Anda di halaman 1dari 15

DOMAIN KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTORIK

Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman, 2009) domain


kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik merupakan klasifikasi dari tujuan
pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai domain kognitif, afektif dan psikomotorik:
      
      1.    DOMAIN KOGNITIF
Domain kognitif yaitu menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang
rendah sampai yang tinggi, yaitu (1) Pengetahuan yang menitikberatkan pada aspek ingatan
terhadap materi yang telah dipelajari mulai dari fakta sampai teori. (2) Pemahaman, yaitu
langkah awal untuk dapat menjelaskan dan menguraikan sebuah konsep atau pengertian. (3)
Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi
yang nyata, meliputi aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori. (4) Analisis, yaitu
kemampuan dalam merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya strukturnya mudah untuk
dimengerti. (5) Sintesis, yaitu kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu
keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara
memformulasikan pola dan struktur baru. (6) Evaluasi, yaitu kemampuan dalam
mempertimbangkan nilai untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria
eksternal.

      2.    DOMAIN AFEKTIF


Domain afektif yaitu menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang
diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Domain afektif memiliki lima tingkatan dari yang
rendah sampai pada yang tinggi, yaitu (1) Penerimaan (receiving), misalnya kemampuan
siswa untuk mau mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan media
pembelajaran dengan melibatkan perasaan, antusiasme, dan semangat belajar yang tinggi. (2)
Responding, yaitu kemampuan siswa untuk memberikan timbal balik positif terhadap
lingkungan dalam pembelajaran, misalnya: menanggapi menyimak, bertanya, dan berempati.
(3) Penilaian, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan dalam pembelajaran,
membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai-nilai yang ditanamkan dalam pembelajaran,
membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai untuk diyakini dan diaplikasikan. (4)
Pengorganisasian, yaitu kemampuan siswa dalam hal mengorganisasi suatu system nilai, dan
(5) Karakterisasi, yaitu pengembangan dan internalisasi dari tingkatan pengorganisasian
terhadap representasi kehidupan secara luas.

      3.    DOMAIN PSIKOMOTORIK


Domain Psikomotorik yaitu domain yang menekankan pada gerakan-gerakan fisik.
Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, baik
keterampilan fisik halus maupun kasar.domain ini sering berhubungan dengan mata pelajaran
yang lebih menekankan pada gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, seperti seni musik,
lukis, pahat, dan mata pelajaran olahraga. Domain psikomotorik berhubungan dengan
kemampuan skill atau keterampilan seseorang. Ada enam tingkatan dalam domain ini, yaitu
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan mekanis terpola, gerakan respons kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan keterampilan natural.

       Untuk
lebih jelasnya klasifikasi tujuan (kognitif, afektif,
dan psikomotorik) yang
dikemukakan Bloom dan Krathwohl (1956)
dan Bloom dan Maria (1964) dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

DOMAIN KOGNITIF

No. Kategori Penjelasan

1 Pengetahuan Mengingat hal-hal yang spesifik, metode, dan struktur yang


sederhana.

2 Pemahaman Pemahaman tipe yang tidak termasuk kemampuan untuk


melihat/memahami, implikasi secara penuh.

3 Aplikasi Kemampuan untuk menggunakan generalisasi atau aturan


dalam situasi tertentu.

4 Analisis Kemampuan untuk memisahkan/mengurai sebuah sistem


hubungan pada susunan yang terorganisasi secara hierarkis
dari setiap komponen.

5 Sintesis Kemampuan untuk menyusun dan mengkombinasikan


sejumlah elemen yang tidak terstruktur pada keseluruhan
organisasi.

6 Evaluasi Penilaian terhadap materi, metode, dan lain-lain dengan


menggunakan kriteria tertentu.

DOMAIN AFEKTIF

1 Penerimaan Sensitivitas terhadap fenomena tertentu


2 Responding Perhatian yang aktif terhadap fenomena, merefleksikan minat
tanpa komitmen

3 Penilaian Persepsi terhadap fenomena, merefleksikan minat tanpa


komitmen.

4 Pengorganisasian Penyusunan nilai pada sistem organisasi.

5 Karakterisasi Pengembangan dan internalisasi dari tingkatan organisasi


terhadap representasi filosofis kehidupan secara luas.

DOMAIN PSIKOMOTORIK

1 Persepsi Menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan


mendiskriminasikan.

2 Kesiapan Melakukan konsentrasi dan menyiapkan diri secara fisik.

3 Peniruan/gerakan Dasar permulaan dari penguasaan keterampilan, peniruan


terbimbing contoh.

4 Gerakan Mekanis Berketerampilan dan pengulangan kembali urutan fenomena


sebagai bagian dari usaha sadar yang berpegang pada pola.

5 Gerakan Respons Berketerampilan secara luwes, supel, lancar, gesit, dan lincah.
Kompleks

6 Penyesuaian Pola Penyempurnaan keterampilan, menyesuaikan diri, melakukan


Gerakan gerakan variasi, meskipun pengembangan berikutnya masih
memungkinkan untuk diubah.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pendidikan Jasmani


            Siedentop (1991), seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat,
mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model
“pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya
telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran
jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui
aktivitas jasmani".
Menurut Freeman, (dalam Pratiwi, 2013), pendidikan jasmani adalah sejumlah
aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa pikiran (mental)
dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang
menekankan pendidikan fisikal.
Melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu
adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai
pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga
terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran
mental, intelektual, emosional, dan estetika.

