Anda di halaman 1dari 14

Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si.

1
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

PERTEMUAN KE 15

KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

A. PENGERTIAN KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Pengertian (definisi) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya


terbagi menjadi 3 (tiga) versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi,
Keilmuan serta menurut standar  OHSAS 18001:2007 . Berikut adalah
pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) tersebut :

1. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani
tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan


Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

3. Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS 18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi


dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum


(paling sering) digunakan di antara versi-versi pengertian K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) lainnya.

B. TUJUAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) DI


TEMPAT KERJA

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga)


tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 2
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

tentang Keselamatan Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan


Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman


dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan


Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tersebut, maka terdapat harmoni
mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan
Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik dalam waktu
dekat ataupun nanti, penerapan K3 di Indonesia dapat dilaksanakan secara
nasional dari Sabang sampai Meraoke.

Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan paham betul mengenai


pentingnya K3 sehingga dapat melaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari
baik di tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal.

C. PENGERTIAN, DASAR HUKUM DAN RUANG LINGKUP KESEHATAN


KERJA

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee


1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari
kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi
kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di
lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai
kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada
pekerjaannya.

Dasar Hukum Kesehatan Kerja

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3


(tiga) dan pasal 8 (delapan).
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 3
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat


Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.

3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga


Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit


Akibat Kerja.

5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan


Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa


dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.

8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang


Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.

9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang


Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.

a. Sarana dan Prasarana.

b. Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter


Perusahaan dan paramedis Perusahaan).

c. Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja,


pengesahan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.

a. Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan


pekerjaan).

b. Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).

c. Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu


berdasarkan tingkat resiko yang diterima).
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 4
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

d. Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa


pensiun).

3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).

4. Pelaksanaan Gizi Kerja.

a. Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih


dari 200 tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).

b. Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.

c. Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.

d. Pengelola dan Petugas Katering.

5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.

a. Prinsip Ergonomi:

1). Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.

2). Efisiensi Kerja.

3). Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja

4). Faktor Manusia dalam Ergonomi.

b. Beban Kerja :

1). Mengangkat dan Mengangkut.

2). Kelelahan.

3). Pengendalian Lingkungan Kerja.

6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan


Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)

D. KEWAJIBAN TENAGA KERJA TERHADAP PENERAPAN K3


(KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja ) di tempat kerja  tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12 di mana terdapat 5 (lima) kewajiban
utama tenaga kerja dalam penerapan K3 di tempat kerja, antara lain :
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 5
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

1. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai pengawas /


keselamatan kerja.

2. Menggunakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan.

3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.

4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang


diwajibkan.

5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan


diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan


tanggung-jawab bersama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat
kerja, maka diharapkan penerapan K3 dapat dilaksanakan dengan baik.
Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki kewajiban terhadap
penerapan K3 di tempat kerja.

E. PROGRAM ZERO ACCIDENT (KECELAKAAN NIHIL) DI TEMPAT KERJA

Program zero accident (kecelakaan nihil) ialah tanda


penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja  yang diberikan pemerintah
kepada manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam
melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja  sehingga mencapai
nihil kecelakaan (zero accident).

Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan kepada


perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja
di tempat kerja  tanpa menghilangkan waktu kerja. Penghargaan zero
accident (kecelakaan nihil) diberikan dalam bentuk piagam dan plakat yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.

1. Dasar Hukum pelaksanaan program zero accident (kecelakaan nihil)


di tempat kerja
a. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
c. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 6
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

d. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan


Pemeriksaan Kecelakaan.
e. Kepmenaker RI no 463 Tahun 1993 tentang Pola Gerakan
Nasional Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Kriteria/kategori/kelompok Perusahaan peserta program zero
accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja, adalah :
a. Perusahaan Besar : jumlah tenaga kerja keseluruhan lebih dari 100
(seratus) orang.

b. Perusahaan Menengah : jumlah tenaga kerja keseluruhan antara 50


(lima puluh) orang sampai dengan 100 (seratus) orang.

c. Perusahaan Kecil : jumlah tenaga kerja keseluruhan sampai dengan


49 (empat puluh sembilan) orang.

3. Kriteria/kategori/kelompok kecelakan kerja yang menghilangkan


waktu kerja menurut program zero accident (kecelakaan nihil) antara
lain :
a. Kecelakaan kerja  yang menyebabkan tenaga kerja tidak dapat
kembali bekerja dalam waktu 2 x 24 jam.

b. Kecelakaan kerja ataupun insiden tanpa korban jiwa (manusia/tenaga


kerja) yang menyebabkan terhentinya proses/aktivitas kerja maupun
kerusakan peralatan/mesin/bahan melebihi shift kerja normal
berikutnya.

4. Tidak termasuk dalam kriteria/kategori/kelompok kecelakaan kerja


yang menghilangkan waktu kerja menurut program zero
accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja, yaitu :
a. Kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan kerja karena perang,
bencana alam ataupun hal-hal lain di luar kendali perusahaan.

b. Kehilangan waktu kerja karena proses medis tenaga kerja.

5. Perhitungan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan kerja menurut


program zero accident (kecelakaan nihil) di tempat kerja, adalah :
a. Kehilangan waktu kerja karena bagian tubuh cacat tetap (permanen) :
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 7
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

Tangan dan Jari Tangan (hari)

Amputasi
seluruh atau Ibu Telunju Tenga Mani
Kelingking
sebagian dari Jari k h s
tulang

Ruas ujung 300 100 75 60 50

Ruas tengah - 200 150 120 100

Ruas pangkal 600 400 300 240 200

Telapak
(antara jari-jari
900 600 500 450 -
dan
pergelangan)

Tangan sampai
3000
pergelangan

Kaki dan Jari Kaki (hari)

Amputasi seluruh atau sebagian dari


Ibu Jari Jari-Jari Lainnya
tulang

Ruas ujung 150 35

Ruas tengah - 75

Ruas pangkal 300 150

Telapak (antara jari-jari dan pergelangan) 600 350


Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 8
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

Kaki dan Jari Kaki (hari)

Kaki sampai pergelangan 2400

Lengan (hari)

Tiap bagian dari pergelangan sampai siku 3600

Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan


4500
bahu

Tungkai Kaki (hari)

Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut 3000

Tiap bagian dari atas lutu sampai pangkal


4500
paha

Kehilangan Fungsi (hari)

Satu mata 1800

Kedua mata dalam satu kasus kecelakaan kerja 6000

Satu telinga 600

Kedua telinga dalam satu kasus kecelakaan


3000
kerja
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 9
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

Lumpuh Total & Kematian (hari)

Lumpuh total
6000
permanen

Kematian 6000

*catatan : untuk setiap luka ringan dimana tidak terdapat amputasi


tulang, maka kerugian hari kerja ialah jumlah sesungguhnya selama
tenaga kerja tidak mampu bekerja.

b. Kehilangan waktu kerja dimana tenaga kerja tidak mampu bekerja


kembali pada shift normal berikutnya sesuai jadwal kerja.

Perhitungan keseluruhan jam kerja dimulai sejak terjadinya kecelakaan


kerja (insiden) yang dapat mengakibatkan angka perhitungan jam kerja
menjadi 0 (nol) yaitu kriteria kecelakaan kerja yang menghilangkan
waktu kerja, dan bertambah secara kumulatif sesuai jam kerja yang
dicapai.

Perhitungan jam kerja keseluruhan meliputi semua jam kerja nyata


tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan perusahaan termasuk
kontraktor dan sub-kontraktornya pada masing-masing bidang pekerjaan.
6. Ketentuan pemberian penghargaan zero accident (kecelakaan nihil)
a. Bagi perusahaan besar : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang
menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau
telah mencapai 6.000.000 (enam juta) jam kerja tanpa kecelakaan
kerja (insiden) yang menghilangkan waktu kerja.

b. Bagi perusahaan menengah : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden)


yang menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun
atau telah mencapai 1.000.000 (satu juta) jam kerja tanpa kecelakaan
kerja (inseden) yang menghilangkan waktu kerja.

c. Bagi perusahaan kecil : tidak terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang


menghilangkan waktu kerja berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 10
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

telah mencapai 300.000 (tiga ratus ribu) jam kerja tanpa kecelakaan
kerja (inseden) yang menghilangkan waktu kerja.

d. Bagi perusahaan sektor konstruksi : perusahaan kontraktor utama


yang telah selesai melaksanakan pekerjaan tanpa terjadi kecelakaan
kerja (insiden) yang menghilangkan waktu kerja dengan waktu
pelaksanaan kegiatan minimal 1 (satu) tahun. Perusahaan sub-
kontraktor merupakan pendukung data bagi perusahaan kontraktor
utama. Apabila terjadi kecelakaan kerja (insiden) yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja baik pada perusahaan kontraktor utama maupun
pada perusahaan-perusahaan sub-kontraktor, maka seluruh jam kerja
yang telah dicapai menjadi 0 (nol) secara bersama.

7. Tata cara pengajuan serta penilaian untuk memperoleh penghargaan  zero


accident (kecelakaan nihil)
a. Perusahaan telah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja selama 3 (tiga) tahun.

b. Mengajukan permohonan kepada Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia c.q. Direktur Jenderal Binawas
melalui Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

c. Melengkapi data pendukung sebagai berikut :

1). Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja
tahunan.

2). Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja selama 3
(tiga) tahun berturut-turut dan diperinci dalam jumlah jam kerja
lembur tahunan.

3). Jumlah jam kerja nyata keseluruhan tenaga kerja kontaktor


maupun sub-kontraktor (yang dianggap bagian dari perusahaan)
selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan diperinci dalam jumlah
jam kerja kontraktor dan atau sub-kontraktor tahunan.
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 11
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

4). Jumlah jam kerja lembur nyata keseluruhan tenaga kerja  kontaktor
maupun sub-kontraktor (yang dianggap bagian dari
perusahaan) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan diperinci
dalam jumlah jam kerja lembur kontraktor dan atau sub-kontraktor
tahunan.

d. Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan terhadap data-data yang


diajukan perusahaan.

e. Panitia (tim penilai) melaksanakan pemeriksaan ke lokasi perusahaan


meliputi :

1). Dukungan dan kebijakan manajemen secara umum terhadap


program K3 di dalam maupun di luar perusahaan.

2). Organisasi dan administrasi K3.

3). Pengendalian bahaya industri.

4). Pengendalian kebakaran dan hygiene industri.

5). Partisipasi, motivasi, pengawasan dan pelatihan.

6). Pendataan,  pemeriksaan kecelakaan,  statistik  dan prosedur


pelaporan.

f. Hasil penilaian dilaporkan kepada Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia untuk selanjutnya ditetapkan dalam
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia.

g. Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diserahkan oleh Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia ataupun pejabat lain
yang ditunjuk.

h. Biaya yang timbul sebagai akibat pemberian penghargaan zero


accident (kecelakaan nihil) menjadi beban perusahaan bersangkutan.

i. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pemberian penghargaan  zero


accident (kecelakaan nihil) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
saran-saran dari perusahaan bersangkutan.
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 12
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

F. KEWAJIBAN PENGUSAHA (PENGURUS) TERHADAP PENERAPAN K3


(KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

Kewajiban Pengusaha  (Pengurus) Terhadap  Penerapan


K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) di tempat kerja  tertuang dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 yang
mana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha (pengurus) terhadap penerapan
K3 antara lain :

1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang


diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan


semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat
kerja yang dipimpinnya.

3. Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga


kerja yang dipimpin maupun orang lain yang memasuki tempat kerja
disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pegawai pengawas atau
Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan


tanggung-jawab bersama-sama. Dengan saling menunaikan kewajiban di
tempat kerja, maka diharapkan penerapan K3 di tempat kerja dapat berjalan
dengan baik. Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki kewajiban
terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

G. PENGERTIAN (DEFINISI) INSIDEN, KECELAKAAN KERJA DAN NEARMISS

Dalam standar OHSAS 18001:2007  dijabarkan beberapa definisi


(pengertian) mengenai Insiden, Kecelakaan Kerja dan juga Nearmiss (hampir
celaka). Ketiga istilah di atas memiliki pengertian, arti dan definisi berbeda
sebagaimana hal berikut di bawah ini :

1. Pengertian (Definisi) Insiden ialah kejadian yang berkaitan


dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK)  ataupun
kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk insiden ialah keadaan darurat .
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 13
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

2. Pengertian (Definisi) Kecelakaan Kerja ialah insiden yang


menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan
(kematian).
3. Pengertian (Definisi) Nearmiss ialah insiden yang tidak
menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan
(kematian).
4. Pengertian (Definisi) Keadaan Darurat ialah keadaan sulit
yang tidak diduga (terduga) yang memerlukan penanganan segera supaya
tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.

H. INVESTIGASI (PENYEBAB) KECELAKAAN KERJA | EFEK DOMINO


KECELAKAAN KERJA (H.W. HEINRICH)

Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan


terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor
penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga
menimbulkan kecelakaan kerja  (cedera ataupun penyakit akibat kerja  / PAK)
serta beberapa kerugian  lainnya. Terdapat faktor-faktor penyebab kecelakaan
kerja antara lain : penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak
langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja.

Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah


kondisi tidak aman/berbahaya  (unsafe condition) dan tindakan tidak
aman/berbahaya (unsafe action). Kondisi tidak aman, beberapa contohnya
antara lain : tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian
mesin yang berputar, tajam ataupun panas, terdapat instalasi kabel listrik yang
kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat kerja/mesin/kendaraan yang
kurang layak pakai, tidak terdapat label pada kemasan bahan (material)
berbahaya, dsj.

Termasuk dalam tindakan tidak aman antara lain : kecerobohan,


meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) ,
bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi  rambu-
rambu  di tempat kerja , tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun
APD, tidak mengurus izin kerja  berbahaya sebelum memulai pekerjaan
dengan resiko /bahaya tinggi.
Pengembangan msdm / Kholilah, SE., M.Si. 14
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah


faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Termasuk dalam faktor pekerjaan antara
lain : pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai
sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada
upaya pengendalian   di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dsj.
Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga kerja
tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai, dsj.

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya


manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana,
kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.

Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia
yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan
properti/aset/barang dan 2% fa ktor lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai