Untuk
lebih jelasnya klasifikasi tujuan (kognitif, afektif,
dan psikomotorik) yang
dikemukakan Bloom dan Krathwohl (1956)
dan Bloom dan Maria (1964) dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
DOMAIN KOGNITIF
DOMAIN AFEKTIF
DOMAIN PSIKOMOTORIK
5 Gerakan Respons Berketerampilan secara luwes, supel, lancar, gesit, dan lincah.
Kompleks
2. Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Penerimaan
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau
kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
3. Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Menurut Davc, 1970 (dalam Akbar, 2013) klasifikasi tujuan domain psikomotor
terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-
gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan
evaluasi hasil belajar adalah:
1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah
diberikan pada mereka?
2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret
dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui:
1). pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, 2). sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3). beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Pengembangan domain psikomotor secara umum dapat diarahkan pada
tujuan utama, yang pertama yang mencakup aspek kebugaran jasmani, dan yang kedua
mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pendidikan
jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran
jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga
dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2. Domain/ ranah pendidikan jasmani mencakup tiga aspek penting yaitu : kognitif,
psikomotorik dan afektif. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan karena domain kognitif
mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, yang lebih penting lagi adalah penalaran dan
kemampuan memecahkan masalah. Domain afektif mencakup sifat- sifat psikologis yang
menjadi unsure kepribadian yang kukuh. Domain psikomotorik menegaskan bahwa
pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan
kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak ketrampilan itu
sendiri
B. Jenis-Jenis Belajar
Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam
melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar.
Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal
learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal
(verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept
learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang
mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari
kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif
mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan
psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual),
Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat
dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual.
Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk
kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan
yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa
ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis
materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure.
Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan,
mengidentifikasikan karakteristik dansebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil
atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan
sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun
membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai
kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap
objek studi menggunakan criteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa
mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan
contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai
kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan,
menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
C. Pembelajaran Dan Pengajaran
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif),
juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan
satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya
interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan
atau tanpa hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong
tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar
secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan
kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan
proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih
memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan
alat pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk
memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan
urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan
rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
D. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar
prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil
penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih
optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru
harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi
Suparman.
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan
dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan
perilaku, penilaian formatif.
Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,
keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang,
penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian.
Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa
berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya
memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru
mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan
pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar
dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan
situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah
penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat
dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara
singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari
tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan
pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan
tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti
ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan
menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek
yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun,
hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.
Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada
siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll
.
E. Teori belajar bloom
Belajar kognitif,Afektif dan psikomotorik merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa,
dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua
bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa
Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-
fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk,
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi
tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi
akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish
bone diagram.
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang
akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab
turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan
efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya.
Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan
domain yang dibuat Bloom.
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.
Ada pendapat lain tentang aspek psikomotorik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan
domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan
yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat
dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang
berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi
fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah
sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak
karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan
10 DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali. (2013). Belajar Kognitif Afektif dan Psikomotor. Diunggah tanggal 6 April 2015
pada http://ali4kb4r.blogspot.com
Pratiwi, Anggi. (2013). Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Ahli. Diunggah tanggal 7 April
2015 dalam http://anggipratiwi77.blogspot.com
Siedentop, Daryl. (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. Third Adition, Ohio
State University