Oleh
KELOMPOK IV
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses merumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang telah dibahas
sebelumnya telah menghasilkan rumusan TIU. Tidak sedikit pengembangan
instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke penulisan tujuan
instruksional khusus (TIK), tes, atau isi pelajaran, tanpa melalui analisis
instruksional, sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak
sistematik.
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu
antara lain adalah :
1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIUnya. Daftar TIK
tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan
yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang
terdapat dalam TIU.
2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tenah
proses belajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat
memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang
sebenarnnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi
mahasiswa yang telah lebih dahulu maju.
3. Urutan isi pelajaran kurang sistematik.
4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal
mahasiswa.
5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?
2. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional?
3. Bagaimana susunan struktur kompetensi?
4. Langkah-langkah apakah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional?
3
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Pengertian Analisis Instruksional.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional.
3. Strukur Kompetensi.
4. Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional.
4
BAB II
PEMBAHASAN
perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku perilaku khusus tertentu
akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara
sistematik menjuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus
dilalui untuk mencapai tujuannya dengan baik.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan
kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain
instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam
hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa.
Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan
logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut
dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi
siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai
mengikuti suatu pelajaran.
b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)
berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas.
Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat
diidentifikasikan.
c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik
untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga
siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.
titik awal pelajaran kurang sesuai dengan kemampuan awal siswa, dan penyajian
guru tidak sesuai karakteristik siswa.
Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar
susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik
jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada
pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara
efisien dan efektif. Melalui tahap perilaku khusus, pembelajar akan mencapai
perilaku umum (Hernawan dkk, 2006).
2) Informasi Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons yang
spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.Biasanya tujuan keterampilan
ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.Kata kerja seperti
menyebutkan ataumenjelaskan sesuatu.
7
3) Sikap
4) Keterampilan psikomotor
Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus
melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil
yang spesifik.Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik.Perilaku dari
tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan
kelenturan.
Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan
murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau
hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan
beberapa domain / ranah segaligus.Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat
digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis
keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi atau gambaran mengenai tugas
utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan
instruksional umum.
C. Struktur Kompetensi
Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat
menurut Dick and Carey (2005) yakni:
1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
3. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan
Suparman (2012:158) membagi pendekatan tersebut sebagai proses
penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat susunan
struktur perilaku tersebut sebagai berikut:
Bagan Kompetensi mengukur luas sebidang tanah dan mengukur panjang benda
Mengambil keputusan
khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku –
perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain,
walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung
antara perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan.
Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran,
menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan
procedural.
Gagne (1979)
Membagi kemampuan manusia menjadi tiga macam ;
ketrampilan intelektual ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan
ketrampilan strategi kognitif ketrampilan dalam mencari pemecahan
masalah
ketrampilan informasi verbal ketrampilan mengungkapkan kembali
pengetahuan verbal yang telah dimiliki
b. Kompetensi kawasan psikomotor
Kompetensi kawasan psikomotor adalah kompetensi yang dimunculkan oeh
hasil kerja fungsi tubuh manusia. Jadi berbentuk gerakan tubuh. Contohnya adalah
berlari, melompat, melempar berputar, memukul, dan menendang. Dave (1967)
membagi kompetensi kawasan psikomotor dalam lima jenjang kompetensi
khusus, yaitu :
Menirukan gerak
Memanipulasi kata – kata menjadi gerak
Melakukan gerak dengan tepat
Merangkaikan berbagai gerak
Melakukan gerak dengan gerak wajar dan efisien
17
Kemungkinan yang
Kapabilitas Cara Penafsiran
Terjadi
Kawasan kognitif Dilihat dari hasil jawaban tes Hasil tidak murni
pekerjaan sendiri
Kawasan Hasil gerakan Melihat teman/
psikomotor berpura-pura
Kawasan afektif Dilihat dari perilaku atau sikap Berpura-pura
Jadi kunci dari dapat atau tidaknya kompetens itu dijadikan alat untuk
menafsirkan kemampuan orang, baik dalam kawasan kognitif, psikomotor,
maupun afektif itu terletak pada cara atau metode dan instrumen yang digunakan
untuk memunculkan kompetensi tersebut, bukan tergantung pada jenis kawasan
kompetensi tersebut.
18
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yang dikembangkan
5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas
ukuran 3x5 cm
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu
atau dikurangi bila dianggap lebih
19
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh
sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan
menunjukkan urutan perilaku tersebut.
Setiap perilaku yang telah ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi
perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan
pengembang instruksional, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik
melakukan analisis instruksional bagi kebutuhan mata pelajaran Anda, satu
perilaku umum dapat diurutkan sehingga menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus.
Bila Anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan
lagi.Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut. Anda
akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional
selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak
terlalu sulit sepanjang Anda dapat menyediakan waktu untuk itu.Pekerjaan
tersebut banyak menuntut penggunaan logika. Di sinilah salah satu letak
penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.
19
PECAHAN
BANGUN DATAR
Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
Menentukan sifat- Menentukan Mengidentifi-kasi benda-benda dan bangun datar simetris Menentukan hasil
sifat bangun ruang jaring-jaring balok pencerminan suatu
sederhana dan kubus bangun datar
Menyebutk Menyebutk Menggam Mengelo Mengide Membuat Mengenal Mengident Menunjuk Menggambar
an sifat- an dan bar dan mpokkan ntifikasi bangun- bangun ifikasi dan kan dan cerminan dari
sifat menggamb membuat dan ciri bangun datar mengguna menggam bangun datar
bangun ar bangun berbagai memberi bangun datar yang tidak kan garis bar sederhana
ruang : sesuai jaring- contoh datar
yang memiliki simetri bangun
jaring yang
balok dan sifat-sifat bangunda simetris simetri pada datar
kubus simetris
kubus bangun tar yang bangun (benda-
simetris datar benda)
dan tidak sederhana yang
simetris simetris
21
INTEGRAL
Memahami konsep integral tak Menghitung integral tak tentu dan integral Menggunakan integral untuk menghitung
tentu dan integral tentu tentu dari fungsi aljabar dan fungsi luas daerah di bawah kurva dan volume
trigonometri yang sederhana benda putar
DERIVATIVE / TURUNAN
KALKULUS LANJUT 22
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang
Turunan dan Integral dalam ruang berdimensi -n
STATISTIKA
Mengidentifikasi pengertian statistik, Menyajikan data dalam bentuk Menentukan ukuran pemusatan Menentukan ukuran penyebaran data
statistika, populasi dan sampel tabel dan diagram data
Membedakan Menentukan Mengubah Menyajikan data Menentukan Menentukan Menentukan Menentukan Nilai Koefisien
pengertian populasi, data ke dalam bentuk Mean dari median dari Modus dari jangkauan, standar variasi
statistik dan ruang sampel kedalam diagram (batang, suatu data suatu data suatu data simpangan rata- (Z-score) ditentukan
statistika dan sampel rata, simpangan ditentuka dari suatu
bentuk tabel lingkaran, garis tunggal dan tunggal dan tunggal dan
suatu data
gambar) histogram, berkelompo berkelompok data baku, jangkauan n dari data
poligon frekuensi k berkelompo semi interkuartil, suatu
dan ogive k dan jangkauan data
persentil dari
suatu data.
Bilangan Pengukuran
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai
haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih
berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal. Salah
satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional, dimana pada
langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah gambaran tentang apa
yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu tujuan yang jelas dan
spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar dan belajar
yang serasi serta memungkinkan penilaain proses dan hasil belajar yang lebih
teliti.
B. Saran
Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi tahap
dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview
Illionois.Scott, Forestman and Company.
Gagne, R. M., and Briggs, L.J. (1979). Principles Of Instructional Design. New
york: Holt, Rinheart, and Wiston.