Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

JENIS JENIS TEORI BELAJAR


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Ahmad Ilzamul Hikam. M.Pd

Disusun oleh kelompok 10:


1. Siti Jamila
2. Dewi Ananta

PROGRAM TADRIS BAHASA INDONESIA (TBID)

FAKULTAS TADRIS UMUM

UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN PROBOLINGGO

2022
BAB I

PEMBAHASAN

A. Jenis Jenis Teori Belajar

Teori belajar didasarkan pada pandangan tentang hakikat manusia, yaitu hakikat
manusia menurut pendapat John Locke bahwa manusia adalah organisme pasif. Locke
percaya bahwa orang seperti buku kosong, dan apa yang ada di atas kertas sangat
bergantung pada penulisnya. 

Pada saat yang sama, menurut Leibniz, sifat manusia adalah organisme yang aktif.
Manusia adalah sumber dari segala aktivitas. Pada dasarnya manusia bebas bertindak,
manusia dapat mengambil keputusan dalam segala situasi. Titik sentral dari kebebasan
ini adalah kesadaran diri sendiri.  

1. Teori Behavariostik (Tingkah Laku)

Menurut teori behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi


antara kesan yang dirasakan melalui panca indera dan kecenderungan tindakan, atau
hubungan stimulus-respons (R-S). Belajar adalah usaha untuk membentuk sebanyak
mungkin hubungan stimulus-respons. 

Menurut teori behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi


antara impresi dalam teori behavioral yang menekankan hubungan antara stimulus (S)
dan response (R) secara umum yang dapat dikatakan penting bagi hasil belajar siswa.
Kesuksesan. Triknya adalah guru memasukkan banyak dorongan ke dalam proses
pembelajaran dan dengan demikian siswa bereaksi secara positif, yang kemudian
mengikuti saat hadiah mengikuti, yang bertindak sebagai penguatan (dan menegaskan
reaksi yang ditunjukkan).

Ada beberapa prinsip umum yang perlu diingat. Menurut Mukinan (1997:23), adalah:

1. Teori ini beranggapan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dikatakan telah mempelajari sesuatu ketika mereka dapat menunjukkan beberapa
perubahan perilaku. 

2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus
dan respon, karena hal tersebut dapat diamati. Sedangkan yang terjadi dianggap tidak
penting karena tidak bisa diamati.
3. Penguatan, i. H. segala sesuatu yang dapat meningkatkan terjadinya suatu reaksi
merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Respon lebih kuat ketika penguatan
(baik positif maupun negatif) ditambahkan. 

Jika fokus belajar siswa adalah membangun hubungan stimulus-respons, dimana hal
ini berkaitan dengan tingkah laku siswa, maka ada aspek lain yang perlu diperhatikan
agar guru dapat mengamati atau menyimpulkan bahwa pembelajaran berhasil. Yang
dimaksud adalah sebagai berikut: 

1. Guru harus memahami rangsangan apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa.

2. Guru juga memahami reaksi seperti apa yang terjadi pada siswa.

3. Untuk mengetahui apakah jawaban siswa ini benar seperti itu, guru harus dapat: 

a. Menentukan bahwa jawabannya dapat dibuktikan

b. Reaksi yang ditunjukkan siswa juga dapat diukur (measurable)

c. Jawaban yang diberikan siswa harus jelas artinya (eksplisit)

d. Agar jawaban tetap atau tetap benar dalam ingatan/tingkah laku siswa, diperlukan
suatu bentuk penghargaan. 

