Analisis instruksional merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengembang instruksional atau pendidik setelah mengetahui kompetensi dasar yang harus dibelajarkan. Setelah mengetahui kompetensi dasar (KD), tidak jarang pendidik langsung merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan tes, kemudian mengembangkan materi pelajaran. Sehingga rancangan menjadi tidak sistematis. Dasar pengembangan kata kerja dan rincian materinya menjadi tidak rigid. Implikasi dari kegiatan pengembangan yang melompat tadi adalah: a.susunan tujuan pembelajaran yang dikembangkan tidak sesuai dengan urut-urutan kata kerja dan materi dalam KD. b. bahan ujian/tes tidak detail, sehingga menimbulkan kesulitanbagi pendidik saat harus memberikan remedial atau materi pengayaan. c.sistematika materi pembelajaran tidak berurutan. d. pengembangan materi pembelajaran berbeda dengan karakteristik peserta didik. e.bentuk sajian kurang mengakomodir karakteristik peserta didik. Sebagai tahap awal dalam menyusun tujuan pembelajaran, pengembang atau pendidik wajib melakukan 3 kegiatan, yakni (1) melaksanakan analisis instruksional; dan (2) melakukan identifikasi kemampuan awal peserta didik; serta (3) menyusun tujuan pembelajaran. Ketrampilan dalam melakukan analisis instruksional sangat penting sebagai dasar pelaksanaan kegiatan instruksional, sebab urutan level pengetahuan, ketrampilan dan sikap akan diketahui secara detail melalui kegiatan ini. Dengan demikian pendidik akan dapat melakukan kegiatan pembelajarannya secara bertahap ke arah pencapaian kompetensi dasar (KD). Hasil analisis instruksional ini, memiliki hubungan yang erat dengan dengan aktivitas identifikasi karakteristik peserta didik serta perilaku awal peserta didik. Berdasarkan analisis instruksional dan identifikasi karakteristik awal peserta didik, maka disusun tujuan pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dasar (KD). Analisis instruksional merupakan proses penjabaran perilaku umum yang terkandung dalam kompetensi dasar (KD) menjadi perilaku khusus yang disusun secara logis dan berurutan, sebagai bahan perumusan tujuan. Kegiatan analisis instruksional ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan secara rinci dan spesifik perilaku secara umum yang terkandung dalam kompetensi dasar. Dari susunan hasil analisis instruksional tampak urutan kedudukan perilaku khusus yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum perilaku khusus yang lain. Susunan dan urutan perilaku menunjukkan perilaku prasyarat pada masing-masing perilaku. Karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, secara psikologis harus nampak terlebih dahulu, atau secara kronologis perilaku tersebut terjadi lebih awal. Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku khusus dari awal hingga akhir. Hal ini akan dapat meyakinkan pendidik atas tercapainya kompetensi dasar (KD) secara efisien dan efektif. Dengan demikian, melalui perilaku- perilaku khusus tertentu, sebagaimana tersusun adalam analisis instruksional dapat tergambarkan urut-urutan peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar (KD). Perilaku khusus yang tersusun secara berurutan merupakan jalan singkat bagi peserta didik untuk mencapai perilaku umum dalam kompetensi dasar. Pihak-pihak yang dapat dimintai pertimbangan pada saat kita menentukan kebutuhan instruksional, terklasifikasi menjadi 3 golongan, yakni: a. Peserta didik, b. Masyarakat yang akan dilayani c. Pendidik.
2. Empat Macam Struktur Perilaku
Perilaku khusus yang terkandung dalam perilaku umum, bila diuraikan secara khusus tersusun dalam 4 kategori, yakni: yakni hierarkikal, prosedural, penggolongan dan kombinasi. Struktur Hierarkikal Susunan perilaku hierarkikal terjadi bila kedudukan 2 perilaku yang memperlihatkan bahwa satu perilaku hanya bisa dilakukan apabila peserta didik sudah menguasai perilaku lain. Contoh perilaku B hanya dapat dikuasai oleh peserta didik, setelah dia mampu menguasai dan melaksanakan perilaku. Struktur Prosedural Struktur perilaku prosedural terjadi pada saat posisi perilaku-perilaku yang dijabarkan dari kompetensi dasar menampilkan 1 seri susunan penampilan perilaku, tapi masing– masing perilaku bukan merupakan perilaku prasyarat bagi perilaku lain. Meskipun perilaku-perilaku khusus tersebut harus dilaksanakan secara sistematis untuk mampu melaksanakan perilaku dalam kompetensi dasar, tetapi setiap perilaku/masing-masing perilaku dapat dipelajari secara berbeda. Perilaku yang telah diperinci dan tersusun sesuai ketentuan yang berlaku, digambarkan dalam bentuk kotak-kotak yang berdampingan atau bersebelahan serta disatukan dengan garis horizontal dan tanda arah panah ke kanan. Struktur Pengelompokan Struktur pengelompokan adalah struktur perilaku yang masing-masing perilaku tidak memiliki ketergantungan antara perilaku yang satu dengan perilaku lainnya. Perilaku-perilaku tersebut berdiri secara mandiri, namun masing-masing memiliki hubungan. Tidak perlu diurutkan secara prosedural maupun hierarkikal. Meskipun seluruhnya berhubungan. Pada kondisi semacam ini perilaku khusus satu sama lain tidak dibutuhkan. Struktur Kombinasi Struktur kombinasi terjadi bila urutan perilaku-perilaku khusus yang ada pada kompetensi dasar, merupakan kombinasi antara prosedural, hiearkhikhal atau pengelompokan. Perilaku-perilaku tersebut apabila dijabarkan sebagai perilaku khusus maka akan ada yang menyebar dan tersusun secara kombinasi antara struktur hierarkikal, prosedural serta pengelompokan. Beberapa bagian perilaku khusus, merupakan prasyarat bagi perilaku khusus lain. 3. Perilaku Berdasarkan Kawasan Perilaku pada kawasan pengetahuan/cognitive adalah perilaku sebagai hasil proses berfikir (perilaku hasil kerja otak). Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasi kawasan pengetahuan/cognitive dalam 6 tahapan yakni mengingat, memahami, melakukan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Keenam kawasan tersebut berurutan dimulai dari tahapan kognitif rendah sampai tinggi. Gagne mengklasifikasikan kemampuan manusia pada ranah kognitif menjadi 3, yakni: ketrampilan intelektual, strategi kognitif, serta informasi verbal. Keterampilan teknis pada komponen pengetahuan, keterampilan untuk melacak dan memecahkan permasalahan, dan ketrampilan mengungkapkan kembali ketrampilan verbal yang sudah dimiliki adalah contoh ketiga kapabilitas tersebut secara berturut. Perilaku pada ranah keterampilan ialah aktivitas yang tampak melalui produk kerja fungsi tubuh. Perilaku tersebut tersaji pada gerak tubuh. lari, lompat, berputar, memukul serta menendang ialah perilaku psikomotor. Dave (1967) membedakan aspek keterampilan menjadi lima tingkat perilaku, antara lain: meniru gerak, memanipulasikan kata sebagai gerak, melaksanakan gerak yang sesuai dirangkai dengan berbagai gerak, serta melaksanakan gerak dengan wajarr dan efisien. Perilaku ranah sikap ialah perilaku yang ditampakkan oleh orang lain untuk menjadi tanda akan kecenderungan dalam memutuskan pilihan maupun keputusan untuk melakukan aksi di suatu wilayah. Misalnya kawasan sikap, yakni kepala mengangguk sebagai simbol persetujuan, melompat lalu wajah nampak berseri sebagai simbol bahagia. Menuju gereja atau ke Masjid sebagai simbol keimanan seseorang. Bloom dan Masia (1964) memisahkan ranah afektif ke dalam 5 tahapan kemampuan, yakni: (1) penerimaan nilai, (2) membangun reaksi terhadap nilai, (3) penghargaan nilai-nilai yang ada, (4) organisasi nilai, (5) pengamalan nilai secara konstan atau karakterisasi.
4. Langkah-Langkah Analisis Instruksional
Tahap-tahap dalam melaksanakan analisis instruksional adalah sebagai berikut: 1) Menuliskan perilaku umum yang terdapat pada kompetensi dasar. 2) Menyusun perilaku khusus sebagai jabaran dari perilaku umum itu. 3) Meletakkan perilaku khusus ke dalam susunan pada sistematika secara logis, sejak dari perilaku umum, perilaku khusus yang saling berdekatan hubungannya degan perilaku khusus ditulis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4) Menambahkan perilaku khusus tertentu ataupun mengurangi bila diperlukan. Tekankan pada pemikiran dapat melakukan usaha untuk memenuhi susunan perilaku khusus tersebut. 5) Menuliskan perilaku khusus pada satu lembar kartu atau kertas berukuran 3 x 5 cm. 6) Meletakkan kartu-kartu tersebut di meja ataupun lantai lalu meletakkannya pada susunan hierarkikal, prosedural ataupun pengelompokan, berdasarkan posisi tiap-tiap kartu lain. Simpan kartu itu sejajar dengan perilaku-perilaku yang mempunyai struktur prosedural serta pengelompokan serta simpan secara vertikal untuk perilaku- perilaku yang hierarkikal. 7) Apabila diperlukan maka boleh menambahkan perilaku khusus lain yang diperlukan, atau mengurang apabila sudah merasa lebih sesuai langkah ini anda harus meyakini bahwa tak ada perilaku khusus yang tertinggal atau lebih serta urutannya berdasarkan struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan. 8) Melukiskan posisi perilaku tersebut pada bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar tepat dengan posisi kartu yang sudah disusun. Kaitkan kotak-kotak yang sudah digambar dengan garis vertikal serta horisontal membuktikan hubungannya. 9) Mengamati adanya kemungkinan hubungkan perilaku umum satu sama lain ataupun perilaku-perilaku khusus dan ada di bawah perilaku umum yang beda. 10) Membagi nomer urutan untuk perilaku khusus diawali dari yang paling jauh hingga paling dekat perilaku umum. Pembagian nomer urutan akan memperlihatkan sistematika perilaku tersebut bila diajarkan. Hal yang harus diperhatikan pada pembagian nomer urut adalah (1) pembagian nomer urut perlaku khusus yang tersusun hierarkikal dilakukan dari bawah sampai atas; (2) pembagian urutan perilaku-perilaku khusus yang tersusun secara prosedural mampu berbeda dari urutan tampilan perilaku-perilaku itu pada pekerjaan. Runtutan perilaku itu dilaksanakan mulai yang paling ringkas sampai lebih komplek atau sukar; (3) pembagian nomer urutan perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilaksanakan melalui cara yang sama dan prosedural. 11) Merapatkan rancangan yang sudah dibuat bersama rekan agar mendapat arahan. Bagian yang harus menjadi perhatian, antara lain: a.Kelengkapan perilaku khusus merupakan jabaran setiap perilaku umum. b. Kelogisan rangkaian dari perilaku-perilaku khusus sampai perilaku umum. c.susunan hubungan perilaku-perilaku khusus (hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi).
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita