Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN STANDARISASI RUANGAN KELAS TIGA

RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC) PARIAMAN

Disusun oleh :
Ns.Hayati Umar,S.Kep
Ns. Yesrini Novittri, S.Kep

RS.TAMAR MEDICAL CENTER


DI PARIAMAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ananda ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa


memberikan petunjuk dan rahmat-nya sehingga ananda dapat menyelesaikan laporan
standarisasi ruangan kelas tiga di Rumah Sakit Tamar Medical Centre (TMC) Pariaman.
Laporan ini disusun sebagai laporan karyawan/i . dalam rangka pembangunan rumah
sakit tamar medikal center dan penilaian akreditasi.

Pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.

Pariaman, 20 Agustus 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... I

PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................... II

DAFTAR ISI...................................................................................................... III

A. Pendahuluan.......................................................................................... 1
B. Latar Belakang...................................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................... 1
D. Penutup.................................................................................................. 3

Laporan standarisasi kelas III tipe C


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang
Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009). Tumbuhnya tingkat kesadaran masyarakat
untuk menjaga kesehatan mulai dapat kita rasakan. Adapun kesadaran hidup sehat itu
terwujud dari kampaye – kampanye kesehatan yang sering dilakukan oleh masyarakat,
pemerintah dan swasta. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit.

Di Indonesia, perkembangan rumah sakit cukup signifikan, pertumbuhan rumah sakit dari
tahun 2011 – 2019 di Indonesia cukup pesat. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah
maupun pihak swasta serius dalam merealisasikan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Kota Pariaman.

Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan, dimana berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan R.I No, 159.b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit, Bab V, Pasal 19
dinyatakan, bahwa ” setiap rumah sakit harus mempunyai ruangan untuk penyelenggaraan
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, penunjang medik dan non medik, serta harus
memenuhi standardisasi bangunan rumah sakit ”.

Pengkategorian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan pelayanan,


yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit
yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan kekhususannya.

Rumah sakit umum (RSU) diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang didasari oleh beban
kerja dan fungsi rumah sakit tersebut, yaitu rumah sakit kelas A, B, C dan D. RS Kelas A
adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
sub spesialistik luas. RS Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. RS Kelas C
adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis 4 spesialistik dasar.
RS Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar
dan minimal 2 spesialistik dasar.

Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan yang mempunyai tugas menyiapan
koordinasi dan pelaksanaan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan dalam hal ini akan menyusun
“Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C”. Pedoman ini diharapkan
dapat memberikan arahan dalam perencanaan dan pengembangan fasilitas rumah sakit kelas
C, sehingga dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara efisien dan efektif yang sesuai
dengan kebutuhan layanan kesehatan kepada masyarakat serta memenuhi Kaidah dan Standar
sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang baik dan benar.

1.2 Tujuan.

1. perencanaan pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit dapat terkendali dengan
baik.
2. menjadi arahan bagi perencana dalam merencanakan pembangunan sarana dan
prasarana rumah sakit.
3. menjadi bahan untuk memperkirakan anggaran biaya pembangunan sarana dan
prasarana rumah sakit.

1.3 Sasaran

Sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah pihak manajemen rumah sakit, para
pengembang rumah sakit (Yayasan, Badan Usaha maupun Konsultan Perencanaan
dan Perancangan) yang akan merencanakan, sehingga masing-masing pihak dapat
mempunyai kesamaan persepsi mengenai sarana prasarana maupun peralatan
Medik & Non-Medik rumah sakit.
PEDOMAN STANDARISASI RUANGAN KELAS III (TIGA)

RUMAH SAKIT TIPE C

2.1 Rumah Sakit Kelas C


Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat minimal empat macam pelayanan spesialis
disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak,
serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan
didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan
dari puskesmas.

2.2 Penggolongan Rumah Sakit

Penggolongan Rumah Sakit (Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Rumah Sakit, BAB I
Ketentuan Umum, Pasal 1)

i) Berdasarkan Bentuk Pelayanan


Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis
penyakit dari yang bersifat dasar sampai sub spedialistik.

Rumah Sakit Khusus


Rumah sakit yang melenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan
jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.

2.3 Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, Pemilik, dan Pengelola


Berdasarkan jumlah tempat tidur, Pemilik dan pengelola
Rumah sakit kelas A
1000-1500 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah (Depkes).

Rumah sakit kelas B

400-1000 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati 1 (di


Ibukota propinsi).

Rumah sakit kelas C


100-300 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati II/III,
memiliki minimal 4 cabang spesialisis
Rumah sakit kelas D
25-100 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati I/II/III,
umum.
2.4 Standarisasi Ruangan Kelas 3 Rumah Sakit Tipe C
1. Struktur Bangunan

a) struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan dan dilaksanakan


dengan sebaik mungkin agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety),
serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur
bangunan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit.
b) Kemampuan memikul beban baik beban tetap maupun beban sementara
yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur harus
diperhitungkan.
c) Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus
sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
d) Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan terhadap pengaruh
gempa sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
e) Pada bangunan rumah sakit, apabila terjadi keruntuhan, kondisi
strukturnya harus dapat memungkinkan pengguna bangunan
menyelamatkan diri.
f) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan Pedoman
Teknis atau standar yang berlaku. dan harus dilakukan atau didampingi
oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
2. Zonasi

Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit terdiri atas zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi
dan zonasi berdasarkan pelayanan.

3. Kebutuhan Total Luas Lantai Bangunan

Perhitungan perkiraan kebutuhan total luas lantai bangunan untuk rumah sakit
umum kelas C minimal 60 m2/ tempat tidur.
4. Desain Komponen Bangunan Rumah Sakit

a. Atap

Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Langit-Langit
i. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur.
ii. Rangka langit-langit harus kuat.

iii. Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar


(koridor) minimal 2,40 m.

iv. Tinggi langit-langit di ruangan operasi minimal 3,00 m.

v. Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit


harus memiliki tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam.
5. Dinding Dan Partisi

a. Dinding harus keras, rata, tidak berpori, kedap air, tahan api, tahan karat, harus
mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.

b. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.

c. Khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas pelayanan


anak, pelapis dinding dapat berupa gambar untuk merangsang aktivitas anak.

d. Pada daerah yang dilalui pasien, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan
(handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80 - 100 cm dari
permukaan lantai. Pegangan harus mampu menahan beban orang dengan berat
minimal 75 kg yang berpegangan dengan satu tangan pada pegangan tangan
yang ada.
e. Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah
dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif.

6. Lantai

a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
b. tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas
yang tinggi yang dapat menyimpan debu.

c. mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.

d. khusus untuk area perawatan pasien (area tenang) bahan lantai


menggunakan bahan yang tidak menimbulkan bunyi
5. Pintu Dan Jendela

a) Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brankar/tempat tidur pasien


memiliki lebar bukaan minimal 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi
akses tempat tidur pasien memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
b) Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai
tidak boleh menggunakan ram.

c) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar, dan lebar daun pintu minimal 85 cm.
d) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti
benturan.

e) Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat


terbuka secara maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
f) Pada bangunan rumah sakit bertingkat, lebar bukaan jendela harus aman dari
kemungkinan pasien dapat melarikan/ meloloskan diri.

g) Jendela juga berfungsi sebagai media pencahayaan alami di siang hari.

6. Toilet/Kamar Mandi

a) Toilet umum

1) Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang
cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna.

2) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian


pengguna (36 - 38 cm)

3) Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan


genangan.
3) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.

4) Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
7. Ruang Rawat Inap

a) Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
b) Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang pelayanan
lainnya.
c) Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan jenis penyakit.
d) Ruang kamar Kelas 3 untuk anda yang memerlukan fasilitas rawat inap yang nyaman,
diharapkan dapat semakin mendukung proses pemulihan kesehatan pasien
Fasilitas Kelas 3
Tempat tidur Pasien
AC
TV
Rak handuk
Kursi penunggu pasien
Kamar mandi dalam
Tissue gulung (1 buah per pasien)
NO NAMA PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN
RUANGAN
1. Ruangan Ukuran ruangan rawat inap jumlah tempat
Perawatan tergantung kelas perawatan dan jumlah
tempat tidur
Jarak antara tempat tidur 2,4 m atau antar
tepi tempat tidur minimal 1,5 m
Bahan bangunan yang digunakan tidak
boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi
Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai
maka rel harus dibenamkan/ menempel di
plafon dan sebaiknya bahan tirainon
porosif
Setiap tempat tidur disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus
Harus disediakan outlet oksigen
Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baik alami maupun
mekanik untuk ventilasi mekanik minimal
total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk
kebutuhan pencahayaan dan ventilasi
alami
Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 250 lux
untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
Ruangan perawatan harus menyediakan
nurse call untuk masing masing tempat
tidur yang terhubung ke pos perawat nurse
station
Disetiap ruangan perawatan harus
disediakan kamar mandi. Kamar mandi ini
mengikuti persyaratan kamar mandi
aksebilitas.
Keterangan : Kebutuhan ruangan di ruang rawat inap disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan
pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai