Anda di halaman 1dari 4

RESUME ANALISI INSTRUKSIONAL

1. Pengertian Analisis Instruksional


Analisis instruksional merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
pengembang instruksional atau pendidik setelah mengetahui kompetensi dasar yang harus
dibelajarkan. Setelah mengetahui kompetensi dasar (KD), tidak jarang pendidik langsung
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan tes, kemudian mengembangkan
materi pelajaran. Sehingga rancangan menjadi tidak sistematis. Dasar pengembangan
kata kerja dan rincian materinya menjadi tidak rigid. Implikasi dari kegiatan
pengembangan yang melompat tadi adalah:
a.susunan tujuan pembelajaran yang dikembangkan tidak sesuai dengan urut-urutan kata
kerja dan materi dalam KD.
b. bahan ujian/tes tidak detail, sehingga menimbulkan kesulitanbagi pendidik saat
harus memberikan remedial atau materi pengayaan.
c.sistematika materi pembelajaran tidak berurutan.
d. pengembangan materi pembelajaran berbeda dengan karakteristik peserta didik.
e.bentuk sajian kurang mengakomodir karakteristik peserta didik.
Sebagai tahap awal dalam menyusun tujuan pembelajaran, pengembang atau
pendidik wajib melakukan 3 kegiatan, yakni (1) melaksanakan analisis instruksional; dan
(2) melakukan identifikasi kemampuan awal peserta didik; serta (3) menyusun tujuan
pembelajaran. Ketrampilan dalam melakukan analisis instruksional sangat penting
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan instruksional, sebab urutan level pengetahuan,
ketrampilan dan sikap akan diketahui secara detail melalui kegiatan ini. Dengan demikian
pendidik akan dapat melakukan kegiatan pembelajarannya secara bertahap ke arah
pencapaian kompetensi dasar (KD). Hasil analisis instruksional ini, memiliki hubungan
yang erat dengan dengan aktivitas identifikasi karakteristik peserta didik serta perilaku
awal peserta didik. Berdasarkan analisis instruksional dan identifikasi karakteristik awal
peserta didik, maka disusun tujuan pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dasar
(KD).
Analisis instruksional merupakan proses penjabaran perilaku umum yang
terkandung dalam kompetensi dasar (KD) menjadi perilaku khusus yang disusun secara
logis dan berurutan, sebagai bahan perumusan tujuan. Kegiatan analisis instruksional ini
bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan
secara rinci dan spesifik perilaku secara umum yang terkandung dalam kompetensi dasar.
Dari susunan hasil analisis instruksional tampak urutan kedudukan perilaku khusus yang
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum perilaku khusus yang lain. Susunan dan urutan
perilaku menunjukkan perilaku prasyarat pada masing-masing perilaku. Karena
kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, secara psikologis harus nampak terlebih
dahulu, atau secara kronologis perilaku tersebut terjadi lebih awal.
Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku khusus
dari awal hingga akhir. Hal ini akan dapat meyakinkan pendidik atas tercapainya
kompetensi dasar (KD) secara efisien dan efektif. Dengan demikian, melalui perilaku-
perilaku khusus tertentu, sebagaimana tersusun adalam analisis instruksional dapat
tergambarkan urut-urutan peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar (KD). Perilaku
khusus yang tersusun secara berurutan merupakan jalan singkat bagi peserta didik untuk
mencapai perilaku umum dalam kompetensi dasar.
Pihak-pihak yang dapat dimintai pertimbangan pada saat kita menentukan
kebutuhan instruksional, terklasifikasi menjadi 3 golongan, yakni:
a. Peserta didik,
b. Masyarakat yang akan dilayani
c. Pendidik.

2. Empat Macam Struktur Perilaku


Perilaku khusus yang terkandung dalam perilaku umum, bila diuraikan secara
khusus tersusun dalam 4 kategori, yakni: yakni hierarkikal, prosedural, penggolongan dan
kombinasi.
 Struktur Hierarkikal
Susunan perilaku hierarkikal terjadi bila kedudukan 2 perilaku yang
memperlihatkan bahwa satu perilaku hanya bisa dilakukan apabila peserta didik sudah
menguasai perilaku lain. Contoh perilaku B hanya dapat dikuasai oleh peserta didik,
setelah dia mampu menguasai dan melaksanakan perilaku.
 Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural terjadi pada saat posisi perilaku-perilaku yang
dijabarkan dari kompetensi dasar menampilkan 1 seri susunan penampilan perilaku,
tapi masing– masing perilaku bukan merupakan perilaku prasyarat bagi perilaku lain.
Meskipun perilaku-perilaku khusus tersebut harus dilaksanakan secara sistematis
untuk mampu melaksanakan perilaku dalam kompetensi dasar, tetapi setiap
perilaku/masing-masing perilaku dapat dipelajari secara berbeda. Perilaku yang telah
diperinci dan tersusun sesuai ketentuan yang berlaku, digambarkan dalam bentuk
kotak-kotak yang berdampingan atau bersebelahan serta disatukan dengan garis
horizontal dan tanda arah panah ke kanan.
 Struktur Pengelompokan
Struktur pengelompokan adalah struktur perilaku yang masing-masing perilaku
tidak memiliki ketergantungan antara perilaku yang satu dengan perilaku lainnya.
Perilaku-perilaku tersebut berdiri secara mandiri, namun masing-masing memiliki
hubungan. Tidak perlu diurutkan secara prosedural maupun hierarkikal. Meskipun
seluruhnya berhubungan. Pada kondisi semacam ini perilaku khusus satu sama lain
tidak dibutuhkan.
 Struktur Kombinasi
Struktur kombinasi terjadi bila urutan perilaku-perilaku khusus yang ada pada
kompetensi dasar, merupakan kombinasi antara prosedural, hiearkhikhal atau
pengelompokan. Perilaku-perilaku tersebut apabila dijabarkan sebagai perilaku
khusus maka akan ada yang menyebar dan tersusun secara kombinasi antara struktur
hierarkikal, prosedural serta pengelompokan. Beberapa bagian perilaku khusus,
merupakan prasyarat bagi perilaku khusus lain.
3. Perilaku Berdasarkan Kawasan
Perilaku pada kawasan pengetahuan/cognitive adalah perilaku sebagai hasil
proses berfikir (perilaku hasil kerja otak). Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasi kawasan pengetahuan/cognitive dalam 6
tahapan yakni mengingat, memahami, melakukan, menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta. Keenam kawasan tersebut berurutan dimulai dari tahapan kognitif rendah
sampai tinggi.
Gagne mengklasifikasikan kemampuan manusia pada ranah kognitif menjadi 3,
yakni: ketrampilan intelektual, strategi kognitif, serta informasi verbal. Keterampilan
teknis pada komponen pengetahuan, keterampilan untuk melacak dan memecahkan
permasalahan, dan ketrampilan mengungkapkan kembali ketrampilan verbal yang sudah
dimiliki adalah contoh ketiga kapabilitas tersebut secara berturut.
Perilaku pada ranah keterampilan ialah aktivitas yang tampak melalui produk
kerja fungsi tubuh. Perilaku tersebut tersaji pada gerak tubuh. lari, lompat, berputar,
memukul serta menendang ialah perilaku psikomotor. Dave (1967) membedakan aspek
keterampilan menjadi lima tingkat perilaku, antara lain: meniru gerak, memanipulasikan
kata sebagai gerak, melaksanakan gerak yang sesuai dirangkai dengan berbagai gerak,
serta melaksanakan gerak dengan wajarr dan efisien.
Perilaku ranah sikap ialah perilaku yang ditampakkan oleh orang lain untuk
menjadi tanda akan kecenderungan dalam memutuskan pilihan maupun keputusan untuk
melakukan aksi di suatu wilayah. Misalnya kawasan sikap, yakni kepala mengangguk
sebagai simbol persetujuan, melompat lalu wajah nampak berseri sebagai simbol bahagia.
Menuju gereja atau ke Masjid sebagai simbol keimanan seseorang.
Bloom dan Masia (1964) memisahkan ranah afektif ke dalam 5 tahapan
kemampuan, yakni: (1) penerimaan nilai, (2) membangun reaksi terhadap nilai, (3)
penghargaan nilai-nilai yang ada, (4) organisasi nilai, (5) pengamalan nilai secara konstan
atau karakterisasi.

4. Langkah-Langkah Analisis Instruksional


Tahap-tahap dalam melaksanakan analisis instruksional adalah sebagai berikut:
1) Menuliskan perilaku umum yang terdapat pada kompetensi dasar.
2) Menyusun perilaku khusus sebagai jabaran dari perilaku umum itu.
3) Meletakkan perilaku khusus ke dalam susunan pada sistematika secara logis, sejak
dari perilaku umum, perilaku khusus yang saling berdekatan hubungannya degan
perilaku khusus ditulis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4) Menambahkan perilaku khusus tertentu ataupun mengurangi bila diperlukan.
Tekankan pada pemikiran dapat melakukan usaha untuk memenuhi susunan perilaku
khusus tersebut.
5) Menuliskan perilaku khusus pada satu lembar kartu atau kertas berukuran 3 x 5 cm.
6) Meletakkan kartu-kartu tersebut di meja ataupun lantai lalu meletakkannya pada
susunan hierarkikal, prosedural ataupun pengelompokan, berdasarkan posisi tiap-tiap
kartu lain. Simpan kartu itu sejajar dengan perilaku-perilaku yang mempunyai
struktur prosedural serta pengelompokan serta simpan secara vertikal untuk perilaku-
perilaku yang hierarkikal.
7) Apabila diperlukan maka boleh menambahkan perilaku khusus lain yang diperlukan,
atau mengurang apabila sudah merasa lebih sesuai langkah ini anda harus meyakini
bahwa tak ada perilaku khusus yang tertinggal atau lebih serta urutannya berdasarkan
struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan.
8) Melukiskan posisi perilaku tersebut pada bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar tepat
dengan posisi kartu yang sudah disusun. Kaitkan kotak-kotak yang sudah digambar
dengan garis vertikal serta horisontal membuktikan hubungannya.
9) Mengamati adanya kemungkinan hubungkan perilaku umum satu sama lain ataupun
perilaku-perilaku khusus dan ada di bawah perilaku umum yang beda.
10) Membagi nomer urutan untuk perilaku khusus diawali dari yang paling jauh hingga
paling dekat perilaku umum. Pembagian nomer urutan akan memperlihatkan
sistematika perilaku tersebut bila diajarkan. Hal yang harus diperhatikan pada
pembagian nomer urut adalah (1) pembagian nomer urut perlaku khusus yang
tersusun hierarkikal dilakukan dari bawah sampai atas; (2) pembagian urutan
perilaku-perilaku khusus yang tersusun secara prosedural mampu berbeda dari urutan
tampilan perilaku-perilaku itu pada pekerjaan. Runtutan perilaku itu dilaksanakan
mulai yang paling ringkas sampai lebih komplek atau sukar; (3) pembagian nomer
urutan perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilaksanakan
melalui cara yang sama dan prosedural.
11) Merapatkan rancangan yang sudah dibuat bersama rekan agar mendapat arahan.
Bagian yang harus menjadi perhatian, antara lain:
a.Kelengkapan perilaku khusus merupakan jabaran setiap perilaku umum.
b. Kelogisan rangkaian dari perilaku-perilaku khusus sampai perilaku umum.
c.susunan hubungan perilaku-perilaku khusus (hierarkikal, prosedural,
pengelompokan, atau kombinasi).

Anda mungkin juga menyukai