Anda di halaman 1dari 5

MATERI PPT PSIKOLOGI BELAJAR

Psikologi belajar adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses, faktor, dan teori-teori yang
terlibat dalam penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan informasi. Berbagai ahli
psikologi telah memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang psikologi belajar. Berikut adalah
beberapa pandangan dari para ahli dalam bidang ini:

1. Ivan Pavlov (1849–1936): Seorang ahli psikologi asal Rusia yang dikenal dengan konsep
kondisioning klasik. Pavlov mengembangkan teori bahwa respons refleks dapat dipelajari melalui
asosiasi stimulus yang semula netral dengan stimulus yang menghasilkan respons refleks.
2. John B. Watson (1878–1958): Seorang psikolog behavioris yang sangat memengaruhi
pandangan tentang psikologi belajar. Watson menyatakan bahwa perilaku manusia dapat
dipahami dan diprediksi dengan memahami stimulus dan respons yang terkait.
3. B.F. Skinner (1904–1990): Seorang psikolog behavioris lainnya yang dikenal dengan konsep
operant conditioning. Skinner menekankan pentingnya konsekuensi dari suatu tindakan dalam
membentuk perilaku, yaitu melalui pemberian reward (hadiah) atau punishment (hukuman)
4. Jean Piaget (1896–1980): Seorang ahli perkembangan anak asal Swiss yang memfokuskan
perhatiannya pada kognisi atau proses berpikir. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak
melewati tahapan-tahapan kognitif yang berbeda dalam proses belajar dan pengembangan
intelektual mereka
5. Lev Vygotsky (1896–1934): Seorang psikolog asal Uni Soviet yang mengembangkan teori
sosial-kognitif. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial dan pengaruh budaya memainkan
peran penting dalam pembelajaran dan perkembangan kognitif seseorang.

Psikologi belajar mencakup berbagai bentuk dan konteks pembelajaran. Berikut adalah beberapa
contoh konsep belajar dalam psikologi

1. Kondisioning klasik
Contoh: Jika seseorang mengalami trauma saat mendengar bunyi petir, kemudian mereka mulai
merasa takut setiap kali mendengar suara petir. Dalam hal ini, respons takut (yang awalnya tidak
terkait dengan bunyi petir) telah dikondisikan oleh pengalaman traumatis.
2. Kondisioning Operant
Contoh: Seorang siswa yang mendapatkan nilai tinggi dalam ujian matematika mungkin akan
merasa termotivasi untuk terus belajar matematika. Di sisi lain, jika seorang siswa diberi hukuman
atau mendapatkan hasil buruk, mereka mungkin akan mengalami penurunan motivasi
3. Pembelajaran Sosial
Contoh: Seorang anak mungkin belajar bagaimana mengikat sepatu melalui pengamatan orang
tuanya atau teman sekelas yang sudah mahir dalam keterampilan tersebut. Proses ini disebut
pembelajaran melalui peniruan atau observational learning
4. Pembelajaran Kognitif
Contoh: Seorang siswa yang memecahkan masalah matematika kompleks dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu mengalami pembelajaran kognitif. Mereka mungkin menggunakan
strategi pemecahan masalah yang dipelajari sebelumnya atau mengembangkan pendekatan
baru.
5. Pembelajaran kontrutivis
Contoh: Seorang siswa yang terlibat dalam proyek pembelajaran berbasis proyek, di mana
mereka membangun pemahaman mereka sendiri melalui eksplorasi dan kolaborasi dengan
teman sekelas. Mereka dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman
langsung
6. Pembelajaran berbasis masalah
Contoh: Seorang mahasiswa kedokteran yang belajar tentang diagnosis penyakit dengan
menyelesaikan kasus-kasus klinis dapat dianggap sebagai contoh pembelajaran berbasis
masalah. Mereka memecahkan masalah dan memahami konsep-konsep medis melalui
penyelesaian masalah praktis
7. Pembelajaran melalui pengalaman
1
Contoh: Seorang siswa geografi yang belajar tentang gunung berapi mungkin lebih memahami
konsep tersebut setelah mengunjungi gunung berapi dan melihatnya sendiri. Pengalaman
langsung seperti ini dapat memperkuat dan memperdalam pemahaman konsep
8. Pembelajaran kontekstual
Contoh: Seorang siswa yang belajar bahasa asing mungkin lebih berhasil memahami dan
mengingat kosakata jika mereka belajar dalam konteks situasi nyata, seperti berkomunikasi
dengan penutur asli atau melibatkan diri dalam situasi sehari-hari yang relevan

Penting untuk diingat bahwa contoh-contoh ini mencerminkan keragaman pendekatan dan
konteks pembelajaran yang ada dalam psikologi belajar. Setiap individu dapat merespons berbagai
bentuk pembelajaran dengan cara yang unik, dan kombinasi berbagai teori dan strategi pembelajaran
seringkali memberikan hasil yang optimal

TUJUAN BELAJAR

Menurut Benyamin S. Bloom dalam Hidayah (2005) bahwa tujuan belajar dinamai taxonomy mencakup
tiga domain/ranah meliputi; kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. Domain kognitif
Belajar yang terkait dengan tujuan kognitif mencakup enam perilaku khusus yang tersusun dari
yang terendah sampai dengan tertinggi, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), yakni kecakapan untuk mengingat atau mengulang fakta-
fakta dan prinsip-prinsip
b. Pemahaman (comprehension), adalah kecakapan untuk merumuskan sesuatu yang telah
dipelajari dengan kata- kata atau kata-kata sendiri
c. Penerapan (application) adalah kecakapan untuk meng gunakan sesuatu yang sudah
dipelajari dalam situasi nyata atau baru
d. Menganalisis (analysis) adalah kecakapan untuk menguraikan sesuatu yang umum
menjadi bagian- bagian kecil yang terorganisasi dan dapat difahami
e. Mensintesiskan adalah kecakapan untuk menggabungkan hagian-bagian kecil untuk
dirangkai dalam satu kesatuan yang mudah difahami
f. Evaluasi adalah kecakapan untuk memberikan penilaian pada sesuatu.
2. Domain efektif
Domain afektif berkaitan dengan kesadaran yang berasal dari diri individu untuk menggunakan
dan menerima sikap, prinsip, kode, dan sangsi yang mendukung keputusan nilai dan
mengarahkan perilakunya. Domain afektif meliputi lima tahap, yaitu:
a. Penerimaan (receiving), adalah tahap di mana individu berkeinginan menerima atau
mempertahankan objek tertentu
b. Menanggap (responding) adalah tahap di mana individu , setuju, ingin, dan melakukan
respon yang nyata terhadap objek yang telah diterima
c. Penilaian (valuing) adalah tahap di mana individu menerima dan menyakini bahwa objek
yang telah direspon berharga bagi dirinya (diterima, dipilih, dan berpegang teguh)
d. Pengorganisasian nilai (organization of values) adalah tahap di mana individu
mengorganisasikan nilai-nilai baru yang diyakini ke dalam sistem nilai pribadinya,
menentukan keterkaitan antarnilai dan mana yang dominan serta meresapkannya
e. Karakterisasi nilai (characterization by value or value complex) adalah tahap di mana
individu telah menyelesaikan seluruh proses internalisasi dan pada waktu yang sama
bertindak secara konsisten dengan nilai-nilai yang telah diresapi dan diintegrasikan
dengan falsafah hidupnya
3. Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik menekankan pada perilaku manusia yang mencakup empat kategori, tanpa
hirarki yang ketat sebagaimana kedua domain terdahulu, yaitu
a. Gerak tubuh (gross body movement), menekankan presisi dalam gerakan badan yang
bersifat kasar
b. Koordinasi gerak (finely coordinated movement), mengupayakan terbentuknya sekuensi
atau pola gerak yang terkoordinasi dari berbagai anggota badan sehingga menjadi mahir

2
c. Komunikasi nonverbal (non verbal communication) menekankan pada upaya melatih
peserta didik untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata
d. Perilaku bicara (speech behavior) mengutamakan upaya melatih peserta didik untuk
berkomunikasi secara verbal.

PRINSIP BELAJAR
Ada tujuh prinsip belajar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Perhatian dan motivasi terkait dengan minat


2. Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologis
3. Keterlibatan langsung (berpengaIaman) dialami sendiri oleh siswa/siswi, seperti: mengamati,
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab terhadap hasilnya
(keterlibatan fisik dan mental-emosional)
4. Pengulangan
5. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat siswa/siswi
bergairah untuk mengatasinya
6. Balikan dan penguatan
7. Perbedaan individual misalnya: karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat yang berbeda
karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender

PERILAKU BELAJAR
Dalam mengubah perilakunya, individu melakukan berbagai perbuatan mulai dari yang sederhana hingga
yang kompleks. Menurut Robert Gagne (dalam Surya 1997) bentuk perilaku dari yang sederhana hingga
yang kompleks adalah

1. Mengenal tanda isyarat. Seorang individu harus tau dan mengenal isyarat-isyarat yang diberikan
2. Menghubungkan stimulus dengan respons. Individu harus bisa merespon stimulus yang
diberikan
3. Merangkaikan dua respons atau lebih. Individu bisa memberikan 2 atau lebih respon terhadap
stimulus yang diberikan. Misalnya menolak dan menerimanya sekaligus
4. Asosiasi verbal, yaitu menghubungkan sebuah label kepada suatu stimulus
5. Diskriminasi, yaitu menghubungkan suatu respons yang berbeda kepada stimulus yang sama
6. Mengenal konsep, yaitu menempatkan beberapa stimulus yang tidak sama dalam kelas yang
sama
7. Mengenal prinsip, yaitu membuat hubungan antara dua konsep atau lebih
8. Pemecahan masalah, yaitu menggunakan prinsip-prinsip untuk merancang suatu respons.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, bentuk-bentuk perilaku di atas yang harus dikenal betul
oleh para pengajar disebut metakognisi dan persepsi sosial psikologis.

Metakognisi adalah pengetahuan seorang individu terhadap proses dan hasil belajar yang terjadi
dalam dirinya serta hal-hal yang terkait. Agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif, para pelajar
seyogyanya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya. Untuk itu, para pengajar harus
mengenal dan membantu siswa/siswi dan perbedaan yang muncul akibat konstruksi sosial.

Sedangkan yang dimaksud persepsi sosial psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar
mempersepsi proses belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh. Agar proses
belajar dapat berlangsung secara efektif, para siswa/siswi hendaknya memiliki persepsi yang tepat dan
menunjang terhadap proses belajar. Oleh karena itu, para guru harus mengenal kualitas persepsi itu, dan
membantu menempatkan persepsi para pelajar secara proporsional dan memadai.

TAHAP BELAJAR

Menurut Jerome S. Bruner

Menurut Bruner dalam Saiful Sagala (2006: 35-37), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga
tahap,

1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)

3
Dalam tahap informasi, seorang murid yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama
sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan
memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
2. Tahap transformasi (tahap pengubahan. materi)
Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa/siswi MI/SD, tahap ini akan berlangsung
lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan. Anda selaku guru yang diharapkan kompeten
dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran
tertentu.
3. Tahap evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa/siswi menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
Tak ada penjelasan rinci mengenai cara evaluasi ini, tetapi agaknya analog dengan peristiwa
retrieval untuk merespons lingkungan yang sedang dihadapi. Bruner beranggapan bahwa belajar
merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengodean
(coding). Berbagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu
mempunyai model yang unik tentang alam. Dalam model ini, belajar baru dapat terjadi dengan
mengubah model itu. Hal ini terjadi melalui pengubahan kategori-kategori menghubungkan
kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru.
Anak sebagai sosok yang mampu memecahkan masalah sendiri secara aktif yang memiliki cara
sendiri untuk memahami dunia. Jika anak didik memahami langkah-langkah penting dalam suatu
mata pelajaran, ia dapat berfikir terus secara produktif tentang masalah-masalah baru.

PROSES BELAJAR
Proses belajar dalam psikologi belajar melibatkan serangakian perubahan mental dan perilaku yang terjafi
pada individu sebagai hasil dari pengalaman. Brikut adalah beberapa proses belajar

1. Penerimaan Informasi (Input): Proses pertama dalam belajar adalah penerimaan informasi dari
lingkungan. Individu menerima stimulus dari lingkungan, baik melalui panca indera atau melalui
proses kognitif seperti perhatian dan pengamatan
2. Pemrosesan Informasi (Processing): Informasi yang diterima kemudian diproses oleh kognisi
individu. Proses ini melibatkan interpretasi, analisis, dan pengorganisasian informasi baru dengan
pengetahuan atau pengalaman sebelumnya
3. Penyimpanan Informasi (Storage): Setelah diproses, informasi tersebut disimpan dalam
memori. Ada tiga jenis memori utama: memori sensorik (memori sementara dari panca indera),
memori jangka pendek (tempat penyimpanan sementara), dan memori jangka panjang (tempat
penyimpanan informasi jangka panjang
4. Pemulihan Informasi (Retrieval): Pada tahap ini, individu mencoba mengakses kembali
informasi yang disimpan dalam memori. Kemampuan untuk mengambil informasi ini dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kualitas pengkodean dan konsolidasi memori
5. Penguatan (Reinforcement): Penguatan adalah konsep yang penting dalam psikologi belajar,
terutama dalam teori pembelajaran perilaku. Penguatan positif dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya perilaku yang diinginkan, sementara penguatan negatif dapat
meningkatkan kemungkinan menghindari perilaku yang tidak diinginkan
6. Asosiasi (Association): Teori belajar kognitif menekankan pentingnya asosiasi antara konsep-
konsep atau ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Hubungan ini membantu
memperkuat ingatan dan memfasilitasi pemahaman konsep baru
7. Motivasi: Motivasi memainkan peran kunci dalam proses belajar. Individu cenderung lebih
mungkin belajar dan mempertahankan informasi jika mereka memiliki motivasi intrinsik (motivasi
dari dalam diri sendiri) atau ekstrinsik (motivasi dari faktor eksternal)
8. Generalisasi dan Diskriminasi: Individu dapat menggeneralisasi konsep atau keterampilan yang
dipelajari ke situasi atau konteks lain, atau sebaliknya, membedakan antara situasi yang berbeda

4
Proses belajar dapat bervariasi di antara individu, dan pengaruh lingkungan, motivasi, dan jenis
materi yang dipelajari juga dapat memengaruhi bagaimana proses belajar terjadi. Terdapat berbagai
teori belajar yang mencoba menjelaskan dan memahami proses ini, termasuk teori pembelajaran
klasik, teori kognitif, dan teori pembelajaran sosial

Anda mungkin juga menyukai