
penataan informasi (kompilasi). Proses penataan informasi hampir mirip
dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun, dalam proses
penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku
teks, materi audiovisual, dan informasi lain yang sudah ada di pasaran.
Jadi buku teks, materi audiovisual dan informasi lain tersebut digunakan
secara langsung, hanya ditambahkan dengan pedoman belajar untuk
peserta didik tentang cara menggunakan materi tersebut, latihan-latihan
dan tugas yang perlu dilakukan, umpan balik untuk peserta didik dan dari
peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara


sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan
siswa untuk belajar. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat
tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus yakni perencanaan,
prediksi, dan proyeksi tentang apa yang dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran.

Guru perlu sangat perlu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar. Salah
satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi
pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencampai
kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau
silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk
materi pokok.

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tetap memberikan manfaat


bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan
tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Yogyakarta:


Diva Press, 2012, hlm. 16

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis


Kompetensi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

Hardjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Asdimahastya, 2005, hlm.220-


221.

Mustaji dan Sujarwanto. Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Desain


Pembelajaran. Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai