Anda di halaman 1dari 16

1.

what's SMS

Saat ini kita akan membahas mengenai dasar atau refferensi yang akan dipakai dalam Safety
Management System

Referensi pertama adalah ICAO Annex 19 edisi ke dua. Annex 19 dikeluarkan oleh ICAO,
Internasional Civil Aviation Organisation, suatu lembaga dibawah PBB yang menangani penerbangan
sipil. Sebagaimana PBB, anggota ICAO adalah hampir semua negara di dunia. Annex 19 sendiri bersifat
umum atau general, tentang apa yang harus dilakukan negara-negara anggota ICAO dalam menerapkan
Safety Management System tersebut.

ICAO Annex 19 diterangkan secara lebih mendetail oleh ICAO Document 9859, saat ini sudah
mencapai edisi ke empat. Document 9859 memberikan petunjuk bagaimana melakukan penerapan
Safety Management Sytem tersebut.

Dokumen ke empat adalah AHM atau Airport Handling Manual yang dikeluarkan oleh IATA. IATA
kepanjangan dari International Air Transport Association yang beranggotakan perusahaan Air Transport
atau yang berkaitan dengannya. Dalam AHM section atau bagian 610 dibahas mengenai Safety
Management System terlebih mengenai perhitungan safety risk.

Di negara kita sendiri, selain Undang-Undang No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan,


keselamatan penerbanagn juga diatur dalam PP No 3 tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan. Safety Manajemen Sistem sendiri dibahas lebih detail di KM no 20 tahun 2009.

SMS merupakan suatu sistem manajemen keselamatan yang melakukan pendekatan secara
sistematis untuk mengelola keselamatan dengan melibatkan struktur organisasi, akuntabilitas, tanggung
jawab, kebijakan dan prosedur yang diperlukan.

Manajemen keselamatan berupaya untuk secara proaktif mengurangi risiko keselamatan


sebelum mengakibatkan kecelakaan dan insiden penerbangan. Melalui penerapan manajemen
keselamatan, perusahan dapat mengelola kegiatan keselamatan mereka dengan cara yang lebih
disiplin, integratif dan fokus.
Ada banyak manfaat untuk menerapkan manajemen keselamatan, beberapa di antaranya
meliputi:

1. Penguatan budaya keselamatan - Budaya keselamatan organisasi dapat diperkuat dengan


menunjukkan komitmen manajemen dan secara aktif melibatkan personel dalam pengelolaan risiko
keselamatan. Ketika manajemen secara aktif mendukung keselamatan sebagai prioritas, biasanya hal
itu diterima dengan baik oleh personel dan menjadi bagian dari operasi normal.

2. Pendekatan berbasis proses yang terdokumentasi untuk memastikan keselamatan-


Menetapkan pendekatan yang jelas dan terdokumentasi untuk mencapai operasi yang aman yang dapat
dipahami oleh personel dan dapat dengan mudah dijelaskan kepada orang lain
3. Peningkatan deteksi dini bahaya keselamatan - Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
mendeteksi masalah keselamatan yang muncul, yang dapat mencegah kecelakaan dan insiden melalui
identifikasi bahaya secara proaktif dan manajemen risiko keselamatan

4. Pengambilan keputusan berdasarkan data keselamatan - Meningkatkan kemampuan


perusahaan untuk mengumpulkan data keselamatan untuk tujuan analisis keselamatan. Dengan
beberapa pemikiran strategis untuk menentukan pertanyaan apa yang perlu dijawab, informasi
keselamatan yang dihasilkan dapat membantu pembuat keputusan, hampir secara real-time, untuk
membuat keputusan yang lebih terinformasi dan valid. Aspek penting dari pengambilan keputusan ini
adalah alokasi sumber daya ke area yang menjadi perhatian atau kebutuhan lebih besar

5. Penghindaran biaya - Melalui identifikasi proaktif dari manajemen risiko, biaya yang timbul
karena kecelakaan dan insiden dapat dihindari . Dalam kasus seperti itu, biaya langsung mungkin
termasuk: cedera; kerusakan properti; perbaikan peralatan; dan menjadwalkan penundaan.
Biaya tidak langsung mungkin termasuk: tindakan hukum; kehilangan bisnis dan reputasi yang rusak;
suku cadang surplus; alat dan pelatihan; peningkatan premi asuransi; hilangnya produktivitas staf;
pemulihan dan pembersihan peralatan; hilangnya penggunaan peralatan yang menyebabkan
penggantian peralatan jangka pendek; dan investigasi internal
IMPLEMENTASI SMS

Membangun fondasi yang kokoh sangat penting untuk mencapai implementasi manajemen keselamatan
yang efektif. Aspek-aspek berikut harus ditangani sebagai langkah pertama dalam menerapkan
persyaratan SMS:
1. Komitmen manajemen senior: Manajemen senior dari semua jajaran perusahaan harus
berkomitmen untuk melaksanakan manajemen keselamatan yang efektif.

2. Kepatuhan dengan persyaratan yang ditentukan: perusahaan harus memastikan bahwa


mereka memiliki proses untuk memastikan kepatuhan berkelanjutan dengan persyaratan preskriptif
yang ditetapkan.
3. Reward and punishment : perusahaan harus menetapkan kebijakan dan kerangka kerja
penegakan untuk memungkinkan karyawan menyelesaikan penyimpangan dan pelanggaran kecil.

4. Perlindungan informasi keselamatan: perusahaan harus memberikan perlindungan untuk


memastikan ketersediaan berkelanjutan dari data keselamatan dan informasi keselamatan.

2. evolution of safety

kita kembali bertemu dalam pembahasan pengantar safety manajemen sistem.

Slide 1

sering kita berpikir, apa sih safety itu? terkadang ada yang menjawab safety adalah
keselamatan..kalau dari terjemahannya sih memang keselamatan adalah bahasa indonesia dari
safety..namun yang akan mulai kita bahas adalah bagaimana kita mendefinisikan atau mengartikan
safety atau keselamatan itu sendiri..

beberapa orang mengartikan safety adalah terbebas atau kalau tidak terjadi accident, accident
sendiri didefinisikan oleh IATA sebagai suatu kejadian yang terkait dengan pengoperasian pesawat
udara, maupun petugas dan penumpangnya dimana terjadi akibat luka yang serius, atau pesawat
udaranya tidak dapat dipergunakan untuk beroperasi lagi. selain itu ada pengertian lain yaitu incident,
dimana didefinisikan sebagai kejadian yang terjadi pada pesawat udara maupun yang terkait selain
accident namun memberikan efek terhadap keselamatan penerbangan.

terdapat pendapat yang mengatakan bahwa keselamatan adalah bila terbebas dari bahaya
sebagai penyebab kecelakaan. mengenai hazard atau bahaya akan dibahas lebih detail kemudian.

pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bila sudah menghindari kesalahan akan selamat.
begitu juga ada yang berpendapat bahwa keselamatan adalah mematuhi peraturan.

Slide 2

Fakta yang terjadi adalah tidak ada suatu perusahaan atau seseorangpun yang terbebas dari
kecelakaan, pengurangan secara total tehadap terjadinya accident incident tidak bisa diraih. zero
accident yang sering digaungkan lebih sering dipergunakan sebagai safety promotion atau ajakan.
pencapaian zero accident pun harus diperhatikan kriteria pendefinisian dari accident atau incident yang
dipergunakan.

selain itu kegagalan operasional masih akan terjadi meskipun upaya pencegahan harus
diutamakan.

tidak ada aktivitas atau sistem buatan manusia yang dapat menjamin benar-benar bebas dari
bahaya dan kesalahan operasional.

Slide 3

ICAO mendefinisikan safety atau keselamatan sebagai suatu keadaan dimana resiko yang terkait
dengan aktivitas penerbangan maupun yang terkait dengan pengoperasian pesawat udara dikurangi
atau dikendalikan pada suatu tingkat yang dapat diterima.

point awal yang harus dipahami adalah resiko, setiap hal, setiap aktivitas mesti mempunyai
resiko. tidak ada satupun aktivitas atau kegiatan yang tidak memiliki resiko. resiko secara umum
didefinisikan sebagai akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang. Resiko ada dua, baik dan buruk..baik apabila konsekuensinya
sesuai dengan yang diinginkan pada saat memulai kegiatan, resiko buruk bila sebaliknya..konsekuensinya
tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

setelah kita mengetahui bahwa setiap aktivitas, baik aktivitas personal maupun aktivitas operasional
perusahaan dapat menimbulakn konsekuensi yang buruk, ada satu pertanyaan lanjutan lagi, yaitu seberapa
sanggup kita atau perusahaan menerima konsekuensi buruk tersebut. tingkat, kesanggupan atau ketahanan
kita menerima konsekuensi buruk itu yang disebut sebagai acceptable level.

seberapa sanggup perusahaan menerima kerugian akibat kecelakaan, seberapa sanggup seseorang
dapat membiayai pengobatan kalau dia celaka, seberapa sanggup seseorang menahan sakit akibat
kecelakaan yang dialaminya, itulah acceptable level. setiap orang, setiap perusahaan memiliki acceptable
level yang berbeda-beda

Slide 4.

Perkembangan safety dimulai dengan techical era sekitar tahun 1950 an, dimana aspek teknis
mempunyai kontribusi paling besar terhadap terjadinya kecelakaan. pada saat tersebut, proses pabrikasi,
proses manufacturing masih cenderung kurang baik, kurang presisi sehingga memberikan kemungkinan lebih
besar sebagi penyebab kegagalan operasional yang berakibat accident.

seiring dengan perkembangan teknologi, proses fabrikasi, manufacturing berkembang sehingga


faktor teknik sebagi penyebab kegagalan operasional sudah mulai berkurang. pada tahun 1970, mulai dikenal
human faktor, faktor dari manusianya, sebagai penyebab terjadinya accident. faktor kelelahan petugas, salah
komunikasi antara petugas, salah desain, salah mengoperasikan peralatan mulai dideteksi sebagai penyebab
terjadinya accident. pada masa itu berkembang suatu pengetahuan mengenai pola istirahat orang dan lain
lain.
memasuki tahun 1990 an dikenal istilah organizational faktor, sebagai salah satu penyebah
terjadinya accident. organisasi perusahaan malah dianggap sebagai penyebab accident, hal tersebut dapat
terjadi manakala terjadi pengambilan keputusan yang kurang tepat, penempatan personel maupun kualifikasi
personal yang tidak tepat atau bahkan pelaporan terkait keselamatan yang hanya asal menyenangkan
pimpinan perusahaan.

memasuki awal abad 21, muncul pendekatan baru yang meggabungkan pendekatan keselamatan
masa lalu dan berkembang menuju tingkat yang lebih tinggi. penerapan SSP atau SMS mulai diterapkan,
namun sebagian besar berfokus pada kinerja keselamatan individu dan kontrol secara lokal. banyak negara
dan perusahaan memiliki sistem penerbangan yang berbeda yang semuanya berperan dalam keselamatan
penerbangan. beberapa contoh accident menunjukkan bahwa hubungan antara organisasi membawa
pengaruh yang bruruk terhadap keselamatan.