Agar dapat menerapkan Teori Perilaku dalam proses pembelajaran untuk


memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran (siswa mendemonstrasikan
perilaku/kompetensi yang dirumuskan), guru harus menyiapkan dua hal sebagai
berikut:

a. Analisis keterampilan awal dan karakteristik siswa

b. mempelajari desain bahan

Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori perilaku
dalam pembelajaran adalah:

1. Identifikasi tujuan pembelajaran.

2. Lakukan analisis pembelajaran

3. Mengidentifikasi karakteristik dan keterampilan peserta didik usia dini

4. Menetapkan indikator keberhasilan belajar.


5. Menyusun bahan ajar (topik, topik, dll)

6. Menyusun strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu)

7. Mengamati rangsangan yang mungkin (latihan, tugas, tes, dll.)

8. Mengamati dan menganalisis jawaban siswa

9. Berikan penguatan positif dan negatif

10. Perhatikan kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997: 27).  

2. Teori Humanistik

Sekolah humanistik, di sisi lain, percaya bahwa pembelajaran manusia bergantung


pada emosi dan perasaan. Carl Rogers, anggota sekte ini, menjelaskan bahwa setiap orang
memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, strategi dan
pendekatan proses belajar mengajar harus direncanakan dan diatur sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan emosi siswa. Ia juga menjelaskan bahwa setiap orang
memiliki potensi dan keinginan untuk melampaui dirinya sendiri. Oleh karena itu, guru
harus menjaga siswa dan mengarahkan potensi mereka ke tingkat yang optimal. 

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Belajar


dianggap berhasil bila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dalam
belajar, siswa harus berusaha untuk secara bertahap mewujudkan dirinya sebaik mungkin.
Teori belajar ini mencoba memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelaku, bukan
pengamat. 

Tujuan utama dari teori humanistik adalah agar guru membantu siswa
mengembangkan diri, merasakan diri mereka sebagai orang yang unik dan membantu
mereka memahami potensi tersembunyi mereka. Para sarjana humanis melihat bahwa
pembelajaran ada dua bagian, yaitu bahwa tujuan utama teori humanistik adalah agar
pendidik membantu peserta didik mengembangkan dirinya, merasakan dirinya sebagai
manusia yang unik dan membantunya menyadari potensi yang ada dalam dirinya untuk
memahami. 

a. Guru Sebagai Pelatih


Psikologi humanistik berfokus pada guru sebagai fasilitator.Berbagai cara untuk
memfasilitasi pembelajaran dan karakteristik fasilitator yang berbeda dijelaskan di
bawah ini. Ini adalah ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa instruksi:

1. Guru harus memperhatikan untuk menciptakan suasana awal, situasi kelompok atau
pengalaman mengajar

2. Guru membantu mencapai dan mengklarifikasi tujuan individu dan tujuan umum
kelompok di dalam kelas.

3. Diyakini sebagai pendorong keinginan setiap siswa untuk mencapai tujuan


bermakna yang sebelumnya bersemayam dalam pembelajaran bermakna.

4. Ia berusaha untuk mengatur dan menyediakan sumber belajar yang seluas mungkin
dan paling mudah diakses siswa sehingga mereka dapat mencapai tujuan mereka.  

5. Dia memposisikan dirinya sebagai sumber yang fleksibel untuk digunakan


kelompok.

6. Menanggapi pernyataan yang dibuat oleh kelompok kelas, menerima baik isi
mental maupun perasaan dan berusaha menanggapi dengan cara yang sesuai baik
untuk individu maupun kelompok.

7. Ketika cuaca cocok untuk dimasukkan ke dalam kelas, pelatih dapat secara
bertahap mengambil peran siswa yang berpartisipasi, anggota kelompok, dan
mengungkapkan pendapatnya sebagai individu, serta siswa lainnya. 8. Ia berinisiatif
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya kepada kelompok, bukan melalui
pertanyaan atau paksaan, tetapi sebagai sumbangan pribadi yang dapat digunakan atau
ditolak oleh siswa

9. Saat belajar, ia harus memperhatikan ekspresi yang menunjukkan perasaan yang


dalam dan kuat  

Sebagai fasilitator, pemimpin harus mencoba menganalisis dan menerima


keterbatasan mereka sendiri.  

