Anda di halaman 1dari 93

INSTITUT TEKNOLOGI - PLN

SKRIPSI

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA


DENGAN SISTEM ON GRID SEBAGAI SUMBER ENERGI
LISTRIK ALTERNATIF DI KLINIK MITRA
HUSADA KABUPATEN KEDIRI

DISUSUN OLEH:
RIZKYA PUTRI PRATAMA
NIM: 201611067

PROGRAM STUDI SARJANA


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
JAKARTA, 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA


DENGAN SISTEM ON GRID SEBAGAI SUMBER ENERGI
LISTRIK ALTERNATIF DI KLINIK MITRA
HUSADA KABUPATEN KEDIRI

Disusun oleh :

RIZKYA PUTRI PRATAMA

NIM : 201611067

Diajukan untuk memenuhi


persyaratan

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN

Jakarta, 25 Juli 2020

Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi S1 Elektro Pembimbing Pertama
Digitally signed by Tony
Koerniawan
DN: C=ID, OU=Teknik Elektro,
O=Institut Teknologi PLN,
CN=Tony Koerniawan,
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Location: Jakarta
Date: 2020-07-28 16:49:01

(Tony Koerniawan, S.T., M.T.) (Muchamad Nur Qosim, S.T., M.T.)

Pembimbing Kedua

(Pawenary,Dr., Ir., MT., IPM., MPM)


i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Rizkya Putri Pratama

NIM : 201611067

Program Studi : S1 Teknik Elektro

Judul : Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan


Sistem On Grid Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Di
Klinik Mitra Husada Kabupaten Kediri

Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Program Sarjana
Strata 1, Program Studi Teknik Elektro Institut Teknolgi Teknik - PLN pada
tanggal 5 Agustus 2020.

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

Aas Wasri Hasanah, S.Si., M.T.


Ketua Tim Penguji

Sekretaris Tim Penguji


Digitally signed by M_ Imbarothur Mowaviq
DN: C=ID, OU=Institut Teknologi PLN, CN=M_

M. Imbarothur Mowaviq, S.T., M.T.


Imbarothur Mowaviq, E=mowaviq@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this document
Location: your signing location here
Date: 2020-08-12 15:26:31
Foxit Reader Version: 9.5.0
Digitally signed by Sugeng Purwanto, S.T., M.Sc.
DN: C=ID, OU=Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi

Sugeng Purwanto, S.T., M.Sc. Anggota Tim Penguji Terbarukan, O=Institut Teknologi PLN, CN="Sugeng
Purwanto, S.T., M.Sc.", E=sugeng.purwanto@itpln.ac.id
Reason: I am approving this document
Location: IT PLN
Date: 2020-08-11 14:34:02
Foxit Reader Version: 10.0.0

Mengetahui :

Kepala Program S1 Teknik Eletro


Digitally signed by
DN: OU=Teknik Elektro,
O=Institut Teknologi PLN, CN="
", E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2020-09-21 17:01:32

(Tony Koerniawan, S.T., M.T.)

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK SKRIPSI

Nama : Rizkya Putri Pratama

NIM : 201611067

Program Studi : S1 Teknik Elektro

Judul Skripsi : Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan


Sistem On Grid Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Di
Klinik Mitra Husada Kabupaten Kediri

Dengan ini sayaa menyatakan bahwa daam Proyek Skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di
lingkungan IT-PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah itu dan disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan
penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul segala
resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 25 Juli 2020

(Rizkya Putri Pratama)

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih


sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

Bapak Muchamad Nur Qosim, S.T., M.T. Selaku Pembimbing I


Bapak Pawenary,Dr., Ir., M.T., IPM., MPM Selaku Pembimbing II

Yang telah memberi petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga


proyek skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama saya sampaikan kepada:


1. Dokter Ari Purnomo Adi dan kawan-kawan sebagai pemilik klinik yang telah
mengizinkan sebagai objek penelitian.
2. Staf dan karyawan Klinik Mitra Husada Kediri yang telah membantu dalam
pengambilan data.
Yang telah mengijinkan melakukan pengambilan data di Klinik Mitra Husada
Kabupaten Kediri.

Jakarta, 25 Juli 2020

Rizkya Putri Pratama


NIM : 201611067

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagaimana sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama : Rizkya Putri Pratama


NIM : 2016-11-067
Program Studi : Strata Satu
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi - PLN Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN SISTEM


ON GRID SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF DI KLINIK
MITRA HUSADA KABUPATEN KEDIRI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi - PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2020
Yang menyatakan,

( Rizkya Putri Pratama )

v
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
DENGAN SISTEM ON GRID SEBAGAI SUMBER ENERGI
LISTRIK ALTERNATIF DI KLINIK MITRA
HUSADA KABUPATEN KEDIRI

Rizkya Putri Pratama, 201611067

dibawah bimbingan Muchamad Nur Qosim, S.T., M.T. dan

Pawenary, Dr., Ir., M.T., IPM., MPM

ABSTRAK

Seperti yang diketahui, intensitas radiasi matahari di Indonesia relatif konstan


sehingga perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan energi
baru terbarukan khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Pada skripsi ini
dibahas tentang perencanaan PLTS sebagai sumber energi listrik alternatif di
Klinik Mitra Husada Kabupaten Kediri. Diharapkan dengan adanya PLTS di
Klinik ini dapat menjadi contoh bagi gedung-gedung lainnya untuk ikut serta
dalam memanfaatkan energi baru terbarukan khusunya PLTS. Perencanaan ini
akan dianalisa dari segi teknis dan ekonomisnya. PLTS ini dirancang untuk
menyuplai listrik dengan perkiraan beban di Klinik sekitar 37,961 kWh. PLTS
pada klinik ini dirancang dengan sistem On Grid berkapasitas 7,6 kWp.
Banyaknya panel surya yang dibutuhkan dalam perencanaan ini yaitu 30 panel
surya, yang kemudian akan disusun menjadi 2 rangkain paralel dan 15
rangkaian seri. Kapasitas inverter yang digunakan dalam perencanaan PLTS ini
sebesar 10 kW. Rancangan PLTS ini akan dapat menghasilkan daya keluaran
sekitar 11.017,269 kWh/tahun. Dari segi ekonominya, biaya investasi awal
pembangunan PLTS ini sebesar Rp 140.997.003,-. Berdasarkan analisa
kelayakan, rancangan PLTS ini layak untuk dikembangkan karena
pengembalian modal investasi terjadi pada tahun ke-9 dan bulan ke-11 dari
umur proyek 10 tahun.
Kata kunci : PLTS, On Grid, Energi alternatif, Panel surya.

vi
PLANNING SOLAR POWER PLANT WITH ON GRID SYSTEM
AS AN ALTERNATIVE ELECTRICAL ENERGY SOURCE
AT MITRA HUSADA CLINIC KEDIRI REGENCY

Rizkya Putri Pratama, 201611067

under the guidances of Muchamad Nur Qosim, S.T., M.T. and

Pawenary, Dr., Ir., M.T., IPM., MPM

ABSTRACT

We known that, the intensity of solar radiation in Indonesia is relatively constant


so it needs to be utilized optimally to develop new renewable energy especially
solar power plants. In this thesis discussed about planning PLTS as an
alternative source of electrical energy at Mitra Husada Clinic, Kediri Regency.
Hopefully, the clinic can be an example for other buildings to participate in
utilizing new renewable energy, PLTS. This planning will be analyzed in
technical and economic terms. The PLTS is designed to supply electricity with a
load estimate at the clinic around 37.961 kWh. PLTS at the clinic is designed
with a 7.6 kWp On Grid system. The number of solar panels needed in this
planning is 30 solar panels, which will then be compiled into 2 parallel Hornbill
and 15 series circuits. The capacity of inverter used in the planning of this PLTS
is 10 kW. This PLTS design will be able to produce an output power of about
11,017.269 kWh/year. In terms of its economy, the initial investment cost of this
PLTS development amounted to Rp 140,997,003,-. Based on the feasibility
analysis, the design of the PLTS is worthy of development due to the return of
investment capital occurring in the 9th year and the 11th month of the 10-year
project life.
Keywords : PLTS, On Grid, Alternative Energy, Module PV.

vii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK SKRIPSI ............................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v
ABSTRAK (Indonesia) ..................................................................................... vi
ABSTRACT (Inggris) ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Permasalahan Penelitian ................................................................. 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ......................................................................... 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah .................................................................. 3
1.2.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................ 3
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 5
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
2.2 Teori Pendukung.............................................................................. 6
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya .................................................... 6
2.2.2 Komponen Pada PLTS .................................................................... 7
2.2.3 Prinsip Kerja PLTS ......................................................................... 12
2.2.4 Sistem Instalasi Pada Solar Cell .................................................... 12
2.2.5 Konfigurasi PLTS ........................................................................... 14
2.2.6 Jenis Panel Surya .......................................................................... 16
2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja PLTS ......................... 17

viii
2.2.8 Rumus Perhitungan Dalam Perencanaan PLTS ............................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 28
3.1 Perancangan Penelitian ................................................................. 28
3.2 Teknik Analisis ............................................................................... 30
3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 32
4.1 Hasil ............................................................................................... 32
4.1.1 Lokasi dan Rancangan Penelitian.................................................. 32
4.1.2 Analisis Teknis Perencanaan PLTS ............................................... 34
4.1.3 Analisa Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Perencanaan PLTS .......... 49
4.1.4 Analisa Kelayakan Investasi PLTS ................................................ 53
4.2 Pembahasan .................................................................................. 57
4.2.1 Pembangkit Listri Tenaga Surya di Klinik Mitra Husada Kediri ...... 57
4.2.2 Simulasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Klinik Pada
Siang Hari dan Malam Hari ............................................................ 59
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 62
5.1 Simpulan ........................................................................................ 62
5.2 Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 67
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................................. 68

ix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 31
Tabel 4.1 Rata-rata penggunaan listrik Klinik Mitra Husada Kediri ................... 35
Tabel 4.2 Spesifikasi Panel Surya .................................................................... 38
Tabel 4.3 Inverter Sunny Tripower 10000TL .................................................... 39
Tabel 4.4 Spesifikasi Inverter ........................................................................... 39
Tabel 4.5 Radiasi Matahari Per Bulan .............................................................. 40
Tabel 4.6 Data Temperatur Per Bulan .............................................................. 41
Tabel 4.7 Data Harga Komponen dan Instalasi PLTS ...................................... 49
Tabel 4.8 Perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan i=4,25% dengan melihat
total produksi energi tahunan ........................................................... 54

x
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Sel Surya, Modul, dan Susunan Panel ........................................... 8
Gambar 2.2 Solar Charge Controller .................................................................. 9
Gambar 2.3 Baterai PLTS .................................................................................. 9
Gambar 2.4 Inverter ........................................................................................ 10
Gambar 2.5 Prinsip Fotovoltaic ........................................................................ 12
Gambar 2.6 Susunan Paralel Modul Surya ...................................................... 13
Gambar 2.7 Susunan Seri Modul Surya ........................................................... 13
Gambar 2.8 Prinsip Kerja PLTS Off Grid .......................................................... 14
Gambar 2.9 Prinsip Kerja PLTS On Grid .......................................................... 15
Gambar 2.10 Modul PV Tipe Polycrystalline .................................................... 16
Gambar 2.11 Modul PV Tipe Monocrystalline .................................................. 16
Gambar 2.12 Modul PV Tipe Thin Film ............................................................ 17
Gambar 2.13 Pengaruh Suhu Panel Terhadap Kinerja PLTS .......................... 18
Gambar 2.14 Kurva Efek Perubahan Intensitas ............................................... 18
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 28
Gambar 4.1 Lokasi Atap Penelitian .................................................................. 32
Gambar 4.2 Layout Modul Mounting di Rooftop ............................................... 33
Gambar 4.3 PV Combiner Box ......................................................................... 33
Gambar 4.4 Sistem PLTS On Grid ................................................................... 34
Gambar 4.5 Panel Surya Merek Solana 250 Wp.............................................. 37
Gambar 4.6 Presentase biaya perencanaan PLTS .......................................... 50
Gambar 4.7 Single Line Diagram ..................................................................... 57

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran A Spesifikasi Panel Surya ................................................................. 69
Lampiran B Spesifikasi Inverter ........................................................................ 70
Lampiran C Harga Komponen .......................................................................... 71
Lampiran D Peraturan Terkait Regulasi Ekspor-Impor ..................................... 73
Lampiran E Dokumentasi .................................................................................. 76
Lampiran F Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing Utama ............................. 77
Lampiran G Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing Kedua ............................. 79

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan
manusia. Populasi yang semakin meningkat, menyebabkan peningkatkan
permintaan energi. Sehingga, Perusahan Listrik Negara (PLN) terus berupaya
untuk mencari dan mengembangkan energi baru terbarukan sebagai solusi dari
energi fosil seperti minyak, gas dan batubara yang dalam jangka waktu panjang
akan terus menipis. Energi baru dan energi terbarukan memainkan peran yang
sangat penting dalam memenuhi kebutuhan energi. Salah satu sumber energi
baru terbarukan yang dapat dikembangkan adalah energi matahari. Indonesia
sangat berpotensi untuk mengembangkan sumber energi surya dikarenakan
Indonesia akan selalu di sinari oleh sinar matahari setiap tahunnya meskipun
intensitas radiasi matahari akan berkurang saat musim hujan. Potensi sumber
energi surya sangat besar di Indonesia, tetapi pemanfaatannya belum cukup
optimal. Energi matahari memiliki keuntungan jika dibandingkan energi fosil.
Beberapa keuntungan tersebut seperti sumber energi yang tidak cepat habis,
ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi.
Dalam penelitian ini, penulis akan merencanakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di daerah Kediri Jawa Timur. Mengingat
jumlah penduduk di Jawa Timur yang mencapai angka 40 juta jiwa. Sedangkan
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kediri, jumlah penduduk
di Kabupaten Kediri pada tahun 2020 mencapai 1,6 juta jiwa. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk tersebut, maka kebutuhan listrik yang harus
disuplai oleh PLN juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, penulis
mengembangkan perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya di daerah Kediri. Perencanaan ini akan dikembangkan di Gedung Klinik
Mitra Husada Kediri, dimana perencanaan ini bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan suplai listrik klinik dari PLN. Selain itu, dengan adanya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat sekitar Kediri bahwa terdapat sumber energi baru

1
terbarukan yang berpotensi untuk dikembangkan salah satunya adalah PLTS.
Mengingat, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang masih jarang
dikembangkan di Kabupaten Kediri.
Selain hal tersebut diatas, diharapkan dengan adanya pembangkit
listrik tenaga surya ini dapat membantu mengurangi tagihan listrik pada Klinik
Mitra Husada tersebut. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diketahui
pada Klinik Mitra Husada tersebut membayar tagihan listrik kepada PLN
sebesar Rp 1.800.000,- setiap bulannya bahkan apabila pasien yang datang
banyak maka tagihan listrik bisa lebih tinggi. Diharapkan, dengan pemasangan
pembangkit listrik tenaga surya dapat membantu mengurangi biaya taghan
listrik tersebut yaitu dengan memanfaatkan penggunaan kWh ekspor-impor
atau biasa disebut kWh Exim.
Oleh karena itu, penulis akan membuat sebuah Perencanaan PLTS On
Grid dengan menggunakan kWh Ekspor Impor untuk kebutuhan listrik pada
Gedung klinik tersebut. Mengingat pada Kabupaten Kediri sendiri memiliki
temperatur dan intensitas radiasi matahari yang tinggi dan berpotensi untuk
dibangun pembangkit listrik tenaga surya. Penggunaan kWh Exim diharapkan
ketika terdapat kelebihan daya maka dapat disalurkan ke jaringan PLN melalui
kWh Exim, tetapi ketika beban di klinik kekurangan daya dari PLTS maka dapat
mengambil daya dari PLN dengan menggunkan kWh Exim.

1.2 Permasalahan Penelitian


1.2.1 Identifikasi Masalah
Dengan perkembangan zaman maka konsumsi energi Indonesia terus
meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk dan pola konsumsi energi.
Umumnya gedung-gedung masih banyak yang memanfaatkan energi listrik dari
PLN khusunya di Kabupaten Kediri karena masih sedikit yang menggunakan
PLTS pada gedung. Dalam penulisan ini, akan direncanakan permbangunan
PLTS pada klinik. Kebutuhan energi yang tidak sedikit pada klinik sehingga
tagihan listrik yang dibayar cukup besar setiap bulannya dan pemanfaatan
PLTS yang masih jarang di Kota Kediri menjadi alasan dilakukan perencanaan

2
ini. Sehinga pembangunan PLTS yang effisien dan maksimal diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan gedung klinik dari suplai listrik PLN.

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah


Agar masalah yang akan dibahas jelas dan tidak terlalu menyimpang
dari topik pembahasan maka pada penulisan kali ini dibatasi hanya pada
pembahasan sebagai berikut ini:
1) Menentukan kapasitas PLTS dan banyaknya komponen yang dibutuhkan
dalam Perencanaan Pembang Listrik Tenaga Surya di Klinik.
2) Menentukan nilai investasi awal dan kelayakan investasi dalam
perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Klinik.
3) Mengetahui kelayakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya.

1.2.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :
1) Berapa besar kapasitas dan banyaknya komponen yang dibutuhkan
untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Klinik?
2) Berapa besar investasi awal yang dibutuhkan dalam perencanaan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya?
3) Bagaimana kelayakan pembangunan PLTS di Klinik Mitra Husada
Kediri?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka tujuan penelitian
yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui cara menentukan kapasitas PLTS yang akan digunakan
berdasarkan beban yang ada dan mengetahui banyaknya komponen
yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas PLTS yang dibutuhkan.
2) Mengetahui seberapa besar investasi awal dalam pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan mengetahui kelayakan investasi
pembangunan di Klinik tersebut berdasarkan nilai investasinya.
3) Mengetahui cara menentukan kelayakan pembangunan suatu
pembangkit.
3
Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang cara
menentukan kapasitas PLTS dan banyaknya komponen yang digunakan.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan investasi awal yang
dibutuhkan dalam pembangunan PLTS.
3) Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manfaat pemasangan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman maka dalam skkripsi
ini harus di susun secara sistematis. Oleh sebab itu, penulisan ini akan dibagi
menjadi lima bab yang membahas pokok skripsi ini dimana pada Bab I
Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
ruang lingkup masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan. Bab II landasan teori, yang berisikan penjelasan
mengenai tinjauan pustaka, teori pendukung berupa pengertian PLTS,
komponen pada PLTS, prinsip kerja PLTS (Efek Photovoltaic), sistem instalasi
pada solar cell, klasifikasi konfigurasi PLTS, faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja PLTS dan rumus perhitungan dalam perencanaan PLTS. Bab III
Metodologi Penelitian, yang berisikan mengenai perancangan penelitian, teknik
analisis dan jadwal penelitian (jadwal kegiatan penelitian). Bab IV hasil dan
pembahasan, yang berisikan lokasi dan rancangan penelitian, analisis teknik
perencanaan PLTS, analisis biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan PLTS
dan analisa kelayakan investasi PLTS. Kemudian terdapat pembahasan yang
berisi pembangkit listrik tenaga surya di Klinik Mitra Husada Kediri dan upaya
penghemata tagihan listrik dengan perhitungan ekspor-impor. Dan bab V
kesimpulan dan saran, berisikan simpulan dari pembahasan dan saran untuk
penelitian berikutnya.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit yang
memanfaatkan energi matahari kemudian diubah menjadi energi listrik melalui
proses fotovoltaik. (Purwoto, Jatmiko, Alimul, & Huda, 2018) dalam jurnalnya
yang berjudul Efisiensi Penggunaan Panel Surya Sebagai Sumber Energi
Alternatif menyatakan bahwa penggunaan panel surya sebagai sumber energi
alternatif untuk mensuplai beban listrik lebih effisien jika dibandingkan dengan
menggunakan genset sebagai sumber dayanya. Hal itu karena biaya investasi
dan biaya operasional serta pemeliharaan PLTS yang lebih terjangkau. Selain
itu, PLTS yang menggunakan sumber energi alternatif berupa sinar matahari
dapat langsung diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan panel
surya. Kemudian, energi listrik tersebut dapat dikonversi menjadi energi lain
sesuai dengan kebutuhan.
(Boedoyo, 2012) dalam jurnalnya yang berjudul Potensi dan Peranan
PLTS Sebagai Energi Alternatif Masa Depan di Indonesia menyatakan bahwa
penerapan teknologi PLTS di masa mendatang adalah sebagai pengganti
penggunaan BBM pada PLTD, maupun untuk meningkatkan rasio kelistrikan.
Hal itu memberikan potensi yang besar bagi PLTS untuk dikembangkan
mengingat peran PLTS yang sangat penting untuk mengurangi penggunaan
BBM pada PLTD. Selain itu, sumber energi PLTS berupa intensitas radiasi
matahari yang melimpah menjadi alasan bahwa PLTS ini layak disebut sebagai
energi alternatif masa depan di Indonesia.
(Artiningrum & Havianto, 2019) dalam jurnalnya yang berjudul
meningkatkan peran energi bersih lewat pemanfaatan sinar matahari
menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara lain yang memiliki empat
musim, tingkat radiasi matahari di Indonesia cukup konstan dikarenakan hanya
mempunyai dua musim. Oleh sebab itu, dengan memanfaatkan sumber energi
matahari berarti ikut serta dalam mengurangi emisi gas karbon, mengingat
PLTS merupakan sumber energi yang bersih. Di Indonesia sendiri,

5
perkembangan pembangkit listrik tenaga surya terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
Berdasarkan beberapa uraian penelitian diatas, maka penulis dalam
penelitian kali ini akan membahas tentang perencanaan pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) sebagai sumber energi alternatif yang memanfaatkan
energi surya. Mengingat energi surya yang sangat melimpah di Indonesia jadi
harus dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, sumber energi yang ramah
lingkungan menjadi alasan penulis mengembangkan perencanaan PLTS ini.
Penelitian ini akan direncanakan pada gedung klinik. Terdapat beberapa
penelitian yang sudah dilakukan terkait perencanaan pembangkit listrik tenaga
surya akan dijadikan acuan dalam penulisan ini.

2.2 Teori Pendukung


2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan suatu pembangkit
listrik yang memanfaatkan cahaya matahari kemudian diubah menjadi energi
listrik. Keluaran dari PLTS akan menghasilkan listrik DC (Direct Current) yang
kemudian dengan memanfaatkan inverter diubah menjadi listrik AC (Alternating
Current).
Pembangkit listrik tenaga surya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan pembangkit listrik tenaga fotovoltaik secara langsung dan
pembangkit listrik tidak langsung melalui energi surya terpusat. Fotovoltaik
menggunakan efek fotolistrik untuk secara langsung mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik. Gunakan sistem lensa atau cermin yang dikombinasikan
dengan sistem pelacak untuk memusatkan energi matahari pada satu titik untuk
menggerakan mesin kalor.
Panel surya merupakan bahan semikonduktor yang memiliki 3 lapisan,
yaitu lapisan type N dibagian atas, kemudian ditengah lapisan P-N junction, dan
paling bawah lapisan type P. Pada lapisan type N memiliki banyak elektron atau
negatif, sedangkan lapisan type P memiliki banyak muataan positif. Berikut
adalah keunggulan dan kelemahan pembangkit listrik tenaga surya:

6
Keunggulan pembangkit listrik tenaga surya: (Putra, 2016)
a) Penggunaan PLTS lebih ramah lingkungan jika dibandingkan degan
pembangkit konvensional yang berbahan bakar fosil karena PLTS tidak
menimbulkan polusi.
b) Sumber energi PLTS berupa energi matahari sangat melimpah dan
gratis.
c) Biaya operasional dan pemeliharaan PLTS yang cukup rendah.
d) PLTS tidak menimbulkan polusi suara karena tidak menggunakan mesin
yang bergerak.
e) Kalaupun masih harus bersaing dengan bahan bakar fosil, harga panel
surya terus turun.
f) Umur panel bisa mencapai 15-20 tahun, sehingga PLTS tidak banyak
kehilangan effisiensi selama kurun waktu lebih dari 15 tahun.

Kelemahan penggunan panel surya:


a) Meski setiap tahun menurun, harga panel surya masih tergolong mahal.
b) PLTS sangat bergantung pada cuaca, saat cuaca mendung maka
produksi PLTS menurun.
c) Pemasangan panel surya pada PLTS yang kurang tepat dapat
mengakibatkan over-heating pada panel surya.
d) Jika panel surya tidak di daur ulang dengan benar maka menyebabkan
kerusakan lingkungan karena bahan penyusun panel surya seperti
silikon, selenium, kadmium, dan sulfur heksafluorida (gas rumah kaca)
dapat menjadi sumber pencemaran dalam proses daur ulang.

2.2.2 Komponen Pada PLTS


PLTS terdiri dari beberapa komponen yang saling terinterkoneksi agar
PLTS dapat bekerja dengan optimal. Komponen-komponen PLTS harus
dilakukan pemeliharaan agar komponen tersebut tidak mengalami kerusakan
dan tidak mengganggu kinerja PLTS. Berikut merupakan komponen-komponen
yang terdapat pada PLTS:

7
2.2.2.1 Sel Surya
Sel surya merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
PLTS. Fungsi sel surya adalah mengubah energi matahari menjadi energi
listrik. Lapisan silikon hanya menyerap cahaya yang diubah menjadi energi
listrik, sedangkan sisanya terbuang dalam bentuk pantulan atau panas. Saat
memilih modul solar cell, sebaiknya pilih modul dengan lapisan silikon yang
lebih besar untuk memaksimalkan penangkapan sinar matari dan
mengubahnya menjadi energi listrik.
Sel surya jarang digunakan sendiri. Beberapa sel surya dengan
karakteristik yang sama dihubungkan untuk membentuk modul surya.
Kemudian, susunan beberapa modul surya akan membentuk panel surya.
(Fikriyadi, 2015)

Gambar 2.1 Sel Surya, Modul, dan Susunan Panel (Fikriyadi, 2015)
Diakses 16 Juni 2020

2.2.2.2 Solar Charge Controller


Solar Charge Controller merupakan salah satu komponen dalam PLTS
yang berfungsi untuk mengatur besarnya arus DC yang masuk ke baterai dan
mengambil arus dari baterai kemudian mengarahkan arus ke beban. Selain itu,
Solar Charge Controller juga digunakan untuk melindungi baterai dari
overcharge atau kelebihan tegangan dari modul surya. Jika baterai kelebihan
tegangan, ini akan mempersingkat umur baterai. Solar Charge controller
menggunakan teknologi pulse width modulation (PWM) yang mengatur
pengisian baterai dan penyaluran arus dari baterai ke beban. (Fikriyadi, 2015)

8
Gambar 2.2 Solar Charge Controller (Fikriyadi, 2015)
Diakses 16 Juni 2020

Solar charge controller memiliki kemampuan untuk mendeteksi


kapasitas baterai. Setelah baterai terisi penuh, pengisian arus dari panel surya
melalui solar charge controller akan otomatis berhenti. Diketahui dengan
memeriksa level tegangan pada baterai. Solar charge controller akan mengisi
baterai sampai level tegangan tertentu, saat tegangan baterai rendah, maka
baterai akan diisi. (Surya.co, 2016)

2.2.2.3 Baterai

Baterai merupakan komponen yang digunakan untuk menyimpan


energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera digunakan oleh
beban. Energi listrik yang disimpan dalam baterai dapat digunakan pada malam
hari atau saat radiasi matahari rendah. Baterai pada PLTS memiliki dua fungsi
penting yaitu menyediakan energi listrik untuk beban saat PLTS tidak bekerja
(pada malam hari) dan menyimpan energi listrik berlebih yang dhasilkan oleh
panel surya. (Fikriyadi, 2015)

Gambar 2.3 Baterai PLTS (Fikriyadi, 2015) Diakses 16 Juni 2020

9
2.2.2.4 Inverter

Panel surya bekerja dengan mengonversi radiasi matahari menjadi arus


searah. Selanjutnya oleh inverter akan dikonversi dari arus searah menjadi arus
bolak-balik (AC), apabila terdapat beban yang membutuhkan arus listrik bolak-
balik. Input inverter merupakan tegangan keluaran DC dari PLTS yang sama
dengan tegangan baterai.

Gambar 2.4 Inverter (Fikriyadi, 2015) Diakses 11 Juni 2020

Pada PLTS terdapat tiga jenis inverter jika dilihat dari jenis penggunaan,
yaitu: (Janaloka, Janis Solar Inverter dan Aplikasinya Pada Sistem Surya, 2015)

a) Stand-Alone Solar Inverter


Inverter jenis ini merupakan inverter yang digunakan untuk
mengonversikan arus searah dari panel surya atau baterai menjadi arus
bolak-balik. Inverter jenis ini banyak digunakan pada sistem PLTS off
Grid dan dapat berfungsi tanpa terhubung dengan jaringan listrik lainnya.
Penggunaan inverter jenis ini umumnya bersaman dengan solar charge
controller (SCC) baik tipe PWM ataupun MPPT untuk mencapai fungsi
terbaiknya. Cara kerjanya adalah menghasilkan listrik dari panel surya
kemudian SCC mengatur aliran arus ke baterai. Energi listrik dari baterai
dapat langsung digunakan yaitu dengan fungsi inverter yang merubah
listrik DC menjadi AC.
b) Grid-Tie Solar Inverter
Inverter ini memiliki fungsi yang sama dengan Stand-Alone Solar
Inverter, namun sumber utama arus DC hanya dari panel surya dan
hanya dapat berfungsi jika disambungkan ke jaringan listrik PLN. Inverter
jenis ini harus dilengkapi dengan pengaman anti-islanding dan dirancang

10
untuk tidak terhubung langsung ke baterai. Cara kerjanya adalah panel
surya menghasilkan listrik kemudian mengalir ke inverter selanjutnya ke
baban pengguna. Daya listrik tersebut dapat langsung digunakan oleh
beban yang terhubung pada PLTS dan jika terdapat kelebihan daya akan
disalurkan ke jaringan PLN.
c) Battery Backup Solar Inverter
Jenis Inverter ini dilengkapi dengan charge dan discharge baterai.
Jenis inverter ini mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda dari dua
inverter diatas, yaitu mengonversikan arus searah menjadi arus bolak-
balik untuk mensuplai beban. Cara kerja inverter ini mirip dengan stand-
alone inverter, namun dengan tambahan komponen SCC di dalam
produknya. Jenis inverter ini disebut juga smart inverter atau hybrid
inverter.

2.2.2.5 Kabel

Kabel berfungsi untuk menghantarkan arus ke beban yang terhubung.


Dalam pemilihan kabel, harus diketahui besar beban yang terhubung sehingga
kapasitas kabel memadai. Kabel yang digunakan harus terbuat dari bahan yang
memenuhi tujuan penggunaan dan telah sesuai dengan standar yang berlaku.

2.2.2.6 Beban

Ada 2 jenis beban yang terhubung ke PLTS, yaitu beban arus searah
(DC) yang memanfatkan arus searah dan beban arus bolak-balik (AC) yang
memanfaatkan arus boak-balik. Beban AC menggunakan keluaran arus inverter
untuk beroperasi. (Fikriyadi, 2015)

2.2.2.7 Combiner Box

Combiner Box adalah sebuah komponen yang menghubungkan


beberapa kabel agar jalur kabel menjadi lebih rapi dan berfungsi sebagai
pemutus koneksi untuk pengaman jika diadakan proses maintanance maupun
inspeksi. (Fikriyadi, 2015)

11
2.2.3 Prinsip Kerja PLTS
Prinsip kerja PLTS yaitu berdasarkan prinsip photovoltaic yang
mengonversikan energi matahari ke energi listrik. Karena panel surya
merupakan bahan semikonduktor maka pada panel surya terdiri dari lapisan
tipe N, lapisan tipe P-N junction dan lapisan tipe P. Lapisan tipe N memiliki
elektron berlebih (bermuatan negatif), dan lapisan tipe P memiliki hole yang
berlebih (bermuatan positif). P-N junction sebagai tempat terbentuknya medan
listrik. Ketika terdapat intensitas sinar matahari mengenai panel surya maka
muatan positif dari semikonduktor tipe-p berinteraksi dengan muatan elektron
tipe-n, sehingga elektron akan berpindah dari semikonduktor tipe-n ke
semikonduktor tipe-p sehingga pada semikonduktor tipe-n menjadi kutub positif.
Begitupun sebaliknya, semikonduktor tipe-p akan menjadi kelebihan elektron
atau menjadi kutub negatif. Karena terdapat elektron dan hole yang terus
berpindah-pindah maka terbentuk medan listrik yaitu saat intensitas sinar
matahari mengenai susunan p-n junction. (Septiana, 2013)

Gambar 2.5 Prinsip Fotovoltaic (Septiana, 2013) Diakses 16 Juni 2020

2.2.4 Sistem Instalasi Pada Solar Cell

Solar cell dapat dijadikan rangkaian seri dan paralel. Pada solar cell
dihubungkan seri untuk memperoleh tegangan yang lebih besar sedangkan
untuk memperoleh arus yang lebih besar maka beberapa solar cell
dihubungkan secara paralel. Beberapa susunan dari solar cell disebut modul
dan beberapa susunan dari modul disebut array atau panel. (Zumrodi, 2015)

12
1) Solar Cell dengan menggunakan rangkaian Paralel
Rangkaian paralel pada Solar Cell berarti kutub positif (+) sel surya
harus terhubung dengan kutub positif (+) lainnya, begitu juga dengan
kutub negatif (-) sel surya harus terhubung dengan kutub negatif (-)
lainnya. Tujuan pemasangan solar cell secara paralel yaitu untuk
memperbesar arus listrik dari keluaran setiap modul surya.

Gambar 2.6 Susunan Paralel Modul Surya (Zumrodi, 2015)


Diakses 16 Juni 2020

2) Solar Cell dengan menggunakan rangkaian seri


Rangkaian seri pada Solar Cell berarti kutub positif (+) sel surya yang
pertama harus terhubung dengan kutub negatif (-) sel surya yang kedua
dan begitu seterusnya. Tujuan pemasangan solar cell secara seri yaitu
untuk memperbesar tegangan sesuai dengan yang di inginkan.

Gambar 2.7 Susunan Seri Modul Surya (Zumrodi, 2015)


Diakses 16 Juni 2020
13
2.2.5 Konfigurasi PLTS
Terdapat 3 konfigurasi pada pembangkit listrik tenaga surya, yaitu
sistem PLTS yang tidak dihubungkan ke jaringan PLN (PLTS Off-Grid/Stand
Alone), sistem PLTS yang dihubungkan ke jaringan PLN (PLTS On-Grid) serta
PLTS yang digabung dengan jenis pembangkit lain (PLTS Hybrid).

2.2.5.1 PLTS Off Grid


PLTS jenis ini dirancang untuk beroperasi secara mandiri dalam
menyuplai beban DC atau AC. Dalam PLTS off grid ini baterai menjadi
komponen yang sangat penting. Prinsip kerja PLTS off grid dapat dilihat pada
gambar 2.8 dibawah, panel surya yang menghasilkan daya DC kemudian
disalurkan ke Solar Charge Controller/SCC untuk kemudian melakukan
pengisian daya ke baterai. Sehingga baterai menyimpan listrik DC. Kemudian
listrik DC mengalir ke inverter yang kemudian diubah menjadi listrik AC untuk
selanjutnya diteruskan ke panel distribusi. Dari panel distribusi kemudian
disalurkan ke beban yang akan disuplai. (Pratama, Sistem Off Grid, 2012)

Gambar 2.8 Prinsip Kerja PLTS Off Grid (Pratama, Sistem Off Grid, 2012)
Diakses 16 Juni 2020

2.2.5.2 PLTS On Grid


PLTS on grid merupakan PLTS yang dihubungkan dengan jaringan
PLN. Inverter grid merupakan komponen yang harus ada dalam sistem PLTS
ini. Menggunakan inverter yaitu untuk mengonversikan keluaran daya dari

14
PLTS berupa daya DC menjadi daya AC dan disesuaikan dengan syarat
jaringan listrik yang terhubung (Utility Grid). (Pratama, Sistem On Grid, 2012)

Gambar 2.9 Prinsip Kerja PLTS On Grid (Pratama, Sistem On Grid, 2012)
Diakses 16 Juni 2020

Berdasarkan gambar 2.9 prinsip kerja PLTS On-grid yaitu daya DC


yang dihasilkan oleh panel surya akan diubah oleh inverter menjadi daya AC
kemudian disalurkan ke panel distribusi yang selanjutnya digunakan untuk
menyuplai beban yang terhubung. Ketika PLTS menghasilkan kelebihan daya
maka kelebihan daya tersebut dialirkan ke jaringan PLN. Dan sebaliknya, saat
PLTS tidak memproduksi daya pada malam hari maka akan menggunkan listrik
dari jaringan PLN. Inverter akan mengatur aliran daya sehingga daya dari PLTS
menjadi prioritas daripada listrik dari jaringan PLN.

2.2.5.3 PLTS Hybrid


Sistem PLTS hybrid merupakan sistem PLTS yang digabungkan
dengan sistem pembangkit listrik lainnya. Dua atau lebih sistem pembangkit
listrik dapat digabungkan. Contoh sistem PLTS hybrid tersebut dapat berupa
PLTS-Genset, PLTS-Mikrohidro, PLTS-PLTB, dan lainnya. Sistem hybrid yang
paling banyak dikembangkan yaitu PLTS-Genset karena dalam kasus tertentu
kelemahan pV dan genset dapat ditutupi yang menyebabkan kinerja sistem
menjadi ekonomis dan effisien.

15
2.2.6 Jenis Panel Surya
2.2.6.1 Panel Surya Tipe Polycrystalline
Panel surya tipe Polycrystalline mempunyai susunan kristal acak. Untuk
menghasilkan listrik yang sama, panel surya tipe Polycrystalline akan
membutuhkan permukaan yang lebih luas sedangkan jenis Monocrystalline
membutuhkan lebih sedikit. Panel surya tipe polycristalline ini dapat
menghasilkan listrik pada saat mendung, sehingga cocok ditempatkan pada
wilayah yang lembab dan sering hujan. Panel surya jenis ini memiliki effisiensi
sekitar 13-16%. Dimana effisiensi tersebut lebih rendah dari pane surya tipe
monocrystalline. (Rif'an, HP, Shidiq, Yuwono, Suyono, & S., 2012)

Gambar 2.10 Modul PV Tipe Polycrystalline (sanfordlegenda, 2013)


Diakses 16 Juni 2020
2.2.6.2 Panel Surya Tipe Monocrystalline
Panel surya tipe Monocrystalline adalah panel surya yang memiliki
effisien paling baik yaitu 14%-18%. Panel surya ini dapat memproduksi daya
listrik persatuan luas yang paling tinggi. Kelemahan dari penel surya ini yaitu
efisiensinya akan cepat turun dalam cuaca yang berawan. Sehingga, panel
surya jenis ini cocok ditempatkan pada wilayah yang panas dan jarang hujan.
(Rif'an, HP, Shidiq, Yuwono, Suyono, & S., 2012)

Gambar 2.11 Modul PV Tipe Monocrystalline (sanfordlegenda, 2013)


Diakses 16 Juni 2020
16
2.2.6.3 Panel Surya Tipe Thin Film
Panel Surya tipe Thin Film memiliki effisiensi antara 6%-12%.
Walaupun effisiensinya rendah, kelebihan dari panel surya jeis ini yaitu
bentuknya yang tipis (sekitar 10 mikron) dan ringan. (sanfordlegenda, 2013).
Panel surya tipe thin film ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a) Amorphous Silicon (a-Si)
Amorphous Silicon merupakan jenis modul surya yang memiliki
kemampuan penyerapan cahaya paling baik dengan effisiensi modul
sekitar 6%-8%.
b) Cadmium Telluride (CdTe)
Kandungan bahan Cadmium Telluride pada tipe panel surya ini
effisiensinya lebih tinggi dari modul surya Amorphous Silicon (a-Si), yaitu
sekitar 9%-11%.
c) Cooper Indium (Gallium) Selenide (CIGS/CIS)
CIGS memiliki efisiensi yang paling tinggi yaitu 10%-12% dan
tidak terdapat bahan berbahaya pada susunan Cadmium seperti pada
sel surya CdTe.

Gambar 2.12 Modul PV Tipe Thin Film (sanfordlegenda, 2013)


Diakses 16 Juni 2020

2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja PLTS


PLTS dapat mengalami gangguan kinerjanya yang terjadi karena
beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya:
2.2.7.1 Temperatur Modul Surya
Sel surya dapat bekerja dengan optimal apabila temperatur sel surya
tetap berada di temperatur normal yaitu 25oC, setiap kenaikan temperatur 1oC
dari temperatur normal maka akan melemahkan sekitar 0,4% dari tegangan

17
Voc yang diperoleh. Sehingga, temperatur panel surya perlu dijaga di sekitar
25oC agar panel surya tidak terlalu panas.

Gambar 2.13 Pengaruh Suhu Panel Terhadap Kinerja PLTS (Sukmajati &
Hafidz, 2015) Diakses 16 Juni 2020

2.2.7.2 Radiasi Matahari


Beberapa wilayah memiliki intensitas radiasi yang bervariasi. Radiasi
matahari ini sangat mempengaruhi keluaran arus (I) yang dihasilkan dan sedikit
berpengaruh pada keluaran tegangan (V). Gambar 2.14 menunjukan hubungan
radiasi matahari terhadap tegangan dan arus.

Gambar 2.14 Kurva Efek Perubahan Intensitas (Sukmajati & Hafidz, 2015)
Diakses 16 Juni 2020

2.2.7.3 Shading (Bayangan)

Shading (bayangan) adalah area pada panel surya yang terhalangi oleh
pohon, daun yang jatuh, dan lainnya yang dapat menghalangi radiasi matahari
sampai ke panel surya. Shading dapat mengakibatkan produksi yang dihasilkan
oleh PLTS berkurang atau tidak optimal.

18
2.2.7.4 Kecepatan Angin Bertiup
Kecepatan angin bertiup di lokasi sekitar panel surya dibangun
bertujuan untuk membantu mendinginkan temperatur panel surya. Dikarenakan
panel surya yang terlalu tinggi temperaturnya maka dapat berpengaruh tehadap
tegangan yang dihasilkan. Untuk memaksimalkan kecepatan angin yaitu
dengan memperhitungkan desain jarak antar panel dan jarak antara panel
dengan ruang penempatan dibawahnya. (Janaloka, faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Operasi Listrik Surya, 2018)

2.2.7.5 Keadaan Atmosfir Bumi


Atmosfir bumi yang berawan dan mendung mengandung jenis debu
tertentu di udara, uap air udara, asap, kabut dan polusi, akan mempengaruhi
produksi panel surya. (Janaloka, faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Operasi
Listrik Surya, 2018)

2.2.7.6 Orientasi Modul


Pemasangan panel surya harus disesuaikan dengan arah datangnya
cahaya matahari agar produksi PLTS dapat maksimal. Daerah yang terletak di
sebelah utara khatulistiwa, penempatan modul surya dianjurkan menghadap ke
selatan. Begitu juga pada daerah di sebelah selatan khatulistiwa, maka modul
surya dianjurkan menghadap ke utara. Modul surya tetap memproduksi energi
saat menghadap ke barat atau timur, tetapi produksi energinya tidak maksimal.
(Janaloka, faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Operasi Listrik Surya, 2018)

2.2.7.7 Sambungan Kabel


Sambungan kabel juga berpengaruh terhadap kinerja PLTS.
Sambungan kabel yang tidak terpasang dengan baik dapat mengakibatkan
terganggunya aliran listrik sehingga menyebabkan produksi energi dari PLTS
menurun.

2.2.8 Rumus Perhitungan Dalam Perencanaan PLTS


2.2.8.1 Menghitung Jumlah Komponen PLTS
Dalam merencankan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
perlu diperhitungkan banyaknya komponen-komonen yang akan digunakan

19
sesuai dengan kebutuhan beban yang ada. Sehingga dengan perhitugan
tersebut dapat diketahui jumlah panel surya yang dibutuhkan dan besarnya
kapasitas PLTS.
1. Panel Surya
Banyaknya panel surya yang dibutuhkan oleh kapasitas PLTS harus
diperhitungkan terlebih dahulu. Suhu pada panel surya dapat mempengaruhi
kinerja PLTS, umunya PLTS dapat bekerja dengan optimal jika suhu
permukaan panel surya pada 25 oC. Apabila suhu panel naik, maka tegangan
yang dihasilkan juga akan berkurang. Perhitungan ini dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
1) Daya keluaran modul surya saat dipengaruhi oleh temperatur dapat
dihitung dengan peramaan sebagai berikut:
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ = 0,5%𝑝𝑒𝑟 𝑜 𝐶 𝑥 𝑃𝑚𝑝𝑝 𝑥 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 (℃) (2.1)
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃ = 𝑃𝑀𝑃𝑃 − 𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ (2.2)
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃
𝑇𝐶𝐹 = (2.3)
𝑃𝑀𝑃𝑃

Dimana :
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ = Daya saat temperatur naik (watt)
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃ = Daya yang dihasilkan panel saat
temperatur naik (watt)
𝑇𝐶𝐹 = Temperature Coeeficient Factor (%)
0,5%𝑝𝑒𝑟 𝑜 𝐶 = Perubahan temperatur saat bekerja
diatas suhu 25oC
𝑃𝑀𝑃𝑃 = Daya yang dihasilkan panel (watt)

2) Menghitung Daya PLTS (Watt Peak)


Berdasarkan besarnya konsumsi harian beban pada gedung,
maka untuk menghitung daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTS
menggunakan persamaan berikut:
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘 = (2.4)
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖

Dimana :
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = Besar beban listrik dalam sehari

20
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 = Lama penyinaran matahari dalam sehari (5 jam)

3) Menghitung Jumlah Panel Yang Dibutuhkan


Banyaknya panel surya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan beban harus diperhitungkan. Karena, berkaitan degan
kapasitas PLTS yang akan dikembangkan. Cara menghitung banyaknya
panel surya yang dibutuhkan dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut:
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡𝑝𝑝𝑒𝑎𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 = (2.5)
𝑃𝑚𝑝𝑝

Dimana:
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡𝑝𝑒𝑎𝑘 = Besar daya yang dibangkitkan PLTS (Wattpeak)
𝑃𝑚𝑝𝑝 = Daya yang dihasilkan panel surya (watt)
Sesuai dengan penjelasan teori diatas, panel surya dirangkai
secara seri untuk memperbesar tegangan sedangkan panel surya
disusun secara paralel untuk memperbesar arus. Sehingga, banyaknya
konfigurasi seri-paralel dalam perencanaan PLTS juga harus
diperhitungkan. Hal itu berhubungan dengan tegangan dan arus DC
yang masuk dari panel surya ke inverter. Untuk mengetahui banyaknya
konfigurasi seri-paralel beserta besarnya arus dan tegangan dapat
menggunakan persamaan berikut:
 Rangkain Seri
𝑉min 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑟𝑖 (𝑚𝑖𝑛) = (2.6)
𝑉𝑜𝑐 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑉max 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑟𝑖 (𝑚𝑎𝑥) = (2.7)
𝑉𝑚𝑝𝑝 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙

 Rangkaian Paralel
𝐼max 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 (𝑚𝑎𝑥) = (2.8)
𝐼𝑚𝑝𝑝 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙

 Besar Arus
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐴𝑟𝑢𝑠 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 (2.9)
 Besar Tegangan
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑉𝑚𝑝 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 (2.10)

21
Dimana :
Vmax inverter = Tegangan maksimum inverter
Vmpp modul = Tegangan mpp modul surya
Imax inverter = Arus maksimum inverter
Impp modul = Arus mpp modul surya

4) Menghitung Luas Area Penempatan Modul


Setelah banyaknya modul surya yang akan dibutuhan diketahui,
kemudian perlu ditentukan total luas yang diperlukan untuk penempatan
modul. Perhitungan luas area ini dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
 Panjang total modul
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 (𝑚)𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 (2.11)
 Lebar total modul
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 (𝑚)𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖 (2.12)
 Luas Area Total
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃 𝑥 𝐿 (2.13)

5) Menghitung kemiringan PLTS


Agar produksi energi maksimum perlu diperhatikan orientasi
pemasangan panel surya (array) terhadap arah matahari. Sudut
kemiringan sangat berpengaruh terhadap radiasi matahari agar tepat
menyentuh permukaan panel surya.
Kemiringan ini selain bertujuan secara teknis tetapi juga dirancang
agar kotoran yang menempel pada panel surya dapat terbawa turun
dengan air hujan sehingga tidak mengendap pada panel surya. Tinggi
maksimum (dalam derajat) saat matahari mencapai langit (α) harus
diketahui sebelum menghitung kemiringan panel surya. Hal tersebut
dapat dihitung dengan persamaan:
𝛼 = 90° − 𝑙𝑎𝑡 + 𝛿 (𝑁 ℎ𝑒𝑚𝑖𝑠𝑝ℎ𝑒𝑟𝑒)
𝛼 = 90° + 𝑙𝑎𝑡 − 𝛿 (𝑆 ℎ𝑒𝑚𝑖𝑠𝑝ℎ𝑒𝑟𝑒) (2.14)

22
Dimana:
Lat = garis lintang (latitude) lokasi yang akan dipasang PLTS (dalam
derajat)
𝛿 = sudut deklinasi matahari (23,45o)
Untuk sudut yang harus dibentuk oleh PV modul terhadap permukaan
bumi (β) , dihitung dengan persamaan berikut:
𝛽 = 90° − 𝛼 (2.15)

6) Menghitung daya keluaran PLTS dengan looses


Dalam perencanaan PLTS, perlu diperhatikan looses pada sistem.
Untuk menghitung daya keluaran PLTS jika dipengaruhi oleh looses
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑃𝑖 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐿𝑇𝑆 𝑥 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 (2.16)
Setelah menghitung daya keluaran pada PLTS jika dipengaruhi looses
kemudian dihitung energi yang dihasikan oleh modul surya saat radiasi
matahari yang terendah, tertinggi dan radiasi matahari rata-rata
pertahun. Perhitungan itu dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 (2.17)
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 (2.18)
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (2.19)
Dimana :
𝑃𝑜𝑢𝑡 = Daya keluaran PLTS (kWh)
𝑃𝑖 = Daya keluaran PLTS setelah dikurangi dengan losses (kw)

2. Inverter
Untuk menentukan kapasitas inverter yang akan digunakan dalam
perencanaan ini, disesuaikan dengan beban yang disuplai. Sehingga,
kapasitas inverter disesuaikan dengan tegangan dan arus keluaran dari PLTS
yang dirancang. Jika input dari arus, tegangan, dan daya PLTS melewati batas
maksimum yang tertulis pada spesifikasi inverter akan mengakibatkan inverter
sewaktu-waktu dapat meledak.

23
Kapasitas inverter yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟 = 𝑊𝑚𝑎𝑘𝑠 + (25% 𝑥 𝑊𝑚𝑎𝑘𝑠 ) (2.20)

3. Menghitung Performance Ratio (PR)


Dilihat dari energi yang dihasilkan setiap tahun, Performance Ratio
(PR) merupakan salah satu indikator kualitas sistem. Untuk mengetahui
Performance Ratio dapat menggunakan rumus berikut untuk menghitung:
𝐸
𝑃𝑅 = 𝐸𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 (2.21)
𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

𝐸𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 (2.22)


𝐸𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑃𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 𝑥 𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 (2.23)
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = 𝑃𝑆𝐻 𝑥 365 (2.24)
Dimana :
𝑃𝑅 = Performance Ratio
𝐸𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = Energi yang diperoleh PV saat PSH (Wh)
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = Rata-rata radiasi harian (h)

2.2.8.2 Menghitung Biaya Proyek PLTS


Beberapa pembiayaan yang diperlukan dalam perencanaan
pembangkit listrik tenaga surya yaitu biaya investasi awal, biaya pemeliharaan
dan operasional. Biaya investasi awal merupakan pengeluaran paling tinggi
dalam perencanaan PLTS, tetapi untuk biaya operasional dan pemeliharaan
PLTS tergolong lebih murah. Adapun beberapa parameter untuk menghitung
biaya proyek PLTS yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung biaya investasi


Biaya investasi meliputi biaya pembelian seluruh komponen yang
dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya termasuk
biaya pembelian panel surya, pembelian inverter, pembelian kWh Exim,
dan lain sebagainya.

24
b. Menghitung biaya operasional dan biaya pemeliharaan
Biaya perawatan PLTS adalah biaya operasional yang harus dibayarkan
secara berkala (biasanya bulanan atau tahunan).
Biaya pemeliharaan tahunan PLTS biasanya 1- 2%, dari biaya investasi.
Atau bisa juga ditulis dalam persamaan :
𝑀 = 1% 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 (2.25)

c. Menghitung biaya siklus hidup PLTS (Life Cycle Cost)


Biaya siklus hidup merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh sistem
PLTS. Biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang dari total
biaya sistem PLTS meliputi biaya investasi awal dan biaya pemeliharaan
dan operasional jangka panjang. Nilai sekarang dari biaya tahunan yang
akan dikeluarkan selama periode waktu tertentu (dalam siklus hidup
proyek) dan pengeluarannya tetap. Untuk menghitung biaya siklus hidup
PLTS dapat menggunakan persamaan berikut :
𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑝𝑤 (2.26)
(1+i)n −1
𝑀𝑝𝑤 = 𝑀 𝑥 (2.27)
𝑖(1+𝑖)𝑛

Dimana :
𝐿𝐶𝐶 = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost)
𝐶 = Biaya investasi awal
𝑀𝑝𝑤 = Biaya nilai sekarang dari total biaya pemeliharaan dan
operasional proyek dalam n tahun atau sepanjang siklus
hidupnya
𝑀 = Biaya operasional dan biaya pemeliharaan
i = Tingkat diskonto
n = Siklus hidup PLTS

d. Biaya energi PLTS (Cost of Energy)


Biaya energi adalah rasio antara total biaya tahunan sistem dan energi
yang dihasilkan selama periode yang sama. Dari segi ekonomis, biaya
energi PLTS berbeda dengan biaya energi pembangkit konvensional. Ini
karena biaya energi PLTS dipengaruhi oleh biaya-biaya berikut:
25
1) Investasi awal yang cukup tinggi
2) Biaya bahan bakar tidak ada
3) Biaya operasional dan pemeliharaan yang relatif rendah
4) Biaya penggantian komponen yang rendah
Rumus COE adalah sebagai berikut :
𝐿𝐶𝐶 𝑥 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 = (2.28)
𝐴 𝑘𝑊ℎ
i(1+i)n
CRF = (1+𝑖)𝑛−1 (2.29)

𝐴 𝑘𝑊ℎ = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 (2.30)


Dimana :
𝐶𝑂𝐸 = Cost of Energy / Biaya energi (Rp/kWh)
𝐿𝐶𝐶 = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost)
CRF = Faktor Pemulihan Modal, berdasarkan pada discount rate (i)
𝐴 𝑘𝑊ℎ = Produksi energi dalam setahun (kWh/tahun)

2.2.8.3 Analisa Kelayakan Investasi PLTS

Mengingat besarnya biaya investasi awal, berbagai metode dapat


digunakan untuk menentukan kelayakan proyek. Beberapa dari metode ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode tersebut antara lain Payback
Period (PBP), Discounted Payback Period (DPP), Net Present Value (NPV),
Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), Modified Internal Rate of
Return (MIRR), Accounting Rate of Return, dan masih banyak metode lain yang
bisa digunakan. Dalam perencanaan ini, akan menggunakan metode Net
Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan Discounted Payback Period
(DPP). Setiap metode yang akan digunakan akan dijelaskan sebagai berikut:

A. NPV (Net Present Value)


Net Present Value menunjukkan jumah arus kas bersih sekarang,
dimana arus kas tersebut telah didiskontokan berdasarkan biaya modal.
Teknik ini menghitung selisih antara nilai bersih sekarang dari semua kas
dan investasi awal. Cost of capital , time value of money dan semua
cash flow mempengaruhi hasil perhitungan. Jika nilai sekarang dari total
kas yang diterima lebih besar dari biaya investasi awal maka proyek

26
dapat diteruskan begitu pula sebaliknya. NPV dapat dihitung dengan
rumus berikut:
𝑁𝑃𝑉 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 (2.31)
Kriteria penilaian kelayakan usaha berdasarkan nilai NPV, yaitu:
1) Jika NPV>0 maka proyek layak untuk dilanjutkan (feasible)
2) Jika NPV<0 maka proyek tidak layak dilanjutkan
3) Jika NPV=0 maka proyek tidak ada keuntungan ataupun kerugian

B. Profitability index (PI)


Profitability index diperoleh dengan membagi total kumulatif Present
Value NCF (PVNCF) dengan biaya investasi awal. Suatu proyek dapat
dikatakan layak apabila mempunyai Profitability index lebih besar dari
nol. Perhitungan Profitability index (PI) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
∑𝑛
𝑡=1 𝑁𝐶𝐹𝑡 (1+𝑖)
−𝑡
𝑃𝐼 = (2.32)
𝐶

C. Discounted Payback Period (DPP)


Discounted Payback Period hampir sama dengan metode payback
period. Namun, perhitungan DPP memperhitungkan cost of capital
sebagai discounted. Oleh karena itu, discounted payback period ini
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya invetasi
awal. Jika nilai sekarang arus kas bersih sekarang sama dengan biaya
investasi awal maka Discounted Payback Period (DPP) dapat diperoleh.
Jadi, dari DPP tersebut diperoleh berupa berapa tahun proyek yang akan
dibangun dapat mengembalikan modal awal dengan mempertimbangkan
cast of capital.

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perancangan Penelitian


Untuk membantu penelitian ini, perlu disusun rancangan penelitian
secara bertahap. Rancangan penelitian merupakan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian. Adapun rancangan penelitian yang digunakan
ditunjukkan di bawah ini:

Mulai

Identifikasi masalah
Perencanan PLTS di Klinik

Survey dan pengambilan data


di Klinik Mitra Husada

Pengolahan data untuk menentukan


kapasitas PLTS, jumlah panel,
kapasitas inverter, dll

Perencanaan PLTS

Perhitungan biaya investasi,


operasional, pemeliharaan, dll

Tidak
Analisa
Kelayakan

YA

Selesai

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

28
Berdasarkan rancangan penelitian seperti diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Identifikasi Masalah
Tahap ini ditentukan permasalahan akan dilakukan perencanaan PLTS
di Klinik Mitra Husada Kediri. Tagihan listrik yang tinggi setiap bulannya
menjadi alasan pemasangan PLTS, sehingga diharapkan dengan
adanya PLTS dapat membantu mengurangi tagihan listrik PLN.
2) Survey Lokasi dan Pengambilan Data
Tahapan ini akan melakukan survey langsung ke Klinik Mitra Husada
untuk mengetahui lokasi PLTS yang akan di kembangkan. Selanjutnya
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan daam perencanaan PLTS
misalnya data konsumsi harian beban dan data tagihan listrik setiap
bulan.
3) Pengolahan Data
Tahapan ini akan mengolah data yang sebelumnya telah diperoleh dari
Klinik Mitra Husada kemudian diolah yang kemudian dapat ditentukan
kapasitas PLTS yang akan dikembangkan, kapasitas inverter, luas area
PLTS yang dibutuhkan dan jumlah pane surya yang dibutuhkan. Selain
itu, perlu dicari spesifikasi panel surya dan inverter yang digunakan.
4) Perencanaan PLTS
Pada tahap ini, setelah kapasitas PLTS dan kapasitas inverter telah
diketahui selanjutnya dilanjutkan dengan pemilihan apakah PLTS
Rooftop atau tidak. Dilihat dari luas area yang diperoleh dari perhitungan
sebelumnya. Apakah area klinik mencukupi untuk dibangun PLTS.
5) Perhitungan Biaya Investasi
Setelah proses perencanaaan PLTS selesai dibuat, kemudian
menghitung besarnya investasi awal. Biaya investasi ini meliputi
pembelian panel surya, pembelian inverter dan komponen-komponen
pendukung lainnya.
6) Analisa Kelayakan Proyek PLTS
Analisa kelayakan ini yang akan menunjukkan apakah PLTS layak untuk
dikembangkan atau tidak. Ada beberapa metode yang digunakan untuk

29
menentukan kelayakan pembangunan PLTS. Analisa ini sangat penting
untuk dikembangkan mengingat biaya investasi awal yang tidak sedikit.

3.2 Teknik Analisis


Pada penelitian ini akan melakukan perencanaan pembangkit listrik
tenaga surya, maka pertama yang harus dilakukan adalah observasi lapangan
yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan perkiraan beban yang akan
disuplai oleh PLTS. Perkiraan beban tersebut kemudian dijadikan acuan untuk
menentukan kapasitas PLTS yang akan dirancang. Jika kapasitas PLTS sudah
diketahui, maka dapat diketahui juga kebutuhan jumlah komponen-komponen
yang dibutuhkan dan menghitung energi pada PLTS. Apabila sudah diketahui
semua, dilanjutkan merancang sistem kerja dari pembangkit listrik tenaga surya
dalam penulisan ini menggunakan sistem kerja PLTS berbasis on grid agar
dalam merancang sudah mengetahui sistem kerja yang tepat. Perancangan
pemangkit listrik tenaga surya ini bisa terwujud apabila dalam perencanaan ini
semua dalam kondisi layak atau baik.
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Hal itu karena dalam penelitian ini akan
dipaparkan dalam bentuk penjelasan, catatan observasi, dokumen dan diskusi.
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Teknik analisi kuantitatif dalam perencanaan
ini yaitu perhitungan matematis berdasarkan teori terkait dan penjelasan
deskriptif untuk mengolah data kualitatif.

30
3.3 Jadwal Penelitian
Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian. Jadwal kegiatan penelitian
mengacu pada rencana kegiatan dengan hasil sesuai harapan.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian


MINGGU KE
No. Nama Feb-20 Mar-20 Apr-20 Mei-20 Jun-20 Jul-20
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kerja Magang
2 Skripsi
a.Studi
Lapangan
b.Pengambilan
Data
c.Pengolahan
Data
d. Penulisan
Laporan
Magang dan
Skripsi

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data skripsi dilakukan di Gedung Klinik


Balai Pengobatan Mitra Husada yang terletak di Jalan Wates Ngadiluwih No.
107, Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 64174.
Klinik Mitra Husada Kediri memiliki beberapa ruangan yaitu Ruang
UGD 24 jam/Ruang Periksa, Poli Umum, Poli Gigi, Laboratorium, 14 Kamar
Pasien, Ruang Perawat, Lobi, dan Musholla.

24,8 m

9,5 m

Gambar 4.1 Lokasi Atap Penelitian

Atap pada gedung klinik tersebut memiliki panjang dan lebar berturut-
turut adalah 24,8 m x 9,5 m dan meiliki luas sekitar 236 m2. Total tanah
keseluruhan yang dimiliki klinik tersebut yaitu sekitar 700 m2.
Dalam perencanaan ini, PLTS yang akan dirancang adalah PLTS
Rooftop. Ha itu karena luas atap yang memadai dan untuk menghindari
shading/bayangan. Selain itu, PLTS Rooftop bisa lebih mengefisiensikan tanah
yang digunakan. PV panel yang akan diletakkan diatas atap harus
menggunakan penyanggaan, penyangga ini disebut support modul mounting.
Jenis penyangga ini dapat digunakan pada semua jenis genteng dan dirancang
32
untuk memberikan kemudahan bagi pemasangan PLTS Rooftop. Modul
penyangga dapat dirangkai ditempat instalasi sehingga menjadi mudah, effisien
dan lebih ekonomis. Penyangga ini terbuat dari bahan aluminium dan galvanis
dimana bahan tersebut tidak mudah berkarat karena letaknya yang di atap yang
selalu terkena panas dan hujan. Pembelian penyangga ini sudah termasuk
mounting untuk panel dan juga baut-baut yang diperlukan.
Kemiringan dari support modul mounting ini berkisar 5o-10o disesuaikan
dengan arah matahari dari atap yang akan dipasang. Contoh support modul
mounting seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah:

Gambar 4.2 Layout Modul Mounting di Rooftop

Untuk merapikan jalur kabel dari panel surya maka dibutuhkan PV


combiner box. Di dalam combiner ini terdapat proteksi dari panel surya ke
inverter, yaitu terdapat DC arrester, DC MCB dan DC fuse.

Gambar 4.3 PV Combiner Box

33
4.1.2 Analisis Teknis Perencanaan PLTS
Sebelum membangun PLTS On Grid maka terlebih dahulu harus
dilakukan proses perecanaannya dengan baik, agar PLTS On Grid yang akan
dibangun dapat terealisasi dan bekerja dengan maksimal. Perencanaan ini
ditinjau dari aspek teknis dan ekonomis
Pemasangan PLTS pada Gedung Klinik ini bertujuan agar dapat
membantu mengurangi tarif tagihan listrik pada Klinik Mitra Husada. Dalam
perencanaan ini, konfigurasi sistem PLTS yang akan dikembangkan seperti
pada gambar 4.4:

Gambar 4.4 Sistem PLTS On Grid

Gambar diatas menjelaskan sistem yang digunakan yaitu sistem PLTS


On Grid dengan menggunakan kWh Expor-Impor. Energi listrik yang diperoleh
dari PLTS berupa arus DC yang kemudian dialirkan menuju ke inverter untuk
diubah menjadi arus AC. Selanjutnya akan dialirkan ke panel distribusi untuk
selanjutnya disalurkan ke beban yang terhubung. Apablia terdapat kelebihan
energi listrik dari PLTS, maka nantinya dari panel distribusi akan dialirkan
menuju ke kWh expor-impor, untuk disalurkan ke jaringan PLN. Begitupun saat
PLTS tidak memproduksi energi listrik pada malam hari, maka beban akan
mengambil listrik dari jaringan PLN melalui kWh expor-impor.
Fungsi dari kWh meter exim sebenarnya sama dengan kWh meter biasa
dari PLN. Yang membedakan adalah kWh Exim dapat membaca kWh yang
diekspor ke PLN ataupun membaca daya yang di impor dari jaringan PLN.

34
4.1.2.1 Data Pemakain Beban
Data ini diperoleh pada total penggunaan beban per harinya di Gedung
Klinik Mitra Husada yang terletak di Jalan Wates Ngadiluwih No. 107, Pojok,
Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 64174 dengan Latitude -
7.923096 dan Longitude 112.088463. Pengumpulan data beban dilakukan
secara langsung dengan melakukan survey langsung ke klinik dan mencatat
daftar beban yang digunakan, lama pemakaian, dan daya dari beban-beban
tersebut. Di dapat data beban pada gedung tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rata-rata penggunaan listrik Klinik Mitra Husada Kediri

Total Lama
Beban Jumlah Daya Daya Penggunaan Energi
Unit
Peralatan (W) (W) (h) (Wh)
Lampu LED 2 15 30 24 Jam 720
UGD/Ruang Compressor 1 150 150 1 Jam 150
Periksa Nebulizer
Sterilisator 1 600 600 1 Jam 600
Kipas Angin 1 70 70 2 Jam 140
(Opsional)
Lampu LED 2 15 30 8 Jam 240
Kulkas 1 80 80 24 Jam 1920
Laboratorium
Mikroskop 1 20 20 2 Jam 40
(Opsional)
Kipas Angin 1 70 70 2 Jam 140
(Opsional)
Pembersih 1 20 20 1 Jam 20
Karang Gigi (Opsional)
Mesin 1 30 30 1 Jam 30
Whitening (Opsional)
Gigi
Poli Gigi Kompresor 1 750 750 1 Jam 750
silent oiless (Opsional)
Laser Gigi 1 5 5 1 Jam 5
(Opsional)
Light LED 1 10 10 1 Jam 10
(Opsional)

35
Total Lama
Beban Jumlah Daya Daya Penggunaan Energi
Unit
Peralatan (W) (W) (h) (Wh)
Lampu LED 2 15 30 8 Jam 240
ruagan
Kipas Angin 1 70 70 2 Jam 140
(Opsional)
Lampu LED 10 200 13 Jam 2600
14 Kamar
Kipas Angin 10x2=20 70 1400 7 Jam 9800
Pasien +
(10 kamar (rata-rata
Kamar
terisi) pakai)
mandi
pasien Lampu LED 3 30 13 Jam 390
(kamar (dalam
mandi) sehari)
Lampu LED 3 15 45 13 Jam 585
Ruang
(saat malam)
Tunggu +
Lobi Daftar TV 1 90 90 9 Jam 810
Komputer 1 120 120 14 Jam 1680
Printer 1 17 17 2 Jam 34
Kipas Angin 1 70 70 8 Jam 560
(Opsional)
Lampu LED 7 5 35 13 Jam 455
Lampu
(saat malam)
Lorong
Lampu LED 2 15 30 13 Jam 390
Lampu jalan
(saat malam)
Lampu LED 2 10 20 13 Jam 260
Ruang
Dokter Jaga Kipas Angin 2 70 140 7 Jam 980
Komputer 1 120 120 14 Jam 1680
Dispenser 1 350 350 8 Jam 2800
Lampu LED 3 10 30 13 Jam 390
(saat malam)
Kipas Angin 2 70 140 7 Jam 980
(rata-rata per
Ruang hari)
Perawat dan Kamar 2 5 10 13 Jam 130
Mandi (optional)

36
Total Lama
Beban Jumlah Daya Daya Penggunaan Energi
Unit
Peralatan (W) (W) (h) (Wh)
Dapur Pompa Air 1 650 650 4 Jam 2600
Wifi 1 8 8 24 Jam 192
Dispenser 1 350 350 8 Jam 2800
Kulkas 1 80 80 24 Jam 1920
Lampu LED 2 10 20 13 Jam 260
Lampu
(saat malam)
Parkiran
Lampu LED 3 10 30 13 Jam 390
Musholla
(Opsional)
Kamar 2 5 10 13 Jam 130
Mandi (Opsional)
5.960 37.961
Jumlah

Klinik tersebut memilki 14 kamar pasien, tetapi dalam perencanaan


akan direncanakan pembangunan PLTS apabila 10 kamar pasien terisi.

4.1.2.2 Spesifikasi Panel Surya Yang Digunakan


Dalam perencanaan ini menggunakan panel surya merek Solana SOL-
P250W tipe policrystalline dengan kapasitas 250 Wp. Alasan dipilih panel surya
jenis policrystalline karena panel surya jenis policrystalline mampu menyerap
energi degan baik disaat mendung/berawan, sedangkan jenis monocrystalline
saat mendung/berawan kurang optimal menerap cahaya. Dengan kondisi lokasi
perencanaan yang suhu (temperatur) rata-rata sebesar 26,479oC dan sering
mendung atau turun hujan maka jenis policrystalline ini lebih tepat.

Gambar 4.5 Panel Surya Merek Solana 250 Wp


37
Berikut adalah spesifikasi dari panel surya merek Solana tipe
policrystalline :

Tabel 4.2 Spesifikasi Panel Surya


250 Wp
Max. Power (Pmax)
29,9 V
Optimum Operating Voltage (Vm)
8,36 A
Optimum Operating Current (Im)
35,8 V
Open Circuit Voltage (Voc)
8,86 A
Short Circuit Current (Isc)
15,37%
Module Efficiency
Polycristalline 156x156 mm
Solar Cell
0~+3%
Power Tolerance (Pmax)
1640 x 992 x 35 mm
Module Dimension
19,5 Kg
Weight
1000 V DC
Max. System Voltage
-40oC~+85oC
Temperature Cycling Range

NOTC 47oC

(+0.06% /oC)
Temperature Coefficient of Isc
(-0.35% /oC)
Temperature Coefficient of Voc
(-0.4% /oC)
Temperature Coeeficient of Pmax
Rp. 1.900.000,-
Harga

4.1.2.3 Spesifikasi Inverter Yang Digunakan


Inverter yang digunakan dalam perencanan ini yaitu jenis inverter yang
sudah ada dalam pasaran dan telah terverifikasi sehingga lebih mudah dalam
pemilihannya. Perencanaan ini menggunakan inverter SMA Sunny Tripower
10000TL berkapasitas 10 kW.

38
Tabel 4.3 Inverter Sunny Tripower 10000TL

Berikut adalah spesifikasi dari Inverter tersebut:

Tabel 4.4 Spesifikasi Inverter


Sunny Tripower 10000TL
Technical Data
Input (DC)
13500 Wp
Max. Generator power
1000 V
Max. Input voltage
370 V to 800 V / 580 V
MPP voltage range / rated input voltage
150 V / 188 V
Min. Input voltage / start input voltage
18 A / 10 A
Max. Input current input A / input B
2 / A:2; B:2
Number of independent MPP inputs /
strings per MPP input
Output (AC)
10000 W
Rated power (at 230 V, 50 Hz)
10000 VA
Max. AC apparent power
3 / N / PE; 230 / 400 V
Nominal AC voltage
50 Hz / 230 V
AC grid frequency / range
14,5 A
Max. Output current
0,8 overexcited to 0,8
Power factor at rated power
underexcited

Efficiency
98% / 97,6%
Max. Efficiency / European efficiency
General Data

39
470 / 730 / 240 mm
Dimensions (W / H / D)
37 Kg (81,6 lb)
Weight
-25oC to +60oC
Operating temperature range
40 dB (A)
Noise emission
1W
Self - consumption (at night)
IP65
Degree of protection (accrding to IEC
Climatic category (according to
60529)
IEC 60721-3-4) : 4K4H
100%
Maximum permissible value for relative
humidity

4.1.2.4 Data Radiasi Matahari Dan Temperatur


Data radiasi dan temperatur pada lokasi PLTS akan dikembangkan
dibutuhkan agar PLTS dapat memproduksi listrik sesuai dengan yang
direncanakan, karena sumber energi PLTS yaitu radiasi matahari. Temperatur
juga berpengaruh terhadap output dari PLTS itu sendiri. Radiasi matahari dan
temperatur diperoleh dari situs resmi website NASA.
Berikut adalah kondisi irradiasi matahari di daerah Kabupaten Kediri-
Jawa Timur terbilang cukup baik, hal itu dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.5 Radiasi Matahari Per Bulan


Daily Solar Radiation
Bulan
(kWh/m2/hari)

3,53
Januari
3,44
Februari
3,73
Maret
4,36
April
5,03
Mei
5,15
Juni
5,56
Juli
5,77
Agustus

40
5,91
September
5,29
Oktober
4,34
November
3,96
Desember
4,6725
Rata-Rata

Tabel diatas menunjukkan rata-rata radiasi matahari perbulan untuk


daerah Kediri Jawa Timur. Berdasarkan data tersebut, bulan September
mempunyai tingkat radiasi tertinggi sebesar 5,91 kWh/m2/hari. Sedangkan
bulan Februari mempunyai tingkat iradiasi terendah sebesar 3,44 kWh/m2/hari.
Rata-rata iradiasi matahari setiap tahunnya yaitu 4,6725 kWh/m2/hari yang
berarti dalam setiap m2 selama sehari, matahari mampu memberikan daya
sebesar 4,6725 kWh.
Dengan rata-rata irradiasi matahari sebesar 4,6725 kWh menunjukkan
bahwa daerah tersebut berpotensi untuk dibangun PLTS. Perencanaan sistem
PLTS biasanya menggunakan nilai radiasi harian matahari minimum yaitu
sebesr 3,44 kWh/m2/hari, agar PLTS dapat tetap menyuplai daya ke beban saat
irradiasi matahari rendah. Selain mempertimbangkan potensi radiasi matahari,
juga perlu diperhatikan temperaturnya pada lokasi perencanaan PLTS. Berikut
adalah data temperaturnya:

Tabel 4.6 Data Temperatur Per Bulan


Temperatur (oC)
Bulan
25,34
Januari
25,07
Februari
25,36
Maret
25,61
April
25,4
Mei

41
25,19
Juni
25,59
Juli
27
Agustus
28,94
September
29,73
Oktober
28,3
November
26,22
Desember
26,479
Rata-rata

Dapat dilihat dari tabel diatas rata-rata suhu (temperature) sebesar


26,479oC. Temperature tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan 29,73 oC
dan temperatur terendah terjadi pada bulan Februari dengan 25,07 oC.
Sesuai dengan teori yang ada, panel surya dapat bekerja dengan
maksimal apabila bekerja pada suhu optimal panel surya yaitu pada 25oC.
Kenaikan suhu akan berpengaruh pada tegangan yang dihasilkan. Setiap
kenaikan temperatur 1oC dari panel surya, maka dapat melemahkan tegangan
sampai 0,5% dari keseluruhan tenaga yang diperoleh jika panel surya yang
digunakan type polycristalline atau monocrystalline. Sedangkan, jika panel
surya yang digunakan type thin film maka dapat melemahkan 0,1-0,4% dari
total tenaga yang dihasilkan. Sehingga, dalam perencanaan ini perlu
dipertimbangkan daya yang dapat diperoleh saat temperatur naik melebihi 25
o
C.
Jika suhu maksimum di lokasi perencanaan ini dibangun adalah 29,73
o
C, maka kenaikannya adalah sebesar 4,73 oC dari 25 oC. Maka dengan
menggunakan persamaan 2.1 dapat dilakukan perhitungan nilai daya yang
dihasilkan :
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 4,73℃ = 0,5% 𝑝𝑒𝑟℃ 𝑥 𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑥 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 (℃)
= 0,5% 𝑝𝑒𝑟℃ 𝑥 250𝑊 𝑥 4,73℃
= 5,9125 𝑊

42
Jadi, ketika suhu naik menjadi 4,73 oC daya keluaran maksimum panel
surya dapat dihitung dengan rumus 2.2 sebagai berikut :
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 4,73℃ = 𝑃𝑀𝑃𝑃 − 𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃
= 250 𝑊 − 5,9125 𝑊
= 244,0875 𝑊
Setelah diperoleh daya maksimum yang dapat diproduksi panel surya
ketika temperatur naik, selanjutnya menentukan besar TCF dengan
menggunakan persamaa 2.3 :
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃
𝑇𝐶𝐹 =
𝑃𝑀𝑃𝑃
244,0875 𝑊
= = 0,97635
250 𝑊
Berdasarkan hasil perhitungan daya maksimum yang dapat diproduksi
panel surya pada saat temperatur naik menjadi 29,73 oC maka diperoleh TCF
sebesar 0,97635.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung besar daya yang dapat
dibangkitkan oleh PLTS (Watt Peak) jika rata-rata pemakaian beban harian
adalah 37,961 kWh dan lama penyinaran matahari adalah 5 jam yaitu dari jam
09.00 pagi sampai 14.00 siang, maka kapasitas PLTS dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.4 :
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘 = 𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖
37.961 𝑊ℎ
= 5ℎ

= 7.5922 𝑊 ~ 7.600 𝑊𝑝 ~ 7,6 𝑘𝑊𝑝


Jadi, kapasitas PLTS yang akan dibangun di Klinik Mitra Husada Kediri sebesar
7,6 kWp.

Dalam perencanaan ini menggunakan panel surya dengan spesifikasi


Pmpp sebesar 250 Wp per panel. Jadi, total panel surya yang dibutuhkan PLTS
jika kapasitas yang di inginkan adalah 7,6 kWp dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 yaitu :
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 =
𝑃𝑚𝑝𝑝

43
7600 𝑊𝑝
= 250 𝑊𝑝

= 30 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎
Jadi, banyaknya panel surya yang dibutuhkan untuk merancang PLTS
berkapasitas 7,6 kWp adaah sebanyak 30 panel surya.

4.1.2.5 Menentukan Rangkaian Panel Surya


Konfigurasi seri-paralel dalam perencanaan PLTS sangat penting.
Karena dengan konfigurasi ini dapat mengetahui tegangan dan arus input DC
dari panel surya ke inverter. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, panel
surya disusun secara paralel untuk memperbesar arus sedangkan dirangkai
secara seri untuk memperbesar tegangan. Untuk menentukan jumlah modul
yang di seri maupun diparalel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
2.6 sampai 2.8 sebagai berikut :
Diketahui data spesifikasi panel surya dan inverter seperti dibawah:
Open Circuit Voltage (VOC) : 35,8 V
Maximum Power Voltage (Vmp) : 29,9 V
Maximum Power Current (Imp) : 8,36 A
Maximum Power Current Input Inverter : 18 A
Minimum Power Voltage Inverter : 150 V
Maximum Power Voltage Inverter : 1000 V
Pengaturan seri-paralel panel surya:
1) Rangkaian Seri Minimal
𝑉min 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑉𝑜𝑐 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙

150 𝑉
=
35,8 𝑉
= 4,1899 ~ 4 𝑈𝑛𝑖𝑡
2) Rangkain Seri Maksimum
𝑉max 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑉𝑚𝑝 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙

1000 𝑉
= 29,9 𝑉

= 33,44 ~ 34 𝑈𝑛𝑖𝑡

44
3) Rangkaian Paralel Maksimum
𝐼max 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝐼𝑚𝑝 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙

18 𝐴
= 8,36 𝐴

= 2,15 ~ 2 𝑈𝑛𝑖𝑡
Berdasarkan perhitungan diatas, panel surya yang dibutuhkan dalam
perencanaan PLTS ini sebanyak 30 panel surya. Jadi, berdasarkan perhitungan
seri dan paralel, 30 panel surya tersebut dapat disusun menjadi 15 unit modul
surya disusun seri dan 2 unit modul disusun paralel. Sehingga besarnya arus
dan tegangan dapat ditentukan menggunakan rumus 2.9 dan 2.10 seperti
berikut :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝐴𝑟𝑢𝑠 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙
= 8,36 𝐴 𝑥 2 𝑢𝑛𝑖𝑡
= 16,72 𝐴
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑉𝑚𝑝 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎
= 29,9 𝑉 𝑥 15 𝑢𝑛𝑖𝑡
= 448,5 𝑉

4.1.2.6 Menghitung Area Array


Setelah mengetahui banyaknya panel surya yang dibutuhkan,
kemudian perlu dihitung total luas area modul. Untuk mencari total luas area
modul tersebut diketahui dengan menghitung panjang dan lebar nya terlebih
dahulu, perhitungan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
2.11 sampai dengan 2.13 :
a) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 (𝑚)𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
= 1640 𝑚𝑚 𝑥 2 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
= 3280 𝑚𝑚 = 3,28 𝑚
b) 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 (𝑚)𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑖
= 992 𝑚 𝑥 15 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑖
= 14.880 𝑚𝑚 = 14,88 𝑚

45
c) 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃 𝑥 𝐿
= 3,28 𝑚 𝑥 14,88 𝑚
= 48,8 𝑚2 ~ 49 𝑚2
Dalam perencanaan ini, rooftop klinik Mitra Husada memiliki area yang
cukup luas dan dapat dijadikan tempat untuk meletakkan PLTS. Area rooftop
klinik yaitu 24,8 m x 9,5 m atau seluas 235,58 m2 sedangkan luas PV array
yang dibutuhkan yaitu 48,8 m2 atau sekitar 49 m2. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa area atap klinik Mitra Husada dapat dijadikan sebagai tempat peletakan
PLTS karena area yang mencukupi.

24,8 m

9,5 m

Untuk mendapatkan energi yang maksimal maka perlu memperhatikan


pemasangan panel surya (array) yang menghadap ke arah matahari. Sudut
kemiringan memiliki pengaruh yang besar terhadap radiasi matahari yang
mengenai permukaan panel surya. Untuk mengukur kemiringan PLTS dalam
perencanaan di Klinik Mitra Husada dapat ditentukan dengan rumus 2.14 dan
2.15 dimana Klinik tersebut berada di titik koordinat Lintang 7o55'23.6" LS dan
Bujur 112o05'18.4" BT:
𝛼 = 90° + 𝑙𝑎𝑡 − 𝛿
= 90° + 7,55° − 23,45°
= 74,1°
𝛽 = 90° − 𝛼
= 90° − 74,1°
= 15,9°
Jadi, sudut kemiringan maksimum panel surya yaitu sebesar 15,9 o.

46
4.1.2.7 Menghitung Daya Keluaran PLTS Dengan Losses
Daya yang dihasilkan PLTS tidak sepenuhnya 100% karena
dipengaruhi oleh beberapa losses atau rugi-rugi. Rugi-rugi ini bisa berasal dari
rugi-rugi komponen dan rugi-rugi sistem PLTS. Menurut Bien Kasim dan
Wibowo dalam buku Mark Hankins menyatakan bahwa losses pada sistem
PLTS diasumsikan 15% karena semua komponen yang digunakan masih baru.
Sehingga besar energi yang dihasilkan panel surya setelah dikurangi rugi-rugi
dapat dihitung dengan persamaan 2.16 seperti berikut:
Dengan looses 15% maka output dari PLTS menjadi :
𝑃𝑖 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐿𝑇𝑆 𝑥 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠
= 7600 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑥 (100% − 15%)
= 6460 𝑊𝑎𝑡𝑡 = 6,46 𝑘𝑊
Jadi, dari kapasitas panel yang terpasang dalam perencanaan ini
sebesar 7,6 kW setelah dikurangi dengan rugi-rugi komponen sebesar 15%
maka energi yang dihasikan menjadi 6,46 kW. Selanjutnya perlu dihitung daya
keluaran panel surya saat dipengaruhi radiasi matahari minimum, radiasi
matahari maksimum dan radiasi matahari rata-rata dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus 2.17 sampai 2.19 seperti berikut:
a) Saat radiasi matahari terendah
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
= 6,46 𝑘𝑊 𝑥 3,44 ℎ
= 22,2224 𝑘𝑊ℎ
b) Saat radiasi matahari tertinggi
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
= 6,46 𝑘𝑊 𝑥 5,91 ℎ
= 38,1786 𝑘𝑊ℎ
c) Saat radiasi matahari rata-rata
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑃𝑖 𝑥 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
= 6,46 𝑘𝑊 𝑥 4,6725 ℎ
= 30,1843 𝑘𝑊ℎ

47
4.1.2.8 Menghitung Kapasitas Inverter
Dalam memilih inverter diatur sesuai dengan kapasitas beban yang
akan disuplai. Menghitung kapasitas inverter dapat menghitung persamaan
2.20 seperti berikut:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟 = 𝑊𝑚𝑎𝑘𝑠 + (25% 𝑥 𝑊𝑚𝑎𝑘𝑠 )
= 5.960 𝑊 + (0,25 𝑥 5960 𝑊)
= 7.450 𝑊𝑎𝑡𝑡
Kapasitas inverter yang digunakan dalam perencanan ini sebesar 10
kW. Dikarenakan inverter yang digunakan harus bisa menampung arus dan
tegangan total yang keluar dari PLTS kemudian masuk ke inverter. Dalam
perancangan ini, total arus dari panel surya yaitu 16,72 A dan kapasitas arus
input maksimum inverter sebesar 18 A. Kemudian tegangan total dari panel
surya yaitu 448,5 V dan kapasitas tegangan input maksimum inverter sebesar
1000 V.

4.1.2.9 Menghitung Performance Ratio (PR)


Performance Ratio (PR) adalah ukuran kualitas sistem berdasarkan
energi yang dihasilkan setiap tahun. Untuk menghitung Performance Ratio
dapat menggunakan persamaan 2.21 sampai dengan 2.24 seperti berikut :
𝐸𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 30,1483 𝑘𝑊ℎ 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 11.017,269 𝑘𝑊ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡 = 𝑃𝑆𝐻 𝑥 365
1000 𝑊
= 4,6725 ℎ 𝑥 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚2
𝑊ℎ
= 1.705.462,5 𝑚2 = 1.705,4625 𝑘𝑊ℎ/𝑚2

𝐸𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑃𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 𝑥 𝐻𝑡𝑖𝑙𝑡


= 250 𝑊𝑝 𝑥 30 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑥 1.705,4625 𝑘𝑊ℎ/𝑚2
= 12.790,969 𝑘𝑊ℎ/𝑚2

48
𝐸
𝑃𝑅 = 𝐸𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑
𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

11.017,269 𝑘𝑊ℎ/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 12.790,969 𝑘𝑊ℎ/𝑚 2

= 0,86 ~ 86%
Dari perencanaan ini diperoleh performance ratio sebesar 86%.

4.1.3 Analisa Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Perencanaan PLTS


4.1.3.1 Biaya Investasi Awal
Dalam merencanaan PLTS terdapat biaya investasi yang terdiri dari
biaya pembelian komponen PLTS seperti panel surya dan inverter, biaya
pengiriman, biaya pengerjaan pemasangan PLTS serta biaya komponen
pendukung lainnya seperti kabel, kWh exim, combiner box dan lain sebagainya.
Tabel 4.7 dibawah menunjukkan rincian biaya investasi pada perencanaan
PLTS di Klinik Mitra Husada Kediri.

Tabel 4.7 Data Harga Komponen dan Instalasi PLTS

Komponen Kuantitas Satuan Harga Total (Rp)


No
Panel surya 250 30 Pcs Rp 2.100.000 Rp 63.000.000,-
1.
Wp
Inverter Sunny 1 Pcs Rp Rp 57.742.003,-
2.
Tripower 57.742.003
15000TL
Kabel Panel 2 Meter Rp 110.000 Rp 220.000,-
3.
Surya 2x2,5 /18 meter
Combiner Box 1 Pcs Rp 3.650.000 Rp 3.650.000,-
4.
PV
kWh Meter Exim 1 Pcs Rp 585.000 Rp 585.000,-
5.
Rangka 49 : 2,1= Meter Rp 450.000 Rp 10.800.000,-
6.
Penyangga 23,3 ~ 24 /2,1 m
Panel Surya

49
Jasa Rp 5.000.000,-
7.
Pemasangan
dan Pengiriman
Rp 140.997.003,-
Total

Presentase biaya investasi diatas dapat dibuat grafik seperti gambar berikut :
A. Presentase biaya pembelian panel surya
𝑅𝑝 63.000.000, −
𝑥 100% = 44,68% ~ 45%
𝑅𝑝 140.997.003, −

B. Presentase biaya pembelian inverter


𝑅𝑝 57.742.003, −
𝑥 100% = 40,95% ~ 41%
𝑅𝑝 140.997.003, −

C. Presentase biaya pembelian biaya komponen pendukung (kabel, combiner


box, kWh meter exim dan rangka penyangga panel surya)
𝑅𝑝 220.000 + 𝑅𝑝 3.650.000 + 𝑅𝑝 585.000 + 𝑅𝑝 10.800.000
𝑥 100% = 10,81%
𝑅𝑝 140.997.003

D. Presentase biaya instalasi dan pengiriman


𝑅𝑝 5.000.000, −
𝑥 100% = 3,54% ~ 4%
𝑅𝑝 140.997.003, −

Berikut diagram dari presentase biaya tersebut:

Presentase Biaya
Harga Panel Surya
11%
4%
Harga Inverter
45%
Biaya Instalasi +
41% Pengiriman
Biaya Komponen
Pendukung

Gambar 4.6 Presentase biaya perencanaan PLTS


50
Grafik presentase biaya diatas menunjukkan bahwa biaya yang paling
besar pengeluarannya digunakan untuk membeli panel surya dengan
presentase sebesar 45%, sedangkan pengeluaran terbesar kedua digunakan
untuk pembelian inverter dengan presentase biaya sebesar 41% dari biaya
seluruhnya. Selanjutnya yaitu biaya pembelian komponen pendukung PLTS
seperti pembelian kabel, combiner box pv, kWh Exim, dan rangka penyangga
panel surya dengan presentase biaya sebesar 11%. Dan presentase paling
kecil yaitu yaitu biaya pengiriman dan pengerjaan instalasi dengan presentase
sebesar 4% dari biaya keseluruhan.