ACCIDENT CAUSE

Slide 1

kita bertemu lagi dalam pembahasan penyebab terjadinya kecelakaan

banyak teori mengenai penyebab accident, accident prone theory, pure chance theory, domino
theory dll. namun kali ini hanya theory swiss chesse yang dikenalkan oleh james reason yang akan
dibahas.

kalau kita lihat dari pemodelannya, akan kita lihat adanya hazard atau bahaya sebagai penyebab
terjadinya losses atau accident. hazard dapat menjadi losses apabila dapat melewati lubang yang
terdapat pada lapisan penghalang, dalam hal ini diinterprestasikan sebagai lubang pada kepingan cheese
atau keju.

slide 2

Model "Swiss-Cheese" dikembangkan oleh Profesor James Reason dan terkenal di industri
penerbangan, menggambarkan bahwa kecelakaan melibatkan pelanggaran beberapa pertahanan atau
penghalang secara berurutan. Pelanggaran ini dapat dipicu oleh sejumlah faktor pendukung seperti
kegagalan peralatan atau kesalahan operasional.

Model Swiss-Cheese berpendapat bahwa sistem yang kompleks seperti penerbangan dilindungi
dengan sangat baik oleh lapisan pertahanan atau dikenal sebagai "penghalang". Penghalang dapat
berwujud sebagai peraturan, teknologi maupun training. Kegagalan titik tunggal jarang berakibat
menjadi konsekuensi buruk atau accident. Pelanggaran dalam pertahanan keselamatan dapat
menjadi konsekuensi tertunda dari keputusan yang dibuat di tingkat organisasi yang lebih tinggi, yang
mungkin tetap tidak aktif sampai efek atau potensi merusak diaktifkan oleh kondisi operasi tertentu
(dikenal sebagai kondisi laten). James Reason mengemukakan bahwa semua kecelakaan mencakup
kombinasi dari kegagalan aktif dan kondisi laten.

Active Failure adalah tindakan atau kelambanan, termasuk kesalahan dan pelanggaran aturan,
yang memiliki efek merugikan langsung. Active Failure dikaitkan dengan personel garis depan (pilot,
pengawas lalu lintas udara, teknisi perawatan pesawat, dll.) Dan dapat mengakibatkan hasil yang
berbahaya.

Unsafe situation adalah kondisi tempat dimana pekerjaan atau kegiatan tersebut dilakukan.

Latent condition dalam sistem dapat mencakup yang diciptakan oleh budaya keselamatan:
pilihan peralatan atau rancangan prosedural; tujuan organisasi yang bertentangan: sistem organisasi
yang rusak; atau keputusan manajemen yang tidak mendukung sistem keselamatan. Konsekuensi dari
latent condition mungkin tetap tidak aktif untuk waktu yang lama. Awalnya, latent condition ini tidak
dianggap berbahaya, tetapi dalam kondisi tertentu dapat menjadi berbahaya saat pertahanan tingkat
operasional dilanggar.

Accident tidak mungkin disebabkan oleh penyebab yang tunggal, accident terjadi karena
kombinasi dari kekurangan defences, active failure, unsafe situation dan latent condition. Hazard atau
bahaya sama sekali tidak dapat dihilangkan dari setiap kegiatan.

Slide Practical drift

Kegiatan operasional idealnya harus bekerja seperti yang dirancang, mengikuti kinerja baseline
(garis batas) hampir sepanjang waktu. Pada kenyataannya, kinerja operasional sering kali berbeda dari
kinerja dasar, yang diasumsikan sebagai konsekuensi dari operasi kehidupan nyata dalam lingkungan
yang kompleks, selalu berubah dan biasanya tergantung keadaan. Karena penyimpangan merupakan
konsekuensi dari praktik sehari-hari, penyimpangan ini disebut sebagai "practical drift atau
penyimpangan praktis". Istilah "penyimpangan digunakan dalam konteks ini sebagai penyimpangan
bertahap dari jalur yang dimaksudkan karena pengaruh eksternal.

Tugas, prosedur dan peralatan sering kali pada awalnya dirancang dan direncanakan dalam
kondisi ideal, dengan asumsi segala sesuatu berfungsi seperti yang diharapkan. Hal tersebut didasarkan
pada asumsi bahwa

a. terdapat teknologi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegiatan

b. personnel telah mendapatkan pendidikan, kompeten dan mempunyai motivasi untuk


melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud

c. kebijakan dan prosedur kerja akan dipatuhi selama kegiatan operasional dilakukan.

Snook menyatakan penyimpangan praktis tidak dapat dihindari dalam sistem apa pun, tidak
peduli seberapa hati-hati dan dipikirkan desainnya. Beberapa dari alasan penyimpangan praktis antara
lain:

a. teknologi yang tidak beroperasi seperti yang diperkirakan:

b. prosedur tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana dalam kondisi operasional tertentu;

c. perubahan sistem, termasuk komponen tambahan;

d. berinteraksi dengan sistem lain

e. budaya keselamatan

f. dll

pada kenyataannya orang pada umumnya akan membuat sistem bekerja setiap hari meskipun
ada kekurangan, dengan menerapkan adaptasi atau solusi lokal maupun strategi pribadi. solusi ini dapat
melewati penghalang atau defences sebagaiman dalam teori swiss cheese. misalnya seharusnya
personnel mendapatkan training terlebih dahulu sebelum bekerja, namun karena kekurangan personnel
kewajiban training ini diabaikan untuk sementara.

kegiatan safety assurance seperti audit, observasi dan pemantauan SPIs (Safety Performance Index)
dapat membantu untuk mengekspos kegiatan yang secara praktis menyimpang, mencari tahu penyebab
penyimpangan yang terjadi untuk mengurangi resiko terjadinya accident.

MANAGEMENT DILEMA

Slide 1 over protection

Dalam setiap perusahaan produksi , profitabilitas ( keuntungan perusahaan) dan risiko


keselamatan saling terkait. Sebuah organisasi harus menjaga profitabilitas agar tetap dalam bisnis
dengan menyeimbangkan output dengan risiko keselamatan yang dapat diterima termasuk biaya yang
dipakai dalam penerapan kontrol risiko keselamatan. Pengendalian risiko keselamatan umum
mencakup teknologi, pelatihan, proses, dan prosedur. Perusahaan harus dapat memperhitungkan biaya
yang dikeluarkan penerapan kontrol risiko keselamatan.

Penerapan pengendalian risiko keselamatan memiliki harga - uang, waktu, sumber daya - dan
tujuan pengendalian risiko keselamatan biasanya untuk meningkatkan kinerja keselamatan,
meningkatkan rasa keselamatan saat bekerja bukan kinerja produksi. Sebagai contoh personel ketika
naik tiang tinggi akan merasa lebih nyaman, lebih merasa terjamin keselamatannya ketika dia
mempergunakan tali penyelamat. Namun, beberapa investasi dalam "perlindungan" juga dapat
meningkatkan "produksi" dengan mengurangi kecelakaan dan insiden serta biaya yang terkait
dengannya.

Misalnya, penyedia layanan mungkin ingin berinvestasi dalam peralatan baru. Peralatan baru
secara bersamaan dapat memberikan Peningkatan efisiensi yang diperlukan serta meningkatkan
keandalan dan kinerja keselamatan. Pengambilan keputusan tersebut melibatkan penilaian baik
manfaat bagi organisasi maupun risiko keselamatan yang terlibat. Alokasi sumber daya yang
berlebihan untuk pengendalian risiko keselamatan dapat mengakibatkan aktivitas menjadi tidak
menguntungkan, sehingga membahayakan kelangsungan hidup organisasi atau perusahaan.

Logika paling mudah adalah, kita sudah memahami bahwa setiap kegiatan pasti mempunyai
konsekuensi atau resiko. Resiko buruk dari suatu kegiatan operasional adalah accident. Suatu
perusahaan kalau tidak mau mengambil resiko mengalami accident sama sekali, maka perusahaan
tersebut akan tidak beroperasi sama sekali. Ketika sebuah perusahan tidak beroperasi, maka
perusahaan tersebut tidak akan mendapatkan pemasukan yang pada akhirnya menjurus kepada
kebangkrutan.

Slide 2 Over production

Di sisi lain, alokasi berlebihan sumber daya untuk produksi dengan mengorbankan perlindungan
dapat berdampak pada produk atau layanan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh
karena itu, penting untuk menetapkan batas keamanan yang memberikan peringatan dini bahwa alokasi
sumber daya yang tidak seimbang, atau sedang berkembang. Organisasi menggunakan sistem
manajemen keuangan untuk mengenali ketika mereka terlalu dekat dengan kebangkrutan dan
menerapkan logika dan alat yang sama yang digunakan oleh manajemen keselamatan untuk memantau
kinerja keselamatan mereka.

Contoh yang mudah nila sebuah perusahaan menginstruksikan personelnya melakukan pekerjaan
dengan kuantitas yang banyak bahkan cenderung berlebih tanpa mempertimbangkan faktor kelelahan,
pada akhirnya personel yang lelah tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya accident yang bisa jadi
menyebabkan kebangkrutan perusahaan tersebut.

Slide 3

Ruang keselamatan atau safety space adalah metafora untuk zona di mana organisasi menyeimbangkan
produksi / profitabilitas yang diinginkan sambil mempertahankan perlindungan keselamatan yang
diperlukan melalui pengendalian risiko keselamatan.

HAZARD IDENTIFICATION

Slide 1

Hazard atau bahaya didefinisikan sebagai suatu kondisi atau objek yang mempunyai potensi atau dapat
berkontribusi terjadinya accident atau incident di pesawat udara. pendefinisian ini dapat pula dipakai di
luar konteks penerbangan. yang harus diperhatikan adalah potensi atau kontribusi sebagai penyebab,
misal sebuah pisau ketika tersimpan dalam laci akan mempunyai perbedaan dengan pada saat pisau
tersebut tergeletak di lantai. saat pisau tergeletak di lantai, dapat dikategorikan sebagai bahaya,
namun saat tersimpan di laci tidak dapat dikategorikan sebagai bahaya.