3. Teori Kognitif
Dalam teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek kognitif dan
perseptual untuk memperoleh pemahaman. Proses pemikiran internal yang terjadi selama
belajar sangat mempengaruhi tujuan dan perilaku. 

Menurut Piaget (dalam Hudoyono, 1988:45) Orang menghadapi tantangan,


pengalaman, gejala dan masalah baru yang harus ditanggapi secara kognitif (mental). Oleh
karena itu, orang harus mengembangkan skema pikiran yang lebih umum atau lebih rinci,
atau mereka harus mengubah, menanggapi, dan menafsirkan pengalaman-pengalaman ini.
Beginilah cara pengetahuan diciptakan dan terus tumbuh. Prosesnya meliputi:  

1. Skema/skema adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dalam


interaksinya dengan lingkungan dan berkembang secara mental. Grafik juga bertindak
sebagai kategori yang mengenali dan mengembangkan rangsangan yang masuk.

2. Asimilasi adalah proses kognitif yang melibatkan perubahan skema yang


mempertahankan konsep aslinya, hanya melengkapi atau menyempurnakannya. 3.
Perumahan adalah proses perencanaan atau karena konsep aslinya sudah tidak sesuai lagi.

4. Ekuilibrium adalah keseimbangan antara asimilasi dan adaptasi, yang memungkinkan


seseorang menghubungkan pengalaman eksternal dengan struktur internal (skema). Proses
perkembangan kecerdasan berlangsung dari ketidakseimbangan menuju keseimbangan
melalui asimilasi dan penyesuaian.

Ia juga menemukan bahwa belajar akan lebih berhasil bila disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Siswa harus dapat mencoba benda-benda fisik, mendorong
interaksi dengan teman sebayanya, dan dipandu oleh pertanyaan mendalam dari guru. Guru
hendaknya sangat mendorong siswa untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan, mencari dan
menemukan hal-hal yang berbeda di lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif
Piaget untuk pembelajaran adalah: 

Ia juga menemukan bahwa belajar akan lebih berhasil bila disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Para siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan
percobaan dengan benda-benda fisik tersebut

1. Bahasa dan cara berpikir anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, guru
mengajar dengan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak
2. Anak-anak belajar lebih baik ketika mereka mampu menghadapi lingkungan. Guru harus
membantu anak berinteraksi dengan lingkungan sebaik mungkin.

3. Materi yang dipelajari anak harus terasa baru tetapi tidak asing.

4. Memberikan kesempatan belajar bagi anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. 5. Di


dalam kelas, anak-anak harus memiliki kesempatan untuk berbicara satu sama lain dan
dengan teman-temannya.

Empat tahap perkembangan kognitif:

1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

2. Tahap Pra Operasional (2-6 tahun)

3. Tahap pengelolaan konkrit (6-12 tahun)

4. Tahap formal internal (12-18 tahun) 

Seseorang tidak dapat mempelajari apa pun selain kemampuan kognitifnya.


Akomodasi adalah proses reorganisasi mental sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman
baru (Hudoyono, 1988:47). Oleh karena itu, dalam belajar, seseorang tidak hanya menerima
pengetahuan dan pengalaman lama, tetapi para siswa harus mengadaptasi pengetahuan dan
pengalaman baru. Oleh karena itu, pada tahap tindakan konkrit, pembelajaran dari benda
konkrit harus diperhatikan untuk membantu siswa memahami konsep matematika. 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget. D;/Pasca Sarjana UNP/Srtategi


pembelajaran fisika/BAHAN/02 Teori Belajar dan Pembelajaran/Piaget

Coachdie. 2009. Teori Pembelajaran Yang Melandasi Pembalajaran. D;/Pasca Sarjana


UNP/Srtategi pembelajaran fisika/BAHAN/02 Teori Belajar dan Pembelajaran/Teori Belajar
Yang Melandasi Pembelajaran

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Bandung: San Grafika.

Anda mungkin juga menyukai