B.       Domain/Ranah Pendidikan Jasmani


1.    Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif  memiliki
enam jenjang atau aspek, yaitu:
a.  Pengetahuan (knowledge)
            Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.
 b.  Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c.  Penerapan (application)
            Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d.  Analisis (analysis)
            Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau
faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu
dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman
maupun penerapan.
e.  Sintesa (evaluation)
            Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah
laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada
kemampuan sebelumnya.
f.  Evaluasi (evaluation)
            Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.Urutan-urutan
seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian
lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah
psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional.
Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria
internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana
dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah
berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
                 Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan
akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
                 Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, yang lebih penting
lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam
pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata
tetapi meliputi pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan
dengan, landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta pengisian waktu luang.

2.    Afektif
            Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a.  Penerimaan
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b.  Pemberian respon atau partisipasi
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
c.  Penilaian atau penentuan sikap
            Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau
kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d.  Organisasi
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e.  Karakterisasi / pembentukan pola hidup
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman,


berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah
diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan
pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang
hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yang kita peroleh tentang
sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat
menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan
organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah
sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang
kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan tetapi
yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensi
emosional dan watak. Konsep diri menyangkut presepsi diri atau penilain seseorang tentang
kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
                 Jadi inplikasi penting dari pendidikan jasmani adalah untuk mengatasi kepentingan
sosial seperti pengakuan dan menerima peraturan dan norma-norma bersama, belajar
bersama, menerima pimpinan. Mengembangkan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan
terhadap orang lain sebagai pribadi. Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi
pertolongan, perlindungan dan berkorban. Dan belajar mengenal dan mengalami bentuk-
bentuk pelepasan lelah secara aktif untuk pengisian waktu senggang .

3.    Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Menurut Davc, 1970 (dalam Akbar, 2013) klasifikasi tujuan domain psikomotor
terbagi lima kategori yaitu :
a.  Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-
gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c.  Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d.  Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
e.  Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
                 Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan
evaluasi hasil belajar adalah:
1.    Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah
diberikan pada mereka?
2.    Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3.    Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret
dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
            Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui:
1). pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, 2). sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3). beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
            Pengembangan domain psikomotor secara umum dapat diarahkan pada
tujuan utama, yang pertama yang mencakup aspek kebugaran jasmani, dan yang kedua
mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pendidikan
jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran
jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.         Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga
dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2.         Domain/ ranah pendidikan jasmani mencakup tiga aspek penting yaitu : kognitif,
psikomotorik dan afektif.  Ketiga aspek tersebut  saling berkaitan karena domain kognitif
mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, yang lebih penting lagi adalah penalaran dan
kemampuan memecahkan masalah. Domain afektif mencakup sifat- sifat psikologis yang
menjadi unsure kepribadian yang kukuh. Domain psikomotorik  menegaskan bahwa
pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan
kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak ketrampilan itu
sendiri

A. Pengertian Dan Ciri-Ciri Belajar


        Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami
hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari
pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap
evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan
atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan
manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut
tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan
sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang
berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun
tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam
mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.
Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk
membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat
namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun
kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan
dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam
dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.

B. Jenis-Jenis Belajar
Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam
melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar.
Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal
learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal
(verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept
learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang
mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari
kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif
mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan
psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual),
Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat
dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual.
Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk
kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan
yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa
ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis
materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure.
Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan,
mengidentifikasikan karakteristik dansebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil
atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan
sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun
membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai
kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap
objek studi menggunakan criteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa
mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan
contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai
kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan,
menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
C. Pembelajaran Dan Pengajaran
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif),
juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan
satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya
interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan
atau tanpa hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong
tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar
secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan
kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan
proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih
memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan
alat pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk
memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan
urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan
rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
D. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar
prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil
penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih
optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru
harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi
Suparman.
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan
dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan
perilaku, penilaian formatif.
Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,
keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang,
penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian.
Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa
berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya
memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru
mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan
pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar
dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan
situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah
penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat
dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara
singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari
tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan
pengulangan belajar.
Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan
tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti
ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan
menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek
yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun,
hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.
Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada
siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll
.
E. Teori belajar bloom
Belajar kognitif,Afektif dan psikomotorik merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.   Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.   Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.   Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa,
dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
  Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua
bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa
Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
     Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-
fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk,
     Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi
tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi
akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish
bone diagram.
     Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang
akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
     Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab
turunnya kualitas produk.
     Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan
efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb

  Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
     Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
     Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
     Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku.
     Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
     Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya.
  Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan
domain yang dibuat Bloom.
     Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
     Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
     Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba.
     Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
     Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks.
     Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
     Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.

Ada pendapat lain tentang aspek psikomotorik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan
domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a.   Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan
yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b.   Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c.   Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d.   Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat
dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang
berbeda.

e.   Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi
fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah
sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak
karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan

10 DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. (2013). Belajar Kognitif Afektif dan Psikomotor. Diunggah tanggal 6 April 2015
pada http://ali4kb4r.blogspot.com

Pratiwi, Anggi. (2013). Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Ahli. Diunggah tanggal 7 April
2015 dalam http://anggipratiwi77.blogspot.com

Siedentop, Daryl. (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. Third Adition, Ohio
State University

Anda mungkin juga menyukai