Slide 2

Identifikasi bahaya berfokus pada kondisi atau objek yang dapat menyebabkan atau
berkontribusi pada pengoperasian pesawat yang tidak aman atau terkait keselamatan penerbangan
peralatan, produk, dan layanan. Bahaya ada di semua tingkatan dalam organisasi dan dapat dideteksi
melalui banyak sumber termasuk sistem pelaporan, inspeksi, audit, brain stroming, dan penilaian ahli.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bahaya sebelum menyebabkan kecelakaan, insiden,


atau kejadian terkait keselamatan lainnya. Bahaya juga dapat diidentifikasi dalam tinjauan atau studi
laporan investigasi internal dan eksternal. Pertimbangan bahaya saat meninjau laporan investigasi
kecelakaan atau insiden adalah cara yang baik untuk meningkatkan sistem identifikasi bahaya organisasi.
Dua metodologi utama yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi bahaya, yaitu :

a. Reaktif. Metodologi ini melibatkan analisis hasil atau peristiwa masa lalu. Bahaya
diidentifikasi melalui investigasi kejadian keselamatan. Insiden dan accident
merupakan indikasi kekurangan sistem dan oleh karena itu dapat digunakan untuk
menentukan bahaya mana yang berkontribusi pada kejadian tersebut.
b. Proaktif. Metodologi ini melibatkan pengumpulan data keselamatan dari kejadian
dengan konsekuensi yang lebih rendah atau kinerja proses dan menganalisis informasi
keselamatan atau frekuensi kejadian untuk menentukan apakah suatu bahaya dapat
menyebabkan accident atau incident.

Slide 3

kalau kita perhatikan, contoh metodologi reaktif adalah ketika kita melakukan investigasi accident
atau incident. ketika kita menemukan sumber penyebab terjadinya kejadian tersebut, pada saat
itulah kita menemukan bahaya atau hazard. investigasi kecelakaan yang baik adalah investigasi
yang dapat menemukan akar penyebab dari terjadinya kecelakaan. metode yang dipakai bisa
dengan 5W1H, fish bone diagram atau bowtie diagram

metodologi proactive biasa dialkuakn dengan melakukan analisa terhadap data, baik proses mencari
data saat audit, maupun melalui pelaporan incident serta monitor kegiatan operasional.
Ketika menlakukan identifikasi bahaya, beberapa hal harus dijadikan sebagai pertimbangan antara
lain :

a. Deskripsi sistem kegiatan, kita harus paham step by step pekerjaan yang sedang kita observasi

b. faktor desain, termasuk peralatan dan desain tugas:


c. keterbatasan kinerja manusia (misalnya fisiologis, psikologis, fisik dan kognitif

d. prosedur dan praktik pengoperasian, termasuk dokumentasi dan daftar periksa, dan validasinya
dalam kondisi operasi aktual,

e. faktor komunikasi, termasuk media, terminologi dan bahasa yang dipakai saat operasional.
f. sistem pemantauan kinerja yang dapat mendeteksi penyimpangan praktis, penyimpangan
operasional atau penurunan keandalan produk
g. faktor organisasi, seperti yang terkait dengan rekrutmen, pelatihan dan retensi personel,
kesesuaian produksi dan tujuan keselamatan, alokasi sumber daya, pengoperasian tekanan
dan budaya keselamatan perusahaan
h. faktor yang terkait dengan lingkungan operasional (misalnya cuaca, kebisingan sekitar dan
getaran suhu dan pencahayaan)

Bahaya juga dapat diidentifikasi melalui analisis data keselamatan yang mengidentifikasi tren yang
merugikan dan membuat prediksi tentang bahaya yang muncul, dll.

Slide 4

berdsarkan typenya, bahaya dapt diklasifikasikan sebagai berikut


1. Natural, biasanya kondisi alam misal banjir, kondisi hujan petir dll

2. Technical, tipe ini melibatkan faktor teknis misalkan proses pemasangan spare part, bail orangnya
atau material spare part yang dipasang. bisa juga dikembangkan pada pemenuhna training mekanik
yang melakukan pekerjaan tersebut.

3. ekonomic, type ini biasanya melibatkan faktor keuangan saat melakukan kegiatan operasional..misal
tidak adanya biaya untuk penggantian spare part, kurangnya petugas operasional karena faktor ketidak
mampuan perusahaan memenuhi jumlah petugas.

Slide 5
pemodelan ini terlihat kalau kita mempergunakan bow tie, yang memperlihatkan bagaimana kita harus
mampu menlakukan identifikasi terhadap kemungkinan konsekuensi atau peristiwa yang terjadi apabila
hazar atau bahaya tersebut kita abaikan. metodologinya bisa dikatakan sebagai proaktive

Slide 6

pemodealan ini memperlihatkan bahwa kita harus mampu mengidentifikasi bahaya maupun
konsekuensi yang timbul dari suatu kejadian. pemodelan ini bisa dikatakan pemodelan reaktif. mencari
root cause dengan 5W1H akan sangat membantu

Slide 7

Pemodelan proactive selanjutnya memperlihatkan bagaimana melakukan identifikasi bahaya maupun


kejadian dari konsekuensi yang ditimbulakn bila bahaya diabaikan.

baiklah, sampai disini penjelasan mengenai identifikasi bahaya. sampai jumpa di materi selanjutnya.

SAFETY RISK MANAGEMENT

Slide 1

Safety Risk management (SRM) merupakan komponen kunci dari manajemen keselamatan dan
mencakup identifikasi bahaya, safety risk assesment, mitigasi risiko keselamatan dan penerimaan
risiko. Prose ini aadalah aktivitas berkelanjutan karena sistem penerbangan terus berubah, bahaya
baru dapat muncul, dan beberapa bahaya serta risiko keselamatan terkait dapat berubah seiring
waktu. Selain itu, efektivitas strategi mitigasi risiko keselamatan yang diterapkan harus dipantau
untuk menentukan apakah tindakan lebih lanjut diperlukan.

Safety risk atau resiko keselamatan diperkiranan dari tingkat kemungkinan dan keparahan sebagai
akibat konsekuensi dari adanya bahaya yang ditemukan. dengan kalimat mudahnya sesudah kita
dapat melakukan identifikasi bahaya, kita harus dapat memperkirakan kemungkinan, seberapa
sering bahaya ini ditemukan dan seberapa parah konsekuensinya kalau bahaya ini kita abaikan.

Slide 2
Tabel 1 menyajikan tabel klasifikasi probabilitas risiko keselamatan yang khas. Ini mencakup
lima kategori untuk menunjukkan probabilitas yang terkait dengan bahaya yang teridentifikasi ,
deskripsi setiap kategori, dan penetapan nilai untuk setiap kategori. Contoh ini menggunakan
istilah kualitatif; istilah kuantitatif dapat didefinisikan untuk memberikan penilaian yang lebih
akurat. Hal ini bergantung pada ketersediaan data keselamatan yang sesuai dan kecanggihan
organisasi dan operasi.
Sebagai contoh, ketika kita menemukan sprare part palsu terpasang pada kendaraan kita, dari
frekuensi kita bisa menghitung seberapa sering kita menemukan hal tersebut dalam proses
perawatan..apakah setiap kali servis, atau kadang kadang saja, atau tiap dua kali servis..dll, kita
harus mendefiniskan terlebih dahulu deskripsi untuk setiap kemungkina kejadian.

Ini hanya contoh. Tingkat kerincian dan kompleksitas tabel dan matriks harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kompleksitas khusus setiap organisasi. Perlu juga dicatat bahwa organisasi
mungkin memasukkan kriteria kualitatif dan kuantitatif. tiap perusahaan bisa berbeda, mungkin
valuenya ada yang dengan angka 10 atau bahkan dengan huruf.

Slide 3
Setelah penilaian probabilitas selesai, langkah selanjutnya adalah menilai tingkat keparahan,
dengan mempertimbangkan konsekuensi potensial yang terkait dengan bahaya. Tingkat keparahan
risiko keselamatan didefinisikan sebagai tingkat bahaya yang mungkin secara wajar diharapkan terjadi
sebagai konsekuensi atau hasil dari bahaya yang diidentifikasi. Klasifikasi tingkat keparahan harus
mempertimbangkan korban jiwa atau cedera serius yang akan terjadi.
Penilaian tingkat keparahan harus mempertimbangkan semua kemungkinan konsekuensi yang
terkait dengan bahaya, dengan mempertimbangkan yang terburuk situasi yang dapat diperkirakan.
Tabel 2 menyajikan tabel tingkat keparahan risiko keselamatan yang khas. Ini mencakup lima kategori
untuk menunjukkan tingkat keparahan, deskripsi setiap kategori, dan penetapan nilai untuk setiap
kategori.
Sebagai contoh, misalkan bahaya yang diidentifiaksi adalah sebuah pisau yang tergeletak di lantai
diketemukan setiap hari, dari probabilitas tabel sebelumnya didapat harga 5..kemudian kita
memperkirakan konsekuensi dari pisa yeng tergeletak di lantai tersebut, berdasarkan brainstorming,
efeknya kita anggap major, injury to person, mempunyai nilai C.

Nilai tingkat keparahan diambil dengan konsekuensi terburuk yang dapat ditimbulkan dari bahaya
yang teridentifikasi. misalnya suatu bahaya dapat menimbulkan penggunaan emergency prosedur (nilai
B) dan atau injury to person (melukai, nilai C) maka yang dipakai adalah nilai C
Seperti halnya tabel probabilitas risiko keselamatan, tabel ini hanya merupakan contoh

Slide 4

Peringkat indeks risiko keselamatan dibuat dengan menggabungkan hasil skor probabilitas dan
keparahan. Pada contoh di atas, ini adalah penanda alfanumerik. Kombinasi keparahan /
probabilitas masing-masing disajikan dalam matriks penilaian risiko keselamatan pada Tabel 2. Matriks
penilaian risiko keselamatan digunakan untuk menentukan toleransi risiko keselamatan.
Slide 5

Indeks yang diperoleh dari matriks penilaian risiko keselamatan kemudian harus diekspor ke tabel
tolerabilitas risiko keselamatan yang menjelaskan - dalam bentuk naratif - kriteria tolerabilitas untuk
organisasi tertentu. Tabel 3 menyajikan contoh tabel tolerabilitas risiko keselamatan. Menggunakan
contoh di atas, kriteria untuk risiko keselamatan yang dinilai sebagai 5C termasuk dalam kotak berwarna
merah.
Slide 6
Kotak merah termasuk dalam kategori "tidak dapat ditoleransi" diartikan bahwa kegiatan yang
melibatkan bahaya teridentifikasi harus dihentikan serta harus dilakukan proses mitigasi lebih lanjut,.
orange dalam kategori "dapat ditoleransi" diartikan kegiatan dapat diteruskan namun dengan
pertimbangan atau kewaspadaan yang lebih dan diperlukan proses mitigasi lebih lanjut.

kotak warna hijau dalam kategori "dapat diterima" dalam artian kegiatan dianggap tidak
membahayakan, tidak diperlukan proses mitigasi lebih lanjut.

sampai disini materi safety risk management, kita lanjutkan pada materi mitigasi

MITIGATION

Slide 1

Proses mitigasi dapat dikatakan sebagai proses untuk menurunkan kemungkinan terjadinya accident
atau incident dengan menurunkan kemungkinan adanya bahaya dan atau menurunkan tingkat
keparahan dari bahaya yang teridentifikasi.

pemakaian alat pelindung diri, seperti helm, ear plug, safety belt pada dasarnya sebagai salah satu
upaya untukmenghurangi tingkat keparahan atau konsekuensi dari bahaya yang telah teridentifikasi.

Slide 2

sebagai contoh kasus pisau yang tergeletak dilantai, misalkan kita mengharuskan setiap personel yang
telak selesai memepergunakan pisau untuk segera menyimpannya dalam laci, maka kemungkinan
ditemukannya pisau tergeletak di lantai tersebut menjadi berkurang. dari nilai 5 yang tiap hari
ditemukan bisa menjadi improbable, tidak mungkin, tergeletak di lantai nilai 2.

dari tingkat keparahan, jika pisau tersebut langsung mengenai lantai dimana petugas tidak
mempergunakan safety shoes, nilai C, kita mewajibkan setiap petugas untuk mempergunakan safety
shoes sehingga kalaupun menginjak pisau tersebut, kaki tidak mendapatkan luka yang berarti, nilai B,

mitigasi yang kita lakukan telah mengubah nilai resiko dari 5C, merah, menjadi 2D, hijau, sehingga
berubah dari yang tidak dapat ditoleransi menjadi dapat diterima. kegiatan nya berubah bahwa setiap
personel wajib menyimpan pisau yang telah dipergunakan dalam laci dan harus mempergunakan safety
shoes jika berada dalam ruang tersebut..
dari contoh yang disampaikan tadi, dapat dikatakan perusahaan dapat mengambil tindakan
pengendalian risiko dengan cara:

a. eksposur organisasi terhadap risiko tertentu, yaitu, mengurangi komponen probabilitas


risiko ke tingkat yang dapat diterima;
b. keparahan konsekuensi yang terkait dengan bahaya, yaitu mengurangi komponen
keparahan risiko ke tingkat yang dapat diterima; atau

c. baik tingkat keparahan dan probabilitas sehingga risiko dikelola ke tingkat yang dapat
diterima

Secara umum lebih mudah dan lebih umum untuk mengurangi kemungkinan daripada
mengurangi tingkat keparahan. sebagai contoh apabila ternyata ruangan tersebut, dalam
contoh kasus tersebut, tidak memperbolehkan petugas mempergunakan safety shoes dengan
alasan kebersihan misal dapur kering, sehingga petugas hanya boleh mmepergunakan sepatu
biasa.

Slide 3
dalam safety risk mitigation dikenal istilah As Low as Reasonably Practicable. istilah ini dipakai
untuk memastikan langkah mitigasi yang diambil dapat diterapkan terlebih dengan perhitungan
cost benefit analysis.

sebagai contoh kasus pisau tadi, apabila mitiugsi yang diambil adalah mewajibkan pisa selalu
disimpan di lemari, apakah memungkinkan perusahaan mengadakan lemari penyimpan pisau di
tempat tersebut. bila tidak memungkinkan, anggaplah dari faktor keuangan tidak
memungkinkan membeli lemari, maka harus dicari alterbatif lainnya misal dengan memberikan
sarung pisau atau yang lainnya.

begitu juga misalnya perusahaan akan mewajibkan seluruh petugas mempergunakan safety
shoes, apakah memungkinkan dari segi biaya dan lain sebagainya.

Slide 4

ini menunjukkan proses indentifikasi bahaya dengan bow tie causation model secara lengkap. kotak
kuniing hitam adalah bahaya lingkaran merah ditengah adalah even atau kejadian yang mungkin terjadi,
bagian kiri kalau kita mencari penyebabnya sedang bagian kanan kalau kita memprediksi
konsekuensinya.

Slide 5

sebagai contoh kalau bahayanya adalah mengendarai mobil dan top event, atau resiko yang dapoat
terjadi adalah kecelakaan akibat kehilangan kendali terhadap mobil yang dikemudikan.
Slide 6

bahaya yang mungkin diketemukan dituliskan di bagian kiri dari top event, sebagi contoh penyebab
kehilangan kendali antara lain pengemudi kehilangan perhatian karena mempergunakan smartphone,
mengemudi ketika mabuk, kondisi jalan licin dll

Slide 7

bagian kanan memperlihatkan konsekuensi ketika pengemudi kehilangan kendali antara lain kendaraan
menabrak, mobil terguling, pengemudi terbentur bagian dalam mobil dll

Slide 8

Bagian ini memperpanjang garis bahaya yang ungkin ditemukan dan memberikan barier atau batasan
untuk menurunkan kemungkinan bahaya itu timbul. sebagai contoh bila bahaya yang meungkin timbul
adalalh ban kempes, maka bisa dipasang sistem informasi status ban dan melakukan pemeriksaan ban
sebelum berkendara.