4.1.3.2 Biaya Pemeliharaan dan Operasional


Biaya pemeliharaan dan operasional tahunan PLTS biasanya dihitung
1-2% dari biaya investasi awal. Biaya pemeliharaan dan operasional pada
PLTS meliputi biaya pembersihan panel dan biaya pemeriksaan komponen
PLTS. Penentuan presentase 1% didasarkan bahwa pemeliharaan panel surya
di Indonesia lebih mudah dibandingkan dengan negara lain mengingat
Indonesia yang hanya memiliki 2 musim. Selain itu, upah tenaga kerja di
Indonesia yang tidak terlalu tinggi menjadi alasan dalam penentuan presentase
1% tersebut. Perhitungan biaya pemeliharaan dan operasional ini dapat
menggunakan persamaan 2.25 seperti berikut:
𝑀 = 1% 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
= 1% 𝑥 𝑅𝑝 140.997.003, −
= 1.409.970, −/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

4.1.3.3 Menghitung Biaya Siklus Hidup PLTS (Life Cycle Cost)


Biaya siklus hidup (LCC) pada PLTS ditentukan oleh nilai sekarang dari
seluruh sistem PLTS yang mencakup biaya investasi awal (C) dan biaya
pemeliharaan dalam jangka panjang (Mpw). Asumsi yang digunakan dalam
perencanaan PLTS di Klinik Mitra Husada ini adalah PLTS dapat beroperasi
dalam selang waktu 10 tahun bahkan lebih. Selang waktu 10 tahun tersebut
diambil karena diharapkan investasi awal akan terbayar dalam wakktu kurang
dari 10 tahun. Kemudian tingkat diskonto (i) yang digunakan untuk menghitung

51
nilai sekarang dalam penelitian ini adalah 4,25%. Penetapan tersebut
didasarkan pada suku bunga kredit bank selama Juni 2020 yang diambil dari
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Menghitung biaya siklus hidup PLTS dapat menggunakan persamaan
2.26 sampai 2.27, namun sebelum menghitung biaya siklus hidup PLTS (LCC)
maka terlebih dahulu menentukan nilai Mpw atau biaya pemeliharaan dan
operasional dengan persamaaan seperti dibawah:
(1+i)n −1
𝑀𝑝𝑤 = 𝑀 𝑥 𝑖(1+𝑖)𝑛

(1+0,0425)10 −1
𝑀𝑝𝑤 (𝑀4,25%,10 ) = 𝑅𝑝 1.409.970, − 𝑥
0,0425 (1+0,0425)10
0,5162144681
= 𝑅𝑝 1.409.970, − 𝑥 0,06443911489

= 𝑅𝑝 1.409.970, − 𝑥 8,010887005
= 𝑅𝑝 11.295.110, −
Jadi, berdasarkan perhitungan diatas maka biaya siklus hidup (LCC)
PLTS selama umur proyek 10 tahun besarnya dapat dihitung dengan rumus
berikut :
𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑝𝑤
= 𝑅𝑝 140.997.003, − + 𝑅𝑝 11.295.110, −
= 𝑅𝑝 152.292.113, −

4.1.3.4 Menghitung Biaya Energi PLTS (Levelized Cost of Energy)


Nilai Levelized Cost of Energy atau biaya energi PLTS merupakan
keseluruhan biaya selama masa hidup PLTS dibagi dengan energi yang
dihasilkan dalam satu tahun. Total biaya dan energi yang dihasilkan PLTS
tersebut dijadikan nilai pada masa sekarang (present value) dengan faktor
diskonto 4,25%. Pada rumus ini, energi dianggap sebagai suatu produk yang
memiliki nilai jual.
Dalam menghitung biaya energi PLTS (levelized cost of energy) suatu
PLTS dipengaruhi oleh biaya siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF)
dan kWh produksi tahunan. Perhitungan biaya energi PLTS ini dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.28 sampai 2.30. Sebelum menghitung biaya energi
PLTS terlebih dahulu menghitung faktor pemulihan modal (CRF):
52
i(1+i)n
CRF = (1+𝑖)𝑛−1
0,0425 (1+0,0425)10
= (1+0,0425)10 −1
0,06443911489
= 0,5162144681

= 0,1248301217
Asumsi energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS di Klinik Mitra Husada
sebesar 30,1843 kWh per hari, sehingga pemakaian energi tahunan PLTS
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝐴 𝑘𝑊ℎ = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑥 365
= 30,1843 𝑘𝑊ℎ 𝑥 365
= 11.017,269 𝑘𝑊ℎ
Setelah didapat perhitungan LCC, CRF dan hasil kWh tahunan maka
biaya energi (COE) PLTS di Klinik Mitra Husada adalah sebagai berikut:
𝐿𝐶𝐶 𝑥 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 = 𝐴 𝑘𝑊ℎ
152.292.113 𝑥 0,1248301217
= 11.017,269

= 𝑅𝑝 1.725,53/𝑘𝑊ℎ dibulatkan
= 𝑅𝑝 1.726, −/𝑘𝑊ℎ

4.1.4 Analisa Kelayakan Investasi PLTS

Dalam penelitian ini, metode analisis kelayakan investasi yang akan


digunakan adalah Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan
Discounted Payback Period (DPP). Perhitungan NPV, PI dan DPP dipengaruhi
oleh arus kas bersih (Net Cash Flow), faktor diskonto (discount factor) dan nilai
sekarang arus kas bersih (Present Value Net Cash Flow). Arus kas bersih
(NCF) diperoleh dengan mengurangkan arus kas masuk dengan arus kas
keluar. Sedangkan nilai sekarang arus kas bersih (PVNCF) diperoleh dengan
mengalikan arus kas bersih dengan faktor diskonto.
Arus kas masuk tahunan PLTS diperoleh dengan mengalikan kWh
yang dihasilkan oleh PLTS dengan biaya energi. kWh output PLTS sebesar
11.017,269 kWh dan biaya energi sebesar Rp 1.726/kWh sehingga arus kas
masuk tahunan sebesar Rp 19.015.806,-. Nilai arus kas keluar tahunan PLTS
53
adalah Rp 1.409.970,- yang diperoleh dari biaya pemeliharaan dan operasional
tahunan PLTS. Selanjutnya faktor diskonto dihitung dengan rumus berikut:
1
𝐷𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛
Apabila faktor diskonto i=4,25% pada tahun ke-1 adalah sebagai berikut:
1
𝐷𝐹 = = 0,9592
(1 + 0,0425)1
Berikut adalah tabel perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan i=4,25% dan
n=10 tahun.

Tabel 4.8 Perhitungan NCF, DF dan PVNCF dengan i=4,25% dengan melihat
total produksi energi tahunan

Disco
Arus Kas
Arus Kas Arus Kas unted Present Kumulatif
Bersih
Tahun Biaya (Rp) Masuk Keluar Factor Value NCF PVNCF
(Net Cash
(Rp) (Rp) (DF) (Rp) (Rp)
Flow)
4,25%
0 1,0000

1 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,9592 16.887.517,89 16.887.517,89


2 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,9201 16.199.129,7 33.086.647,59
3 140.997.003 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,8826 15.538.910,85 48.625.558,45
4 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,8466 14.905.100,76 63.530.659,21
5 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,8121 14.297.699,42 77.828.358,62
6 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,779 13.714.946,24 91.543.304,87
7 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,7472 13.155.080,66 104.698.385,5
8 140.997.003 0,7168
19.015.806 1.409.970 17.605.836 12.619.863,24 117.318.248,8
9 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,6876 12.105.772,83 129.424.021,6
10 19.015.806 1.409.970 17.605.836 0,6595 11.611.048,84 141.035.070,4

Pada perhitungan di atas umur proyek yang digunakan dalam


perhitungan adalah 10 tahun, hal itu bertujuan agar proyek perencanaan
pembangkit listrik tenaga surya di Klinik dapat mengembalikan investasi awal
kurang dari kurun waktu 10 tahun. Mengingat PLTS yang akan dikembangkan
di Klinik sehingga diharapkan PLTS dapat mengembalikan investasi dengan

54
cepat. Apabila pengembalian investasi awal lebih dari 10 tahun, dikhawatirkan
menjadi tidak effisien pembangunan PLTS.
Dalam perencanaan ini, komponen-komponen PLTS sebenarnya dapat
bertahan sampai kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Sehingga, apabila dalam
perencanan ini waktu pengembalian investasi awal kurang dari 10 tahun, maka
10 tahun berikutnya PLTS sudah memiliki banyak keuntungan. Sehingga, itulah
mengapa perhitungan diatas umur proyeknya dianggap 10 tahun.
a) Net Present Value (NPV)
Tabel 4.8 menunjukkan keseluruhan nilai sekarang arus kas bersih
yang diperoleh dengan cara arus kas bersih dikali faktor diskonto
sebesar Rp 141.035.070,4. Sehingga dengan biaya investasi (C)
sebesar Rp 140.997.003,- besar nilai NPV dapat dihitung dengan
persamaan 2.31 yaitu sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
= 𝑅𝑝 141.035.070,4 − 𝑅𝑝 140.997.003, −
= 𝑅𝑝 38.067,4
Hasil perhitungan NPV tersebut menunjukkan nilai positif atau (NPV>0)
hal tersebut berarti perencanaan PLTS ini layak untuk dikerjakan.

b) Profitability Index (PI)


Tabel 4.8 menunjukkan total nilai sekarang arus kas bersih sebesar Rp
141.035.070,4 dan biaya investasi awal (C) sebesar Rp 140.997.003,-
maka besar Profitability Index (PI) dapat dicari menggunakan rumus
2.31 seperti berikut:
∑𝑛
𝑡=1 𝑁𝐶𝐹𝑡 (1+𝑖)
−𝑡
𝑃𝐼 = 𝐶
𝑅𝑝 141.035.070,4
= 𝑅𝑝 140.997.003,−

= 1,00026
Hasil perhitungan PI tersebut menunjukkan nilai lebih dari 0 (PI>0) yang
berarti investasi PLTS yang akan dikembangkan di Klinik Mitra Husada
Kota Kediri layak untuk dikerjakan.

55
c) Discounted Payback Period (DPP)
Untuk menentukan Discounted Payback Period (DPP) yaitu dengan
menghitung tahun ke berapa total nilai sekarang arus kas bersih sama
dengan atau mendekati nilai investasi awal. Tabel 4.8 menunjukkan
total nilai sekarang arus kas bersih yang paling mendekati yaitu pada
tahun ke 9 yaitu dengan nilai sebesar Rp 129.424.021,6 sedangkan
nilai investasi awal sebesar Rp 140.997.003,- atau pada tahun ke 9
tersebut terdapat kekurangan nilai sebesar Rp 11.572.981,4.
Kekurangan investasi awal sebesar Rp 11.572.981,4. Untuk menutup
kekurangan tersebut perlu dihitung dengan membandingkan
kekurangan investasi awal tersebut dengan nilai sekarang arus kas
bersih (PVNCF) pada tahun ke 10, maka diperoleh:
𝑅𝑝 11.572.981,4
= 0,99 𝑥 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 11
𝑅𝑝 11.611.048,84
Jadi, dari perhitungan DPP diatas diperoleh sekitar 9 tahun 11 bulan.
Hal tersebut berarti perencanaan pembangunan PLTS di Klinik Mitra
Husada Kota Kediri dengan periode umur proyek yang ditetapkan 10
tahun layak untuk dikerjakan. Hal itu karena biaya pengembalian
investasi awal dapat tercapai dalam kurun waktu 9 tahun 11 bulan.
Dalam perencanaan ini, life time dari panel surya yaitu 20 tahun dan
apabila PLTS tersebut dapat mengembalikan modal dalam 9 tahun 11
bulan maka PLTS dapat dikatakan untung dalam 10 tahun terakhir yaitu
setelah Discounted Payback Period (DPP) berakhir.

56
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembangkit Listri Tenaga Surya di Klinik Mitra Husada Kediri

Dibawah ini akan digambarkan single line diagram perancangan PLTS


yang akan dikembangkan pada Klinik Mitra Husada:

Gambar 4.7 Single Line Diagram

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada Klinik Mitra


Husada ini setelah dihitung berdasarkan dengan kebutuhan beban setiap hari
dimana konsumsi beban perhari yaitu sekitar 37,961 kWh. Maka menurut
perhitungan, dibutuhkan 30 panel surya dengan 2 unit modul disusun secara
paralel dan 15 unit modul surya disusun secara seri sesuai dengan single line
diagram diatas. Kemudian, panel surya tersebut akan dihubungkan dengan
inverter. Dalam perencanaan ini, inverter yang digunakan berkapasitas 10 kW.
Inverter sendiri digunakan untuk pengubahan arus DC menjadi arus AC.
Kapasitas panel surya yang direncanakan pada Klinik Mitra Husada ini
sebesar 7,6 kWp. Setelah dikurangi rugi-rugi komponen, maka daya keluaran
yang dapat dihasilkan PLTS tersebut yaitu sebesar 6,46 kW, dimana rugi-rugi
tersebut diasumsikan sebanyak 15%. Tetapi, daya keluaran PLTS setelah

57
dikurangi oleh rugi-rugi tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
intensitas radiasi matahari tempat PLTS dipasang dan suhu lingkungan. Rata-
rata intensitas radiasi matahari di wilayah Kediri yaitu berkisar 4,6725 W/m2/hari
dengan intensitas radiasi matahari terendah yaitu 3,44 W/m2/hari dan intensitas
radiasi matahari tertinggi yaitu 5,91 W/m2/hari. Energi yang dihasilkan PLTS di
Klinik Mitra Husada perharinya berkisar 30,1843 kWh dengan radiasi rata-rata
di kota Kediri 4,6725 W/m2.
Kinerja PLTS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya,
intesitas radiasi matahari yang berbeda-beda akan dapat menghasilkan daya
keluaran yang berbeda-beda pula. Jika intensitas radiasi mataharinya tinggi,
maka arus yang diperoleh juga akan tinggi maka daya yang dihasilkan semakin
tinggi juga. Begitupun sebaliknya, jika intensitas radiasinya rendah maka daya
yang diperoleh juga rendah. Suhu permukaan modul pada panel surya juga
dapat mempengaruhi keluaran PLTS. PLTS akan bekerja secara optimal jika
suhu permukaan tetap konstan pada 25 oC. Setiap suhunya naik sebesar 1oC
maka akan mengurangi tegangan yang dihasilkan. Sehingga, terdapat
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi suhu permukaan
panel surya misalnya dengan menggunakan water cooling system. Tidak jarang
juga suhu permukaan yang tinggi dapat merusak panel surya itu sendiri.
Pemasangan Panel surya di Klinik Mitra Husada ini dirancang secara
rooftop, yaitu dipasang di atap Klinik. Melalui perhitungan perencanaan yang
sudah dilakukan, maka luas atap di Klinik tersebut mencukupi untuk meletakkan
panel surya. Selain untuk mengefisiensikan lahan, pemasangan PLTS rooftop
juga untuk menghindari shading/bayangan. Selain itu pemasangan PLTS di
atap, diharapkan PLTS langsung menghadap ke matahari tanpa adanya
shading yang menghalanginya. Karena shading dapat mempengaruhi kinerja
PLTS.
Dari analisa biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan PLTS di klinik
ini, diperoleh bahwa investasi awal pembangunan PLTS terbilang cukup tinggi
yaitu sebesar Rp 140.997.003,-. Tetapi, biaya pemeliharaan dan
operasionalnya terbilang cukup rendah karena pemeliharaan PLTS itu sendiri
yang terbilang cukup mudah. Terdapat 3 hal utama dalam pemeliharaan PLTS,

58
yang pertama yaitu membersihkan panel surya dari debu atau kotoran dengan
menggunakan air dan kain halus. Yang kedua yaitu mengecek saluran kabel
PLTS dan diperbaiki apabila terdapat kabel yang kendor. Dan yang ketiga
dalam pemeliharaan PLTS yaitu mengganti atau memperbaiki komponen yang
rusak dengan komponen baru. Proses pemeliharaan ini harus terjadwal dan
dilakukan secara berkala agar kinerja PLTS tidak terganggu. Pemasangan
PLTS ini diharapkan dapat mengurangi tagihan biaya pembayaran listrik pada
Klinik tersebut. Sehingga dari single line diagram diatas, setelah terhubung ke
inverter selanjutnya dihubungkan ke kWh Exim dimana kWh Exim ini berfungsi
untuk menyalurkan sisa daya yang dihasilkan PLTS ke jaringan PLN.
Dari analisa kelayakan investasi PLTS dengan menggunakan beberapa
metode seperti diatas menyatakan bahwa perencanaan PLTS ini layak untuk
dikembangkan. Karena berdasarkan perhitungan Net Present Value dan
Profitability Index menunjukkan nilai lebih dari 0 yang berarti perencanaan
tersebut layak untuk diteruskan. Selain itu, dengan metode Discounted Payback
Period (DPP) akan diketahui lamanya pengembalian investasi awal proyek
PLTS di Klinik Mitra Husada Kediri yaitu dalam kurun waktu 9 tahun 11 bulan.
Yang berarti periode balik modal tersebut lebih cepat dari periode umur proyek
yang ditetapkan yaitu 10 tahun. Jadi, pembangunan PLTS layak untuk
dikerjakan. Selain itu, pada 10 tahun berikutnya PLTS sudah memberikan
keuntungan dari segi ekonomi karena PLTS sudah mengembalikan modal pada
10 tahun pertama mengingat life time dari panel surya mencapai 20 tahun.

4.2.2 Simulasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Klinik Pada


Siang Hari dan Malam Hari
Berikut akan dijelaskan daya yang didapatkan dari PLTS pada siang
dan malam hari, mengingat PLTS yang direncanakan adalah PLTS dengan
sistem on grid sehingga pada malam hari PLTS tidak bekerja. Sehingga daya
yang diperoleh pada siang hari dan malam berbeda, hal itu dapat dilihat pada
simulasi seperti dibawah:

59
Simulasi PLTS saat siang hari:

Jaringan PLN

8,1553 kWh

Klinik Yang Sudah kWh Exim Beban Yang Ada


Dipasang PLTS 30,1843 kWh di Klinik
22,029 kWh

Simulasi diatas menunjukkan bahwa pada siang hari memproduksi


energi sebesar 30,1843 kWh, dimana beban itu seluruhnya akan dipakai oleh
beban. Dimana beban klinik tersebut pada siang hari sebesar 22,029 kWh. Sisa
daya dari PLTS tersebut akan diekspor ke PLN yaitu sebesar 8,1553 kWh.
Sehingga dalam satu bulan PLTS akan ekspor sebesar 8,1553 kWh x 30 =
244,659 kWh.

Simulasi PLTS saat malam hari:

Jaringan PLN

15,932 kWh

Klinik Yang Sudah kWh Exim Beban Yang Ada


Dipasang PLTS di Klinik
15,932 kWh

Sedangkan pada malam hari PLTS tidak memproduksi daya listrik


sehingga beban di klinik pada malam hari disuplai oleh PLN atau impor dari
PLN yaitu sebesar 15,932 kWh. Sehingga, dalam satu bulan Klinik akan impor
dari PLN sebesar 15,932 kWh x 30 = 477,96 kWh.
Simulasi diatas menggunakkan kwh ekspor-impor. Perhitungan ekspor-
impor PLTS mengacu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 tahun 2018
yang mengatur tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya

60
Atap Oleh Konsumen PT.Perusahaan Listrik Negara (Persero). Diantara
Permen yang mengatur mengenai ketentuan ekspor-impor terkhusus pada BAB
III tentang Perhitungan Ekspor dan Impor Energi Listrik Dari Sistem PLTS Atap
yaitu Pasal 6 Ayat (1) sampai (3).
Inti dari peraturan tersebut diatas yaitu menghitung ekspor-impor energi
listrik dari sistem PLTS Atap, yang menetapkan bahwa jika sebagian besar
energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS Atap digunakan sendiri dan saat
terdapat kelebihan daya, maka kelebihan tersebut akan diekspor ke PLN
dengan faktor pengali 65%. Artinya, nilai listrik yang dijual PLTS ke PLN adalah
65% dari harga listrik yang berlaku. Selain itu, penghematan energi juga dapat
dimanfaatkan pelanggan untuk mengurangi tagihan listrik bulan depannya. Ini
berlaku jika terdapat kelebihan ekspor listrik ke PLN.
Perhitungan Ekspor-Impor tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus seperti berikut:
𝑇𝑎𝑔. 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛(𝑘𝑊ℎ) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑊ℎ 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 − 65% 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑊ℎ 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟
Dimana :
 Jumlah kWh Ekspor : Total produksi kWh yang diekspor atau disalurkan
dari pelanggan ke PLN yang tercatat pada kWh
meter Ekspor
 Nilai kWh Impor : Total kWh yang diimpor oleh pelanggan dari PLN

61
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari pembahasan dengan judul Perencanaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Dengan Sistem On Grid Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Di Klinik Mitra Husada Kabupaten Kediri maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan perhitungan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya,
maka PLTS yang akan dibangun di Klinik Mitra Husada ini sebesar 7,6
kWp. Dimana terdiri dari 30 panel surya dengan 2 unit modul disusun
secara paralel dan 15 unit modul surya disusun secara seri.
2. Investasi awal yang diperlukan untuk pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya ini yaitu sebesar Rp 140.997.003,-. Dengan faktor suku
bunga 4,25% dan umur proyek 10 tahun maka Discounted Payback
Period (DPP) menunjukkan pengembalian investasi awal proyek PLTS
di Klinik Mitra Husada Kediri tersebut 9 tahun 11 bulan.
3. Berdasarkan perhitungan Net Present Value (NPV), Profitability Index
(PI) dan Discounted Payback Period (DPP) maka pembangunan PLTS
di Klinik Mitra Husada Kediri layak untuk dikembangkan.
4. Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memiliki banyak
manfaat dan dapat membantu untuk mengembangkan potensi energi
baru terbarukan.

5.2 Saran
Dari pembahasan ini, masih terdapat beberapa kelemahan sehingga
diharapkan diperlukan bebrapa saran yang dapat mendukung penelitian ini.
Selanjutnya, penulis berharap pembangunan PLTS ini dapat dilanjutkan dengan
memperhatikan:
1. Discounted Payback Period (DPP) yang diperoleh dari penelitian ini
yaitu 9 tahun 11 bulan, diharapkan perencanaan PLTS seterusnya
dapat diperoleh DPP yang lebih cepat.
62
2. Rugi-rugi dalam perencanaan ini cukup tinggi yaitu 15%, diharapkan
dalam perencanaan pembangkit listrik tenaga surya seterusnya dapat
menggunakan rugi-rugi yang lebih kecil dari 15%.
3. Diharapkan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya ini dapat
menjadi acuan bagi klinik atau gedung-gedung lainnya untuk ikut serta
mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya khusunya di daerah
Kabupaten Kediri sendiri.

63
DAFTAR PUSTAKA

Artiningrum, T., & Havianto, J. (2019). MENINGKATKAN PERAN ENERGI


BERSIH LEWAT PEMANFAATAN SINAR MATAHARI. Geoplanart, vol.
2 No. 2, 2019, 100-115 , 100-114.
Boedoyo, M. S. (2012). POTENSI DAN PERANAN PLTS SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF MASA DEPAN DI INDONESIA. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 2 , 151.
Dzulfikar, R. A. (2018). Rancangan Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Rooftop On Grid 3000 Watt Peak Skala Rumah Tangga. Jakarta:
IT-PLN Jakarta.
Fikriyadi, Z. A. (2015, Januari 26). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Dipetik Maret 19, 2020, dari http://zakariyaaf.blogspot.com:
http://zakariyaaf.blogspot.com/2015/01/pembangkit-listrik-tenaga-surya-
plts.html
Hardyanti, A. D. (2019). Perencanaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Off-Grid Pada Gedung Perkantoran BKKBN Watampone, Sulawesi
Selatan. Jakarta: IT-PLN Jakarta.
Hariyanti, R., Qosim, M. N., & Hasanah, A. W. (2019). Konsep Fotovoltaik
Terintegrasi On Grid dengan Gedung STT-PLN. Energi dan Kelistrikan:
Jurnal Ilmiah , 19.
Huwae, R. C. (2019). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya On Grid
12 kWp di Gedung BPSKL Wilayah Maluku Papua. Jakarta: IT-PLN
Jakata.
Janaloka. (2018, November 7). faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Operasi
Listrik Surya. Dipetik Juni 16, 2020, dari janaloka.com:
https://janaloka.com/faktor-yang-mempengaruhi-kualitas-operasi-listrik-
surya/
Janaloka. (2015, November 11). Janis Solar Inverter dan Aplikasinya Pada
Sistem Surya. Dipetik Juny 16, 2020, dari janaloka.com:
https://janaloka.com/jenis-solar-inverter-dan-aplikasinya/

64
Kossi, V. R. (2014). Perencanaan PLTS Terpusat (Off Grid) di Dusun Tikalong
Kabupaten Mempawah. 1-7.
Pratama, P. S. (2012). Sistem Off Grid. Dipetik Maret 19, 2020, dari Sun Energi:
http://www.sunergi.co.id/id/sistem-off-grid/
Pratama, P. S. (2012). Sistem On Grid. Dipetik Maret 19, 2020, dari Sun Energi:
http://www.sunergi.co.id/id/sistem-on-grid/
Purwoto, B. H., Jatmiko, Alimul, M., & Huda, I. F. (2018). Effisiensi Penggunaan
Panel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Emitor, Vol.18
No.01 ISSN 1411-8890 , 10-14.
Putra, S. U. (2016, April 20). Mengenal kelebihan dan kelemahan penggunaan
panel surya. Dipetik Juny 16, 2020, dari suryautamaputra.com:
https://suryautamaputra.co.id/blog/2016/04/20/mengenal-kelebihan-dan-
kelemahan-penggunaan-panel-surya/
Raharjo, I., & Fitriana, I. (2007). Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga
Surya di Indonesia. Strategi Penyeiaan Listrik Nasional Dalam Rngka
Pemanfaatan PLTU batubara skala kecil, PLTN, dan Energi Terbarukan ,
43-52.
Rif'an, M., HP, S., Shidiq, M., Yuwono, R., Suyono, H., & S., F. (2012). Optimasi
Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya. Jurnal EECCIS Vol 6, No. 1, Juni 2012 , 45.
Rotib, W. (2001). Aplikasi Sel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif,.
Dimensi Vol. 4 No. 1 , 4-6.
sanfordlegenda. (2013, October). Solar Cells: jenis-jenis sel surya. Dipetik July
16, 2020, dari http://sanfordlegenda.blogspot.com:
http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-
surya.html
Septiana, W. (2013). Sel surya : Struktur & Cara kerja. Dipetik Maret 19, 2020,
dari Teknologi Surya: https://teknologisurya.wordpress.com/dasar-
teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-sel-surya/
Sihotang, G. H. (2019). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Rooftop
di Hotel Kini Pontianak. 1-8.

65
Sukmajati, S., & Hafidz, M. (2015). Perancangan dan Analisis Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Kapasitas 10 MW On Grid di Yogyakarta. Energi
dan Kelistrikan Vol.7 No.1 , 53-54.
Surya.co, P. (2016). Solar Charge Controller. Dipetik Juny 16, 2020, dari
panelsurya.co: https://panelsurya.co/solar-charge-controller
TMLenergy. (t.thn.). Tipe Roof / atap Genteng. Dipetik Juny 30 , 2020, dari
www.tmlenergy.co.id: https://www.tmlenergy.co.id/product/sloped-roof-
atap-miring/
Yasmin, L. (2018). Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Dengan Sistem On Grid Sebagai Alternatif Sumber Tenaga Listrik di
SMP Negeri 1 Barru. jakarta: IT-PLN Jakarta.
Yuan Perdana, I. W. (2018). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Ongrid 5500 Watt di Rumah Kost Akademi. Seminar Nasional Riset
Terapan , A69.
Yuliananda, S. (2013). Kajian Aspek Teknis dan Aspek Biaya Investasi Proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pada Atap Beton Gedung. Extrapolasi
Jurnal Teknik Sipil Vol. 06, No. 02, hal 96-111 , 96-111.
Zumrodi. (2015). Energi Surya Dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. 8-9.

66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Personal
NIM : 201611067
Nama : Rizkya Putri Pratama
Tempat / Tanggal Lahir : Jombang, 27 Juli 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Alamat Rumah :Dusun Pageng RT.01 RW.01 - Desa Jombok
- Kecamatan Ngoro - Kabupaten Jombang.
Kode Pos 61473
Telp / Hp : +62 815 5461 0192
Email : rizkyaputri98@gmail.com
b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN 3 Genukwatu - 2010
SMP SMPN 1 Ngoro - 2013
SMA SMAN 2 Pare IPA 2016

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.


Jakarta, 25 Juli 2020

( Rizkya Putri Pratama )


67
LAMPIRAN - LAMPIRAN

68
Lampiran A Spesifikasi Panel Surya

69
Lampiran B Spesifikasi Inverter

70
Lampiran C Harga Komponen

71
72
Lampiran D Peraturan Terkait Regulasi Ekspor-Impor

73
74
75
Lampiran E Dokumentasi

76
Lampiran F Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing Utama

INSTITUT TEKNOLOGI - PLN


LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Rizkya Putri Pratama


Nim : 201611067
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Utama (Materi) : Muchamad Nur Qosim, S.T., M.T.
Judul Skripsi : Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Dengan Sistem On Grid Sebagai
Sumber Energi Listrik Alternatif Di Klinik
Mitra Husada Kabupaten Kediri.

Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

27-12-2019 Konsultasi Judul Proposal

8-01-2020 Konsultasi Proposal Skripsi

15-01-2020 Konsultasi Proposal Skripsi

15-05-2020 Konsultasi Judul Skripsi Baru

10-06-2020 Konsultasi Skripsi Bab 1 dan 2

22-06-2020 Revisi Bab 1 dan 2

77
23-06-2020 Konsultasi Skripsi Bab 3

30-06-2020 Revisi Bab 3

11-07-2020 Konsultasi Bab 4

16-07-2020 Konsultasi Bab 4

18-07-2020 Revisi Bab 4

21-07-2020 Konsultasi Bab 5 dan Abstrak

24-07-2020 Konsultasi Akhir

78
Lampiran G Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing Kedua

INSTITUT TEKNOLOGI - PLN


LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Rizkya Putri Pratama


Nim : 201611067
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Kedua : Pawenary, Dr., Ir., M.T., IPM., MPM
Judul Skripsi : Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Dengan Sistem On Grid Sebagai
Sumber Energi Listrik Alternatif Di Klinik
Mitra Husada Kabupaten Kediri.

Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

10-06-2020 Bimbingan Skripsi Bab 1

18-06-2020 Revisi Bab 1

19-06-2020 Konsultasi Bab 2

20-06-2020 Revisi Bab 2

29-06-2020 Konsultasi Bab 3

1-07-2020 Revisi Bab 3

79
10-07-2020 Konsultasi Bab 4

13-07-2020 Revisi Bab 4

21-07-2020 Konsultasi Bab 5

22-07-2020 Revisi Bab 5

23-07-2020 Konsultasi Abstrak

24-07-2020 Konsultasi Akhir

80

Anda mungkin juga menyukai