BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit mampu PONEK 24 jam adalah rumah sakit yang mampu
terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Hal ini harus terukur melalui
Ruang lingkup pelayanan PONEK terdiri dari Penilaian Kinerja Klinis dan Penilaian
Kinerja Manajemen. Penilaian kinerja manajemen dan klinis dilakukan berdasarkan kelas
rumah sakit yang dibedakan menjadi kelas D,C,B dan A/RS Pendidikan.
Ruang lingkup pelayanan PONEK dari penilaian kinerja klinis dimulai dari garis
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi dan seksio sesaria;
b. Mampu memberikan pelayanan neonatal fisiologis dan risiko tinggi pada level
pada buku Asuhan Neonatal Essensial dan buku paket pelatihan PONEK: protokol bagi
tenaga pelaksana. Untuk gambaran secara ringkas mengenai lingkup pelayanan PONEK dari
penilaian kinerja klinis berdasarkan kelas RS terdapat pada lampiran dari proposal penelitian
ini.
manajemen. Penetapan kriteria pada standar ini sama dengan ruang lingkup kinerja klinis
yakni disesuaikan berdasarkan kelas RS. Ruang lingkup berdasarkan standar kinerja
PONEK. Berikut ini merupakan kriteria RS PONEK 24 Jam berdasarkan standar kinerja
Memiliki tim PONEK esensial yang terdiri dari 2 orang dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, 2 orang dokter Spesialis Anak, 2 orang dokter Instalasi
Gawat Darurat, 3 orang bidan (1 koordinator dan 2 penyelia) dan 2 orang perawat.
Dalam kondisi khusus, apabila dokter spesialis tersebut tidak ada di wilayah
rujukan maka masing-masing tenaga dokter dapat digantikan oleh dokter umum yang
memiliki kompetensi yang diperlukan terkait obstetri dan neonatal emergensi dengan
pemberian kewenangan khusus oleh Direktur RS. Secara ideal tim PONEK dapat
ditambah dengan SDM antara lain 1 Dokter spesialis anesthesi, 1 Perawat anesthesi, 6
Bidan pelaksana, 10 Perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga), 1 Petugas laboratorium
Jumlah Tim PONEK yang tersedia di RS PONEK 24 jam juga harus memenuhi
kriteria antara lain Dokter spesialis anak yang telah mengikuti pelatihan khusus
neonatologi, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anestesi dan
konselor laktasi harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam. Selain itu Dokter dan perawat
neonatus). Tim UGD sebaiknya sebagai pemeriksa awal dan cepat untuk menemukan
dipenuhi beberapa hal yakni ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman, ruang
tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap, ruang
1) Kriteria Umum
a) Struktur fisik
, lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik, dinding harus
ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapis keramik, langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci, unit harus
memiliki area untuk menyiapkan susu formula dan area laktasi, minimal
tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien, harus ada 1 lemari dan meja
b) Kebersihan
Kebersihan ruangan sangat mempengaruhi kualitas layanan sebuah
beberapa hal yakni cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran
dapat terlihat dengan mudah, ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran,
sampah atau limbah rumah sakit. Hal tersebut berlaku pula untuk lantai,
langit-langit.
c) Pencahayaan
baik cahaya alami atau buatan atau listrik, semua jendela harus diberi
kawat nyamuk agar serangga tidak masuk, listrik harus berfungsi baik,
kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu berfungsi baik
dan kokoh, tersedia lampu emergensi dan harus ada cukup lampu untuk
setiap neonatus.
d) Ventilasi
10
e) Pencucian tangan
kran harus dapat dibuka dengan siku, wastafel harus dilengkapi dengan
dispenser sabun atau disinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki,
wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang
sesuai (dari lantai dan dinding), tidak boleh ada saluran pembuangan air
yang terbuka, pasokan air panas harus cukup, harus ada handuk (kain
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur
dan
ada di dalam Unit Perawatan Khusus. Kamar di Unit Gawat Darurat harus
terpisah dari kamar gawat darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk
partus darurat serta resusitasi. Pada kamar perlu dilengkapi dengan meja
11
peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang
c) Ruang maternal
ibu hamil dengan risiko tinggi, bersalin dan dalam masa nifas. Pemberian
terletak atau berlokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan UGD. Luas
minimal: 6 m2
penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2
12 m2
( 6 m2
ibu di tempat terpisah sehingga tiap ibu bersalin harus punya privasi agar
keluarga dapat hadir. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu
lalang orang. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama,
kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum, dimana kamar
kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4
12
bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka
diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2. Kamar bersalin
harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar memudahkan
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin. Harus ada kamar
Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari. Pada ruang
cahaya dan udara cukup. Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap
ruangan. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG
sekurang-kurangnya 11 m2
pasien memerlukan 7 m2
13
d) Ruang Neonatal
Ruang neonatal terdiri atas unit peraatan neonatal normal dan unit
perawatan risiko tinggi level II. Pada unit neonatal normal perlu adanya
atau rawat gabung ibu bayi harus tersedia di semua RS atau pusat
jumlah persalinan setiap hari). Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah
persalinan rata-rata setiap hari, suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 –
26°C).
meliputi unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila
dan harus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang. Area yang
paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat untuk
diperlukan, aman dan berfungsi baik. Minimal harus ada jarak 1 meter
e) Ruang operasi
14
Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar
ruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/
nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat. Harus
antara lain Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas
lalu lintas orang. kemudian ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang
kerja bersih- ruang ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu
disediakan tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air
. Ruang tunggu
yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar berguna bila
15
cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan kamar
basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril dan mengalir.
Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
: tempat alatalat
masing-masing 12 m2
toilet 3 m2
.Kamar diskusi bagi staf dan paramedik, kamar jaga dokter dan
Pada area cuci tangan terdapat wastafel cuci tangan ukuranya cukup
besar sehingga air tidak terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang
atau tertahan. Selain itu juga terdapat wadah gaun bekas, rak/gantungan
pakaian, rak sepatu, lemari untuk barang pribadi. Terdapat wadah tertutup
Di sekitar wastafel harus tersedia sabun dalam jumlah cukup dan bila
16
tisu.
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban
listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.Selain itu agar terdapat
meja periksa untuk neonatus dan harus ditutup dengan lapisan kasur busa,
lembar plastik utuh dan seprai bersih, kemudian bagian logam harus bebas
karat. Pada jam dinding harus menunjukkan waktu yang tepat dan
berfungsi baik.
Pasokan oksigen pada area ini juga harus mencukupi pada setiap
levelnya. Pada Level SCN, harus ada dua tabung oksigen dengan satu
regulator dan pengukur aliran (jika ada oksigen dengan sistem pipa di
dinding, lihat standar untuk level NICU). Tabung oksigen cadangan harus
selalu terisi penuh dan harus ada pengatur kadar oksigen. Sedangkan pada
jumlah outlet yang sama dengan jumlah penghangat. Harus ada dua
17
4) Kriteria peralatan dan perlengkapan khusus
Pada unit ini juga harus terdapat steker listrikpaling sedikit enam
steker yang dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus
mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
Pada mebel lemari instrument, harus ada satu lemari dan meja untuk
penyimpanan bahan pasokan umum, selain dari lemari dan meja untuk
menyimpan bahan-bahan untuk ruang isolasi. Rak dan lemari kaca tidak
boleh retak (agar tidak luka)perlengkapan lainnya harus terdapat lemari es,
kantong plastik dan jam dinding yang telah diatur dan berfungsi dengan
baik.
level II Harus ada dua tabung oksigen dan tempat tabung medical air,
masing-masing satu regulator dan pengatur aliran. Aliran (jika ada oksigen
dan medical air dengan sistem pipa di dinding, sesuai dengan standar untuk
tingkat III / NICU). Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu
terisi penuh. Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air. Dalam
antara
sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik di setiap
18
ruangan. Untuk timbangan bayi, paling sedikit harus ada satu timbangan
bayi yang berfungsi baik di setiap ruangan.
Alat yang harus tersedia yakni ekstraktor vakum yang berfungsi baik,
ada forceps naegle, ada AVM, harus ada pompa vakum listrik yang dapat
dibawa dengan pengatur, hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister
sebagai cadangan, pulse oximeter dan generator listrik darurat. Harus ada
tidak ada.
b) Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber
reservoar oksigen, masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur),
Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50 cc, Ampul Epinefrin / Adrenalin, NaCl
19
8,4%.
d) Obat-obatan
40%, MgSO4 20% dan atau 40%, Nifedipin, Kina, Ca-Glukona, Oksitosin,
NaCl 0,9% 25 ml, NaCl 0,9 % 500 ml, NaCl 3%, Kalsium Glukonas 10
sesuai standar RS PONEK Kelas D dan C. Bagi RS PONEK Kelas B dan A/RS
agar dapat memenuhi kriteria standar kinerja klinis dan manajemen sesuai
20
5) Manajemen
6) Sistem Informasi
PONEK merupakan suatu program pelayanan dimana setiap unsur tim yang
ditetapkan.
2.4.1 Evaluasi pelaksanaan Kebijakan PONEK di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu
Ibu dan Anak Siti Fatimah Kota Makassar Tahun 2013 dilaksanakan oleh
Ma’rifah,dkk(2013). RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah merupakan salah satu rumah sakit
yang menyediakan pelayanan PONEK di Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan penelitian diambil dengan teknik
purposive sampling. Hasil yang diperoleh yakni di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah adalah
standar kebijakan PONEK telah mengacu sesuai standar pemerintah, sudah dibuat SK Tim
21
wewenang.Namun di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah belum terdapat pelayanan darah dan
radiologi 24 jam. Selain itu pada arsip tidak ditemukan adanya SK Tim PONEK. SDM telah
tersedia sesuai standar, dukungan anggaran PONEK bersumber dari APBN. Belum adanya
pembahasan untuk memberikan insentif kepada Tim PONEK. Berdasarkan hasil tersebut,
peneliti menyarankan kepada RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah untuk menyediakan
pelayanan darah dan radiologi 24 jam, menata arsip dokumen PONEK secara rapi dan
mengupayakan untuk pemberian insentif khusus bagi pelaksana PONEK.
Penelitian dilakukan oleh Destiana (2012), dimana belum adanya penurunan AKI dan
AKB yang signifikan di RSUD Kota Semarang semenjak dilaksanakannya PONEK. Analisis
implementasi meliputi variabel komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode yang
digunakan oleh peneliti adalah metode observasional. Pengambilan sampel penelitian dengan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan PONEK
di RSUD Kota Semarang masih belum optimalnya komunikasi. SDM belum memenuhi
standar baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam mendapatkan pelatihan dan belum ada
mendukung. Struktur birokrasi belum optimal khususnya dalam pelaksanaan koordinasi oleh
anggota. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyarankan bagi Dinas Kesehatan Kota
Kemudian disarankan untuk dilakukan pengawasan bagi Tim PONEK oleh Direktur RS serta
22
wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua staf pelaksana PONEK
sudah mengerti standar yang menjadi indikator pelayanan PONEK, pelaksana juga
mengetahui sasaran PONEK. Dari segi ketersediaan SDM masih kurang. Dari segi anggaran,
pelaksanaan PONEK telah didukung melalui anggaran pemerintah pusat dan telah diatur
dalam rencana bisnis anggaran. Sehingga dapat disimpulkan faktor penghambat pelaksanaan
PONEK di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar yakni kurangnya SDM dan masih
ada pelaksana PONEK yang belum melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi
(tupoksi).
PONEK
Pengelolaan kasus rujukan kegawatan maternal pada rumah sakit dengan program
permsalahan dalam pengelolaan kasus rujukan kegawatan maternal di rumah sakit PPK 2.
orang dari dokter UGD, perawat UGD dan bidan di ruang kebidanan dan penyakit
diskusi kelompok terfokus dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
ketidakjelasan pengelolaan rujukan masuk terhadap pasien dengan kegawatan obstetri dan
ginekologi di RS tersebut. 32% responden mengatakan pernah menolak pasien dan 68%
23
rumah sakit lain. Sebagai rumah sakit dengan pelayanan PONEK, kurangnya ketersediaan
SDM (Dokter) dan sarana untuk pengelolaan kasus rujukan maternal menyebabkan rumah
sakit tidak mampu melaksanakan fungsi pelayanannya dengan optimal. Berdasarkan hasil
tersebut maka peneliti menyarankan untuk dibuatkan kerjasama dengan jejaring rujukan
2.4.5 Determinan Kinerja Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan oleh Simbolon,dkk (2011) dengan latar belakang
yakni rumah sakit dianggap memegang peranan penting dalam menurunkan AKB dan AKI.
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), tetapi sampai saat ini AKB dan AKI di Indonesia
masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Adapun penyebab utama
kematian ibu dan bayi adaah komplikasi obstetri sekitar 20% dari seluruh ibu hamil, namun
yang telah ditangani dengan baik masih kurang dari 10%. Pada penelitian diperoleh hasil
bahwa sebagian besar kinerja pelayanan KIA di rumah sakit pemerintah Indonesia kurang
optimal. adapun determinan yang berhubungan signifikan dengan kinerja pelayanan KIA
adalah status rumah sakit tidak terakreditasi, kemudian status rumah sakit yang bukan
wahana pendidikan, SDM tim PONEK tidak lengkap, tidak tersedia dokter jaga terlatih di
UGD dan tidak tersedia tim siap melakukan operasi atau tugas meskipun on call.Berdasarkan
perbaikan pada seluruh jenis pelayanan untuk menjadikan rumah sakit terakreditasi lengkap
16 jenis pelayanan, selain itu dapat menjadikan rumah sakit pemerintah sebagai wahana
pendidikan, peningkatan kuantitas dan kualitas SDM PONEK, tersedia dokter jaga terlatih di
24
UGD dan tim siap melakukan operasi/tugas meskipun on call, dan peningkatan komitmen
2.4.6 Hasil Evaluasi PONEK di RSUD Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali
Evaluasi PONEK pada RSUD Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali telah
dilaksanakan secara rutin sejak tahun 2013. Evaluasi dilaksanakan bersama Tim PONEK
Provinsi Bali yang merupakan tenaga terlatih untuk melaksanakan pelatihan PONEK di
Provinsi Bali. Tim ini terdiri dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis
anak, bidan ruang bersalin dan bidan ruang perawatan bayi dari RSUP Sanglah. Evaluasi
dilaksanakan dengan menggunakan daftar tilik yang telah disusun sesuai Pedoman
RSUD Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali, secara keseluruhan rumah sakit telah
menyelenggarakan pelayanan PONEK walaupun belum mampu menyediakan tenaga
spesialis untuk berjaga berdasarkan shift terutama di malam hari. Jika diperlukan segera maka
dokter spesialis dapat segera dihubungi untuk melakukan tindakan segera. Dari segi
ketersediaan sumber daya manusia, dari 9 RSUD yang ada masih terdapat 2 RSUD yang
kekurangan SDM terutaama dokter spesialis anak. Pihak RSUD telah berupaya melalui
Dari ketersediaan sarana dan prasarana, pada tahun 2013 dari 9 RSUD
Kabupaten/Kota terdapat 3 RSUD yang telah memiliki gedung PONEK. Sesuai dengan
standar PONEK, agar setiap unit dapat diakses dengan mudah antara Instalasi Gawat Darurat,
Ruang Bersalin, Kamar Operasi dan Ruang Bayi. Sejak tahun 2013 setiap RSUD telah
Daerah (APBD) Provinsi Bali dan APBD Kabupaten/Kota. Hingga tahun 2015 telah terdapat
5 RSUD yang memiliki gedung PONEK dan 2 RSUD yang sedang dalam proses untuk
25
Dari segi kebijakan, setiap RSUD telah memiliki Surat Keputusan Direktur tentang
Tim PONEK di Rumah Sakit dan beberapa Daerah telah mengeluarkan SK Bupati/Walikota
tentang RSUD Mampu PONEK. Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 jam di Rumah Sakit
telah dimiliki oleh setiap rumah sakit. Di setiap unit telah dibuat standar prosedur operasional
(SPO) untuk kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk penanganan
kegawatdaruratannya.