Slide 9

bagian kanan adalah langkah mitigasi untuk mengurasi keparahan yang mungkin timbul kalau accident
atau incident terjadi akibat bahaya yang diidentifikasi. misalnya agar pengemudi tidak terbentur bagian
dalam mobil saat mobil kehilangan kendali, maka diwajibkan pemakaian sabuk penyelamat atau
pemasangan airbag.

demikian materi mitigasi dalam modul pengenalan safety manajemen system

Dalam hal ini, indeks risiko keselamatan dari konsekuensi tidak dapat diterima. Oleh karena itu,
organisasi harus mengambil tindakan pengendalian risiko untuk mengurangi:

a. eksposur organisasi terhadap risiko tertentu, yaitu, mengurangi komponen probabilitas


risiko ke tingkat yang dapat diterima;
b. keparahan konsekuensi yang terkait dengan bahaya, yaitu mengurangi komponen
keparahan risiko ke tingkat yang dapat diterima; atau
c. baik tingkat keparahan dan probabilitas sehingga risiko dikelola ke tingkat yang dapat
diterima
Mitigasi risiko Keselamatan Subte

adalah tindakan yang sering mengakibatkan perubahan prosedur operasi peralatan atau infrastruktur
Strategi mitigasi risiko keselamatan terbagi dalam tiga kategori
a. Penghindaran Operasi atau kegiatan dibatalkan atau dihindari karena risiko keselamatan
melebihi manfaat dari melanjutkan aktivitas, sehingga menghilangkan keselamatan risiko
seluruhnya b

b. Pengurangan Frekuensi operasi atau aktivitas dikurangi, atau tindakan diambil untuk
mengurangi besarnya konsekuensi risiko keselamatan

c. Pemisahan Tindakan diambil untuk mengisolasi efek konsekuensi risiko keselamatan atau
membangun redundansi untuk melindungi mereka

Strategi mitigasi risiko keselamatan mungkin melibatkan salah satu pendekatan yang dijelaskan di atas
atau mungkin mencakup pendekatan multipel. Penting untuk mempertimbangkan berbagai
kemungkinan tindakan pengendalian untuk menemukan solusi yang optimal. Efektivitas setiap strategi
altematif harus dievaluasi sebelum keputusan dibuat. Setiap alternatif mitigasi keselamatan yang
diusulkan harus diperiksa dari perspektif

a. Efektivitas berikut. Sejauh mana alternatif tersebut mengurangi atau menghilangkan


risiko keselamatan. Efektivitas dapat ditentukan dalam hal pelatihan teknis dan
pertahanan peraturan yang dapat mengurangi atau menghilangkan risiko keselamatan

b. Costibeneft Sejauh mana manfaat yang dirasakan dari mitigasi melebihi biaya

c. Kepraktisan Sejauh mana mitigasi dapat diterapkan dan seberapa tepat hal itu dalam
hal ketersediaan teknologi, sumber daya keuangan dan administrasi, peraturan
perundang-undangan, operasional kemauan politik b. realitas, dll d.
d. Akseptabilitas. Sejauh mana alternatif tersebut dapat diterima oleh orang-orang
yang diharapkan untuk menerapkannya.

e. Keberlakuan. Sejauh mana kepatuhan terhadap aturan, regulasi atau prosedur


operasi baru dapat dipantau

f. Durability. Sejauh mana mitigasi akan berkelanjutan dan efektif


g. Risiko keamanan sisa. Tingkat risiko keselamatan yang tersisa setelah penerapan
biaya operasional mitigasi awal dan yang mungkin memerlukan tindakan pengendalian
risiko keselamatan tambahan.
h. Konsekuensi yang tidak diinginkan. Pengenalan bahaya baru dan risiko keselamatan
terkait yang terkait dengan penerapan
i. Waktu altematif mitigasi. Waktu yang diperlukan untuk penerapan alternatif mitigasi
risiko keselamatan

Tindakan korektif harus mempertimbangkan setiap pertahanan yang ada dan (ketidakmampuan
untuk mencapai tingkat risiko keselamatan yang dapat diterima. Hal ini dapat mengakibatkan
peninjauan penilaian risiko keselamatan sebelumnya yang mungkin terkena dampak Tindakan
komektif Mitigasi dan pengendalian risiko keselamatan perlu diverifikasi untuk memastikan
efektivitasnya. Cara lain untuk memantau efektivitas mitigasi adalah melalui penggunaan SPis. Lihat Bab
4 untuk informasi lebih lanjut tentang manajemen kinerja keselamatan dan SPIS

Risiko keselamatan secara konseptual dinilai sebagai dapat diterima, dapat ditoleransi, atau
tidak dapat ditoleransi. Risiko keamanan yang dinilai sebagai awalnya jatuh di wilayah yang
tidak dapat ditoleransi tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun. Probabilitas dan tingkat
keparahan yang lebih rendah dari konsekuensi bahaya sedemikian besarnya, dan potensi bahaya
yang merusak menimbulkan ancaman bagi keselamatan, sehingga tindakan mitigasi diperlukan
atau kegiatan dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai