Anda di halaman 1dari 1058

PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN

BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-1-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

BAB I
PERSYARATAN UMUM BANGUNAN
RUMAH SAKIT

1.1. DEFINISI KESEHATAN DAN RUMAH SAKIT


1. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
2. Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1.2. FUNGSI RUMAH SAKIT


1. Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

1.3. TUJUAN PENGATURAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT


1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit
3. Sumber daya manusia di rumah sakit
4. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
5. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit dan rumah sakit

-2-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1.4. PENYELENGGARA RUMAH SAKIT


1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan
badan layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Swasta
Harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di
bidang perumahsakitan.

1.5. BENTUK DAN JENIS RUMAH SAKIT


1.5.1 BENTUK RUMAH SAKIT
1. Rumah Sakit Menetap
Rumah sakit yang didirikan secara permanen untuk jangka waktu lama untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Bergerak
Rumah sakit yang siap guna dan bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu
dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah sakit bergerak dapat
berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta api atau kontainer.
3. Rumah Sakit Lapangan
Rumah sakit yang didirikan di lokasi tertentu selama kondisi darurat dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu yang berpotensi bencana atau selama masa
tanggap darurat bencana. Rumah sakit lapangan dapat berbentuk tenda di ruang
terbuka, kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan sementara
sebagai rumah sakit.

1.5.2 JENIS RUMAH SAKIT


1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit, diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah sakit umum kelas A
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumah sakit umum kelas C
d. Rumah sakit umum kelas D, diklasifikasikan menjadi:
• Rumah sakit umum kelas D
• Rumah sakit umum kelas D pratama.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya, diklasifikasikan menjadi:

-3-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Rumah sakit khusus kelas A


b. Rumah sakit khusus kelas B
c. Rumah sakit khusus kelas C

Klasifikasi rumah sakit ditetapkan berdasarkan pada:


1. Pelayanan
2. Sumber daya manusia
3. Peralatan
4. Bangunan dan prasarana, harus memenuhi persyaratan tata bangunan dan
lingkungan serta persyaratan keandalan bangunan dan prasarana rumah sakit

1.6. PERSYARATAN ADMINISTRATIF


Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud meliputi:
1. Persyaratan Administrasi Bangunan Gedung
a. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah
b. Status kepemilikan bangunan gedung
c. Izin mendirikan bangunan (IMB) gedung
2. Persyaratan Administrasi Perijinan Rumah Sakit
a. Izin Prinsip mendirikan Rumah Sakit
b. Izin Operasional Rumah Sakit

1.7. PERSYARATAN TEKNIS TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


1. Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai ketentuan peraturan daerah
setempat terutama terkait dengan RTRW, RDTR dan RTBL (GSB, KDB, KLB,
KDH dan lain-lain).
2. Desain bangunan rumah sakit
a. Bentuk denah bangunan rumah sakit simetris dan sederhana untuk
mengantisipasi kerusakan apabila terjadi gempa
b. Massa bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan
pencahayaan
c. Tata letak bangunan-bangunan (siteplan) dan tata ruang dalam bangunan
harus mempertimbangkan zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan
penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan kedekatan
hubungan fungsi antar ruang pelayanan
d. Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian lingkungan
dan peil banjir.
e. Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus mempertimbangkan
kemudahan bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia.

-4-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

f. Bangunan rumah sakit harus menyediakan area parkir kendaraan dengan


jumlah area yang proporsional disesuaikan dengan peraturan daerah
setempat.
g. Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif sesuai
dengan fungsi-fungsi pelayanan
3. Pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1.8. PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT


1. Persyaratan keselamatan struktur bangunan, kemampuan bangunan
menanggulangi bahaya kebakaran, bahaya petir, bahaya kelistrikan, instalasi gas
medik, inastalasi uap dan instalasi bahan bakar gas.
2. Persyaratan sistem ventilasi, pencahyaan, instalasi air, instalasi pengolahan
limbah dan bahan bangunan
3. Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyaman
termal, kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan
4. Persyaratan tanda arah (signage), koridor, tangga, ramp, lift, toilet dan sarana
evakuasi yang aman bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas dan
lansia.

1.9. PERSYARATAN BANGUNAN RUMAH SAKIT RAMAH LINGKUNGAN


Rumah sakit ramah lingkungan atau dikenal dengan istilah green hospital adalah
rumah sakit yang didesain, dibangun/direnovasi dan dioperasikan serta dipelihara
dengan mempertimbangkan prinsip kesehatan dan lingkungan berkelanjutan
Prinsip perinsip dalam mewujudkan rumah sakit yang antisipatif terhadap dampak
pemanasan dan perubahan iklim global, maka di masa mendatang:
1. Rumah sakit perlu mendesain bangunan yang menjamin keamanan dan
keselamatan pasien di semua area dengan bahan konstruksi yang mampu
mereduksi kebisingan, bersifat non toksik dengan sirkulasi udara dan penerangan
yang baik.
2. Desain konstruksi bangunan rumah sakit harus memprioritaskan pada desain
untuk kemudahan pengendalian infeksi dan penyiapan kondisi darurat.
3. Memaksimalkan kemudahan tenaga medis, staf, pasien dan keluarganya dalam
alur desain proses kegiatan rumah sakit.
4. Desain bangunan rumah sakit harus fleksibel dan menyesuaikan kebutuhan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
5. Menerapkan prinsip-prinsip green pada desain dan konstruksi rumah sakit.

1.9.1 Rumusan Penerapan Prinsip Green dalam Desain dan Konstruksi Rumah Sakit
sesuai Joint Comission International Accreditation (2008)
1. Rumah sakit di masa mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam
maupun dilingkungan sekitarnya.

-5-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2. Mengurangi tingkat toksisitas pada bahan-bahan yang digunakan oleh rumah


sakit.
3. Rumah sakit harus sesedikit mungkin menggunakan sumber daya energi dan air,
serta mengurangi produksi limbah yang dihasilkan.
4. Mensejajarkan kesehatan lingkungan dalam mempertimbangkan prioritas sistem
kesehatan seuai ketentuan bangunan hijau.
5. Memasukkan “konsep berkelanjutan” dalam pelayanan kesehatan.

1.9.2 Tujuan dan Penerapan Prinsip Ramah Lingkungan di Rumah Sakit


1. Melindungi kesehatan para penghuni gedung (pasien, karyawan, pengunjung).
2. Melindungi kesehatan masyarakat sekitar.
3. Melaksanakan tindakan pencegahan akibat meningkatnya angka kesakitan dan
kematian.
4. Efisiensi penggunaan sumber daya rumah sakit.
5. Berkonstribusi dalam mengendalikan dan mencegah dampak negatif dari
perubahan iklim dan pemanasan global.

1.9.3 Penerapan Rumah Sakit Ramah Lingkungan


Penerapan konsep ramah lingkungan terdiri dua kelom[ok besar, pada TAHAP
OPERASIONAL dan tahap DESAIN DAN KONSTRUKSI BANGUNAN yang meliputi:
1. Lokasi yang berkelanjutan, Pengelolaan tapak/halaman yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
2. Efisiensi dalam pengunaan air, Efisiensi pemanfaatan air dan konservasi sumber
daya air.
3. Efisiensi dan konservasi energy, Efisiensi energi dan penggunaan energi
alternatif serta reduksi emisi karbon.
4. Pengunaan material ramah lingkungan dan sumber daya alam alternative,
Penggunaan material non toksik, ramah lingkungan, berkelanjutan dan daur
ulang.
5. Kualitas udara di dalam ruangan Mencegah polusi, meningkatkan kualitas udara
ruang indoor dan kenyamanan penghuni.
6. Pengembangan inovasi, Mengembangkan inovasi dan kreativitas kegiatan yang
berbasis green hospital.

-6-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

BAB II
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Bangunan RS harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan
lingkungannya, mewujudkan penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara yang tertib, efektif
dan efisien.
Bangunan RS harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian dan peralatan.

2.1 PERSYARATAN ARSITEKTUR RS


2.1.1 Lokasi Rumah Sakit
1. Tidak berada di lokasi area berbahaya (di tepi lereng, dekat kaki gunung yang
rawan terhadap longsor, dekat anak sungai atau badan air yang dapat mengikis
fondasi, dekat dengan jalur patahan aktif/gempa, rawan tsunami, rawan banjir,
berada dalam zona topan/badai dan lain-lain)
2. Tidak berada di lokasi yang mengganggu kegiatan pelayanan kesehatan rumah
sakit antara lain: berada dalam jalur take off dan landing pesawat TPA sampah,
stasiun pemancar, kawasan industri berat, SUTT dan SUTET
3. Harus tersedia infrastruktur aksesibilitas untuk jalur transportasi
4. Ketersediaan utilitas publik mencukupi seperti air bersih, jaringan air kotor, listrik,
jalur komunikasi/telepon
5. Ketersediaan lahan parkir

2.1.2 Rencana Blok Bangunan


1. harus sesuai peruntukan dan intensitas bangunan rumah sakit.
2. harus memenuhi persyaratan:
a. peruntukan lokasi bangunan
b. kepadatan bangunan
c. ketinggian bangunan
d. jarak bebas bangunan.
3. peruntukan dan intensitas bangunan rumah sakit dilaksanakan berdasarkan
ketentuan tentang tata ruang wilayah daerah, rencana tata bangunan dan
lingkungan yang ditetapkan dan peraturan bangunan daerah setempat.

2.1.3 Massa Bangunan


Massa bangunan, harus memenuhi syarat sirkulasi udara dan pencahayaan,
kenyamanan, keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan

-7-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.1.4 Tata Letak Bangunan (Siteplan)


Tata letak bangunan (site plan), harus memenuhi syarat zonasi berdasarkan tingkat
risiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan
pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar ruang pelayanan

2.1.5 Pemanfaatan Ruang dalam Bangunan RS


Pemanfaatan ruang, harus efektif sesuai fungsi pelayanan

2.1.6 Desain Tata Ruang dan Komponen Bangunan


Desain tata ruang (harus memperhatikan alur kegiatan petugas dan pengunjung
rumah sakit) dan komponen bangunan, harus dapat meminimalisir risiko penyebaran
infeksi.

2.1.7 Lahan Bangunan


1. Lahan dan bangunan rumah sakit harus dalam satu kesatuan lokasi yang saling
berhubungan dengan ukuran, luas dan bentuk lahan serta bangunan/ruang
mengikuti ketentuan tata ruang daerah setempat yang berlaku.
2. Lahan bangunan rumah sakit harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi
dengan akses/pintu yang jelas.
3. Akses/pintu yang jelas, paling sedikit untuk akses/pintu utama, akses/pintu
pelayanan gawat darurat dan akses/pintu layanan servis
4. Akses/pintu utama, harus terlihat dengan jelas agar pasien dan pengantar pasien
mudah mengenali pintu masuk utama.
5. Akses/pintu pelayanan gawat darurat, harus mudah diakses dan mempunyai ciri
khusus.
6. Akses/pintu layanan servis, berdekatan dengan area servis seperti dapur gizi,
laundry, ruang mekanik dan daerah penyimpanan persediaan/gudang
penerimaan barang logistik dari luar.

2.1.8 Fasilitas Aksesibel


Fasilitas yang aksesibel adalah:
1. Toilet
2. Koridor
3. Tempat Parkir
4. Konter
5. Jalur Pemandu
6. Rambu atau Marka
7. Pintu
8. Tangga, Lift dan/atau Ram

-8-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.1.9 Ruang-Ruang di RS
Ruang-Ruang dalam Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
1. Ruang Rawat Jalan
2. Ruang Rawat Inap
3. Ruang Gawat Darurat
4. Ruang Operasi
5. Ruang Perawatan Intensif
6. Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7. Ruang Rehabilitasi Medik
8. Ruang Radiologi
9. Ruang Laboratorium
10. Bank Darah Rumah Sakit
11. Ruang Sterilisasi
12. Ruang Farmasi
13. Ruang Rekam Medis
14. Ruang Tenaga Kesehatan
15. Ruang Pendidikan dan Latihan
16. Ruang Kantor dan Administrasi
17. Ruang Ibadah
18. Ruang Tunggu
19. Ruang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
20. Ruang Menyusui
21. Ruang Mekanik
22. Ruang Dapur dan Gizi
23. Ruang Laundry
24. Kamar Jenazah
25. Taman
26. Pengelolaan Sampah
27. Pelataran parkir yang mencukupi

2.1.10 Pola Hubungan Antar Ruang-Ruang di Rumah Sakit

-9-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.1.11 Sarana Evakuasi Bangunan


1. Sarana evakuasi merupakan suatu jalan lintasan yang menerus dan tidak
terhambat dari titik manapun dalam bangunan gedung menuju ke jalan, halaman,
lapangan, atau ruang terbuka lainnya yang memberikan akses aman ke jalan
umum.
2. Sarana evakuasi dapat mencakup jalur perjalanan vertikal atau horizontal, ruang,
pintu, lorong, koridor, balkon, ram, tangga, lobi, eskalator, lapangan dan halaman.
3. Sarana evakuasi terdiri atas 3 (tiga) bagian utama meliputi: akses eksit (exit
access), eksit (exit), eksit pelepasan (exit discharge).
4. Sarana evakuasi perlu dilengkapi dengan sarana pendukung lainnya seperti:
a. Rencana evakuasi.
b. Sistem peringatan bahaya.
c. Pencahayaan eksit dan tanda arah.
d. Area tempat berlindung (refugee area).
e. Titik berkumpul.
f. Lift kebakaran.

2.2 PERSYARATAN STRUKTUR RUMAH SAKIT

2.2.1 Umum
Struktur Gedung Rumah Sakit harus dirancang mengikuti persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1. Struktur Bangunan Gedung Rumah Sakit
a. Setiap bangunan Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan dan
dilaksanakan agar kuat, kokoh dan stabil dalam memikul beban/kombinasi
beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi
persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit,
lokasi, keawetan dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
b. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur dan serangga
perusak.
c. Dalam perencanaan struktur bangunan Rumah Sakit terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan rumah sakit, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh
gempa rencana sesuai dengan zona gempanya, Sesuai dengan SNI 1726:
2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan non Gedung.
d. Struktur bangunan Rumah Sakit Rumah Sakit harus direncanakan secara
daktail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan,
apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan
pengguna bangunan rumah sakit menyelamatkan diri.

-10-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

e. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan


pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan Pedoman
Teknis atau standar yang berlaku.
f. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai
rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit, sehingga
bangunan rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
g. Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara berkala
sesuai dengan pedoman teknis atau standar teknis yang berlaku dan harus
dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
h. Dalam hal perbaikan atau peningkatan kondisi struktur bangunan eksisting
harus ada gambar perencanaan sebelumnya atau gambar shop drawing
untuk dipelajari dan dihitung ulang. Bila gambar-gambar tersebut tidak
tersedia, maka harus dilakukan forensik terhadap struktur bangunan
eksisting.

2. Persyaratan Pembebanan Struktur Bangunan Gedung Tipikal Rumah Sakit


a. Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur terhadap
beban-beban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur,
termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
b. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus
sesuai dengan Acuan Standar Normatif dan Pedoman Teknis yang berlaku,
seperti:
1. SNI Beban Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk
(SNI 1727-2018) Bangunan Gedung dan Struktur Lain

2. SNI Gempa(SNI- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


03-1726-2012) Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung

3. SNI Beton Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan


(SNI 2847: 2013) Gedung

4. SNI Baja Spesifikasi Teknis untuk Bangunan Gedung Baja


(SNI 1729: 2015) Struktural

5. PUBI Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia

6. SII Standar Industri Indonesia


7. ASTM American Society for Testing and Materials
8. ACI American Concrete Institute
9. AISC American Institute of Steel Construction
10. BS British Standard
11. JIS Japanese Industrial Standard
12. UBC Uniform Building Code 1997
13. SNI Gempa Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung (SNI - 03-1726 - 2002)
14. SNI Beton Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk

-11-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Bangunan Gedung (SNI 03 -2847-2002)-(S-2002)


15. ACI Commentary Building Code and Commentary - ACI 318 M-11
16. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS : Ruang Perawatan
Kesehatan RI Intensif, 2012
17. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Gawat
Kesehatan RI Darurat, 2012
18. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Rawat
Kesehatan RI Inap, 2012
19. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Sterilisai
Kesehatan RI Sentral (CSSD), 2012
20. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang
Kesehatan RI Rehabilitasi Medik, 2012
21. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Operasi,
Kesehatan RI 2012
22. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Kebidanan
Kesehatan RI dan Ruang Neonatus, 2014
23. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Farmasi,
Kesehatan RI 2014
24. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan RS: Ruang Jenazah,
Kesehatan RI 2014
25. Kementerian Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Kesehatan RI Sakit Kelas C
26. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah
Kesehatan RI Sakit Kelas B
27. Kementerian Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah
Kesehatan RI Sakit Kelas D
28. Kementerian Bangunan Rumah Sakit yang Aman Dalam Situasi
Kesehatan RI Darurat dan Bencana, 2012

3. Persyaratan Perancangan Struktur Atas Gedung Tipikal Rumah Sakit


Konstruksi atas bangunan Rumah Sakit dapat terbuat dari konstruksi beton,
konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan teknologi
khusus.
4. Persyaratan Teknis,Konstruksi Beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar teknis yang berlaku,
seperti:
a. SNI 2847: 2013; Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
b. SNI 03–3430-1994 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dinding
struktur pasangan blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan
gedung.

-12-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. SNI 03-1734-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan beton dan
struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung.
d. SNI 03–2834 -1992 atau edisi terbaru; Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal.
e. SNI 03–3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan dan
pengecoran beton.
f. SNI 03–3449-1994 atau edisi terbaru; Tata cara rencana pembuatan
campuran beton ringan dengan agregat ringan.

5. Persyaratan Teknis,Konstruksi Baja


Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar yang berlaku seperti:
a. SNI 1729: 2015 atau edisi terbaru; Spesifikasi Teknis untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural.
b. Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan
konstruksi baja.
c. Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja.
d. Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan Konstruksi.
6. Persyaratan Teknis,Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi standar teknis yang berlaku,
seperti:
a. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung.
b. Tata cara/pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi
kayu.
c. Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu
d. SNI 03 – 2407 – 1991 atau edisi terbaru; Tata cara pengecatan kayu untuk
rumah dan gedung.

7. Persyaratan Perancangan Struktur Bawah Bangunan Gedung Tipikal Rumah


Sakit
Struktur bawah bangunan Rumah Sakit dapat berupa fondasi langsung atau
fondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah/geoteknik di lokasi didirikannya
Rumah Sakit.
Sehubungan dengan perencanaan Gedung Tipikal Rumah Sakit yang melibatkan
desain pembangunan struktur gedung dikategorikan sebagai utilitas khusus,
maka dibutuhkan tinjauan yang seksama terhadap sifat dan perilaku tanah di
lokasi rencana tapak yang bersangkutan.
Hal ini dibutuhkan untuk perancangan dan desain fondasi yang dapat
memberikan syarat kelayakan, keamanan dan kenyamanan terhadap struktur
yang bersangkutan, mengingat struktur tersebut merupakan bangunan permanen
dan digunakan oleh khalayak ramai.

-13-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

8. Penyelidikan Tanah
Program Penyelidikan Tanah Berdasarkan Sni 8460: 2017: Persyaratan
Perancangan Geoteknik (Penyelidikan Tanah Dan Perancangan Fondasi)
a. Program Penyelidikan Tanah
1) Harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan masalah penyelidikan
tanah dan fondasi.
2) Jumlah, lokasi dan kedalaman harus direncakan dengan baik
3) Dibutuhkan kerjasama antar pemilik proyek, konsultan dan kontraktor
untuk fleksibilitas program penyelidikan tanah agar dapat memperoleh
informasi yang cukup apabila ditemui lapisan tanah yang sangat
bervariasi.
4) Dalam hal ini, dibutuhkan engineer yang selalu memantau hasil
penyelidikan tanah hari demi hari dan mengajukan program tambahan
atau deviasi dari pr
5) Program semula apabila ditemukan hal-hal yang perlu diselidiki lebih
seksama.
b. Program penyelidikan lapangan harus meliputi:
1) Rencana lokasi titik penyelidikan termasuk jenis penyelidikan;
2) Kedalaman penyelidikan tanah;
3) Jenis contoh yang akan diambil termasuk spesifikasi untuk jumlah dan
kedalaman;
4) Spesifikasi pengukuran air tanah;
5) Jenis peralatan yang akan digunakan;
6) Standar yang akan diterapkan.
c. Lokasi dan kedalaman titik penyelidikan harus dirancang berdasarkan:
1) Kondisi geologi dan stratifikasi tanah dari informasi awal yang terhimpun;
2) Dimensi struktur dan masalah teknis yang akan dihadapi;
3) Pengaruh penyebaran tegangan tanah dari jenis fondasi yang akan
dipakai;
4) Pengaruh dari lingkungan sekitar misalkan adanya lereng atau galian
atau gedung tetangga;
5) Potensi pengaruh pada lingkungan sekitar akibat dari struktur yang akan
dibangun.

-14-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tabel Jumlah Minimum Penyelidikan Tanah (Sondir dan Bor)

Gambar Kedalaman Penyelidikan Tanah

-15-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Fondasi Dangkal
a) Kedalaman fondasi dangkal harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung
tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami
penurunan yang melampaui batas.
b) Perhitungan daya dukung dan penurunan fondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
c) Pelaksanaan fondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan
spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang
memiiki sertifikasi sesuai.
d) Fondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton
bertulang.

Fondasi Dalam
a) Dalam hal penggunaan tiang pancang beton bertulang harus mengacu
pedoman teknis dan standar yang berlaku.
b) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah, tepi laut
yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja
terhadap korosi memenuhi pedoman teknis dan standar yang berlaku.
c) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan fondasi
yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode
konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan
instansi yang berwenang.
d) Dalam hal perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus
menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait).
e) Fondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan
daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah, sehingga
penggunaan fondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang
berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
f) Perhitungan daya dukung dan penurunan fondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
g) Umumnya daya dukung rencana fondasi dalam harus diverifikasi dengan
percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah fondasi dalam direncanakan
dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang
lazim.
h) Percobaan pembebanan pada fondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
i) Jumlah percobaan pembebanan pada fondasi dalam adalah 1% dari jumlah
titik fondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random,

-16-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang
bersangkutan.

9. Persyaratan Perancangan Konstruksi Khusus Bangunan Gedung Rumah Sakit


a. Persyaratan Teknis Konstruksi dengan Bahan dan Teknologi Khusus
1) Perencanaan konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus harus
dilaksanakan oleh ahli struktur yang terkait dalam bidang bahan dan
teknologi khusus tersebut.
2) Perencanaan konstruksi dengan memperhatikan standar teknis
padanan untuk spesifikasi teknis, tata cara dan metode uji bahan dan
teknologi khusus tersebut.
b. Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi
Selain pedoman yang spesifik untuk masing-masing jenis konstruksi,
standar teknis lainnya yang terkait dalam perencanaan suatu bangunan
yang harus dipenuhi, antara lain:
1) SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
bangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung.
2) SNI 03-1736-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan struktur
bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.
3) SNI 03-1963-1990 atau edisi terbaru; Tata cara dasar koordinasi
modular untuk perancangan bangunan rumah dan gedung.
4) SNI 03–2395-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan
perancangan bangunan radiologi di rumah sakit.
5) SNI 03–2394-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan
perancangan bangunan kedokteran nuklir di rumah sakit.
6) SNI 03–2404-1991 atau edisi terbaru; Tata cara pencegahan rayap
pada pembuatan bangunan rumah dan gedung.
7) SNI 03–2405-1991 atau edisi terbaru; Tata cara penanggulangan rayap
pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida.

2.2.2 Perancangan Struktur Atas


Pada dasarnya setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan
penggabungan berbagai elemen struktur secara tiga dimensi, yang cukup rumit.
Fungsi utama dari sistem struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif
beban yang bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui
fondasi. Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari beban vertikal, horizontal,
perbedaan temperatur, getaran dan sebagainya.
Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi beberapa
kendala, di antaranya: persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal,
metode konstruksi dan aspek ekonomi.

-17-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton be rtulang,
baja maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem) yang dapat
dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan
sistem untuk menahan gaya lateral.
1. Sistem Struktur Bangunan
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan
beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Struktur
lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga
pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, di antaranya:
a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai
makin berkurang dimensi kolom dan fondasinya serta makin dimungkinkan
menggunakan bentang yang lebih besar.
b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan.
d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.
e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika
pelaksanaan pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang.
f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan
pelat lantai (perancah - steiger).
Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan
balok induk (girder) atau anak balok (beam) atau rusuk (rib atau joist), yang
ketebalannya tergantung pada bentang, beban dan kondisi tumpuannya.

Sistem Rangka Pemikul Momen

Gambar Sistem Struktur Bangunan

-18-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Sistem Struktur Lantai Bangunan


Pelat satu arah (one way slab) ditumpu oleh balok anak yang ditempatkan
sejajar satu dengan lainnya dan perhitungan pelat dapat dianggap sebagai
balok tipis yang ditumpu oleh banyak tumpuan.
Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) ditumpu oleh rusuk, anak balok
yang jarak satu dengan lainnya sangat berdekatan, sehingga secara visual
hampir sama dengan pelat satu arah.
Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan perbandingan l r/1,. <
2, disebut pelat dua arah, sehingga perhitungan pelat perlu dilakukan
dengan menggunakan pendekatan dua arah.
Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok,
tetapi langsung oleh kolom. Jenis pertama, pelat lantai ditumpu langsung
oleh kolom tanpa penebalan di sekeliling kolom (drop panel) dan/atau kepala
kolom (column capital), sehingga beban vertikal langsung dipikul oleh kolom
dari segala arah (flat plate). Sedangkan pada jenis kedua, pada puncak
kolom terdapat penebalan pelat lantai dan/ atau kepala kolom (flat slab),
sehingga dapat memikul gaya geser atau momen lentur yang lebih besar.
Pelat wafel adalah pelat dua arah yang ditumpu oleh rusuk dua arah. Pelat
ini memberikan kekuatan yang cukup besar, sehingga dapat memikul beban
vertical atau dapat digunakan untuk bentang lantai yang besar.

2. Sistem Penahan Gaya Lateral


Hal yang penting pada struktur bangunan adalah stabilitas dan kemampuannya
untuk menahan gaya lateral, baik yang disebabkan oleh angin atau gempa
bumi. Beban angin lebih terkait pada dimensi ketinggian bangunan, sedang
beban gempa lebih terkait pada massa bangunan.

-19-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem pengaku untuk
dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat gaya horizontal
tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan (P-D Effect).
Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah Sistem Rangka Penahan
Momen (SRPM), Dinding Geser atau Rangka Pengaku.
Sistem Rangka Penahan Momen (SRPM) terdiri dari komponen (subsistem)
horizontal berupa balok dan komponen (subsistem) vertical berupa kolom yang
dihubungkan secara kaku (rigid joints). Kekuatan Rangka tergantung pada
dimensi balok dan kolom/ serta proporsional terhadap jarak lantai ke lantai dan
jarak kolom ke kolom.
Dinding geser (shear wall) didefinisikan sebagai komponen struktur vertical
yang relative sangat kaku. Dinding geser pada umumnya hanya boleh
mempunyai bukaan sedikit (sekitar 5%) agar tidak mengurangi kekakuannya.
Fungsi dinding geser berubah menjadi dinding penahan (bearing wall), jika
dinding geser menerima beban tegak lurus dinding geser.
Rangka pengaku (braced frame) terdiri dari balok dan kolom yang ditambahkan
pengaku diagonal. Adanya pengaku diagonal ini akan berpengaruh pada
fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai dimana pengaku tersebut
ditempatkan. Rangka pengaku banyak digunakan pada bangunan tinggi yang
menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang sering digunakan, di
antaranya adalah pengaku diagonal tunggal/ganda, pengaku “K”
(horizontal/vertical), atau rangka pengaku eksentris.

SRPM

Sistem Rangka SRPM


Pemikul Momen

Gambar Perilaku Sistem Gabungan Penahan Gaya Lateral

Pada struktur bangunan tinggi sering digunakan gabungan antara Sistem


Rangka Penahan Momen dengan Dinding Geser (Dual Sistem), terutama pada
bangunan tinggi yang dibangun di daerah yang terkena pengaruh gempa bumi.
Penggabungan antara Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding Geser
populer, terutama bagi bangunan tinggi dengan struktur beton.Hal ini dapat
memberikan hasil yang baik untuk memperoleh kekenyalan/daktilitas (ductility)
dan kekakuan sistem struktur.
Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pada
pusat bangunan. Dinding geser yang ditempatkan pada bagian dalam bangunan
biasa disebut dengan inti struktural (structural core).

-20-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3. Pembebanan pada Struktur Bangunan Rumah Sakit


a. Beban Mati (DEAD LOAD)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta
peralatan tetap (fixed equipment) yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari bangunan itu (perlengkapan/peralatan bangunan).
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, berat
sendiri bahan bangunan dan komponen gedung dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 1a. Berat Sendiri Bahan Bangunan


No. Bahan Bangunan Berat Sendiri (SW)
1 Baja 7850 kg/m3 76.982 kN /m3
2 Batu Alam 2600 kg/m3 25.497 kN /m3
3 Batu Belah/Bulat/Gunung 1500 kg/m3 14.710 kN /m3
4 Batu Karang 700 kg/m3 6.865 kN /m3
5 Batu Pecah (Split) 1450 kg/m3 14.220 kN /m3
3
6 Besi Tuang 7250 kg/m 71.098 kN /m3
7 Beton (untuk struktur) 2200 kg/m3 21.575 kN /m3
8 Beton Bertulang 2400 kg/m3 23.536 kN /m3
9 Kayu (Kelas I) 1000 kg/m3 9.807 kN /m3
10 Kerikil, Koral (kering udara sampai lembab) 1650 kg/m3 16.181 kN /m3
11 Pasangan Bata Merah 1700 kg/m3 16.671 kN /m3
12 Pasangan Batu Belah/Bulat/Gunung 2200 kg/m3 21.575 kN /m3
13 Pasangan Batu Cetak 2200 kg/m3 21.575 kN /m3
14 Pasangan Batu Karang 1450 kg/m3 14.220 kN /m3
15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m3 15.691 kN /m3
16 Pasir (jenuh air) 1800 kg/m3 17.652 kN /m3
17 Pasir, kerikil, Koral (Ikering udara lembab) 1850 kg/m3 18.142 kN /m3
18 Tanah Lempung & Lanau (kering lembab) 1700 kg/m3 16.671 kN /m3
19 Tanah Lempung & Lanau (basah) 2000 kg/m3 19.613 kN /m3
20 Tanah Hitam (Timbal) 11400 kg/m3 111.796 kN /m3

-21-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tabel 1b. Berat Sendiri Komponen Gedung


No. Komponen Gedung Berat Sendiri (SW)
1 Adukan, per cm tebal:
- dari Semen 21 kg/m2 0.206 kN/m2
- dari Kapur, Semen merah atau Tras 17 kg/m2 0.167 kN/m2
2 2
2 Aspal, per cm tebal 14 kg/m 0.137 kN/m
3 Dinding Pasangan Bata Merah:
- Satu Batu 450 kg/m2 4.413 kN/m2
2
- Setengah Batu 250 kg/m 2.452 kN/m2
4 Dinding Batako Berlubang:
- Tebal Dinding 20 cm 200 kg/m2 1.961 kN/m2
- Tebal Dinding 10 cm 120 kg/m2 1.177 kN/m2
5 Dinding Batako tanpa Lubang:
- Tebal Dinding 15 cm 300 kg/m2 2.942 kN/m2
- Tebal Dinding 10 cm 200 kg/m2 1.961 kN/m2
6 Langit-Langit:
- Serat Semen, tebal maksimum 4 mm 11 kg/m2 0.108 kN/m2
- Kaca, dengan tebal 3 - 4 mm 10 kg/m2 0.098 kN/m2
2
7 Lantai Kayu dengan Balok (rumah tinggal) 40 kg/m 0.392 kN/m2
2 2
8 Penggantung Plafon (bentang maks. 5 m) 7 kg/m 0.069 kN/m
9 Penutup Atap:
- Genteng/Kaso/Reng per m2 luas atap 50 kg/m2 0.490 kN/m2
2 2 2
- Sirap/Kaso/Reng per m luas atap 24 kg/m 0.235 kN/m
2
- Serat Semen Gelombang (tebal maks. 5 mm) 11 kg/m 0.108 kN/m2
- Aluminium Gelombang 5 kg/m2 0.049 kN/m2
2
10 Penutup Lantai (Terasso, Keramik & Beton) 24 kg/m 0.235 kN/m2
11 Ducting AC 40 kg/m2 0.392 kN/m2

Tabel 2.Beban Mati menurut Jenis Struktur Bangunan


Jenis Struktur Beban Mati
2 2
Beton Bertulang: kg/m kN/m
- Portal 0.30 x 2400 = 720 = 7.061
- Portal & Inti;Dinding Geser 0.35 x 2400 = 840 = 8.238
- Tabung dalam Tabung 0.40 x 2400 = 960 = 9.414
- Kotak/Panil 0.20 x 2400 = 480 = 4.707
Baja:
- Ketinggian < 30 lantai 100 = 0.981
- Ketinggian > 30 lantai 150 = 1.471
- Balok anak 20 = 0.196
- Balok induk 35 = 0.343
- Deck plate 15 = 0.147
- Kolom 30 = 0.294
Komposit ;
- Ketinggian < 30 lantai 100 + 480 = 580 = 5.688
- Ketinggian > 30 lantai 150 + 480 = 630 = 6.178
Partisi 100
Elemen Arsitektural (finishing) 100 = 0.981

-22-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Beban Hidup (LIVE LOAD)


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu bangunan dan di dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah (moveable
equipment), mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari bangunan dan dapat diganti selama masa hidup
dari bangunan itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap bangunan tersebut. Khusus untuk atap yang dianggap
beban hidup termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air. Beban
hidup tidak termasuk Beban Angin dan Beban Gempa.
Berdasarkan SNI 1727: 2013 Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur lain, beban hidup pada lantai bangunan.

Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
untuk gedung Rumah Sakit
Merata Terpusat
No. Hunian atau Penggunaan 2 2
kN/m kg/m kN kg

1 Rumah sakit :
Ruang operasi, laboratorium 2.87 293 4.45 454
Ruang pasien 1.92 196 4.45 454
Koridor diatas lantai pertama 3.83 391 4.45 454

2 Gedung perkantoran :
Ruang arsip dan komputer harus dirancang untuk beban
yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan hunian :
Lobi dan koridor lantai pertama 4.79 488 8.90 908
Kantor 2.40 245 8.90 908
Koridor di atas lantai pertama 3.83 391 8.90 908

3 Ruang pertemuan :
Kursi tetap (terikat di lantai) 4.79 488
Lobi 4.79 488
Kursi dapat dipindahkan 4.79 488
Panggung pertemuan 4.79 488
Lantai podium 7.18 732

4 Tangga dan jalan keluar 4.79 488

c. Beban Gempa (EQ)


Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa itu. Ketika pengaruh gempa pada struktur bangunan
ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan
beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang
terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.

-23-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4. Prosedur Desain Seismik Berdasarkan Sni 1726: 2012


Pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi
struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan
peralatannya secara umum. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur bangunan
secara keseluruhan harus tetap berdiri dan maksimum memperlihatkan kinerja
“life safety”.
Secara garis besar Prosedur Desain Seismik berdasarkan SNI-03-1726-
2012ditunjukkan pada diagram alir (Flow Chart), gambar dibawah ini.
PROSEDUR DESAIN SEISMIK
SNI-03-1726-2012 (ASCE/SEI 07-2010)

KATEGORI RISIKO BANGUNAN (KRB)


WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM RESPONS
Pasal 4.1.2-TABEL 1
SOIL TEST
Profil tanah lapisan
30 m paling atas
FAKTOR KEUTAMAAN GEMPA (Ie) KOTA/KOORDINAT LOKASI
Pasal 4.1.2-TABEL 2 Pasal 14.- Peta gerak tanah seismik (gambar 9 dan gambar 10)

Parameter SS dan S1
Pasal 6.1.1.Parameter percepatan terpetakan
Klasifikasi Situs
Pasal 5.1.- TABEL 3 – Klasifikasi Situs
SA (batuan keras)
Parameter spektrum periode pendek SMS TABEL 4 SB (batuan)
SMS = Fa x SS Koefisien situs Fa SC (tanah keras sangat padat)
SD (tanah sedang)
SE (tanah lunak)
SF (tanah khusus)
Parameter spektrum periode 1 detik SM1 TABEL 5
SM1 = Fv x S1 Koefisien situs Fv

Pasal 6.3 Parameter Spektral Desain


KATEGORI DESAIN SEISMIK (KDS)
SDS = 2/3 x SMS
TABEL 6 & TABEL 7 SD1 = 2/3 x SM1

SISTEM STRUKTUR PENAHAN GEMPA


TABEL 9
PROSEDUR ANALISIS BEBAN LATERAL :
- KOEFISIEN MODIFIKASI RESPONS , R Analisis Gaya Lateral Ekivalen (GLE atau ELFA)
- FAKTOR KUAT LEBIH , WO Analisis Ragam Spektrum Respons (MRSA)
- FAKTOR PEMBESARAN DEFLEKSI , Cd Analisis Riwayat Waktu (THA) @MTT

Gambar Diagram Alir Prosedur Desain Seismik berdasarkan SNI-1726: 2012

a. Ketentuan Umum
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahunadalah sebesar 2
persenatau gempa dengan perioda ulang 2500 tahunyang merupakan gempa
maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget (MCER - Maximum
Considered Earthquake Targeted Risk)dengan memperhitungkan:
1) Gempa Hazard (bahaya kerusakan-MCE)
2) MCER probabilistik
3) MCERdeterministik (adanya patahan/fault)
4) Koefisien Risiko (Cr) atau Collapse Fragility (Vulnerability): probabilitas
keruntuhan struktur dengan risiko gempa=1% umur bangunan 50 tahun.
5) Parameter Percepatan Gempa Batuan Dasar
- SS (Percepatan batuan dasar perioda pendek 0,2 detik)
- S1(Percepatan batuan dasar perioda 1,0 detik)

-24-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

6) Faktor Amplifikasi fungsi dari:


- Kelas Situs (SA s/d SF)
- Kelas Situs percepatan situs 0,2 detik dan besarnya Ss (Fa)
- Kelas Situs percepatan situs 1,0 detik dan besarnya S1 (Fv)
7) Percepatan Gempa Maksimum:
- SMS = Ss.Fa (Parameter spektrum percepatan pada perioda pendek)
- SM1 = S1. Fv (Parameter spektrum percepatan pada perioda 1 detik)
- Fa dan Fv adalah amplifikasi faktor
8) Gempa Desain untuk Struktur
- Perioda Ulang Gempa = 500 tahun (2/3 dari 2500 tahun)
- SDS = 2/3 SMS (Parameter percepatan spektral desain untuk perioda
pendek)
- SD1 = 2/3 SM1 (Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik)
- Kinerja minimum = “Life Safety”
9) Kategori Risiko Bangunan (KRB) Rumah Sakit
- Memperhitungkan Performance Based Design pada saat MCER
(berbeda daktilitas struktur)
- Kategori Risiko untuk Rumah Sakit = IV-penting.
10) Faktor Keutamaan Gempa (Ie) Bangunan Rumah Sakit
Fungsi dari Kategori Risiko Bangunan
- KR IV; Ie=1,50
11) Kategori Desain Seismik (KDS) Struktur Gedung dan Non Gedung fungsi dari:
- SDS (Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek)
- SD1 (Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik)
- Kategori Risiko Bangunan
- Terbagi atas KDS “A” (sederhana) s/d “F” (kompleks)
Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur bangunan RS
Kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung, untuk Gedung
Rumah Sakit sesuai Tabel 1 (SNI-1726:2012), pengaruh Gempa Rencana
terhadapnya harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan Ie , menurut Tabel
2 (SNI-1726:2012).
Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur bangunan RS
Prosedur untuk klasifikasi suatu situs untuk memberikan kriteria desain seismik
berupa faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Dalam perumusan kriteria
desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi
besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah
untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu.
Profil tanah di situs diklasifikasikan sebagai tanah keras (SC), tanah sedang
(SD) dan tanah lunak (SE).

-25-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di


laboratorium, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 3 (SNI-1726:2012). Dalam hal
ini, kelas situs dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan, Apabila
tidak tersedia data tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m.

Tabel 1- Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
(lanjutan)
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko

Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi
untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
IV
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat
keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang
masuk ke dalam kategori risiko IV.

Tabel 2- Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko bangunan Faktor keutamaan gempa , I e


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50

b. Wilayah gempa dan Spektrum Respons


Parameter percepatan gempa

-26-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1) Parameter percepatan terpetakan


Parameter SS(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan
S1(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-
masing dari respons spectral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak
tanah seismik pada Gambar 6, gambar 7 dan gambar 8, dengan kemungkinan
2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50 tahun) dan
dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.

Gambar Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB)


untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun

Gambar Peta respons spektra percepatan 0,2 detik (Ss) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun

Gambar Peta respons spektra percepatan 1 detik (S1) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun

-27-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2) Koefisien-koefisien situs dan paramater-parameter respons spektral percepatan


gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER).
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1
detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan
pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili getaran perioda 1 detik (Fv).
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan
perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs ,
ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 . 𝑆𝑆 (1)
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑉 𝑆1 (2)
Dimana:
SS = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda pendek;
S1= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda 1,0 detik.

3) Spektrum Respons Desain


Untuk menentukan pengaruh Gempa Rencana yaitu berupa beban geser dasar
nominal statik ekuivalen pada struktur beraturan dan gaya geser nominal
sebagai respons dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan
serta gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik seluruh ragam yang

-28-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

berpartisipasi pada struktur gedung tidak beraturan, maka untuk masing-masing


wilayah gempa dan klasifikasi situs yang bersangkutan, kurva Spektrum
Respons Gempa Desain harus dikembangkan dengan mengacu pada gambar
dan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk perioda yang lebih kecil dari 𝑇0 , spektrum respons percepatan
desain, 𝑆𝑎 , harus diambil dari persamaan:
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 . (0,4 + 0,6. 𝑇 )
0
(g)

Gambar Spektrum respons desain

b) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan 𝑇0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan 𝑇𝑆 , spektrum respons percepatan desain, 𝑆𝑎 , sama
dengan 𝑆𝐷𝑆 ;
c) Untuk perioda lebih besar dari 𝑇𝑆 , spektrum respons percepatan desain,
𝑆𝑎 , diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 = 𝑇

Keterangan:
𝑆𝐷𝑆 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda
pendek;
𝑆𝐷1 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik.
T = perioda getar fundamental struktur.
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0,2.
𝑆𝐷𝑆
SD1
𝑇𝑆 =
SDS

4) Kategori Desain Seismik


a) Kategori Desain Seismik dievaluasi berdasarkan Tabel 6.(SNI-1726:2012)
dan Tabel 7.(SNI-1726:2012) berikut ini.
b) Kategori Desain Seismik yang diambil adalah yang paling berat dari kedua
tabel tersebut.

-29-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

5) Sistem Struktur Penahan Beban Gempa dan Parameter Struktur


Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur
dan batasan ketinggian struktur seperti yang ditunjukkan dalam Tabel.
Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, 0 dan
koefisien amplifikasi defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabelharus
digunakan dalam penentuan gaya geser dasar, gaya desain elemen dan
simpangan antar lantai tingkat desain.

Sistem Struktur
a. Sistem dinding penumpu
b. Sistem rangka bangunan gedung
c. Sistem rangka penahan momen SRPM
d. Sistem ganda dengan SRPMK
e. Sistem ganda dengan SRPMM
f. Sistem interaksi SDSB dan SRPMB
g. Sistem kolom kantilever
h. Sistem struktur baja yang tidak didetail khusus untuk menahan gempa

Parameter sistem:
Koefisien modifikasi respon = R
Parameter kuat lebih sistem = o
Faktor perbesaran defleksi = Cd
Batasan tinggi struktur → berdasarkan Kategori Desain Seismik (KDS)

-30-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

6) Evaluasi Sistem Struktur terkait dengan ketidak beraturan konfigurasi Struktur


Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak
beraturan berdasarkan pada konfigurasi horisontal dan vertikal dari struktur
bangunan gedung.
a) Ketidakberaturan Horisontal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe
ketidakberaturan seperti yang terdaftar dalam Tabel 10 (SNI-1726:2012)
harus dianggap mempunyai ketidakberaturan struktur horisontal.
b) Ketidakberaturan Vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe
ketidakberaturan seperti yang terdaftar dalam Tabel 11 (SNI-1726:2012)
harus dianggap mempunyai ketidakberaturan vertikal.
Tabel 9 Ringkasan Parameter Sistem Struktur Beton

-31-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-32-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

7) Kombinasi Beban dan pengaruh beban gempa


Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus
dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh
beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut:
a) Kombinasi Beban untuk metode Ultimit (Beban Batas) → ULS COMBO
• Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban tetap:
- U = 1,4 D
- U = 1,2 D + 1,6 L
• Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban sementara akibat gempa:
- U = (1 + 0,2. 𝑆𝐷𝑆 ).D + 0,5 L ± 𝜌. (𝑄𝐸𝑋 ± 0,3. 𝑄𝐸𝑌 ) → (Compression
Controlled)
- U = (0,9 − 0,2. 𝑆𝐷𝑆 ).D ± 𝜌. (𝑄𝐸𝑋 ± 0,3. 𝑄𝐸𝑌 ) → (Tension Controlled)
b) Kombinasi Beban untuk metode tegangan ijin (Beban Layan) → SLS
COMBO
• Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban tetap:
- U = 1,0 D
- U = 1,0 D + 1,0 L
• Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban sementara akibat gempa:

-33-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- U = (1,0 + 0,10. 𝑆𝐷𝑆 ).D + 0,75 L ± 0,525. 𝜌. (𝑄𝐸𝑋 ± 0,3. 𝑄𝐸𝑌 )


- U = (0,6 − 0,14. 𝑆𝐷𝑆 ).D ± 0,7. 𝜌. (𝑄𝐸𝑋 ± 0,3. 𝑄𝐸𝑌 )
Kombinasi Beban yang mensyaratkan kekuatan komponen maksimum
harus digunakan, sebagai beban pada perancangan komponen-
komponen struktur. Kombinasi Beban diatas adalah mengikuti Standar
yang berlaku saat ini (SNI 1726: 2012-Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan non
Gedung), Kombinasi Beban agar disesuaikan dengan Standar edisi
Terbaru.

8) Prosedur Analisis Beban Lateral ( beban gempa )


Analisis struktur yang disyaratkan harus terdiri dari salah satu tipe yang diijinkan
dalam Tabel 13, berdasarkan pada kategori desain seismik struktur, sistem
struktur, properti dinamis dan keteraturan konfigurasi struktur.

a) Analisis Gaya Lateral Ekivalen (ELFA)


b) Gaya Geser dasar Seismik (V)
Gaya geser Dasar Seismik (V) Statik ekuivalen dan gaya geser masing-
masing tingkat yang dihitung berdasarkan persamaan: 𝑉 = 𝐶𝑠 . 𝑊, untuk
masing-masing arah pembebanan (X dan Y) , dimana:
Cs = koefisien respon seismik.
𝑆𝐷𝑆
Koefisien respon seismik Cs , ditentukan berdasarkan persamaan: 𝐶𝑠 = 𝑅
( )
𝐼𝑒

, dimana:
𝑆𝐷𝑆 =parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang
perioda pendek.

-34-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

R = faktor modifikasi respons.


Ie = faktor keutamaan gempa.
𝑆𝐷1
Nilai Cs , tidak perlu melebihi nilai:𝐶𝑠 = 𝑅 dan tidak kurang dari
𝑇.( )
𝐼𝑒

: 𝐶𝑆 = 0,044. 𝑆𝐷𝑆 . 𝐼𝑒 ≥ 0,01


W = berat seismik efektif.

c) Periode fundamental struktur ( T )


Perioda fundamental struktur, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan
dalam analisis yang teruji.
Perioda fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk
batasan atas pada perioda yang dihitung ( 𝐶𝑈 ) dari Tabel 14 dan perioda
fundamental pendekatan, 𝑇𝑎 , yang ditentukan sesuai dengan rumusan pers.
5.
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 . ℎ𝑛𝑥 (5)
Keterangan:
ℎ𝑛 adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur dan koefisien 𝐶𝑡 dan x ditentukan dari Tabel 15.
Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan perioda fundamental
pendekatan (Ta) ,dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur
dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat.
𝑇𝑎 = 0,1. 𝑁 ( 6 )
Keterangan:
N = jumlah tingkat

-35-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

d) Distribusi Vertikal gaya gempa


Beban geser dasar (V) harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung
menjadi Gaya Gempa lateral statik ekuivalen (Fx) yang menangkap pada
pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan:
𝐹𝑥 = 𝐶𝑉𝑋. 𝑉 dan
k
Wx .hi
Cvx = .
 (W .h )
n
k
i i
i =1

Keterangan:
𝐶𝑣𝑥 = faktor distribusi vertikal
V = gaya layeral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
Wi dan Wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, (m)
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur:
- untuk struktur T ≤ 0,5 detik → k = 1
- untuk struktur T ≥ 2,5 detik → k = 2
- Untuk struktur 0,5 ≥ T ≥ 2,5 → k = interpolasi linear antara 1 dan 2

e) Distribusi Horisontal gaya gempa


Geser tingkat desain gempa di semua tingkat, Vx (kN), harus ditentukan dari
persamaan berikut:
n
V x =  Fi
i= x

dimana Fi = bagian dari geser dasar seismik, V(kN) yang timbul di Tingkat,
i.

f) Batasan Penggunaan Prosedur ELFA


𝑆𝐷1
 Berlaku hanya untuk struktur beraturan dengan T < 3.5 Ts → Ts =
𝑆𝐷𝑆

 Kekakuan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari


30%.
 Kekuatan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari 20%
 Massa pada tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari
50%.

9) Analisis Spektrum Respons Ragam (MRSA)


Analisis respons spektrum digunakan untuk gedung yang tidak beraturan, untuk
mencegah terjadinya respons struktur gempa yang dominan terhadap rotasi,

-36-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

dari hasil vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam pertama
(fundamental) harus dominan dalam trasnslasi.
Nilai akhir dari respons dinamik struktur akibat pengaruh gempa rencana dalam
suatu arah tidak boleh kurang dari 85 persen gayan geser dasar statik ekivalen,
untuk memenuhi persyaratan ini maka gaya geser tingkat nominal akibat
pengaruh gempa rencana harus dikalikan faktor skala.
Perhitungan respons dinamik stuktur terhadap gedung tidak beraturan terhadap
gempa nominal dapat dilakukan dengan metode analisis ragam respons
spektrum dengan memakai Spektrum Respons dengan nilai ordinatnya dikalikan
dengan Ie/R, dalam hal ini ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan
respons ragam harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi masa dalam
mengahasilkan respon total harus mencapai sekurang – kurangya 90%.
Penjumlahan respons ragam untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan
metode yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete
Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar alami harus dianggap
berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung
tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan
respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metode yang dikenal dengan
Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).

10) Analisis Kekuatan Komponen Struktur Gedung Tipikal Rumah Sakit


Struktur bangunan dirancang agar memenuhi persyaratan daktilitas, dengan
menggunakan disain kapasitas sesuai dengan prinsip balok lemah-kolom kuat
(weak beam-strong column). Dengan struktur demikian, jika terjadi gempa,
maka penyebaran energi ke elemen-elemen struktur dapat dengan sempurna
terjadi, sehingga struktur tetap dapat bertahan terhadap serangan gempa yang
lebih besar dari beban gempa rencana, tanpa mengalami kerusakan yang
berarti. Daerah-daerah kritis yang sering disebut sendi plastis dirancang secara
inelastis dan keruntuhan akibat geser dihindari.
Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai Persyaratan
Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847: 2013)
Di dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:
2013) Pasal 1.1.9.1 Kategori desain seismik suatu struktur harus
ditetapkan sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).
b) Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:
2013) Pasal1.1.9.2 Semua struktur harus memenuhi ketentuan Pasal 21-
SNI 2847: 2013 yang sesuai kecuali yang ditetapkan sebagai Kategori
Desain Seismik A. Lihat 21.1.1.

-37-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Ketentuan umum
Untuk perencanaan dan konstruksi komponen struktur beton bertulang dari
suatu struktur, untuk mana gaya rencana, akibat gerak gempa, telah ditentukan
berdasarkan dissipasi energi di dalam daerah nonlinier dari respon struktur
tersebut. Dalam hal ini beban rencana lateral dasar akibat gerakan gempa untuk
suatu daerah harus diambil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung (SNI- 03-1726-2012).
Tabel di bawah memberikan korelasi antara klasifikasi KDS (Kategori Desain
Seismik) dan terminologi terdahulu (SNI-03-1726-2002) yaitu risiko gempa
rendah, sedang dan tinggi.

Tabel Korelasi Klasifikasi KDS dengan Tingkat Risiko Gempa


Tingkat Resiko Gempa atau Kategori Kinerja Atau Desain
Tata Cara ( Standar) & Edisi Seismik yang ditetapkan seperti Didefinisikan dalam Tata Cara

SNI 03-2847-2013 ; KDS KDS KDS


SNI 03-1726-2012 A, B C D,E,F
Resiko Gempa Resiko Gempa Resiko Gempa
SNI 03–2847–2002;
Sedang/
SNI 03-1726-2002 Rendah Tinggi
Menengah

SISTEM STRUKTUR SRPMB/M/K SRPMM/K SRPMK


PENAHAN GEMPA SDSB/K SDSB/K SDSK

KDS = Kategori Desain Seismik


SRPM = SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN
SDS = SISTEM DINDING STRUKTUR
B ; M ; K = BIASA ; MENENGAH ; KHUSUS @MTT

Analisis dan perhitungan proporsi dari komponen struktur


• Interaksi dari semua komponen struktur dan nonstruktural yang secara
nyata mempengaruhi respons linier dan non-linier struktur terhadap gerakan
gempa harus ditinjau dalam analisis;

-38-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Komponen kaku yang diasumsikan tidak merupakan bagian dari sistem


penahan gaya lateral dapat digunakan asalkan pengaruhnya atas respon
dari sistem struktur ditinjau dan diperhitungkan dalam perhitungan struktur.
Konsekuensi atas keruntuhan dari komponen struktural dan nonstruktural
yang bukan merupakan bagian dari sistem penahan gaya lateral juga harus
diperhitungkan.
Faktor reduksi kekuatan harus diambil sesuai dengan ketentuan menurut SNI
03- 2847:2013 Pasal 9.3
Beton pada komponen struktur yang menahan gaya yang timbul akibat gempa
sebagai berikut:
• Kuat tekan f ‘c dari beton tidak boleh kurang dari 20 MPa;
• Kuat tekan dari beton agregat ringan yang digunakan dalam perencanaan
tidak boleh melampaui 30 MPa.
Tulangan lentur dan aksial yang digunakan dalam komponen struktur dari
sistem rangka dan komponen batas dari sistem dinding geser harus memenuhi
ketentuan ASTM A 706. Tulangan yang memenuhi ASTM A615 mutu 300 dan
400 boleh digunakan dalam komponen struktur di atas bila:
• Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian di pabrik tidak melampaui kuat
leleh yang ditentukan lebih dari 120 MPa (uji ulang tidak boleh memberikan
hasil yang melampaui harga ini lebih dari 20 MPa);
• Rasio dari tegangan tarik batas aktual terhadap kuat leleh tarik aktual tidak
kurang dari 1,25.
Tulangan yang disambung dengan sambungan mekanis terdiri dari tipe 1 dan
tipe 2 sebagai berikut:
• Tipe 1 adalah sambungan mekanis yang seseuai dengan SNI-2847-2013
Pasal 12.14.3.2;
• Tipe 2 adalah sambungan mekanis yang sesuai dengan SNI-2847-2013
Pasal 12.14.3.2 dan harus lebih kuat daripada tulangan yang
disambungkan.
Pengelasan dari sengkang, kait ikat, sisipan tulangan, atau elemen lain yang
serupa kepada tulangan longitudinal yang diperlukan dalam perhitungan
perencanaan tidak diperkenankan.

Komponen Struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus


(SRPMK)
Komponen struktur rangka dalam menahan gaya gempa yang memiliki daktilitas
penuh (R = 5,5-8) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur


Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur harus memenuhi
ketentuan berikut:
• Gaya aksial terfaktor yang bekerja pada komponen struktur tersebut tidak
melebihi 0,1  A g  f c dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
'

-39-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

ln
b

h d

ln b 3 
 4;  0,3 dan 250 mm  b  c + 2 h 
d h 4 

- Bentang bersih dari komponen struktur tidak boleh kurang dari empat
kali tinggi efektifnya, kecuali untuk perangkai dinding geser;
- Rasio dari lebar terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3;
- Lebar tidak boleh: (a). Kurang dari 250 mm; (b). Lebih dari komponen
penumpu (diukur dari bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal
dari komponen lentur) ditambah jarak yang tidak melebihi tiga perempat
dari tinggi komponen lentur pada tiap sisi dari komponen penumpu.

Tulangan Longitudinal
• Pada setiap irisan penampang dari suatu komponen struktur lentur tidak
boleh kurang dari

f c'
Asmin = bd , (1)
4  fy
dan tidak lebih kecil dari:
1, 4
Asmin = bd (2)
fy

serta rasio tulangan ρ tidak melebihi 0,025. Sekurang-kurangnya harus ada


dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan bawah yang dipasang
secara menerus;
• Kuat lentur positif komponen struktur pada sisi muka dari kolom tidak boleh
kurang dari ½ kuat momen negatif yang disediakan pada muka tersebut.
Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap penampang
di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari ¼ kuat lentur terbesar yang
disediakan pada kedua muka kolom tersebut;
a. Sambungan lewatan dari pada tulangan lentur hanya diizinkan jika ada
tulangan spiral atau sengkang tertutup yang mengikat bagian
sambungan lewatan tersebut. Spasi sengkang yang mengikat daerah
sambungan lewatan tersebut tidak melebihi d/4 atau 100 mm.
Sambungan lewatan tidak boleh digunakan:
i. Pada daerah hubungan balok-kolom;
ii. Pada daerah hingga jarak dua kali tinggi balok dari muka kolom;
iii. Pada tempat-tempat yang berdasarkan analisis, memperlihatkan
kemungkinan terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral
inelastis struktur rangka.

-40-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Sambungan mekanis dan las yang sesuai dengan ketentuan menurut


SNI-2847-2013 Pasal 21.1.6 dan 21.1.7 boleh digunakan untuk
penyambungan tulangan asal pelaksanaan penyambungan pada suatu
penampang pada tiap lapis tulangan tidak lebih dari dari pelaksanaan
berselang dan jarak sumbu ke sumbu dari sambungan batang yang
berdekatan tidak kurang dari 600 mm, diukur sepanjang sumbu
longitudinal dari komponen struktur rangka
Tulangan transversal, yaitu:
• Sengkang tertutup harus dipasang dalam daerah berikut dari komponen
lentur struktur rangka:
i. Sepanjang dua kali tinggi balok diukur dari
muka komponen struktur pendukung ke arah
tengah bentang, pada kedua ujung dari
komponen struktur lentur;
ii. Sepanjang dua kali tinggi balok pada kedua
sisi dari suatu penampang dimana mungkin
terjadi leleh lentur sehubungan dengan
perpindahan lateral inelatis dari rangka.
• Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 m dari muka
tumpuan. Spasi maksimum dari sengkang tertutup tersebut tidak melebihi:
i. d / 4;
ii. delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil;
iii. 24 kali diameter batang tulangan sengkang tertutup;
iv. 300 mm.
• Di daerah yang memerlukan sengkang tertutup, sengkang dan sengkang
ikat harus diatur sedemikian hingga setiap sudut dan tulangan longitudinal
yang berselang harus mempunyai dukungan lateral yang didapat dari sudut
sebuah sengkang atau kait ikat yang sudut dalamnya tidak lebih dari 135o
dan tidak boleh ada batang tulangan yang jarak bersihnya lebih dari 150
mm pada tiap sisi sepanjang sengkang atau sengkang ikat terhadap batang
tulangan yang didukung secara lateral. Jika tulangan longitudinal terletak
pada perimeter suatu lingkaran, maka sengkang berbentuk lingkaran penuh
dapat dipergunakan.
• Sengkang tertutup pada komponen struktur lentur boleh dibentuk dari dua
potongan tulangan, yaitu sebuah sengkang terbuka U yang mempunyai kait
135o dengan perpanjangan sebesar 6 kali diameter (tetapi tidak kurang ari
75 mm) yang dijangkar di dalam inti yang terkekang dan satu kait silang
penutup hingga keduanya membentuk suatu gabungan sengkang tertutup.
Kait silang penutup yang berurutan yang mengait pada satu tulangan
longitudinal yang sama harus dipasang sedemikian hingga kait 90
derajatnya terpasang berselang pada sisi yang berlawanan dari komponen
struktur lentur. Bila batang tulangan longitudinal yang terikat oleh sengkang
kait penutup hanya di batasi oleh pelat pada satu sisi dari komponen
struktur rangka lentur, maka kait 90 derajat dari kait silang penutup tersebut
harus dipasang di sisi itu.

-41-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan kait
gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2
pada seluruh panjang komponen struktur tersebut.
Persyaratan kuat geser
a. Gaya geser rencana
Gaya geser rencana, Vu, harus ditentukan dari peninjauan gaya statik pada
bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan. Momen-momen dengan
tanda berlawanan sehubungan dengan kuat lentur maksimum, Mpr, harus
dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan dan komponen struktur tersebut
dibebani dengan beban gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya.
(diilustrasikan pada Gambar 10. berikut).
M pr1 + M pr2 W
Vu = 
L 2
Beban gravitasi

Vu Vu

Mpr1 Mpr2

Gambar Gaya geser rencana balok SRPMK

M pr1 + M pr2 W
Vu = 
L 2
Catatan:
- Arah gaya geser Vu tergantung pada besar relatif beban gravitasi dan
geser yang dihasilkan oleh momen ujung;
- Momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan tarik 1, 25  f y , dimana fy

adalah kuat leleh disyaratkan. (Kedua momen ujung harus diperhitungkan


untuk kedua arah yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam);
- Vu tidak boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan hasil
analisis struktur.
b. Tulangan transversal
Tulangan transversal sepanjang daerah menurut ketentuan 2.4.2.3.a di atas
harus dirancang untuk memikul geser dengan menganggap Vc = 0 bila:
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung menurut 2.4.2.4.a di atas
mewakili setengah atau lebih daripada kuat geser perlu maksimum di
sepanjang daerah tersebut;

-42-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih kecil dari
A g  f c'
.
20
Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur dan aksial
Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur dan aksial harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
c. Menerima beban aksial terfaktor lebih besar daripada 0,1  A g  f c' dan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Dimensi penampang terkecil, diukur pada satu garis lurus yang melalui
titik berat penampang, tidak boleh kurang dari 300 mm;
- Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi yang tegak lurus
padanya tidak boleh kurang dari 0,4;
- Rasio tinggi antar kolom terhadap dimensi penampang kolom yang terkecil
tidak boleh lebih besar dari 25. Untuk kolom yang mengalami momen
yang dapat berbalik tanda, rasionya tidak boleh lebih besar dari 16. Untuk
kolom kantilever rasionya tidak boleh lebih besar dari 10;
a. Kuat lentur minimum dari kolom harus memenuhi persamaan berikut:
6
M c 
5
 Mg (3)

dimana: ΣMc adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom,
sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada
hubungan balok-kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya
aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang
menghasilkan nilai kuat lentur yang terkecil. ΣMg adalah jumlah momen pada
pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-
balok yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut. Pada konstruksi
balok-T, dimana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom, tulangan
pelat yang berada dalam lebar efektif pelat harus diperhitungkan dalam
menentukan kuat lentur nominal balok bila tulangan tersebut terangkur dengan
baik pada penampang kritis lentur. Kuat lentur harus dijumlahkan sedemikian
hingga momen kolom berlawanan dengan momen balok. Persamaan ( 3 )
harus dipenuhi untuk kedua arah momen balok yang bekerja pada bidang
rangka yang ditinjau.
b. Tulangan longitudinal, yaitu:
- Rasio tulangan ρ tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari
0,06 dan pada daerah sambungan tidak boleh lebih dari 0,08;
- Sambungan lewatan hanya digunakan di luar daerah sendi plastis
potensial dan harus proporsikan sebagai sambungan tarik. Sambungan
mekanis dan las yang sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2013 Pasal
21.1.6 dan Pasal 23.1.7 boleh digunakan untuk menyambung tulangan
pada sebarang tempat asal pengaturan penyambungan batang tulangan
longitudinal pada satu penampang tidak lebih dari pengaturan berselang
dan jarak antara sambungan adalah 600 mm atau lebih sepanjang sumbu
longitudinal dari tulangan.
c. Tulangan transversal, yaitu:

-43-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

d.1. Ketentuan mengenai jumlah tulangan transversal di bawah ini harus


dipenuhi kecuali bila ditentukan jumlah tulangan yang lebih besar
berdasarkan 2.4.2.5.c.1. dan 2.4.2.5.e.
i. Rasio volumetrik tulangan spiral atau sengkang cincin, ρs, tidak boleh
kurang daripada yang ditentukan persamaan berikut:
0,12  fc'
s = (4)
f yh

dan tidak boleh kurang daripada persamaan berikut:

 Ag  f'
s = 0, 45  − 1 c (5)
 Ac  f yh

dengan fyh adalah kuat leleh tulangan spiral, tapi tidak boleh diambil
lebih besar dari 400 MPa.
ii. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang
daripada yang ditentukan persamaan berikut:

 s  h  f '   Ag 
Ash = 0,3   c c    − 1
 f  A (6)
 yh   ch 
 s  h c  f c' 
Ash = 0,09   
 f (7)
 yh 
iii. Tulangan transversal harus berupa sengkang tunggal atau tumpuk.
Tulangan pengikat silang dengan diameter dan spasi yang sama dengan
diameter dan spasi sengkang tertutup boleh digunakan. Tiap ujung
tulangan pengikat silang harus terkait pada tulangan longitudinal terluar.
Pengikat silang yang berurutan harus ditempatkan secara berselang-
seling berdasarkan bentuk kait ujungnya.
iv. Bila tebal selimut beton di luar tulangan tranversal pengekang lebih dari
100 mm, tulangan transversal tambahan perlu dipasang dengan spasi
tidak melebihi 300 mm. Tebal selimut di luar tulangan transversal
tambahan tidak boleh melebihi 100 mm.
d.2. Tulangan transversal harus diletakkan dengan spasi tidak lebih daripada:
- Satu per empat dari dimensi terkecil komponen struktur;
- Enam kali diameter tulangan longitudinal;
- Sx sesuai dengan persamaan berikut ini:
350 − h x
Sx = 100 + (8)
3
Dengan hx adalah jarak terkecil antar tulangan longitundinal. Nilai Sx tidak
perlu lebih besar daripada 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
• Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi lebih daripada
350 mm dari sumbu ke sumbu dalam arah tegak lurus sumbu komponen
struktur.

-44-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Tulangan transversal sesuai dengan 2.5.2.5.d.1. sampai dengan 2.5.2.5.d.3. di


atas harus dipasang sepanjang Lo dari setiap muka hubungan balok-kolom
dan juga sepanjang Lo pada kedua sisi dari setiap penampang yang
berpotensi membentuk leleh lentur akibat deformasi lateral inelastis struktur
rangka. Panjang Lo tidak kurang daripada:
- Tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok-kolom
atau segmen yang berpotensi membentuk leleh lentur untuk
N uk  0,3  A g  f c' ;

- Satu setengah kali tinggi penampang komponen struktur untuk


N uk  0,3  A g  f '
c

- Seperenam bentang bersih komponen struktur;


- 500 mm.
• Bila gaya aksial terfaktor akibat beban gempa yang bekerja pada komponen
0,1  A g  f c'
struktur melampaui dan gaya aksial tersebut berasal dari
komponen struktur lainnya yang sangat kaku yang didukungya, misalnya
dinding, maka kolom tersebut harus diberi tulangan transversal yang
ditentukan pada 2.4.2.5.d.1. sampai dengan 2.4.2.5.d.5. di atas pada seluruh
tinggi kolom.
• Bila tulangan transversal yang ditentukan pada 2.4.2.5.d.1. sampai dengan
2.4.2.5.d.3. di atas tidak dipasang di seluruh panjang kolom maka pada daerah
sisanya harus dipasang tulangan spiral atau sengkang tertutup dengan spasi
sumbu ke sumbu tidak lebih daripada:
- Nilai terkecil dari enam kali diameter tulangan longitudinal kolom;
- Atau 150 mm.

Persyaratan kuat geser


• Gaya-gaya rencana
Gaya geser rencana, Vu, harus ditentukan dengan memperhitungkan gaya-
gaya maksimum yang dapat terjadi pada muka hubungan balok-kolom pada
setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka hubungan balok-kolom
tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen maksimum, Mpr, dari
komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban aksial
terfaktor yang bekerja. (Seperti yang diilustrasikan menurut Gambar 11.
berikut).

-45-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

P
Mpr1
Vu

Vu
Mpr2
P

M pr1 + M pr2
Vu =
H
Gambar Gaya geser rencana pada kolom SRPMK
Catatan:
- Arah gaya geser rencana, Vu, tergantung pada besar relatif beban
gravitasi dan geser yang dihasilkan oleh momen-momen ujung;
• Momen-momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan 1, 25  f y . (Kedua momen
ujung harus diperhitungkan untuk kedua arah, yaitu searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam);
• Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar daripada
momen yang dihasilkan oleh Mpr balok yang merangka pada hubungan balok
kolom. Vu tidak boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan
hasil analisis struktur.
• Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang Lo yang
ditentukan pada B.2.d.4. di atas, harus direncanakan untuk memikul
geser dengan menganggap Vc = 0, bila:
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai dengan 2.4.2.5.e.1. di atas
mewakili 50% atau lebih kuat geser perlu maksimum pada bagian
sepanjang Lo tersebut;
- Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak
A g  f c'
melampaui .
20

Hubungan Balok-Kolom
Hubungan balok-kolom dalam perencanaan gempa harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
• Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom
harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik
lentur adalah 1, 25  f y ;

• Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan faktor reduksi


kekuatan sesuai dengan SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3;

-46-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskan
hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur sesuai
dengan 2.4.3.g. di bawah untuk tulangan tarik dan untuk tulangan tekan;
• Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-
kolom, dimensi kolom dalam arah paralel terhadap tulangan longitudinal balok
tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar
balok untuk beton berat normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi
tersebut tidak boleh kurang dari 26 kali diameter tulangan longitudinal terbesar
balok;
• Tulangan transversal
- Tulangan transversal berbentuk sengkang tertutup sesuai dengan
2.4.2.5.d. Harus dipasang di dalam daerah hubungan balok kolo, kecuali
bila hubungan balok kolom tersebut dikekang oleh komponen-komponen
struktur berikut;
- Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-
tidaknya sebesar tiga perempat lebar kolom, merangka pada keempat
sisinya, didalam daerah harus dipasang tulangan transversal setidak-
tidaknya sejumlah setengah dari yang ditentukan pada 2.4.2.5d.1. di atas
balok terendah yang merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah
tersebut, spasi tulangan transversal yang ditentukan 2.4.2.5.d.2.ii. di atas
dapat diperbesar menjadi 150mm.
- Pada hubungan balok kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada
lebar kilom, tulangan transversal yang ditentukan pada 2.4.2.5.B.2.d. di
atas harus dipasang pada hubungan tersebut untuk memberikan
kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada di luar daerah
inti kolom, terutama bila kekangan tersebut tidak disediakan oleh balok
yang merangka pada hubungan tersebut.

Persyaratan kuat geser


f.1. Momen lentur dan gaya geser kolom serta geser horisontal Vjh dan
geser vertikal Vjv yang melewati inti balok kolom harus dievaluasi
dengan analisis rasional yang memperhitungkan seluruh pengaruh dari
gaya-gaya yang membentuk keseimbangan pada balok-kolom yang
ditinjau, seperti Gambar 12. berikut.
Cc1 Tc1

Cb2 Tb1 As1

Vjh Balok

Tb2 Cb1 As2

Gambar Gaya geser horisontal pada balok-kolom


Vjh = Tb1  C b2 −Vc1 ( 11 )

dengan:

-47-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Cb1 = Tb1 = As1   f y ( 12 )

Tb2 = Cb2 = As2   f y ( 13 )

M kap, b1 + M kap, b2
Vc1 = ( 14 )
0,5 ( h k,a + h k,b )

f.2. Kuat geser nominal


i. Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih
besar daripada ketentuan berikut ini untuk beton normal.

Vn = 0, 083    f c'  b j  h c ( 15 )

dengan:
γ = klasifikasi dari hubungan balok-kolom
= 20 untuk hubungan balok-kolom interior;
= 15 untuk hubungan balok-kolom eksterior;
= 12 untuk hubungan balok-kolom sudut
(corner);
Sedangkan bj dan hc dapat diilustrasikan menurut Gambar 2.4 berikut ini.
bc
bc

h Kolom Kolom h

b j  ( bb + bc ) 2 b j  ( bb + bc ) 2
b j  bb + h b j  bb + h 2
bb bb

Gambar Lebar efektif bj balok-kolom

Panjang penyaluran tulangan tarik


g.2. Panjang penyaluran Ldh untuk tulangan tarik dengan kait standar 90o
dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada:
- 8 db;
- 150 mm;
fy  db
- L dh = ( 16 )
5,4  f c'

untuk diameter tulangan sebesar 10 mm hingga 36 mm.


Untuk beton ringan, panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait
standar 90o tidak boleh diambil lebih kecil daripada:
- 10 db;

-48-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- 190 mm;
- 1,25 kali persamaan (16) di atas.
• Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik
Ld tanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil daripada:
- Dua setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan 2.4.3.g.1. di
atas bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut
kurang daripada 300 mm;
- Tiga setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan pada
2.4.3.g.1. di atas bila ketebalan pengecoran beton di bawah
tulangan tersebut melebihi 300 mm.
• Tulangan tanpa kait yang berhenti pada hubungan balok-kolom harus
diteruskan melewati inti terkekang dari kolom atau elemen batas. Setiap
bagian dari tulangan tanpa kait yang tertanam bukan di dalam daerah inti
terkekang kolom harus diperpanjang sebesar 1,6 kali;
• g.4 Bila digunakan tulangan yang dilapisi epoksi, panjang penyaluran
pada 2.4.3.g.1. hingga 2.4.3.g.3. di atas harus dikalikan dengan faktor-
faktor yang berlaku menurut ketentuan SNI 03-2847-2013

Komponen Struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah


(SRPMM)
Komponen struktur rangka dalam menahan gaya gempa yang memiliki daktilitas
menengah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Perencanaan untuk Komponen Struktur Lentur
a. Beban aksial terfaktor pada komponen struktur tidak melebihi 0,1  A g  f c' dan
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
i. Bentang bersih dari komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya, kecuali untuk balok perangkai dinding geser;
ii. Rasio dari lebar balok terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,25;
iii. Lebar balok tidak boleh: (a). Kurang dari 200mm; (b). Lebih lebar dari
komponen penumpu (diukur dari bidang tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal dari komponen lentur) ditambah jarak yang tidak melebihi tiga
perempat dari tinggi komponen lentur pada tiap sisi dari komponen
penumpu.
b. Tulangan Longitudinal
b.1. Pada setiap irisan penampang dari suatu komponen struktur lentur tidak
boleh kurang dari persamaan (1) dan (2) di atas serta rasio penulangan ρ
tidak lebih dari 0,025.
b.2. Kuat lentur positif komponen struktur pada muka kolom tidak boleh lebih
kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat
lentur positif maupun kuat lentur negatif pada setiap irisan penampang di
sepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperlima kuat lentur yang
terbesar yang disediakan pada muka-muka kolom di kedua ujung
komponen struktur tersebut.

-49-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b.3. Sambungan lewatan dari tulangan lentur hanya diperbolehkan bila


sepanjang daerah sambungan lewatan tadi dipasang tulangan sengkang
penutup atau tulangan spiral. Jarak maksimum dari tulangan transversal
yang meliliti batang tulangan yang disambungan lewatan tidak boleh
melebihi:
i. d/2;
ii. 200 mm.
c. Tulangan Transversal
c.1. Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus dipasang
sengkang tertutup sepanjang jarak dua kali kali tinggi komponen struktur
diukur dari muka perletakan ke arah tengah bentang;
c.2. Sengkang tertutup pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih
daripada 50 mm dari muka perletakan. Spasi maksimum sengkang tidak
melebihi:
i. d/4;
ii. Sepuluh kali diameter tulangan longitudinal terkecil;
iii. 24 kali diameter sengkang;
iv. 300 mm;
v. 3  f y  As, t b , dimana As,1 adalah luas satu kaki dari tulangan
transversal, b adalah lebar badan balok dan fy adalah kuat leleh
tulangan longitudinal (MPa).
c.3. Di daerah yang memerlukan sengkang tertutup, sengkang dan sengkang
ikat harus diatur sedemikian hingga setiap sudut dan tulangan
longitudinal yang berselang harus mempunyai dukungan lateral yang
didapat dari sudut sebuah sengkang atau kait ikat yang sudut dalamnya
tidak lebih dari 135o dan tidak boleh ada bataing tulangan yang jarak
bersihnya lebih dari 150 mm pada tiap sisi sepanjang sengkang atau
sengkang ikat terhadap batang tulangan yang didukung secara lateral.
Jika tulangan longitudinal terletak pada perimeter suatu lingkaran, maka
sengkang berbentuk lingkaran penuh dapat dipergunakan;
c.4. Di daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang harus
dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2 pada seluruh panjang
komponen struktur tersebut;
c.5. Sengkang tertutup pada komponen struktur lentur boleh dari dua
potongan tulangan, yaitu sebuah sengkang terbuka U yang mempunyai
kait 135-derajat dengan perpanjangan sebesar enam kali diameter
(tetapi tidak kurang 75 mm) yang dijangkar di dalam inti yang terkekang
dan satu kait silang penutup hingga keduanya membentuk satu
gabungan sengkang tertutup. Kait silang penutup yang berurutan yang
mengait pada satu tulangan longitudinal yang sama harus dipasang
sedemikian hingga kait 90 derajat terpasang berselang pada sisi yang
berlawanan dari komponen struktur lentur. Bila batang tulangan
longitudinal yang terikat oleh sengkang kait penutup hanya dibatasi oleh
pelat pada satu sisi dari komponen struktur rangka lentur, maka kait 90
derajat dari kait silang penutup silang tersebut harus dipasang di sisi itu.

-50-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perencanaan untuk Komponen Struktur Lentur dan Aksial


a. Beban aksial terfaktor pada komponen struktur melebihi 0,1  A g  f c' dan
memenuhi kondisi sebagai berikut:
i. Dimensi penampang terpendek, diukur pada satu garis lurus yang melalui
titik berat penampang, tidak boleh kurang dari 250 mm;
i. Rasio dimensi penampang terpendek dihitung terhadap dimensi tegak
lurus padanya tidak boleh kurang dari 0,4;
ii. Rasio antara tinggi kolom terhadap dimensi penampang kolom yang
terpendek tidak boleh lebih besar dari 25.
b. Tulangan longitudinal
i. Rasio tulangan ρ tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari
0,06 dan 0,08 pada daerah sambungan;
ii. Sambungan lewatan hanya digunakan di luar daerah sendi plastis
potensial dan harus proporsikan sebagai sambungan tarik. Sambungan
mekanis dan las yang sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2013 Pasal
23.2(6) dan Pasal 23.2(7) boleh digunakan untuk menyambung tulangan
pada sebarang tempat asal pengaturan penyambungan batang tulangan
longitudinal pada satu penampang tidak lebih dari pengaturan berselang
dan jarak antara sambungan adalah 600 mm atau lebih sepanjang sumbu
longitudinal dari tulangan.
c. Tulangan Transversal
c.1. Pada seluruh tinggi kolom harus dipasang tulangan transversal menurut
ketentuan SNI-2847-2002 Pasal 13.1 hingga Pasal 13.5 kecuali bila
diperlukan suatu jumlah yang lebih besar menurut ketentuan 2.4.4.2.c.2.
berikut;
c.2. Tulangan transversal boleh terdiri dari sengkang tertutup tunggal atau
majemuk atau menggunakan kait silang penutup dengan diameter dan
spasi yang sama dengan diameter dan spasi yang ditetapkan untuk
sengkang tertutup. Setiap ujung dari kait silang penutup yang berurutan
harus diatur sehingga kait ujungnya terpasang berselang sepanjang
tulangan longitudinal yang ada. Tulangan transversal harus dipasang
dengan spasi tidak melebihi:
i. Setengah dari dimensi komponen struktur yang terkecil;
ii. Lebih kecil atau sama dengan 10 kali diameter tulangan memanjang;
iii. Lebih kecil atau sama dengan 200 mm.
c.3. Pada setiap muka joint dan pada kedua sisi dari setiap penampang dari
rangka harus dipasang tulangan transversal dengan jumlah sesuai
dengan jumlah seperti yang ditentukan dalam 2.4.4.2.c.1 dan 2.4.4.2.c.2
di atas, sepajang Lo dari muka yang ditinjau. Panjang Lo tidak boleh
kurang dari:
i. Tinggi komponen dimensi struktur untuk N uk  0,3  A g  f c' ;

ii. Satu setengah kali tinggi komponen dimensi struktur untuk


N uk  0,3  A g  f c' ;

-51-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

iii. Seperenam tinggi bersih kolom;


iv. 450 mm.
c.4. Bila gaya tekan aksial terfaktor yang berhubungan dengan pengaruh
gempa yang bekerja pada komponen struktur nilainya melampaui
0,1  A g  f c' , maka pada seluruh tinggi kolom yang berada dibawah
ketinggian dimana terjadi pengakhiran komponen struktur kaku dan yang
memikul reaksi dari komponen struktur kaki yang terputus tadi, misalnya
dinding, harus diberi tulangan transversal seperti yang ditentukan oleh
2.4.4.2.c.1. dan 2.4.4.2.c.2. di atas, harus menerus ke dalam dinding
paling tidak sejarak panjang penyaluran dari tulangan longitudinal kolom
yang terbesar pada titik pemutusan. Bila kolomnya berakhir pada suatu
fondasi telapak atau fondasi rakit, maka tulangan transversal yang
memenuhi 2.4.4.2.c.1. dan 2.4.4.2.c.2. di atas harus menerus paling
kurang 300 mm ke dalam fondasi tersebut.

d. Dinding diafragma dan rangka batang struktural


d.1. Tulangan:
i. Rasio tulangan untuk dinding struktural tidak boleh kurang dari
ketentuan SNI 03-2847 Pasal 16.3. di bawah. Spasi tulangan pada
tiap arah tidak boleh melebihi 450 mm. Tulangan yang dipasang
untuk mendapatkan kuat geser harus menerus dan harus
didistribusikan pada seluruh bidang geser;
ii. Bila tebal dinding lebih besar atau sama dengan 200 mm dan atau
bila nilai gaya geser terfaktor yang bekerja pada suatu bidang dinding
melampui A cp  f c 6 , maka pada dinding tersebut paling sedikit
'

harus dipasang dua lapis tulangan;


iii. Komponen struktur rangka batang, strat, struktur pengikat dan
komponen struktur pengumpul yang mengalami tegangan tekan lebih
dari 0, 2  f c' harus diberi tulangan transversal khusus, seperti yang
ditentukan pada 2.4.4.2.c.1. di atas, untuk seluruh panjang
komponennya; Tulangan transversal khusus tersebut boleh
dihentikan pada suatu penampang di mana tegangan tekan yang
didapat dari perhitungan lebih keci dari 0,15  f c' . Tegangan harus
dihitung untuk gaya terfaktor menggunakan suatu model elastis linear
dan sifat penampang bruto dari komponen struktur ditinjau;
iv. Semua tulangan yang menerus dalam komponen struktural dinding,
diafragma, rangka batang, strut, struktur pengikat, chord dan
komponen struktur pengumpul struktural harus dijangkar atau
disambung sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.
d.2. Komponen struktur pembatas untuk dinding dan diafragma struktural
i. Pada batas dan sekeliling sisi-sisi bukaan dari dinding diafragma
struktural dimana tegangan serta terluar maksimum, akibat gaya
terfaktor dimana sudah termasuk pengaruh gaya gempa, melampaui
0, 2  f c' harus dipasang komponen struktur pembatas, kecuali bila

seluruh komponen struktur dinding atau diafragma telah diperkuat

-52-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

hingga memenuhi ketentuan tulangan transversal c.1. dan c.2. di


atas, komponen struktur pembatas boleh dihentikan pada daerah
dimana tegangan tekan yang didapat dari perhitungan lebih kecil dari
0,15  f c' . Tegangan harus dihitung untuk gaya terfaktor menggunakan

suatu model elatis linier dan sifat penampang bruto;


ii. Komponen struktur pembatas, bila diperlukan, harus mempunyai
tulangan transversal seperti yang ditentukan dalam tulangan
transversal 2.4.4.2.c.1. dan 2.4.4.2.c.2. di atas;
iii. Komponen struktur pembatas dari dinding struktural harus
diproporsikan untuk memikul seluruh beban gravitasi terfaktor yang
bekerja pada dinding, termasuk beban tributari dan berat sendiri dan
juga gaya vertikal yang diperlukan untuk menahan momen guling
yang dihitung dari gaya terfaktor yang berhubungan dengan
pengaruh gaya gempa;
iv. Komponen struktur pembatas dari diafragma struktural harus
diproporsikan untuk menahan jumlah dari gaya tekan yang bekerja di
dalam bidang diafragma dan gaya yang didapat dengan membagi
momen terfaktor pada penampang dengan jarak antara sisi sisi
diafragma pada penampang tersebut;
v. Tulangan transversal di dalam dinding yang mempunyai komponen
struktur pembatas harus dijangkarkan ke dalam inti terkekang dari
komponen struktur pembatas untuk memungkinkan terjadinya
pengembangan tegangan leleh tarik dari tulangan transversal
tersebut;
vi. Jarak antara tulangan vertikal tidak boleh diambil lebih dari 200 mm
di dalam daerah ujung sepanjang Lo dan 300 mm di luar daerah
ujung sepanjang Lo;
vii. Jarak antar tulangan di luar daerah ujung Lo tidak boleh diambil lebih
dari tiga kali tebal dinding, seperlima lebar dinding dan 450 mm;
viii. Jarak antar tulangan horisontal di dalam daerah ujung Lo tidak boleh
diambil lebih dari 200 mm;
ix. Panjang daerah ujung Lo tidak boleh diambil kurang dari lebar
dinding, seperenam dari tinggi dinding dan tidak perlu lebih besar
dari dua kali lebar dinding.
e. Semua siar pelaksanan di dalam dinding dan diafragma harus memenuhi
ketentuan yang berlaku dan permukaan temu harus dikasarkan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7(9).

Persyaratan Kuat Geser


a. Kuat geser rencana, Vu, akibat beban lentur, beban lentur dan aksial dapat
dihitung akibat termobilisasinya kuat lentur nominal komponen struktur pada
setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat beban gravitasi
terfaktor, (Seperti yang dilukiskan dalam Gambar 14), atau

-53-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Gaya geser rencana maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua kali
nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan gempa.

3
(1, 2WD + 1, 6WL )
4

Mnl Mnr

Ln

Gaya lintang balok

M nl + M nr 3
Vu = + (1, 2WD + 1, 6WL )  L n
Ln 8

Pu
Mnt
Gaya lintang kolom

hn

Mnl
M nt + M nb
Pu Vu =
hn

Gambar Gaya geser rencana untuk SRPMM


c. Tulangan transversal dalam komponen struktur rangka sebagai berikut:
i. Untuk menentukan tulangan transversal perlu di dalam komponen struktur
rangka akibat gempa dihitung berdasarkan 0,5  Vc yang ditentukan
menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 13 untuk lokasi sepanjang d dari muka
kolom dan juga sepanjang daerah ujung dari kolom. Untuk daerah di luar
daerah tersebut kontribusi Vc tetap diperhitungkan sesuai dengan
ketentuan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.
ii. Sengkang atau sengkang pengikat yang diperlukan untuk menahan geser
harus merupakan sengkang tertutup yang dipasang pada seluruh panjang
komponen struktur seperti yang ditentukan menurut ketentuan 2.4.4.2.b.
dan 2.4.4.2.c.1. di atas.
d. Kuat geser dari dinding dan diafragma struktur
i. Kuat geser nominal dari dinding dan diafragma struktural harus ditentukan
menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 13;
ii. Dinding (diafragma) harus memiliki tulangan geser yeng tersebar yang
memberikan perlawanan dalam dua arah yang saling tegak lurus dalam
bidang dinding (diafragma). Bila rasio h w lw tidak melebihi 2,0 rasio
tulangan, ρ, tidak boleh kurang dari rasio tulangan n .

-54-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Komponen Struktur BAJA


Untukmengecek kekuatan penampang dari struktur baja digunakan metode
perhitungan Ultimate Limit State (ULS). Dengan demikian gaya-gaya yang
digunakan pada analisis kekuatan penampang adalah gaya-gaya terbesar hasil
kombinasi gaya-gaya terfaktor. Adapun besarnya faktor beban yang digunakan
adalah seperti yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
PerencanaanDasar
Kekuatan yang diperlukan untuk batang-batang struktural dan sambungan bisa
dihasilkan melalui analisis struktur sesuai dengan kombinasi non-faktor.
Kekuatan perencanaan dari setiap komponen batang harus sama atau melebihi
kekuatan yang diperlukan berdasarkan pada beban non faktor.
Perencanaan Kekuatan Tarik
Kekuatan perencanaan batang tarik T ialah nilai terkecil yang didapat berdasarkan
batas leleh pada potongan kotor dan keruntuhan pada potongan bersih.
➢ Titik leleh
➢ Titik runtuh
a. Keluluhan (Yielding)
Keluluhan pada penampang kotor:

T

fa =    Fa = 0.60Fy 
 A g 
dimana: T=beban aksial kondisi service
Fy =tegangan luluh ijin minimum
Ag =luas penampang kotor
b. Keruntuhan (Fracture)
Fracture pada penampang bersih:
 T 
fa =    Fa = 0.50Fu 
Ae 

dimana: T=beban aksial kondisi service


Fu=tegangan tarik ijin minimum
Ae=luas penampang efektif

Perencanaan Kekuatan Tekan


Perencanaan kekuatan batang tekan akibat gaya P ialah nilai terkecil yang
didapat berdasarkan pada tekuk lentur dan faktor tekuk lentur – torsi.
a. Perencanaan Kekuatan Tekan Untuk Kelenturan Buckling
Kekuatan batang tekan didapat dari batas ijin lentur buckling yaitu P

P 
fa =    Fa
 A g 

-55-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

dimana: P = beban tekan serviceability


Fa = tegangan ijin tekan
Ag = luas kotor/ gross dari potongan
Tegangan ijin tekan Fa ini didapat dari:

 (kL /r )2 
1 − 
kL  2. 2 .E  Fa =  2.C c 2 
.Fy
 C c = 
5 3(kL /r ) (kL /r )3
1. Untuk
r  Fy 
+ −
3 8.C c 8.C c 3

kL  2. 2 .E  12. 2 .E
2. Untuk  C c =  Fa =
r  Fy  (kL /r )2 .23
dimana:
Fy = tegangan leleh
K = faktor panjang efektif
L = Panjang lateral unbraced dari struktur batang
r = radius girasi terhadap axis buckling
E = modulus elastisitas
2.2.3 Perencanaan Kekuatan Lentur
Kekuatan lentur momen nominal ialah nilai terkecil yang didapat berdasarkan batas
tegangan lelehnya.
Perencanaan kekuatan lentur batang didapat dari titik batas leleh

 M 
 fa = M x + y  
 S x S y 
F b = 0.60 Fy 

dimana: M = beban momen serviceability
S = section modulus
Fy = tegangan leleh

2.2.4 Perencanaan Kekuatan Batang Terhadap Lentur dan Gaya Aksial


1. Kriteria Stabilitas Interaksi Gabungan
Interaksi gabungan antara lentur dan tarik dalam bentuk simetris dibatasi dengan:
fa fbx .Cmx fby .Cmy
+ +  1.0
Fa Fbx .(1 − fa F' ex ) Fby .(1 − fa F' ey )

Dimana:
Fa = tegangan ijin aksial
Fb = tegangan ijin lentur

12. 2 .E
F’e =
(kL /r )2 .23

-56-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Cm = 1.00 untuk batang sendi


= 0.85 untuk batang jepit
2. Kriteria Interaksi Titik Leleh
Interaksi gabungan antara lentur dan tarik dalam bentuk simetris dibatasi dengan:
fa f fby
fa + bx +  1.0
A. Untuk  0.15
Fa 0.6xFa Fbx Fby

fa fbx fby
fa + +  1.0
B. Untuk  0.15
Fa Fa Fbx Fby

dimana:
Fa =tegangan ijin aksial
Fb = tegangan ijin lentur

2.2.5 Perencanaan Kekuatan Terhadap Geser


Perencanaan kekuatan terhadap geser melalui formula berikut.

 
 fv =
A
V
  F
v = 0.60x 0.60x Fy 
 w 

dimana: V = beban geser serviceability


Aw = luas geser
Fy = tegangan ijin geser

2.3 PERSYARATAN PRASARANA (UTILITAS) RS

-57-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.1 INSTALASI AIR BERSIH


I. Acuan Normatif
Perancangan sistem/prasarana air bersih didasarkan atas peraturan-peraturan dan
standar-standar serta referensi-referensi sebagai berikut:
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri PU no 26 tahun 2008, tentang persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis
bangunan dan prasarana rumah sakit.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentangStandar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua dan Pemandian Umum.
e. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang
Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air.
2. Standar
a. SNI 03-7065-2005. Tata cara perencanaan sistem plambing
b. SNI 8153 2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung
3. Pedoman
a. Pedoman Plumbing Indonesia 1979;
b. Pedoman Teknis Instalasi Penyediaan Air Bersih Untuk Rumah Sakit,
Direktorat Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementerian
Kesehatan, 2012;
c. Pedoman Teknis Instalasi Penyediaan Air Bersih untuk Rumah Sakit,
Kementerian Kesehatan RI, 2012.

II. Perencanaan
1. Umum
Perencanaan penyediaan dan distribusi air bersih di rumah sakit meliputi:
a. Kebutuhan air untuk fungsi-fungsi ruang bangunan;
b. Kebutuhan air bersih untuk fungsi alat;
c. Kebutuhan air untuk sistem pemadam kebakaran;
d. Kebutuhan air untuk penyiraman tanaman dan kebersihan;
e. Kebutuhan air khusus (Reverse Osmosis) untuk pelayanan hemodialisa, mesin
sterilisasi, scrub up di ruang operasi, pelayanan laboratorium dll.

Untuk menampung air bersih disediakan tangki bawah tanah (ground tank).
Kapasitas minimal harus dapat menampung kebutuhan 2 (dua) hari operasional,

-58-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

termasuk untuk cadangan pemadam kebakaran dengan penggunaan water level


control.
Pada masing-masing bangunan harus disediakan tangki penampungan atas (roof
tank). Apabila diperlukan dapat dilengkapi dengan pompa penekan (booster pump)
termasuk tangki tekan (pressure tank) yang secara langsung menyalurkan air
menuju peralatan saniter.

2. Kapasitas Air Bersih


Jumlah Kebutuhan Air Bersih dihitung berdasarkan pedoman yang tertera dalam
SNI 03-7065-2005.
a. Perhitungan minimal kapasitas air bersih untuk rumah sakit yang baru akan
dibangun adalah sbb:
500 liter x jumlah TT
Contoh:
Rumah Sakit Umum Kelas C dirancang untuk 100 Tempat Tidur, maka
diperkirakan kapasitas minimal kebutuhan air bersih per hari adalah 500 liter x
100 TT adalah 50.000 liter atau 50 m3.
Adapun pembagian volume ground dan roof tank adalah:
1) Volume Ground Tank = Kebutuhan operasional 2 hari + cadangan
kebakaran;
2) Volume Roof Tank = (20-30)% x Kebutuhan Volume Ground Tank total.
3) Volume air untuk cadangan pemadaman kebakaran minimal 45 menit
penyemprotan.
Kapasitas ground tank untuk cadangan air bersih cukup disiapkan sesuai
kebutuhan ditambahkan dengan sejumlah faktor keamanan. Misalnya
untuk memberikan rasa aman terhadap kekhawatiran terjadi gangguan
sampai 2 hari, maka ground tank dapat disiapkan sebesar 100 m3.
4) Apabila menggunakan sistem daur ulang air buangan(recycling system),
maka hanya dapat digunakan untuk keperluan penggelontoran (flushing)
dan penyiraman taman.
5) Perhitungan kapasitas air khusus (reverse osmosis) adalah sesuai
kebutuhan pelayanan.
6) Pemanfaatan air bersih harus mempertimbangkan penerapan konsep
green hospital.

b. Perhitungan minimal kapasitas air bersih untuk rumah sakit yang akan
dikembangkan sebaiknya mengacu pada data historis penggunaan air bersih.
Contoh:
Angka bulan ini menunjukan : 66.000 m³
Angka bulan lalu : 64.500 m³
Jadi air yang dipakai : 1.500 m³ selama 1 bulan.

-59-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Jika pemakaian air bersih 3 bulan terakhir sebagai berikut bulan pertama
1.500 m³, bulan kedua 1.450 m³, dan bulan pertama 1.550 m³.
Maka rata-rata pemakaian per bulan: (1.500+1450+1550) m³/3 bulan = 1500
m³/bulan.
Jadi rata-rata pemakaian per hari: 1500 m³/bulan x 1 bulan/30 hari = 50
m³/hari.
Kapasitas ground tank yang harus disediakan harus mempertimbangkan
beban puncak pemakaian air, dengan mengalikan faktor beban puncak
dengan pemakaian rata-rata. Contoh perhitungan:
Faktor beban puncak = 2
Rata-rata pemakaian per hari: 1500 m³/bulan x 1 bulan/30 hari = 50 m³/hari
Jadi kapasitas ground tankyang harus disediakan = Faktor beban puncak x
Rata-rata pemakaian per hari = 2 x 50 m³/hari = 100 m³/hari

3. Sumber Air Bersih


Sumber air bersih antara lain:
a. PDAM
b. Sumur Dalam (Artesis, dengan proses treatment)
c. Air Hujan (dengan proses treatment)
d. Air Sungai dan sumber-sumber lainnya (dengan proses treatment)
e. Air Daur Ulang (dengan proses treatment)

4. Distribusi
a. Keandalan Penyaluran
Keandalan penyaluran terdiri dari:
1) Pompa Distribusi
Untuk menjamin keandalan penyaluran, maka pompa distribusi harus
mendapatkan suplai listrik berasal dari genset/PLN dan harus tersedia
pompa cadangan.
2) Pipa/Jaringan Distribusi
Pipa/jaringan distribusi air bersih menggunakan Dual/Paralel System atau
Ring/Loop System, untuk keseimbangan aliran dan tekanan, disamping
untuk mengatasi apabila terjadi kebocoran atau gangguan pada salah satu
bagian jaringan.
3) Katup (Valve)
Katup (valve) pengaman harus terintegrasi dan memiliki kualitas yang
handal.
b. Kriteria Perancangan Pipa dan Jaringannya
Berikut ini standar-standar umum yang direkomendasikan dalam perancangan
pipa bertekanan dan jaringannya:

-60-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1) Distribusi air bersih di dalam gedung dilakukan menggunakan sistem


gravitasi.
2) Tekanan dalam jaringan pipa tidak boleh lebih dari 7,5 bar dan tidak boleh
kurang dari 1,5 bar;
3) Sistem distribusi dibuat loop sehingga terjadi keseimbangan aliran dan
tekanan;
4) Luas area loop primer tidak boleh berdiameter lebih dari 3.0 km dan loop
sekunder tidak boleh melebihi 1.6 km;
5) Direkomendasikan menggunakan pipa baja yang digalvanisasi, HDPE
atau Polyprophelyn PPr (PN 10) dan tidak mengandung logam berat,
pertimbangannya adalah pipa jenis ini memiliki kualitas waktu penggunaan
yang bisa mencapai 50 tahun dan higienis;
6) Kecepatan minimum agar tidak terjadi pengendapan ialah 0.6 m/ det;
7) Kecepatan maksimum untuk mencegah scouring adalah 3.0 m/det;
8) Pipa yang berada pada elevasi yang tinggi dan mempunyai kemungkinan
terjadinya perangkap air didalamnya harus dilengkapi dengan katup
pembuangan udara (air release valve);
9) Pipa yang melalui sungai atau danau harus dilengkapi dengan jembatan
pipa atau syphon;
10) Apabila menggunakan air daur ulang untuk flushing, maka pemipaan
harus dilakukan pemisahan.
11) Dalam melakukan perhitungan dimensi pipa perlu diperhatikan tekanan di
dalam pipa dan kecepatan aliran air sesuai persyaratan yang ditentukan.
12) Dalam melakukan perhitungan kapasitas (daya) pompa, perlu diperhatikan
laju aliran pompa, tekanan pompa, efisiensi pompa dan motor dan faktor
keamanan (120%).
13) Untuk mencegah kelebihan tekanan air yang tinggi maka perlu dilengkapi
dengan katup penurun tekanan (pressure reducing valve);

5. Outlet
Jenis-jenis outlet yang digunakan di rumah sakit antara lain:
a. Scrub-up, memerlukan tekanan tertentu dan dilengkapi water softener.
b. Wastafel
c. Sloop sink
d. Service sink
e. Sink
f. Shower
g. Keran
h. Stop valve
i. Kloset
j. Urinoir, dll

-61-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

6. Air Reverse Osmosis (RO)


Kebutuhan air khusus (Reverse Osmosis) di rumah sakit adalah untuk memenuhi
pelayanan hemodialisis, mesin sterilisasi, scrub up di ruang operasi, pelayanan
laboratorium dll. Berikut di bawah ini adalah diagram gambaran proses produksi air
RO secara umum.

Gambar Diagram Skematik Proses RO

Perhitungan kebutuhan air khusus dengan menggunakan teknologi reverse


osmosis (RO) sebagai berikut:
a. Perhitungan Kapasitas Air RO
1) Ruang Operasi
Satu kali proses cuci tangan di scrub up membutuhkan air RO sebanyak
25 liter. Apabila petugas dalam ruang operasi ada 6 orang, maka satu kali
tindakan operasi membutuhkan air RO sebanyak 25 liter x 6 = 150 liter.
Jika dalam satu hari ada 6 kali operasi per ruangan, maka air RO yang
dipersiapkan (termasuk cadangan 10%) adalah (150 liter x 6) x 110% =
990 liter ~ 1000 liter.
2) Ruang Sterilisasi (CSSD)
Contoh perhitungan kebutuhan air RO di Ruang Sterilisasi (CSSD) adalah
sebagai berikut:

Kebutuhan Soft Water Kebutuhan Air RO Per


No Nama Alat
Per Siklus Proses (liter) Siklus Proses (liter)
1. Washer Desinfector 50 - 80 80 - 100
2. Alat Sterilisasi 300 - 500 17 - 25
(Autoclave)
Catatan:
a) Dalam 1 hari optimum penggunaan alat-alat tersebut di atas adalah 6
siklus proses, sehingga estimasi kebutuhan air RO untuk alat
sterilisasi dalam 1 hari adalah 25 liter x 6 siklus = 150 liter per hari.

-62-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b) Kapasitas kebutuhan untuk pencucian instrumen secara manual


adalah sbb:
- RS kelas C dan D ± 500 liter/hari
- RS kelas A dan B ± 1.000 liter/hari
c) Sebagai bahan pertimbangan dapat dilakukan perhitungan sbb:

No Jumlah Ruang Operasi Perkiraan Perkiraan Kebutuhan


di Rumah Sakit Kebutuhan Washer Alat Sterilisasi
(Autoclave)
1. 1–3 1 1
2. 4–6 2 2
3. 7 – 10 3 3
d) Perhitungan kapasitas kebutuhan air RO di Ruang Sterilisasi (CSSD)
menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan, jumlah dan kapasitas
Alat Sterilisasi (Autoclave).
3) Ruang Dialisis
Kebutuhan Air RO di ruang dialisis sebanyak +200 liter/pasien untuk
kebutuhan tindakan hemodialisa, proses persiapan (flushing mesin) dan
proses reuse. Siklus air RO dapat dilihat pada gambar bagan di bawah ini.

Gambar skematik proses produksi air RO di ruang hemodialisis

Perhitungan kapasitas air RO per hari di ruang hemodialisis adalah:


jumlah alat dialisis x 150 liter x 2 shift
Sedangkan jumlah total untuk
4) Laboratorium
Untuk kebutuhan air RO di laboratorium disesuaikan dengan jumlah dan
jenis alat.

-63-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

7. Gambar-Gambar

-64-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-65-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-66-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-67-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Contoh Model Ruang Pompa

-68-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Perspektif Contoh Model Ruang Pompa

-69-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-70-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Tipikal Perletakan Pipa

-71-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Tipikal Pemasangan Trust Block

-72-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-73-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. Tipikal Pemasangan Roof Tank


Pemasangan Roof Tank Kapasitas 20 m3

-74-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-75-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-76-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Foto Ground Tank Kapasitas 150 m3

d. Contoh Foto Sand Filter & Chemical Filter


Sand Filter & Chemical Filter Skala besar.

Sumber: www.indiamart.com

2.3.2 INSTALASI AIR KOTOR


I. Acuan Normatif
Perancangan sistem/prasarana air kotor didasarkan atas peraturan-peraturan dan
standar-standar serta referensi-referensi sebagai berikut:
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, Lampiran XLIV Poin B tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Khusus untuk Air Limbah yang Mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan KehutananRepublik
IndonesiaNomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016 tentang Baku MutuAir Limbah
Domestik.
2. Standar

-77-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. SNI 03-7065-2005. Tata cara perencanaan sistem plambing


b. SNI 8153 2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung
3. Pedoman
Pedoman Plumbing Indonesia 1979;

II. Perencanaan
1. Umum
Sumber-sumber buangan air kotor berasal dari:
a. Scrub-up
b. Wastafel
c. Sloop sink
d. Service sink
e. Sink
f. Shower
g. Keran
h. Stop valve
i. Kloset
j. Urinoir, dll

2. Kapasitas Air Kotor


Perkiraan perhitungan minimal kapasitas sistem pengelolaan air kotor/limbah cair di
rumah sakit adalah sebagai berikut:
500 liter x jumlah TT
Contoh:
Rumah Sakit Umum Kelas C dirancang untuk 100 Tempat Tidur, maka diperkirakan
kapasitas minimal sistem pengelolaan air kotor/limbah cair adalah 500 liter x 100 TT
adalah 50.000 liter atau 50 m3.

3. Distribusi
a. Keandalan Penyaluran
Keandalan penyaluran terdiri dari:
1) Pompa Sewage
Untuk menjamin keandalan penyaluran, maka dalam hal penyaluran di area
yang tidak memungkinkan terjadinya aliran secara gravitasi perlu
dipertimbangkan penggunaan pompa sewage yang dilengkapi dengan
pompa cadangan.
2) Pipa/Jaringan Distribusi
Pipa/jaringan distribusi penyaluran air kotor menggunakan Dual/Paralel
System, dilengkapi dengan bak kontrol mempertimbangkan sudut
kemiringan sesuai yang dipersyaratkan.

-78-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4. Sumber & Karakteristik Limbah Cair


Air buangan yang sering disebut limbah cair dalam bangunan rumah sakit terdiri dari
air limbah domestik dan air limbah medis semua cairan yang dibuang, baik yang
mengandung kotoran manusia, maupun yang mengandung proses pelayanan
kesehatan.
Secara prinsip air limbah terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu grey water dan black
water, grey water adalah limbah domestik yang bersumber dari air bekas cuci di
dapur, mandi dan cuci pakairan. Black water adalah air limbah domestik yang
bersumber dari toilet, urinoir dan bidets. Kedua jenis air limbah domestik ini harus
dipisah pengelolaanya. Grey water sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu:
- Light-grey water merupakan air limbah domestik yang berasal dari bathroom
sink, shower, bathtubs dan laundry;
- Dark-grey water merupakan air limbah domestik dari dapur.

Air limbah di rumah sakit, bersumber dari kegiatan-kegiatan:


- Ruang cuci medis;
- Pencucian dari laboratorium;
- Instalasi farmasi;
- Dapur dan loundry (linen);
- Ruang perawatan/ one day care;
- Kamar mandi dan WC;
- Pencucian dari Poli, UGD dan instalasi lainnya.

Dengan karakteristik umumnya infectious, toksik dan mengandung bakteri patogen.

-79-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit

-80-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

5. Proses Penyaluran Air Limbah pada Bangunan


Dalam rancangan instalasi gedung sebaiknya disiapkan pemisahaan antara
pemipaan grey water dan black water seperti diagram pemipaan berikut:

Gambar instalasi air kotor dari toilet di rumah sakit

Proses penyaluran air kotordari toilet, laundry, perkantoran dan ruang-ruang laindi
rumah sakit dialirkan menuju keseptic tank terlebih dahulu,selanjutnya limpasannya
disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Dalam hal ini septic tank/bak
kontrol yang dimaksud berfungsi sebagai pre treatment untuk pengendapan lumpur.
Dengan demikian keluaran dari septic tank tersebut berupa limpasan limbah cair
yang langsung disalurkan ke Instalasi Air Kotor untuk diolah lanjut di sistem IPAL.
Proses penyaluran air kotor dari dapur dialirkan menuju ke bak kontrol untuk
pemisahan kotoran padat, selanjutnya dialirkan menuju ke bak pemisah lemak
(grease trap) selanjutnya limpasannya disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL).
Proses penyaluran air kotor dari laboratorium dialirkan ke alat pengolahan fisika
kimia untuk netralisasi, selanjutnya limpasannya disalurkan ke Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran air kotor:
a. Meniadakan sistem bidang rembesan untuk memperbaiki kualitas tanah dan air
tanah di lingkungan rumah sakit;
b. Menghindarkan terjadinya pertemuan antara jaringan pipa air bersih dan air
kotor;
c. Menghindari seringnya pengurasan tangki septik;
Pertimbangan tetap digunakannya tangki septik adalah sbb:
a. Padatan (tinja) tertampung dalam tangki sehingga excess sludge dalam IPAL
berkurang;
b. Mengurangi beban IPAL dan menghindarkan timbulnya bau dari padatan solid
yang tidak terdekomposisi sempurna;

-81-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. Sebagai tangki ekualisasi;


d. Mengurangi diameter pipa penyaluran air limbah;
e. Mengurangi kemungkinan clogging dan memudahkan penyaluran air limbah ke
IPAL (meniadakan kebutuhan air untuk menggelontor saluran).

6. Penanganan Penyaluran Air Kotor terkait Green Hospital


Kategori air kotor berdasarkan konsep green hospital adalah sbb:
a. Air kotoran (black water): air flushing yang telah bercampur dengan tinja
dan/atau kotoran padat lainnya;
b. Air bekas atau air kotor (grey water): air bekas kegiatan pencucian, wastafel,
mandi dlldi luar poin a;
Dalam rangka penerapan konsep green hospital, maka jaringan pemipaan air kotor
dilakukan pemisahan berdasarkan kategori di atas.
Hasil pengolahan black water dapat dibuang langsung ke saluran IPAL apabila telah
memenuhi syarat baku mutu.
Hasil pengolahan grey water dapat dijadikan bahan untuk penyediaan air sekunder
yang dapat dimanfaatkan untuk flushing toilet dan menyiram tanaman.

7. Pertimbangan dalam pemilihan teknologi IPAL


Dalam melakukan pemilihan teknoogi IPAL yang akan diterapkan di rumah sakit
hendaknya mempertimbangkan ha-hal sbb:
a. Teknologi IPAL sudah memiliki register teknologi ramah lingkungan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
b. Melakukan studi tipologi model teknologi IPAL yang sudah terpasang di rumah
sakit lain yangsudah memiliki izin pembuangan limbah cair (IPLC).
c. Meminta dokumen hasil uji laboratorium satu tahun terakhir terhadap IPAL yang
ditinjau tersebut di atas.
d. Operator IPAL harus memiliki sertifikat berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.5/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2018 tentang Standar dan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air Limbah dan Penanggung
Jawab Pengendalian Pencemaran Air.
e. IPAL harus memiliki 2 flowmeter dipasang di inlet dan outlet IPAL, fungsinya
adalah :
- Flowmeter di inlet untuk mengetahui debit air limbah yang masuk ke IPAL
dan untuk mendeteksi tingkat kebocoran pada saluran air bersih.
- Flowmeter di outlet untuk mengetahui debit air limbah yang telah diolah di
IPAL dan untuk mendeteksi kebocoran pada IPAL.

-82-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.3 SISTEM DRAINASE AIR HUJAN & LINGKUNGAN


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pemanfaatan Air Hujan.
b. Peraturan Menteri PUPRNomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung
Hijau
2. Standar
Standar Nasional Indonesia
3. Pedoman
a. Buku Panduan Green Building Council Indonesia
b. Pedoman Teknis Bangunan Gedung Hijau (BGH) Dirjen Cipta Karya PUPR

II. Perencanaan
Pada umumnya dalam rancangan sistem drainase, aliran air hujan yang turun
dialirkan melalui saluran terbuka/parit yang berada di setiap bangunan melewati
pinggir selasar kemudian masuk ke drainase lingkungan. Dari saluran drainase
lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase kota.
Dengan penataan Ruang Terbuka Hijau, maka ketersediaan tanah berumput sebagai
ruang terbuka hijau di lingkungan rumah sakit akan menjadi lebih luas dan mampu
membantu menyerap air hujan dengan baik sehingga memperkecil genangan air
hujan.
Konsep pengelolaan air hujan dalam hal ini perlu dipertimbangkan menggunakan
konsep eco drainase dan konservasi air sehingga kedepannya rumah sakit sudah
siap menjadi green hospital yang sudah menerapkan prinsip hemat air melalui
implementasi konsep rain water harvesting dan zero run off.
1. Penanganan Air Hujan
Konsep eco drainase atau drainase ramah lingkungan merupakan upaya mengelola
air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara
alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya. Dalam drainase ramah lingkungan, air kelebihan pada musim hujan
harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun
diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah
untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim
tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrim seperti di
Indonesia.
Dalam konsep eco drainase ini akan diterapkan konsep perencanaan dengan
’sustainable drainage retention system’ dengan penampungan run-off drainage
dalam kawasan rumah sakit sebagai cadangan sistem pemadam kebakaran,
kebersihan dan penyiraman lanskap serta estetika lanskap (mikro-climate).
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh
bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan

-83-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

tidak dibiarkan mengalir ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang
memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah (groundwater recharge) melalui
pemanfaatan air hujan dengan cara membuat kolam pengumpul air hujan, sumur
resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang resapan biopori. Pemanfaatan
air hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, nilai kelulusan
batuan (konduktivitas hidrolik), luas tutupan bangunan, muka air tanah dan lapisan
akuifer.
Mengacu pada Permen LH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan
disebutkan bahwa setiap penanggungjawab bangunan wajib melakukan
pemanfaatan air hujan. Kewajiban pemanfaatan air hujan ini dikecualikan pada
karst, rawa dan/ atau gambut. Mengingat lokasi pusat pemerintahan ini bukan
termasuk kriteria ketiga tanah tersebut maka drainase ramah lingkungan menjadi
sebuah kewajiban untuk dilakukan.
Pemanfaatan air hujan yang dapat dipakai di lokasi pusat pemerintahan ini melalui
pembuatan:
a. Kolam/Danau Resapan
Konsep ini bertujuan untuk pengurangan debit limpasan di lokasi gedung
dengan menyediakan danau resapan di lokasi-lokasi yang memungkinkan.
Keberadaan danau dipergunakan untuk menampung limpasan air hujan yang
terjadi. Disamping itu, danau-danau tersebut juga bisa digunakansebagai kolam
ikan atau kolam pemancingan.
Contoh perhitungan luasan kolam/danau resapan
Luas Lahan 10,000 m2
KDB 40%
KDH 15%

Luas Lahan Terbangun 0.40 x 10,000 = 4,000 m2

Asumsi tertinggi Hujan rata-rata dapat mencapai maksimum 300 mm/m2/jam, 5 liter/menit

A. Luas Lahan terbangun 10,000 x 0.4 = 4,000 m2

B. Curah Hujan diterima atap bangunan 4,000 x 5= 20,000 liter/menit

C. Jumlah air hujan dari atap per Jam 20,000 x 60 = 1,200 m3/jam

E. Luas Lahan hijau 10,000 x 0.15 = 1,500 m2


F. Curah Hujan diterima area hijau 1,500 x 5 = 7,500 liter/menit
D. Curah Hujan tidak terserap area hijau 7,500 x 0.1 = 750 liter/menit
F. Jumlah air hujan dari area hijau per Jam 750 x 60 = 45 m3/jam
G. Jumlah air hujan masuk dalam Kolam Resapan per Jam = (C + F) = 1,245 m3/jam

H. Luas Bidang Resapan Sesuai ketentuan 2,5% x Luas Lahan ≈ 250 m2


kedalaman rata-rata 2 m 3 m
Jumlah Air Hujan yang sanggup ditampung 500 m3 750 m3
Jumlah Air Hujan Per Jam, dengan Intensitas 5 liter/detik/m2 6,000 m3 6,000 m3
I. Kapasitas Tampungan Pada Intensitas 5 liter/detik/m2 33 mnt 49 mnt

Untuk Hujan Selama 2 Jam, Perlu Kolam : 1,245 x 2= 2,490 m3

b. Rain Water Harvesting


Air hujan yang berasal dari Atap bangunan ditampung dan disalurkan melalui
Roof drain, dimana selanjutnya air hujan tersebut dialirkan melalui Sistem
Talang tegak bangunan ke Bak kontrol (BK) yang terletak disisi bangunan.

-84-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Untuk selanjutnya air tersebut dialirkan ke Instalasi Drainase yang langsung


menuju Tangki Harvesting (sesuai seperti yang sudah disampaikan diatas).
Selanjutnya air tersebut disatukan dan diolah dalam Sistem WTP kawasan.
(menjadi Air Daur ulang / Recycling rain water).

Gambar Konsep Rain Water Harvesting

Gambar Air hujan, Drainase & Sumur Resapan

c. Biopori
Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah
dengan pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2.
Dimensi biopori lubang dengan diameter 30 cm kedalaman 100 cm. Lubang-
lubang ini nantinya dipakai untuk menampung buangan sampah organik.
Lubang-lubang pori-pori tanah akan terbentuk setelah terjadi pembusukan
sampah dalam periode ulang tertentu sebagai akibat adanya binatang tanah
seperti cacing yang memerlukan sampah yang sudah membusuk.

-85-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Konsep Biopori

Gambar Biopori
d. Permeable Surface
Permeable surface adalah pembuatan lantai dengan material/ paving tetapi
tetap memungkinkan air hujan meresap ke dalam Pemilihan dan desain material
penutup yang menentukan kemampuan air hujan meresap ke dalam tanah.
Berikut ini contoh permeable surface.

-86-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

e. Pemanfaatan Air Hujan


Air hujan curahan dari langit dapat dimanfaatkan untuk persediaan air primer
dan air sekunder dalam bangunan. Air primer yang dimaksud adalah air bersih
dengan kualitas yang sama dengan air PDAM untuk memenuhi konsumsi air
bersih. Air sekunder yang dimaksud adalah air yang diperlukan untuk flushing
toilet, siram-siram taman maupun untuk cuci kendaraan (bila proses
pengolahannya sudah hampir mendekati air bersih namun tidak untuk diminum).
Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan disebutkan bahwa setiap
penanggungjawab bangunan wajib melakukan pemanfaatan air hujan.
Kewajiban pemanfaatan air hujan ini dikecualikan pada kawasan karst, rawa
dan/ atau gambut.
Dari sisi cara pemanfaatannya air hujan dibedakan dalam dua hal berikut:
- "rain water" yaitu air hujan yang dikumpulkan dari atap;
- "storm water" air hujan yang dikumpulkan dari tanah.
Dalam konsep rain water harvesting air hujan yang dikumpulkan dari atap dapat
disimpan dan dimanfaatkan secara langsung untuk menopang kebutuhan air
bersih. Sedangkan air hujan yang dikumpulkan dari tanah akan disalurkan
melalui drainase tapak kemudian dialirkan ke kolam penampung (retention
pond) dan limpasannya akan disalurkan ke drainase kota.
Air hujan (storm water) yang sudah terkumpul dalam kolam penampung ini
merupakan bahan baku dalam proses daur ulang (recycling) untuk
dimanfaatkan dalam kebutuhan flushing toilet dan siram siram taman.
1) Roof Rain Water untuk Menunjang Kebutuhan Air Primer
Air hujan bersih yang terkumpul dari atap disalurkan via talang kemudian
ditampung ke raw water storage (reservoir air baku hujan). Raw water
storage yang dimaksud merupakan Reservoir air baku yang akan
menampung roof rain water. Air hujan dari roof rain water ini sudah cukup
bersih sehingga dapat digabung dengan air yang didapat dari sumur dalam
(deep well) menjadi air baku.

-87-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Untuk menjadi air bersih, air baku ini perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahannya cukup ringan sehingga hanya memerlukan sand
filter dan carbon filter. Hasil olahan air bersih dari air baku ini sudah siap
untuk ditampung dalam reservoir induk untuk memenuhi kebutuhan air
primer sebagaimana kualitas air bersih yang didapatkan dari layanan
PDAM.
Berikut di bawah ini adalah gambaran dari proses penangkapan hingga
pemanfaatan air hujan dari atap (roof rain water) hingga menjadi air bersih
yang sudah diolah sebagaimana kualitas air dari PDAM.
Proses Panangkapan dan Pengolahan Air Hujan Menjadi Air Bersih Tingkat
Primer.

Contoh Diagram proses panangkapan dan pengolahan Air Hujan dari


atap menjadi Air Bersih Kualitas Primer

2) Storm Water untuk Menunjang Kebutuhan Air Sekunder


Penanganan air hujan (storm water) yang sudah dikumpulkan dalam kolam
resapan berbeda dengan air hujan yang langsung dikumpulkan dari atap.
Air hujan yang sudah dikumpulkan dalam kolam respanan kondisinya sudah
agak kotor sehingga hanya bisa diolah untuk pemenuhan kebutuhan air
sekunder.
Berikut di bawah ini adalah skematik diagram pemanfaatan air hujan (storm
water) yang digabung dengan pengolahan air bekas untuk penyediaan
kebutuhan air sekunder.

-88-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Proses Pengolahan Storm Water Menjadi Air Sekunder

Contoh Diagram proses panangkapan air hujan storm water dan


pengolahannya menjadi Air Kualitas Sekunder

3) Sistem Talang Air Hujan


Air hujan yang berasal dari atap bangunan dialirkan terlebih dahulu melalui
instalasi pipa tegak (pipa PVC) yang selanjutnya dialirkan terlebih dahulu
menuju sumur-sumur resapan sebelum dibuang ke saluran drainase
lingkungan.

-89-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4) Pemanfaatan Air Hujan


Air hujan curahan dari langit dapat dimanfaatkan untuk persediaan air
primer dan air sekunder dalam bangunan. Berikut di bawah ini adalah
gambaran dari komposisi pemanfaatan yang dimaksud:
Kegiatan yang Dapat Memanfaatkan Air Hujan

2.3.4 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF


I. Acuan Normatif
Peraturan, standar dan buku pedoman yang dijadikan acuan normatif dalam
perencanaan sistem penanggulangan bahaya kebakaran di Rumah Sakit:
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2016, tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah sakit
2. Standar
a. SNI 03-1745-2000 Tata cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa
Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan
Gedung
b. SNI 03-3989-2000 Tata cara Perencanaan dan Pemasangan Sprinkler
Otomatik untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung
c. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem
Deteksi dan Alarm kebakaran untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada
Bangunan Gedung.
d. SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa yang dipasang tetap
e. SNI 03-6572-2000 Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian
Udara pada Bangunan Gedung.

-90-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

f. SNI 03-6573-2000 Tata Cara Perancangan Sistem Tranportasi Vertikal dalam


Bangunan Gedung (LIFT).
g. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perancangan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
h. SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan
dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
3. Pedoman
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit : Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Pada
Bangunan RS, Kementerian Kesehatan RI, 2012

II. Perencanaan
Sistem proteksi kebakaran aktif, adalah salah satu faktor keandalan bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk
bangunan rumah sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam kondisi
lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari bahaya kebakaran.
1. Sistem alarm dan deteksi kebakaran.
a. Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di rumah sakit,
ditentukan seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel Lokasi penempatan sistem deteksi dan alarm kebakaran.
Jumlah Jumlah luas Sistem alarm dan
No
lantai minimum/lantai (m2) deteksi kebakaran
1 1 Tanpa batas Manual
2 2~4 T.A.B Otomatik
3 >4 T.A.B Otomatik

b. Lokasi penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit


ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

-91-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tabel Penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit

DETEKTOR
Detektor Laju
Fungsi Ruang Detektor Detektor Detektor
kenaikan
Panas Asap lain
temperatur
PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS
Ruang Operasi:
• Kamar operasi Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang penunjang Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang Melahirkan Tidak Tidak Ya Tidak
• Delivery Suite Tidak Tidak Ya Tidak
• Labour Suite Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang Pemulihan Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang bayi Tidak Tidak Ya Tidak
• d
Ruang Trauma Tidak Tidak Ya Tidak
• Gudang anestesi Tidak Tidak Ya Tidak
PERAWATAN
Ruang Pasien Tidak Tidak Ya Tidak
Ruang Toilet Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan intensif Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi protektif Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi Infeksius Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi ruang antara Tidak Tidak Tidak Tidak
Kala/melahirkan/pemulihan/p
Tidak Tidak Ya Tidak
ostpartum (LDRP)
Koridor pasiene Ya Tidak Tidak Tidak
PENUNJANG
Radiologi : Tidak Tidak Ya Tidak
Cathlab Tidak Tidak Ya Tidak
X-Ray (diagnostik dan
Tidak Tidak Ya Tidak
tindakan)
Ruang gelap Ya Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Umum Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Bacteriologi Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, biochemistry Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Cytology Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, pencucian gelas Tidak Tidak Tidak Tidak
Laboratorium, histology Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, pengobatan
Tidak Tidak Ya Tidak
nuklir.
Laboratorium, pathologi Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, serologi. Tidak Tidak Ya Tidak

-92-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Laboratorium, sterilisasi Tidak Tidak Ya Tidak


Laboratorium, transfer media. Tidak Tidak Ya Tidak
Autopsy Tidak Tidak Tidak Tidak
Ruang tunggu – tubuh tidak
Ya Tidak Tidak Tidak
didinginkan
Farmasi Ya Tidak Tidak Tidak
ADMINISTRASI
Pendaftaran & ruang tunggu Ya Tidak Tidak Tidak
DIAGNOSA DAN TINDAKAN
Bronchoscopy, sputum
collection, dan administrasi Tidak Tidak Ya Tidak
pentamidine
Ruang Pemeriksaan Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang Pengobatan Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang Tindakan Ya Tidak Tidak Tidak
Therapi fisik dan therapi hidro Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang kotor/ tempat sampah Tidak Tidak Tidak Tidak
Ruang bersih/ tempat bersih Ya Tidak Tidak Tidak
STERILISASI DAN SUPLAI
Ruang peralatan sterilisasi. Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang kotor dan dekontaminasi. Tidak Tidak Tidak Tidak
Tempat bersih & gudang steril. Ya Tidak Tidak Tidak
Gudang peralatan Ya Tidak Tidak Tidak
PELAYANAN
Pusat persiapan makanan Tidak Tidak Tidak Tidak
Tempat cuci Tidak Tidak Tidak Tidak
Gudang dietary harian Ya Tidak Tidak Tidak
Laundri, umum Tidak Tidak Tidak Tidak
Sortir linen kotor dan gudang Tidak Tidak Tidak Tidak
Gudang linen bersih Ya Tidak Tidak Tidak
Linen dan Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang bedpan (Spoelhook) Ya Tidak Tidak Tidak
Kamar mandi Tidak Tidak Tidak Tidak
Kloset Janitor Tidak Tidak Tidak Tidak

-93-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2. Alat pemadam api ringan.


Ketentuan penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
a. Jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari setiap tempat atau titik
dalam bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) meter.
b. Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih dari
250 m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api
ringan berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan
c. Setiap luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m2 harus ditempatkan
minimal dua buah alat pemadam api ringan kimia berukuran minimal 2 kg, yang
ditempatkan antara tempat parkir kendaraan dan gedung, pada tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
d. Jenis APAR untuk Ruangan di rumah sakit adalah sbb:
No. Ruangan Jenis Kelas
1 Kamar Operasi (OR) Water mist A, B, C
2 Fasilitas MRI dan Kamar Pasien Water mist A, B, C
Data Processing Centers,
Water mist, atau
3 Telecommunications Records Storage, A, B, C
Halotron I
Collection and Server Rooms
4 Intensive Care Units (ICU) Water mist A, B, C
5 Heliports/helipads FFFP beroda A, B, C
6 Dapur besar/ komersial Kimia basah K
7 Ruangan Diesel generator CO2 B, C
Kimia kering
8 Ruangan lain A, B, C
serbaguna

Keterangan :
Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa: antara lain kayu, kertas dan kain. Perkembangan awal
dan pertumbuhan kebakaran biasanya lambat, dan karena benda padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah terbakar habis.

Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah menyala dan terbakar antara lain bensin, minyak dan
LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang dan bertumbuh dengan sangat cepat.

Kelas C: meliputi peralatan listrik yang hidup: antara lain motor listik, peralatan listrik, dan panel listrik.
Benda yang terbakar mungkin masuk dalam kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik diputus,
kebakaran bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting peralatan listrik dihidupkan atau dimatikan, tetap
peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.

Kelas K: meliputi minyak untuk memasak. Ini adalah kelas terbaru dari kelas-kelas kebakaran.

-94-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3. Sistem pipa tegak dan slang/hidran.


a. Sistem Pipa Tegak kering
1) Pipa tegak kering dipasang dalam
bangunan rumah sakit dimana
ketinggian yang layak dihuni lebih dari
10 m, tetapi tidak lebih dari 40 m.
2) Pipa tegak kering dipasang dalam
bangunan rumah sakit untuk tujuan
pemadaman kebakaran yang dilakukan
oleh petugas dinas kebakaran.
3) Pipa tegak kering, dalam keadaan
normal kering (tidak berisi air), tetapi
akan diisi dengan air yang dipompa dari
mobil pompa pemadam kebakaran
Gambar Pipa tegak kering
melalui sambungan Siamese.
b. Sistem Pipa Tegak basah
1) Sistem pipa tegak basah, dipasang pada bangunan dimana ketinggian
bangunan rumah sakit lebih dari 40 m.
2) Pipa tegak basah, dipasang dalam bangunan untuk tujuan pemadaman
kebakaran oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dan pipa diisi
secara tetap dengan air yang diperoleh dari sumber pasokan air bertekanan.
c. Katup Landing
1) Setiap katup landing Ø 65 mm (2½“) dengan panjang slang 40 m harus dapat
melayani luas ruangan pada setiap lantai tidak lebih dari 930 m2
2) Pipa tegak kering atau pipa tegak basah dilengkapi dengan katup landing Ø65
mm ( 2½“) di setiap lantainya.
d. Sambungan Siamese
1) Pipa tegak kering dan pipa tegak basah dilengkapi dengan sambungan siamese
untuk menyambungkan slang kebakaran berukuran Ø65 mm (Ø2½“) dari mobil
damkar yang posisinya berada pada permukaan akses bangunan.
2) Setiap sambungan siamese harus mempunyai sedikitnya dua kopling Ø 65 mm
(2½”) sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Harus tidak ada katup yang tertutup antara sambungan siamese dan sistem.
4) Katup searah (katup penahan balik) harus dipasang pada masing-masing
sambungan Siamese dan ditempatkan secara praktis didekat titik
penyambungan ke sistem.
5) Sambungan siamese harus diletakkan pada sisi bangunan yang menghadap ke
jalan, mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau diletakkan pada titik jalan
masuk terdekat dengan peralatan pemadam kebakaran, dan harus diletakkan
sehingga sambungan slang dapat disambungkan ke kopling sambungan
siamese tanpa terganggu oleh bangunan, pagar, tonggak-tonggak dan lain-lain.
6) Setiap sambungan siamese harus dirancang dengan penandaan dalam bentuk
huruf besar, tidak kurang 25 mm ( 1 inci) tinggi hurufnya, ditulis pada plat
dengan bunyi tulisan : “SAMBUNGAN PIPA TEGAK”.

-95-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

7) Jika springkler otomatis juga dipasok oleh sambungan siamese, penandaan


atau kombinasi penandaan harus menunjukkan keduanya (contoh :
“SAMBUNGAN PIPA TEGAK DAN SPRINGKLER OTOMATIS” atau
“SAMBUNGAN SPRINGKLER OTOMATIS DAN PIPA TEGAK”.
8) Apabila sambungan siamese hanya melayani suatu bagian bangunan, suatu
penandaan harus dilekatkan pada posisi yang menunjukkan bagian bangunan
yang dilayani.
9) Sambungan siamese untuk masing-masing sistem pipa tegak harus diletakkan
tidak lebih dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat yang dihubungkan ke
pasokan air dari sistem pemipaan hidran kota.
10) Sambungan siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang dari 45 cm (18
inci) dan tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas permukaan tanah atau jalan.
e. Lokasi pipa tegak
Lokasi pipa tegak dan katup landing harus ditempatkan pada posisisbb :

No Posisi Keterangan
1. di dalam lobi stop asap

2. dalam daerah umum dan di


dalam saf yang terlindung,
sedekat mungkin dengan
tangga eksit jika tidak ada lobi
stop asap

3. lobi dan di luar tangga eksit


yang diproteksi, dan
diletakkan di dalam saf yang
terproteksi.

4. di dalam tangga eksit,


bilamana tidak ada lobi stop
asap dan daerah umum

-96-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

f. Hidran Halaman
1. Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam
jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota.
2. Bila hidran kota yang memenuhi syarat tidak tersedia, maka harus disediakan
hidran halaman yang disambungkan dengan jaringan pipa hidran kota.
3. Dalam situasi dimana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam
sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut berada dalam jarak radius 50
m dari hidran.
4. Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 500 GPM pada
tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.

Gambar Sistem Penyediaan Air Kebakaran

4. Sistem springkler kebakaran otomatik


a. Sistem springklerdipasang sesuai klasifikasi hunian bahaya kebakarannya (bahaya
kebakaran ringan, sedang dan berat).
b. Sistem instalasi dalam hal ini meliputi pembatasan area proteksi, kepadatan
(densitas) pancaran dan daerah kerja maksimum, ukuran lubang kepala sprinkler,
aliran air dan tekanan air pada kepala sprinkler, penempatan dan letak kepala
sprinkler, jenis kepala sprinkler, dan Katup Kendali Alarm.
c. Sistem sprinkler otomatik harus dipasang di seluruh bangunan, kecuali ruangan-
ruangan yang dianggap tidak diinginkan karena sifat dari fungsi ruangan,
diantaranya :
1) ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan dengan
dinding, lantai dan/ langit-langit/ atap yang memiliki nilai ketahanan api 2 jam.
2) diruang atau area yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan isi
sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar.

-97-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3) untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan (ruangan


operasi, ruangan ICU, ruangan radiologi, dll), sprinkler boleh tidak dipasang
asalkan dinding, lantai, langit-langit dan bukaan, mempunyai tingkat ketahanan
api minimal 2 jam.

5. Sistem pompa kebakaran terpasang tetap.


b. Apabila tidak terdapat pasokan air kebakaran dari jaringan kota sesuai tekanan dan
debit air yang dibutuhkan maka instalasipompa kebakaran harus disediakan di
bangunan rumah sakit.
c. Pompa kebakaran harus terdiri dari pompa kebakaran utama dan pompa kebakaran
siaga. Salah satu dari ke dua pompa kebakaran tersebut harus berpenggerak mesin
diesel.
d. Untuk bangunan dengan ketinggian tertentu, kedua pompa kebakaran dapat
menggunakan pompa dengan penggerak listrik dari sumber yang berbeda (satu PLN
dan yang kedua emergency diesel).
e. Semua hisapan pompa harus hisapan positif.
f. inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus dilakukan sesuai
ketentuan.
g. Instalasi pompa kebakaran meliputi :
1. tangki air;
2. instalasi pipa isap,
3. pompa kebakaran,
4. pompa jockey;
5. penggerak pompa kebakaran dan pompa jockey; dan
6. instalasi pipa tekan.

6. Sistem ventilasi dan pengendalian asap.


Sistem pengendalian asap kebakaran termasuk :
1) Presurisasi fan pada setiap tangga kebakaran yang terlindung.
Di setiap bangunan di mana tinggi yang dihuni melebihi 24 m, setiap tangga
kebakaran internal harus dipresurisasi sesuai peraturan perundangan. Dan di setiap
bangunan yang mempunyai lebih dari 4 lapis besmen, tangga kebakaran di setiap
lantai besmen harus dipresurisasi sesuai peraturan perundangan.
2) Sistem pembuangan asap mekanik yang dirancang secara teknik (engineered smoke
system) pada bangunan atau bagian bangunan yang dipersyaratkan dilengkapi
dengan sistem tersebut, misalnya pada atrium.
3) Sistem pembuangan asap dapur komersial.

-98-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Sistem Sprinkler Kebakaran Otomatik

-99-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

III. Diagram Sistem Hidran Dalam Bangunan

-100-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Diagram Skematik Sistem Sprinkler

Gambar Contoh Diagram Skematik Sistem Sprinkler

-101-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.5 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2016, tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah sakit
2. Standar
a. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perancangan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
b. SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan
dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
3. Pedoman
Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Pada Bangunan Rumah Sakit,
Kementerian Kesehatan RI, 2012

II. Perencanaan
1. Penerapan sistem proteksi pasif pada bangunan rumah sakit didasarkan pada
fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rumah sakit.
2. Sistem proteksi pasif harus memenuhi:
a. persyaratan kinerja;
Lingkungan fisik bangunan rumah sakit dirancang dan dikelola memenuhi
persyaratan keselamatan jiwa.
b. tingkat ketahanan api dan stabilitas;

-102-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. tipe konstruksi tahan api;

d. kompartemenisasi kebakaran; dan

e. perlindungan pada bukaan.

3. Bangunan dan Fitur Proteksi Kebakaran


a. Desain & pemeliharaan untuk minimasi efek kebakaran (panas, asap, gas-gas);
1) Ketinggian dan tipe konstruksi memenuhi ketentuan/pedoman.
2) Baik bangunan baru maupun lama memasang sprinkler.
3) Dinding tahan api 2 jam dipasang dari lantai ke lantai.
4) Bukaan pada dinding tahan api 2 jam harus dari 1,5 jam.
5) Persyaratan pintu tahan api mencakup pengunci, penutup otomatis, celah
bawah pintu dan potongan pintu < ¾ inch.
6) Pintu-pintu dengan ketahanan api ¾ jam tidak memerlukan pelapis,
dekorasi dan benda-benda lain di permukaannya kecuali tanda-tanda
informasi.
7) Duct menembus dinding dengan daya tahan api 2 jam harus dilindungi
dengan damper api 1,5 jam.
b. Mempertahankan keterpaduan sarana jalan ke luar;
1) Pintu-pintu di sarana jalan ke luar yang menuju ke arah luar harus dalam
keadaan tidak terkunci;
2) Pintu-pintu di sarana jalan ke luar pada bangunan RS yang penghuni-nya
50 orang atau lebih harus membuka atau mengayun ke luar;
3) Dinding-dinding yang membatasi eksit-eksit horisontal harus memiliki
ketahanan api 2 jam atau lebih dan berdiri vertikal dari pelat lantai ter-

-103-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

rendah hingga ke pelat atap dan memanjang kontinyu dari dinding luar ke
dinding luar;
4) Pintu-pintu di bangunan baru yang merupakan bagian dari eksit horisontal
harus mempunyai kaca pandang dan dipasang tanpa menggunakan tiang
poros;
5) Tangga dan ram yang melayani sarana jalan ke luar harus memiliki
pagangan tangga dan penumpu (guard) pada sekurang-kurangnya satu
sisinya;
6) Eksit pelepasan harus kontinyu dan berakhir pada jalan umum atau eksit
pelepasan di halaman luar gedung;
7) Pintu-pintu ke ruang boiler baru, ruang-ruang pemanas baru dan ruang-
ruang mekanikal baru di sarana jalan ke luar tidak dibiarkan terbuka lewat
alat pelepas otomatis;
8) Jalur eksit, akses eksit, dan eksit pelepasan harus bebas dari benda-benda
penghalang;
9) Pintu-pintu akses eksit dan pintu-pintu eksit harus bebas dari kaca,
gantungan, atau tenunan yang bisa mengaburkan/ menghalangi arah eksit;
10) Ruangan-ruangan tidur pasien berukuran lebih besar dari100 m2 harus
dilengkapi sedikitnya dengan 2 pintu akses eksit yang lokasinya berjauhan
satu sama lain;
11) Ruangan-ruangan berukuran > 230 m2 yang tidak diguna-kan sebagai
ruangan tidur pasien harus memiliki sedikitnya 2 pintu akses eksit yang
lokasinya berjauhan;
12) Ruangan-ruangan besar untuk tempat tidur pasien dibatasi sampai 460m2
dan ruang-ruang besar untuk keperluan lain dibatasi sampai 930m2;
13) Dalam bangsal tempat tidur pasien, jarak tempuh ke pintu akses eksit, dari
setiap titik alam ruangan tersebut adalah 30 meter atau kurang;
14) Ruangan tidur pasien membuka langsung ke koridor eksit;
15) Pada ruangan besar /bangsal yang tidak digunakan seba-gai ruang tidur
dan memiliki 1 ruang antara, jarak tempuh ke pintu akses eksit dari setiap
titik di bangsal tersebut adalah 30 m atau kurang, dan bila dalam bangsal
tersebut terdapat 2 ruang antara, maka jarak tempuh 15 m atau kurang;
16) Pintu-pintu menuju ke ruang-ruang tidur pasien tidak dikunci;

-104-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. Perlindungan penghuni terhadap bahaya akibat api dan asap;


1) Konstruksi bukaan-bukaan vertikal
2) Konstruksi dinding/pintu tahan api pada area berbahaya (boiler, ruangan
penyimpananbahan cairan dan gas mudah terbakar, laboratorium).
3) Toko mainan yang memajang bahan mudah terbakar.
4) Persyaratan bahan pelapis dinding interior.
5) Persyaratan partisi koridor, pintu-pintu koridor.
6) Persyaratan dinding pembatas & kompartemen asap .
7) Persyaratan damper api/ asap lewat ruang plafon.
8) Persyaratan tangga eksit yang menghubungkan 2 lantai.
9) Bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan proteksi terhadap
asap.
d. Memasang dan memelihara sistem alarm kebakaran;
1) Transmisi sinyal otomatis kesistem alarm yg terkoneksi dengan kantor
pemadam, pusat layanan komunikasi utama, dan sistem komunikasi jarak
jauh.
2) Panel utama kontrol alarm terletak di lingkungan/ area yang terlindung
(dinding dengan ketahanan api 1 jam, pintu kebakaran ¾ jam) dan selalu
diawasi/ dijaga dalam ruangan dilengkapi detektor asap.
3) Panel pengumuman jarak jauh berlokasi yang disetujui Dinas Pemadam
Kebakaran setempat.
4) Bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan deteksi dan alarm
terkait dengan keselamatan jiwa sesuai ketentuan/ pedoman.
e. Menyediakan dan memelihara sistem pemadam kebakaran;
1) Sistem alarm terkoneksi dengan sistem sprinkler otomatis.
2) Pipa-pipa sprinkler dlm kondisi baik dan tidak digunakan untuk maksud
lainnya (dekorasi, gantungan, reklame).
3) Kepala sprinkler dalam kondisi baik tidak korosi, tidak di cat, dll.
4) Terjaga jarak bebas 45 cm di bawah kepala sprinkler.
5) Jarak ke alat pemadam terdekat maksimum 23 cm (75 ft).
6) APAR klas K dipasang pada jarak 9 m dari alat dapur yang mengeluarkan
cairan berminyak (penggorengan dll).
7) Bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan pemadam api otomatis
sesuai persyaratan keselamatan jiwa.
f. Proteksi individual terhadap bahaya api/asap melalui sistem dan instalasi;
g. Fitur operasi yang memenuhi syarat pencegahan kebakaran dan asap.

-105-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tabel jarak celah di bagian bawah pintu

Pintu ayun Pintu geser


Pintu ayun
dengan Pintu Pintu akordion
dengan
peralatan geser geser horizontal
peralatan
pintu horisontal vertikal khusus atau
bangunan
kebakaran pintu lipat

inci mm inci mm inci mm inci mm inci mm

Pintu bagian bawah dan


kusen tidak mudah ⅜ 9.5 ⅜ 9.5 ⅜ 9.5 ⅜ 9.5 ⅜ 9.5
terbakar yang dinaikkan.

Lantai dimana tidak ada 19.


¾ 19.1 ¾ 19.1 ¾ ¾ 19.1
kusen. 1

Lantai ubin yang keras, ⅝ 15.9

12.
Pelapis lantai ½ 12.7 ½ 12.7 ½ ½ 12.7
7

2.3.6 SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2016, tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah sakit.
2. Standar
a. SNI 03-6573-2000 Tata cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam
Bangunan Gedung (LIF).

II. Perencanaan
Sistem transportasi vertikal di dalam bangunan gedung rumah sakit terdiri dari lift
(elevator), tangga, ram dan pneumatic tube.
1. LIFT
Perencanaan lift rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Lift di rumah sakit terdiri atas:
1) lift pasien(hospital bed elevator)

-106-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2) lift pengunjung(passenger elevator)


3) lift servis(dumbwriter)
b. Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift harus berdasarkan fungsi dan luas
Bangunan Rumah Sakit, jumlah pengguna Ruang, dan keselamatan pengguna
Bangunan Rumah Sakit.
c. Apabila lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien, ukuran lift pengunjung
harus sama dengan lift pasien.
d. Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift harus menyediakan lift
khusus kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
e. Apabila Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus kebakaran, maka lift pasien, lift
pengunjung, atau lift servis dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam
keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh petugas kebakaran.
f. Elevator bank dioperasikan secara “down collective group supervisory control
system” dimana pada jam sibuk controller ini akan digunakan secara bersama.
g. Kriteria perencanaan lift adalah sebagai berikut :
1) Handling capacity 5 menit, sebesar 11-12% jumlah populasi.
2) Kapasitas rata-rata (Rated Capacity):
- Bed Lift = Min. 1.000 kg
- Passanger Lift = 1.000 kg/ 22 orang, 750 kg/15 orang;
3) Kecepatan rata-rata (Rated Speed):
- Bed Lift = 30 mpm atau 60 mpm;
- Passanger Lift = Min. 90 mpm;
4) Ukuran:
2.300
- Kereta (Car) min. 1.500 x 2.300 (mm)
- Saf (hoistway) min. 2.300 x 2.850 (mm)
- Pintu 1.200 x 2.100 (mm);
- Kedalaman Pit min. 1.500 (mm),
Overhead min. 4.400 (mm)
- Ketinggian Ruang Mesin + 2.200 (mm)
5) Persyaratan minimal keamanan (beban lebih, menit saat ada gangguan
listrik maka lift berhenti di lantai terdekat, safety default notice);
6) Kelengkapan pengamanan lift;
7) Apabila dirancang dengan menggunakan ruang mesin agar
dipertimbangkan dilengkapi dengan alat pengkondisian udara;
8) Disediakan penggantung (hook) pada balok anak yang ditambahkan pada
plat atap;
9) Perancangan ruang mesin harus memenuhi kaidah arsitektural dan sesuai
ketentuan;
h. Kriteria perencanaan dumbwriter adalah sebagai berikut:
1) Kapasitas rata-rata (Rated Capacity) :+ 200 kg

-107-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2) Kecepatan rata-rata (Rated Speed) : + 20 mpm;


3) Ukuran :
- Kereta (Car) + 900 x 1.000 x 1.200 (mm)
- Saf (hoistway) + 1.275 x 1.250 (mm)
- Pintu + 900 x 1.000 (mm);
- Kedalaman Pit min. 700 (mm), Overhead min. 2.150 (mm)
- Ketinggian Ruang Mesin + 2.200 (mm)

2. Tangga
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan
darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau
situasi darurat lainnya.
d. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga.
e. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).

Gambar tipikal tangga Gambar pegangan rambat pada tangga

f. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari


lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya
harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
g. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya
(puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
h. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak
ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

-108-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar desain profil tangga

Gambar detail pegangan rambat tangga

Gambar detail pegangan rambat pada dinding

3. Ram
a. Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki kemiringan tertentu, sebagai alternatif
bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
b. Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ram (curb
ramps/landing).

-109-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih
panjang.
d. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengaman.
e. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas dan
datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda
dan brankar/tempat tidur pasien, dengan ukuran minimum 160 cm.
f. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik pada waktu hujan.

Gambar tipikal ram

g. Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat


mengamankan roda dari kursi roda atau brankar/ tempat tidur pasien agar tidak
terperosok atau keluar ram.
h. Apabila letak ram berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau
persimpangan, ram harus dibuat tidak mengganggu jalan umum.
i. pencahayaan harus cukup sehingga membantu penggunaan ram saat malam
hari. Pencahayaan disediakan pada bagian ram yang memiliki ketinggian
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
j. dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya
dengan ketinggian yang sesuai.

4. Pneumatic tube
Untuk memudahkan dan mempercapat pelayanan transportasi barang seperti
specimen, obat-obatan yang harus dikirim dari suatu ruang ke ruang lain, maka perlu

-110-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

dipertimbangkan menggunakan sistem transportasi yang terintegrasi dengan Sistem


Tabung Pneumatik (Pneumatic Tube).
Berikut di bawah ini gambar skematik system transportasi pneumatic tube.

Skematik Sistem Transportasi Pneumatic Tube

Berikut di bawah ini adalah diagram vertikal rencana jalur utama untuk
instalasi Pneumatic tube:

-111-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar
Diagram Instalasi Sistem Transportasi Pneumatic Tube

-112-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-113-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Layout Instalasi Sistem Pneumatic Tube – Lantai 1

-114-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-115-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Layout Instalasi Sistem Pneumatic Tube – Lantai 3

-116-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Layout Instalasi Sistem Pneumatic Tube – Lantai 4

-117-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Layout Instalasi Sistem Pneumatic Tube – Lantai 5

-118-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-119-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.7 INSTALASI GAS MEDIS


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Permenkes No 4 Tahun 2016 tentang penggunaan gas medik dan vakum
medik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Permenkes No 24 Tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan
prasarana rumah sakit.
c. Permenkes No 54 Tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan.
d. Permenaker No 37 Tahun 2016 tentangkeselamatan dan kesehatan kerja
bejana tekanan dan tangki timbun.
2. Standar/Pedoman
a. BS 341 No.3, Persyaratan ulir dalam tabung gas oksigen
b. BS 341 No.13, Persyaratan ulir luar tabung gas Nitrous Oxide/Dinitrogen
oksida (N2O)
c. BS 341 No.8, Persyaratan ulir luar tabung gas Karbon dioksida, berlaku juga
untuk Nitroge N2.
d. BS 341 No. 3, Persyaratan ulir dalam tabung gas udara tekan, berlaku juga
untuk Nitroge N2

II. Perencanaan
Penggunaan Tabung Gas Medik yang langsung berhubungan dengan pasien hanya
diperbolehkan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan kelas D dan kelas di
bawahnya. Namun fasilitas kesehatan yang memiliki ruang operasi, ruang intensif dan
ruang gawat darurat harus dilakukan melalui penyaluran Sistem Instalasi Gas Medik
dan Vakum Medik.
Gas medik dan vakum medik di rumah sakit meliputi:
- Oksigen (O2);
- Dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O);
- Karbon dioksida (CO2);
- Udara tekan medik (Medical Air/MA);
- Udara tekan alat (CA);
- Vakum medik (VAC), dan
- Buangan Sisa Gas Medik (BSGA/AGSS).
Perencanaan pada Sistem Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi:
1. Sentral (Sumber/Pasokan Sentral) Gas Medik dan Vakum Medik
a. Ada beberapa pasokan yaitu:
1) Tangki oksigen cair (tangki liquid oksigen)
2) Tangki oksigen cair yang bisa dipindah (tangki liquid oksigen
portable/VGL (Vessel gas liquid)/PGS (Portable Gas Supply))

-120-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3) Tabung/botol gas
4) Tabung yang berisi tekanan baik positif, maupun negatif (bejana tekan)
b. Desain dan konstruksi ruangan sentral gas medik & vakum medik adalah
sbb:
1) Lokasi sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus
memenuhi persyaratan berikut:
a) Dipasang dengan akses yang mudah untuk memindahkan botol,
peralatan dan sebagainya, keluar dan masuk lokasi.
b) Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci
atau diamankan dengan cara lain.
c) Sentral udara tekan medik (UTM) dan Sentral Vakum Medik (VAK)
tidak boleh berada dalam satu ruangan dengan sentral (manifol)
botol gas oksigen cair yang dapat dipindah.
d) Lokasi dalam bangunan untuk gas O2, N2O dan campuran dari gas-
gas ini harus aman/jauh dari kegiatan yang memungkinkan
terjadinya ledakan/kebakaran.
e) Aman dari sumber panas, oli dan sejenisnya.
2) Sentral untuk N2O dan CO2 harus dicegah agar tidak mencapai
temperatur yang lebih rendah dari –7oC atau lebih tinggi dari 54oC.
3) Jika di luar bangunan, ruangan harus dilindungi dengan dinding atau
pagar dari bahan yang tidak mudah terbakar.
4) Jika di dalam bangunan, harus dibangun dan menggunakan bahan
interior yang tidak mudah terbakar atau sulit terbakar sehingga semua
dinding, lantai, langit-langit dan pintu sekurang-kurangnya mempunyai
tingkat ketahanan api 1 jam.
5) Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk
mengamankan masing-masing botol, baik yang terhubung maupun yang
tidak terhubung, penuh atau kosong, agar tidak roboh.
6) Apabila disediakan rak dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak
mudah terbakar atau bahan sulit terbakar.
7) Luas ruangan Sentral Gas Medik direncanakan sesuai dengan jumlah
dan jenis Gas Medik yang digunakan dan memperhatikan ruang
bergerak bagi operator/petugas pada saat penggantian/pemindahan
tabung dan kegiatan pemeliharaan hingga perawatan yang
membutuhkan penggantian komponen. Misalnya:
a) ruangan sentral yang menggunakan 2 jenis Sumber Gas Medik,
ukuran 4 x 6 x 3 m.
b) ruangan sentral yang menggunakan 3 jenis Sumber Gas Medik,
ukuran 6 x 8x 3 m.
c) ruangan sentral yang menggunakan ≥ 4 jenis gas medik, ukuran 8 x
10 x 3 m.
Ukuran tersebut di atas dapat disesuaikan dengan lokasi fasilitas
pelayanan kesehatan. Penyediaan ruangan senantiasa mengutamakan

-121-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

keselamatan dan jalur-jalur evakuasi serta jalur-jalur umum lainnya.


8) Untuk menghindari udara panas di dalam ruang sentral gas medik dan
vakuum medik, harus dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik,
dalam hal ini harus memungkinkan terjadinya sirkulasi udara secara
bebas.
9) Persyaratan Manifold
Manifold adalah seperangkat alat pengaturan tekanan gas medis dari
tekan tinggi (2200 psi) menjadi tekanan rendah (55 psi), jenis- jenis
manifold terdiri dari:
a) ManifoldOtomatisPenuhadalah
manifoldyangmemilikiminimal2(dua)regulatordengantekanantinggida
n1(satu)atau2(dua)regulatordengantekananrendah.Carakerjamanifol
djenisiniapabilatekananataugaspadatabungmanifoldsebelahkananha
bis,makaakanberpindahsecaraotomatisketabungmanifoldsebahkiri,be
rlakukebalikannya.Manifoldjenisinidilengkapijugadenganheaderbar,k
atupsearah(checkvalve),katuppengaman/pelepastekanan,sinyalindik
atortekananLEDatauAnalaogdanpigtailyangdisesuaikandenganjumla
htabung/silinder.
b) Manifold Semi Otomatis adalah manifold yang memiliki minimal 2
(dua) unit regulator dengan tekanan tinggi dan 1 (satu) atau 2 (dua)
regulator dengan tekanan rendah. Cara kerja manifold jenis ini
apabila tekanan atau gas pada tabung manifold sebelah kanan
habis, maka akan berpindah secara otomatis ke tabung manifold
sebelah kiri, berlaku kebalikannya, namun tuas indikator harus
dipindahkan secara manual. Manifold jenis ini dilengkapi juga
dengan header bar, katup pengaman/pelepas tekanan, indikator
tekanan dan pigtail yang disesuaikan dengan jumlah tabung/silinder.
c) Manifold Manual adalah manifold yang memiliki 2 (dua) unit
regulator yang mampu menurunkan tekanan dari tekanan tinggi
menjadi tekanan rendah dan setiap regulator ini mewakili jalur kiri
dan kanan. Cara kerja manifold jenis ini apabila tekanan atau gas
pada tabung manifold sebelah kanan habis, maka katup header bar
sebelah kanan ditutup kemudian katup header bar sebelah kiri
dibuka, berlaku kebalikannya. Manifold jenis ini dilengkapi juga
dengan header bar, katup pengaman/pelepas tekanan, sinyal
indikator tekanan, valve dan pigtail yang disesuaikan dengan jumlah
tabung/ silinder.
10) Suplai Pasokan Gas Medik Darurat (Emergency Supply)
Ruang-ruang pelayanan kritis (Ruang Gawat Darurat, Ruangan
Perawatan Intensif dan Ruang Operasi) harus disediakan suplai pasokan
gas medik darurat dengan sistem instalasi.

-122-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Gambar Layout Sentral Gas Medik

Contoh gambar layout ruang sentral gas medik dan vakum medik

2. Instalasi Pipa

-123-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Sistem IGVM yang dirancang harus andal dalam melakukan penyaluran dari
keluaran yang akan dihasilkan.
b. Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang
lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel
berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu
indikator yang memonitor gangguan. kerusakan yang terjadi tetap menyala
sampai gangguan/kerusakan teratasi.
c. Pewarnaan Pemipaan Gas Medik dan Vakum Medik

Tabel Standar Warna Pipa Gas

Warna Pipa
Jenis Pipa Gas
Warna Tulisan
Oksigen (O2) Putih / Hijau Hijau / Hitam / Putih
Dinitrogen Oksida (N2O) Biru Tua Biru / Hitam / Putih
Udara Tekan Medik (MA) Hitam / Kuning Kuning / Hitam / Putih
Udara Hisap (vacuum) Kuning / Hitam Kuning / Hitam / Putih
Udara Tekan Alat (CA) Merah/Kuning/Biru muda/ Coklat Kuning / Hitam / Putih
CO2 Abu – Abu / Jingga Hitam / Putih
Nitrogen Hitam/Abu-abu/Biru Muda Hitam / Putih
BSGA / WAGD Ungu/Merah/Kuning/Abu-abu Hitam / Putih

d. Sistem Pemipaan IGVM


1) Menggunakan Stainless Steel, khusus untuk instalasi Farmasi dan
Produksi
2) Menggunakan Pipa Tembaga seri ASTM B819, BSEN 13348, JIS 3300
tipe L atau tipe K.
e. Sistem Kontrol
Terdiri dari pilihan:
- Sistem Kontrol Seluruhnya
Instalasi Gas & Vakum Medik sepenuhnya dipantau dan dikontrol melalui
IBMS Rumah Sakit.
- Sistem Kontrol Monitor
Pelaksanaan Monitoring dapat dipantau melalui IBMS namun
pelaksanaan kontrolnya dilakukan secara manual melalui instalasi Gas &
Vakum Medis (independen khusus gas).
- Sistem Kontrol Manual
Pelaksanaan kontrol dan monitoring Instalasi Gas & Vakum Medis
dilaksanakan secara independen tidak terkait dengan sistem lainnya.
Keterangan:
Pemenuhan kebutuhan gas medis rumah sakit khususnya untuk suplai gas
oksigen dan udara tekan dikembangkan menggunakan sistem terpusat.
Sedangkan untuk gas yang lain, seperti Vacum/ Suction - Va dan Nitrous

-124-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Oxide - N2O, instalasinya dapat dipasang dengan konsep secara


desentralisasi per gedung yang membutuhkannya atau secara terpusat.
Khusus untuk Ruang Operasi sentral gas medik, Oksigen, Nitrous Oksida,
Carbon dioksida, udara tekan medik dan udara tekan instrumen disalurkan
dengan pemipaan ke ruang operasi.
Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau digantung
di langit langit (ceiling pendant).

3. Katup
Selama terjadi gangguan, petugas anestesi berwenang dapat memindahkan
sambungan gas medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas
cadangan pada mesin anestesi.
Kesinambungan fungsi dan layanan dapat dilihat dalam ketersediaan Zone Valve
Box. Berikut di bawah ini adalah gambar-gambar detail Instalasi Zona Valve Box.

Contoh Gambar Detail Instalasi Zona Valve Box

-125-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Gambar Detail Instalasi Zone Valve Box

Contoh Gambar Detail Instalasi Zone Valve Box

-126-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Gambar Detail Instalasi Zone Valve Box

4. Alarm Gas dan Vakum Medik


Ketentuan mengenai alarm gas dan vakum medic mengikuti peraturan
perundangan.

5. Titik Outlet Medik dan Inlet Medik


Persyaratan Pemasangan Outlet Gas dan Inlet Vakuum Medik
a. Wall Outlet Gas Medik dan Inlet Vakum Medik
1) Outlet Gas Medik dan inlet Vakum Medik jenis wall dipasang/ ditanam
pada dinding dengan ketinggian antara 140 s/d 150 cm di atas lantai.
2) Bila digunakan untuk melayani 1 (satu) bed, maka diletakkan di sebelah
kanan kepala pasien dan bila digunakan untuk melayani 2 (dua) bed
maka wall outlet/inlet diletakkan ditengah–tengah 2 (dua) bed tersebut.
3) Untuk pemakaian di kamar operasi, wall outlet/inlet dipasang di dinding
dekat dengan bagian kepala pasien pada meja operasi.
4) Untuk pemakaian di bagian lain wall outlet/inlet dipasang pada dinding
yang berdekatan dengan peralatan kedokteran yang digunakan.
b. Ceiling outlet dipasang pada plafon dan dekat dengan titik pemakaian,
biasanya dekat dengan bagaian kepala dari tempat tidur pasien pada
ruangan new born room dan premature room. (input gambar).

-127-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c. Ceiling column, Penempatan/pemasangan ceiling column sama dengan


ceiling outlet, berhubung ceiling column memiliki beban yang cukup berat ±
100 kg, maka harus digantung pada konstruksi yang kuat menahan beban
tersebut.
d. Ceiling Pendant, Penempatan/pemasangan Ceiling Pendant sama dengan
ceiling outlet, berhubung Ceiling Pendant memiliki beban yang cukup berat ±
100 kg, maka harus digantung pada konstruksi yang kuat menahan beban
tersebut.
e. Pemasangan outlet pada ruang operasi/bedah maupun peralatan harus
berfungsi secara otomatis, outlet akan tertutup rapat pada saat tidak terpakai
dan terbuka apabila telah disambungkan dengan alat penyalur Gas Medik.
f. Bahwa Outlet/Inlet yang dipasang pada bagian Ceiling Outlet atau Ceiling
Column di atas, wajib mengikuti standard outlet/inlet yang sudah terpasang
di dinding.
g. Urutan pemasangan outlet Gas Medik harus tetap.
- Oksigen (O2)
- Dinitrogen oksida, (N2O)
- Udara tekan medik ( UTM / MA)
- Udara tekan alat (UTA / TA )
- Vakum medik (udara hisap), (VAK/SAC)
- Karbon dioksida, (CO2)
- Nitrogen, (N)
- Buangan sisa gas anestesi (BSGA/WAGD)
h. Pemasangan setiap outlet Gas Medik/inlet Vakum Medik diberi nama, warna
yang berbeda, ukuran drat/sekrup yang berbeda pula atau pin hole index
yang berbeda.

Warna Outlet
Outlet Gas
Warna Tulisan
Oksigen (O2) Putih / Hijau Hijau / Hitam / Putih
Dinitrogen Oksida (N2O) Biru Tua Biru / Hitam / Putih
Udara Tekan Medik Hitam / Kuning Kuning / Hitam / Putih
Udara Hisap (vakum) Kuning / Hitam Kuning / Hitam / Putih
Udara Tekan Alat Merah/Kuning/Biru muda/Coklat Kuning / Hitam / Putih
CO2 Abu – Abu / Jingga Hitam / Putih
Nitrogen Hitam/Abu-abu/Biru Muda Hitam / Putih
BSGA / WAGD Ungu / Merah / Kuning / Abu- Hitam / Putih
abu

i. Setiap ruangan yang terdapat lebih dari 1 (satu) pemasangan outlet Gas
Medik harus dilakukan pengetesan silang, untuk memastikan tidak terdapat
kesalahan jenis gas pada outlet.
j. Setiap titik outlet/inlet harus dilakukan pengetesan flow dan tekanan gas.
Setiap R. Sentral IGVM diwajibkan untuk di pasang inlet atau outlet dari
masing-masing sumber IGVM yang tersedia. Persyaratan Pemasangan
Outlet Gas dan Inlet Vakuum Medik.

-128-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

k. Outlet di ruang-ruang rumah sakit menggunakan jenis yang telah memenuhi


persyaratan teknis.
1) Ruang Rawat Inap
- Tiap TT terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum medik.
- Dipasang pada bedhead baik horizontal atau vertikal.
2) Ruang Rawat Jalan
- Di klinik gigi dipasang outlet vakum medik dan udara tekan medik.
3) Ruang Gawat Darurat
- Ruang isolasi terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum medik.
- Ruang triase terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum medik.
- TT resusitasi terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum medik dan 1
outlet udara tekan instrument.
- Ruang observasi terdiri dari 1 outlet O2, 1 outlet vakum medik dan 1
outlet udara tekan instrument.
- Ruang tindakan anak terdiri dari 1 outlet O2, 1 outlet vakum medik
dan 1 outlet udara tekan instrumen.
- Ruang tindakan kebidanan terdiri dari 1 outlet O2 ,1 outlet vakum
medik dan 1 outlet udara tekan instrument.
- Ruang tindakan non bedah terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum
medik.
- Ruang tindakan bedah terdiri dari 1 outlet O2 dan 1 outlet vakum
medik.
- Ruang operasi minor terdiri dari:
2 outlet O2 (1 di pendant, 1 di dinding)
2 outlet N2O (1 di pendant, 1 di dinding)
2 outlet udara tekan medis (1 di pendant, 1 di dinding)
2 outlet vakum medik (1 di pendant, 1 di dinding)
1 outlet Buangan Sisa Gas Anestesi (BSGA), dipasang di dinding
Catatan: Untuk daerah-daerah rawan bencana dipasang minimal 2 outlet
O2, vakum medik, udara tekan instrumen di area yang disiapkan untuk
penanganan bencana (disaster).
4) Ruang Perawatan Intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU)
- Tiap TT ICU, ICCU, NICU dan PICU dilengkapi:
1 outlet O2
1 outlet udara tekan medis
1 outlet vakum medik
- Tiap TT HCU dilengkapi:
1 outlet O2
1 outlet udara tekan medis

-129-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1 outlet vakum medik


5) Ruang Operasi
- TT ruangan persiapan dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan vakum medik.
- Ruang operasi terdiri dari:
2 outlet O2
2 outlet N2O
1 outlet gas CO2
2 outlet udara tekan medis
2 outlet udara tekan instrument
2 outlet vakum medik
1 outlet Buangan Sisa Gas Anestesi (BSGA)
- TT ruangan pemulihandilengkapi dengan 1 outlet O2 dan vakum medik.
6) Ruang Kebidanan
- TT ruangan persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan 1 outlet O2
dan vakum medik.
- TT ruangan tindakan dan bersalin dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan
vakum medik.
7) Ruang Perawatan
- TT ruangan perawatan dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan vakum
medik.
- TT ruangan tindakan dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan vakum medik.
- TT ruangan isolasi dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan vakum medik.
8) Ruang Radiologi
- Ruangan fluoroscopy, CT scan, MRI dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan
vakum medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet udara tekan
medik.
- Ruangan general diagnostik dilengkapi dengan 1 outlet O2
- Ruangan DSA dilengkapi dengan 1 outlet O2, vakum medik, udara
tekan medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet.N2O dan
instalasi BSGA
Catatan: Khusus ruang MRI jenis outlet nonmetal
9) Ruang Sterilisasi
Ruangan dekontaminasi dilengkapi 1 outlet udara tekan instrumen
10) Ruang Diagnostik
- Ruangan endoskopi&kolonoskopi dilengkapi dengan 1 outlet O2, vakum
medik dan udara tekan medik.
- Ruangan persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan 1 outlet O2 dan
vakum medik.
11) Ruangan hemodialisis

-130-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Tiap TT/kursi hemodialysis dilengkapi dengan 1 outlet O2, vakum medik


dan udara tekan medik.

-131-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3. Gambar-gambar

Gambar Diagram Skematik Sistem Instalasi Gas Medik

-132-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Diagram Sentral IGVN Gas Medis

Gambar Mesin Kompresor

-133-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Mesin Vakum

Gambar Manifol Tabung Gas N2O

-134-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Manifol Tabung Gas CO2

-135-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Manifol Tabung O2

-136-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Tampak Atas Ruang Sentral Gas Medis

Gambar Perspektif Ruang Sentral Gas Medis

-137-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Titik Gas medik dan Vakum Medik pada Bedhead Unit

Gambar Sistem Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di Ruangan Operasi

-138-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.8 INSTALASI TATA UDARA


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
Peraturan Menteri Kesehatan no 24 tahun 2016, tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah sakit.
2. Standar
a. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-0000.1-2001 tentang Tata Cara
Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan
Gedung,
b. Standar Nasional Indonesia No. 03-06572-2001 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan
Gedung,
c. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-6767-2002 tentang Sistem Ventilasi
Mekanis dan Sistem Tata Udara sebagai Pengendali Asap Kebakaran dalam
Bangunan,
d. SNI-03-6390-2011 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung,
e. Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara Pada Bangunan Rumah Sakit,
f. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012.
3. Referensi
a. ASHRAE (American Society of Heating Refrigeration and Air Conditioning
Engineers)
b. ASTM (American Society for Testing and Material) dan ASME (American
Society of Mechanical Engineers) untuk material
c. ARI (Air Conditioning and Refrigerating Institute) untuk peralatan Air
Conditioning
d. SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association,
Inc.) untuk pekerjaan saluran udara.

II. Perencanaan
1. Umum
Bangunan rumah sakit mempunyai kekhususan yang sangat berbeda dan tidak
ditemui di bangunan gedung umum lainnya.
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam
penyakit) didiagnosa, diterapi, dirawat, dan dilakukan tindakan medik. Tindakan
medik ini dimulai dari pemeriksaan biasa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
dengan sinar radioaktif, pemeriksaan dengan ultrasonic, tindakan pembedahan
ringan, tindakan pembedahan berat dan sebagainya.
Pasien datang dengan beragam penyakit dan masalah kesehatan seperti: sakit
biasa atau sakit khusus yang membutuhkan dokter dan tindakan khusus, seperti

-139-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

sakit jantung, penyakit dalam, pasien luka bakar, pasien luka terbuka atau tertutup,
pasien menular dan sebagainya.
Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah sakit dengan
bangunan gedung biasa terletak pada persyaratan kesehatan, keselamatan dan
pencegahan dari penyebaran penyakit dirumah sakit (Hospital – acquired
infections/HAIs ) atau disebut juga disebut nosocomial infections, peralatan dan
instalasi tata udaranya.
Jam kerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, berarti membutuhkan pengkondisian yang
terus menerus dilakukan oleh sistem tata udara.
Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai jenis
mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada
petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka
pengaturan temperatur, kelembaban udara, jumlah udara ventilasi serta kebersihan
dan tekanan positif dan negative di dalam ruangan secara keseluruhan perlu
mendapatkan perhatikan khusus.
Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut,
terutama di ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi yang membutuhkan
tingkat sterilitas ruangan yang tinggi, ruang Isolasi dan lain-lain, diperlukan
pengaturan:
(1) Temperatur
(2) Kelembaban udara relatif
(3) Kelas kebersihan
(4) Jumlah udara ventilasi
(5) Tekanan ruangan yang positif dan Negatif;
(6) Distribusi udara didalam ruangan.
Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan
memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban
yang tepat untuk penyakit yang berbeda.

2. Persyaratan Teknis
Berikut dibawah ini Tabel Persyaratan Sistem Tata Udara pada Ruangan-Ruangan
di Rumah Sakit

-140-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan

PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS


Ruangan Operasi Khusus 20-24 55±5 Di atas meja P(min Δ 5 Pa) 4-5 25-30 Pilihan Tidak
operasi: Kelas
1.000 (ISO-6)
Ruangan: Kelas
10.000 (ISO-7)
Ruangan Operasi Umum 20-24 55±5 Di atas meja P(min Δ 5 Pa) 3-4 20-25 Pilihan Tidak
operasi: Kelas
1.000 (ISO-6)
Ruangan: Kelas
10.000 (ISO-7)
Ruangan Operasi Minor 21-24 55±5 Di atas meja P(min Δ 5 Pa) 3-4 15-20 Pilihan Tidak
operasi: Kelas
10.000 (ISO-7)
Ruangan: Kelas
10.000 (ISO-7)
Ruangan Laser Mata 21-24 55±5 Di atas meja P(min Δ 5 Pa) 3-4 15-20 Pilihan Tidak
operasi: Kelas
10.000 (ISO-7)
Ruangan: Kelas

-141-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan
10.000 (ISO-7)
Koridor Bersih 20-24 55±5 Kelas 100.000 P(min Δ 5 Pa) 3-4 6 Pilihan Tidak
(ISO-8)
Ruangan Pemulihan 21-24 55±5 Kelas 1.000.000 E 2 6 Pilihan Tidak
(ISO-9)
Ruangan Persiapan 21-24 55±5 Kelas 1.000.000 E 2 6 Pilihan Tidak
(ISO-9)
Gudang Steril 22±2 55±5 Kelas 100.000 E 2 6 Pilihan Tidak
(ISO-8)
Ruangan Penyimpanan Alat 22±2 55±5 Kelas 100.000 E 2 6 Pilihan Tidak
(ISO-8)
GAWAT DARURAT
Ruangan Dekontaminasi - - N 2 12 Ya Tidak
Ruangan Tindakan 21-24 55±5 E 2 6 Pilihan Pilihan
RAWAT INAP
Ruangan Perawatan 21-24 55±5 E 2 6 Pilihan Pilihan
Pasiene, Tindakan
Toiletf - - N Pilihan 10 Ya Tidak
Isolasi Infeksius 21-24 55±5 N 2 6 Ya Tidak

-142-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan

Ruangan antara Isolasi - - ± 2 10 Ya Tidak


Nurse Station 24±2 55±5 2 4 Pilihan Pilihan
Ruangan Penyimpanan, 24±2 55±5 2 4 Pilihan Pilihan
Ruangan Farmasi
PERAWATAN INTENSIF
Kelas 100.000
Perawatan intensif 21-24 55±5 (ISO-8) P 2 6 Pilihan Tidak
Kelas 100.000
Isolasi protektif 21-24 55±5 (ISO-8) P 2 12 Pilihan Tidak

Ruangan antara isolasi - - P Pilihan 10 Pilihan Tidak


protektif

Isolasi Infeksius 21-24 55±5 N 2 6 Ya Tidak


ruangan antara isolasi - - ± 2 10 Ya Tidak
infeksius
Gudang Bersih 21-24 55±5
Gudang kotor/Spoelhoek N Pilihan 10 Ya Tidak
KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
Persiapan/pemulihan/postp 21-24 55±5
artum

-143-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan

Ruangan Tindakan 21-24 55±5 Kelas 100.000 E 2 6 Pilihan Pilihan


Melahirkan/ VK (ISO-8)
Ruangan Tindakan 21-24 55±5 Kelas 100.000 E 2 6 Pilihan Pilihan
Ginekologi (ISO-8)
Gudang Bersih 24±2 55±5
Gudang kotor/Spoelhoek N Pilihan 10 Ya Tidak
RADIOLOGI
Radiologi: 55±5
X-Ray (operasi cathlab) 21-24 55±5 Kelas 10.000 P(min Δ 5 Pa) 3 15 Pilihan Tidak
(ISO-7)
X-Ray (diagnostik dan 22-26 55±5 2 6 Pilihan Pilihan
tindakan)
LABORATORIUM
Laboratorium, Umum 22±2 55±5 N 2 6 Ya Tidak
Laboratorium, Bacteriologi 22±2 55±5 N 2 6 Ya Tidak
Laboratorium, Biochemistry 22±2 55±5 P 2 6 Pilihan Tidak
Laboratorium, Cytology 22±2 55±5 N 2 6 Ya Tidak
Laboratorium, pencucian 22±2 55±5 N Pilihan 10 Ya Pilihan

-144-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan
gelas
Laboratorium, histology 22±2 55±5 N 2 6 Ya Tidak
Laboratorium, pengobatan 55±5 N 2 6 Ya Tidak
nuklir. 22±2

Laboratorium, pathologi 22±2 55±5 N 2 6 Ya Tidak


Laboratorium, serologi. 22±2 55±5 N 2 6 Pilihan Tidak
Laboratorium, sterilisasi 22±2 55±5 N Pilihan 10 Ya Tidak
Laboratorium, transfer 55±5 P 2 4 Pilihan Tidak
media. 22±2

Autopsy 22±2 55±5 N 2 12 Ya Tidak


Ruang tunggu – tubuh tidak 55±5 N Pilihan 10 Ya Tidak
didinginkanj 22±2

Farmasi 22±2 55±5 P 2 4 Pilihan Pilihan


Bronchoscopy, sputum 20-23 - N 2 12 Ya Tidak
collection, dan administrasi
pentamidine
ADMINISTRASI
Pendaftaran dan ruang 24±2 55±5 N 2 6 Ya Pilihanh
tunggu

-145-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan

RUANG RAWAT JALAN


Ruang Pemeriksaane 24±2 55±5 ± 2 6 Pilihan Pilihan
STERILISASI
Ruangan pembersihan/ 22-26 - N 2 6 Ya Tidak
dekontaminasi.
Ruang bersih 22-26 55±5 Kelas 1.000.000 P 2 4 Pilihan Pilihan
(Pengemasan) (ISO-9)
Gudang steril 22-26 55±5 Kelas 100.000 P 2 4 Pilihan Pilihan
(ISO-8)
Gudang peralatan/linen 22-26 55±5 ± 2 (Pilihan) 2 Pilihan Pilihan
DAPUR
Pusat persiapan, ± 2 10 Ya Tidak
pengolahan dan penyajian
makanan
Tempat cuci N Pilihan 10 Ya Tidak
Gudang bahan makanan ± Pilihan 2 Pilihan Tidak
kering/basah
LAUNDRI

-146-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelembaban Hubungan Pertukaran Total Seluruh udara


Tempe Udara Resirkulasi
Kelas tekanan udara dari pertukaran di buang
Fungsi Ruang ratur Relatif udara di dalam
Kebersihan terhadap area luar per udara per langsung ke
(°C) unit ruangan
(%) bersebelahan jam (min) jam (min) luar bangunan

Ruangan cuci linen N 2 10 Ya Tidak


Ruangan penerimaan, sortir N Pilihan 10 Ya Tidak
linen kotor dan
penyimpanan sementara
Gudang linen bersih 22-26 55±5 P 2 (Pilihan) 2 Pilihan Pilihan
Area pengeringan, 55±5 N Pilihan 10 Ya Tidak
penyetrikaan dan pelipatan
RUANG LAINNYA
Gudang kotor/Spoelhoek N Pilihan 10 Ya Tidak
Kamar mandi N Pilihan 10 Pilihanf Tidak
Janitor N Pilihan 10 Pilihan Tidak

-147-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

P = Positif. N = Negatif, E = sama, ± = kontrol langsung secara terus menerus dibutuhkan e


a) Ventilasi sesuai standar ASHRAE 62-1989, ventilasi untuk kualitas udara di dalam
bangunan yang dapat diterima, harus digunakan untuk area yang laju ventilasi
spesifiknya tidak diberikan. Apabila persyaratan udara luar lebih tinggi seperti yang
disebut pada standar 62 dari yang ada pada tabel 3, nilai yang tertinggi harus diambil.
b) Total pertukaran udara yang ditunjukkan harus dipasok atau apabila disyaratkan harus
dibuang.
c) Untuk ruang operasi, 100% udara luar harus digunakan hanya jika ketentuan yang ada
mempersyaratkan dan hanya jika alat pemulihan panas digunakan.
d) Istilah ruang trauma yang digunakan disini adalah ruang bantuan pertama dan/atau
ruang darurat yang digunakan tindakan awal dari korban kecelakaan. Ruang operasi di
dalam pusat trauma yang secara rutin digunakan untuk bedah darurat dianggap sebagai
ruang operasi.
e) Meskipun kontrol langsung secara terus menerus tidak dipersyaratkan, perbedaan harus
diminimalisir, dan dalam tidak adanya kontrol arah, tidak boleh ada penyebaran infeksi
dari satu area ke area lain.
f) Untuk diskusi pertimbangan untuk sistem pembuangan udara sentral di toilet, lihat pada
“ruang pasien”.
g) Ruang isolasi infeksius yang dijelaskan dalam tabel ini mungkin digunakan untuk pasien
infeksius pada komunitas rumah sakit rata-rata. Ruangan bertekanan negatif, Beberapa
ruang isolasi mungkin mempunyai ruang antara terpisah. Lihat pembahasan dalam bab
ini untuk informasi lebih rincil. Apabila penyakit menular yang sangat infeksius terhirup
seperti tuberkulosis, harus diisolasi. peningkatan laju pertukaran udara perlu
dipertimbangkan. Ruang isolasi protektif yang digunakan untuk pasien
immunosuppressed. Ruang bertekanan positip untuk memprotek pasien. Ruang antara
umumnya dipersyaratkan dan harus bertekanan negatif dengan ruang pasien yang ada.
h) Resirkulasi diizinkan dalam ruangan pasien isolasi pernapasan jika udara difilter denga
HEPA filter.
i) Semua udara yang dibutuhkan tidak perlu dibuang jika peralatan ruang gelap dilengkapi
ducting saluran pembuangan (scavenging exhaust) dan memenuhi standar NIOSH,
OSHA, dan petugas yang terpapar terbatas.
j) Tubuh yang didinginkan di ruangan hanya ada fasilitas untuk melakukan otopsi di lokasi
dan menggunakan ruang untuk jangka pendek sambil menunggu tubuh yang akan
dipindahkan.
k) Pusat persiapan makanan harus mempunyai kelebihan pasokan udara untuk tekanan
positif jika tudung tidak dioperasikan. Jumlah pertukaran udara dapat dikurangi atau
bervariasi untuk mengontrol bau jika ruangan tidak digunakan. Total pertukaran udara
per jam minimal harus dipersyaratkan untuk memberikan udara tambahan yang tepat ke
sistem pembuangan dapur.
l) Untuk ruang air lock dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

-148-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tabel Penggunaan Air Lock

Pemilihan Hubungan
Jenis ruang bersih Fungsi airlock Gambar
airlock tekanan relatif
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih + +
terkontaminasi dari udara
luar yang kotor +
• Mencegah udara bersih
• Tekanan positif terkontaminasi dari ruang Airlock ++
• Tanpa asap dan zat sekelilingnya melalui
bio Cascading retakan Koridor +
• Tanpa dibutuhkan • Model air lock ini
penghalang / umumnya digunakan pada
penahanan ruangan isolasi protektif
(immune compromise),
ruang operasi dan
ruangan pencampuran
obat steril.
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih –
terkontaminasi dari udara
kotor koridor
• Tekanan negatif Airlock ++
• Mencegah ruang bersih
• Ada kontaminasi dari
Bubble melepas asap atau zat bio
asap dan zat bio Koridor +
ke koridor
• Dibutuhkan
• Model air lock ini
penghalang/penahan
umumnya digunakan pada
ruangan pencampuran
obat sitotoksik
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih –
terkontaminasi udara kotor
koridor
Airlock ––
• Mengizinkan asap atau
• Tekanan negatif zat bio ruang bersih lepas
• Ada kontaminasi dari ke air lock. Tidak ada Koridor +
asap dan zat bio Sink peralatan proteksi petugas
• Dibutuhkan yang dibutuhkan
penghalang/penahan • Model air lock ini
umumnya digunakan pada
ruangan perawatan isolasi
airborne

• Mencegah ruang bersih


Udara bersih –
terkontaminasi dari udara
kotor koridor
• Tekanan negatif Airlock negatif – –
• Mencegah asap udara
• Ada asap beracun (Dual
bersih atau zat bio lepas
atau zat bio yang Airlock positif + +
Compartment) ke koridor
berbahaya atau
Kompartemen • Proteksi peralatan yang
mempunyai potensi Koridor –
digunakan petugas
gabungan unsur
ganda (seperti peralatan
• Dibutuhkan
presurisasi dan respiratur
penghalang/penahan
bila disyaratkan)
• Proteksi petugas
• Model air lock ini
dibutuhkan
umumnya digunakan pada
ruang severe acute
respiratory syndrome.

-149-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2.3.9 INSTALASI LISTRIK


I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2 Tahun
2018 tentang Pemberlakuan Wajib Standar Nasional Indonesia di Bidang
Ketenagalistrikan.
b. Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia 0225:2011 mengenai Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) dan Standar Nasional Indonesia
0225:2011/Amd1:2013 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011) Amandemen 1.
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 2306 tahun 2011 tentang persyaratan
teknis prasarana instalasi elektrikal rumah sakit.
d. Peraturan Menteri Kesehatan no 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis
bangunan dan prasarana rumah sakit.
2. Standar
a. Persyaratan Umum Instalasi Listrik SNI no 0225 tahun 2011

II. Perencanaan
1. Sumber Listrik
Sumber-sumber listrik untuk rumah sakit berasal dari:
1) PLN (TR atau TM)
Untuk rumah sakit dengan langganan dibawah 200 KVA menggunakan
sambungan tegangan rendah/TR, sedangakn untuk di atas 200KVA
menggunakan sambungan tegangan menengah, dalam hal ini rumah sakit
harus menyiapkan panel TM dan trafo, rumah sakit harus menyediakan
gardu atau bangunan PLN.
2) Generator Set
Generator set harus disediakan dengan jumlah minimal dua buah. Kapasitas
genset berdasarkan perhitungan kurva beban. Disarankan genset dapat
mengambil alih seluruh beban dari PLN (100%). Contoh apabila kapasitas
terpasang PLN 500KVA maka genset yang disediakan 2 x 300 kVA.
3) UPS (Baterai), kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap peralatan
dengan kapasitas baterai untuk waktu penggunaan minimal 30 menit.
2. Kapasitas Listrik
Perencanaan sistem kelistrikan harus diawali dengan memperhatikan besaran
dan sifat-sifat beban yang dilayani, termasuk kemungkinan pertumbuhan beban
akibat perluasan bangunan serta jenis peralatan yang ada.
Secara empiris dapat digunakan perhitungan dengan asumsi kVA/tempat tidur.
Rumah sakit kelas D dan C antara 3 – 5 KVA/tempat tidur, untuk kelas A dan B
antara 5 – 8 KVA/tempat tidur. Perhitungan tersebut harus mempertimbangkan
lokasi dan temperatur ambient dimana rumah sakit berada.

-150-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh rumah sakit dengan temperaturambient 25-28ºC, maka jumlah kebutuhan


kVA/tempat tidur akan lebih kecil dibandingkan dengan lokasi rumah sakit dengan
temperatur 28-34 ºC.
Contoh 1 : rumah sakit kelas C dengan 100 tempat tidur, maka perkiraan
kebutuhan daya listrikadalah sebagai berikut :
Perkiraan Kebutuhan Daya = Jumlah TT x (3-5) KVA
= 100 x (3-5) KVA
= 300 s/d 500 KVA
Contoh 2 : rumah sakit kelas B dengan 250 tempat tidur, maka perkiraan
kebutuhan daya listrikadalah sebagai berikut :
Perkiraan Kebutuhan Daya = Jumlah TT x (5-8) KVA
= 250 x (5-8) KVA
= 1.250 s/d 2.000 KVA
Cara lain menghitung kebutuhan daya listrik secara detail berdasarkan tabel
pembebanan listrik pada tiap-tiap panel di setiap ruangan.
Sebagai contoh di bawah ini diilustrasikan model perhitungan ruang HCU, PICU,
NICU, Perinatal :

-151-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Catatan :
Perhitungan kapasitas listrik pada diagram di atas belum termasuk kebutuhan daya
listrik untuk peralatan khusus seperti ventilator, suction portabel, dll.
Perhitungan kebutuhan listrik secara pasti berdasarkan penjumlahan panel-panel
ruangan, panel ruang dan panel gedung, yang meliputi beban-beban :
1) Penerangan/pencahayaan dalam ruangan (titik lampu) dan pencahayaan luar
(halaman, jalan, taman).
2) Stop kontak umum.
3) Stop kontak khusus alat kesehatan, bedhead, pendant dan sejenisnya.
4) Tata udara (chiller, unit outdoor/compressor, AHU, unit indoor).
5) Pompa-pompa (air bersih, air kotor, hidran, sprinkler, vakum medik, udara
tekan medik dll)
6) Transportasi vertikal dalam bangunan gedung (Lift, dumb waiter, pneumatic
tube, dll)
Perhitungan dan penggambaran tersebut dilaksanakan sesuai kaidah dan
ketentuan yang berlaku (PUIL).

Cara lain perhitungan kapasitas listrik adalah dengan koefisien watt/m², yaitu 60
watt/m2 (untuk bangunan gedung ber AC).
Contoh : rumah sakit kelas B dengan luas total bangunan 20.000 m2, maka
perkiraan kebutuhan daya listrikadalah sebagai berikut :
Perkiraan Kebutuhan Daya = Luas Total Bangunan (m2) x 60 Watt/m2
= 20.000 x 60 Watt/m2
= 1.200.000 watt
= 1.200.000 : 0.8 = 1.500.000 VA= 1.500 KVA

Cara lain perhitungan kapasitas listrik adalah dengan menjumlah seluruh


kebutuhan daya listrik pada tiap-tiap fungsi ruang dan alat kesehatan secara
mendetail. Sebagai contoh dapat melihat tabel kebutuhan beban listrik untuk
sebagian peralatan di rumah sakit dengan contoh sebagai berikut :

Beban Beban
No Nama Alat/Barang Terpasang Demand Maksimum
(Watt) Factor (Watt)
0.75 -
11.000 8.250 - 13.750
1 Lift 1.25
2 Peralatan laboratorium 100.000 0.8 80.000
3 Power Peralatan Laundry 300.000 0.8 240.000
4 Power Peralatan Bengkel 30.000 0.8 24.000
5 Generator Oksigen 40.000 1 40.000
6 Pompa Vacuum 7.400 1 7.400
7 Pompa Compress air 7.400 1 7.400

-152-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

8 Pompa Transfer 22.000 1 22.000


9 Pompa WTP 15.000 1 15.000
10 Pompa Deep well 7.400 1 7.400
11 Pompa Booster 2.200 1 2.200
12 Pompa Sum Pit 180.000 1 180 000
13 Pompa STP 20.300 1 20.300
14 Chiller 270.000 0.85 229.500
15 Pompa CHWP 22.500 0.85 19.125
16 Pompa RO 29.500 1 29.500
17 Pompa Heat Pump 29.000 1 29.000
18 Stop Kontak Data 60.000 0.8 48.000
19 Stop Kontak Hemodialisa/TT 5.000 0.8 13.600
20 Peralatan Elektromedik 10.000 1 10.000
21 Peralatan CVCU 6.600 1 6.600
22 Peralatan ICU 7.200 1 7.200
23 Peralatan NICU 4.800 1 4.800
24 Peralatan PICU 5.400 1 5.400
25 Peralatan Ruangan Operasi 4.700 1 4.700
26 Peralatan CSSD 175.000 0.8 140.000
27 Peralatan Cathlab 128.000 0.8 102.400
28 Peralatan MRI 160.000 0.8 128.000
29 Peralatan X-Ray 80.000 0.8 64.000
30 Peralatan Fluoroskopi 120.000 0.8 96.000
31 Peralatan CT-Scan 120.000 0.8 96.000
32 Peralatan mammographi 10.000 0.8 8.000
33 Peralatan USG 2.000 0.8 1.600
34 Peralatan Panoramic 25.000 0.8 20.000
35 Peralatan Dental X-Ray 10.000 0.8 8.000
36 Peralatan Dapur 86.000 0.8 68.800
37 dst…

3. Kurva Beban Listrik


Perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan kurva beban (Load Curve) di seluruh
ruangan selama 24 jam. Berikut di bawah ini adalah pola kurva beban untuk
beberapa ruang:

-153-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4. Kualitas Listrik
Untuk Menjaga kualitas listrik diperlukan peralatan seperti:
1) Stabilisasi tegangan, menggunakan UPS/stabilizer baik secara terpusat
maupun pemasangan tiap unit alat.
2) Untuk mengatasi tegangan transient, spike, dapat menggunakan antara lain
surge suprressor, arrester dan sejenisnya.
3) Untuk mengatasi harmonik menggunakan Active Harmonic Filter (AHF).
4) Mengimbangi beban induktif (mesin-mesin) harus disediakan Capasitor Bank.

Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi terkait dengan tingkat kualitas:
1) Mutu Kestabilan Tegangan antara 200 Volt ~ 230 Volt
2) Frekuensi 50 Hz ± 1 Hz
3) Harmonisa Arus < 5%

5. Kesinambungan/Kontinuitas Suplai Listrik


Suplai listrik di tiap ruang dan bangunan rumah sakit harus tersedia selama 24 jam.
Pada ruang-ruang fungsi pelayanan tertentu disyaratkan suplai listrik tidak boleh
terputus. Oleh karena itu harus disediakan generator set dengan waktu peralihan
maksimal 15 detik (sesuai SNI 0225-2011) dan UPS (Uninterruptible Power
Supply). UPS dapat disediakan secara terpusat maupun individual/masing-masing
ruangan dan alat.
Sistem kelistrikan harus direncanakan sesederhana mungkin untuk memudahkan
dalam operasi dan pemeliharaan.
Jaringan harus dirancang agar di titik akhir harus memenuhi kriteria kualitas
layanan.
Kualitas dan kontinuitas dalam penyediaan daya listrik merupakan kriteria penting
dalam sistem kelistrikan di lingkungan rumah sakit. Permasalahan yang dialami
dalam pengembangan kawasan rumah sakit adalah keterbatasan konfigurasi
pasokan daya. Kondisi saat ini terkait langsung dengan keberadaan jaringan PLN
yang disiapkan untuk melayani kawasan rumah sakit.
Sistem kelistrikan harus direncanakan sejak awal pembangunan hingga konsep
pengembangnnya, yang berarti tanggap terhadap kemungkinan terjadinya
penambahan dan perluasan bangunan serta penambahan peralatan.

-154-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kelompok dan klasifikasi untuk pelayanan keselamatan di lokasi medik dapat


digambarkan pada tabel berikut.

-155-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Keterangan :
Kelompok 0 adalah Lokasi medik dimana tidak ada bagian terapan yang akan digunakan.

Kelompok 1 adalah Lokasi medik dimana bagian terapan yang dimaksudkan untuk
digunakan secara eksternal atau masuk ke sembarang bagian tubuh, kecuali berlaku pada
kelompok 2.

Kelompok 2 adalah Lokasi medik dimana terdapat bagian terapan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam penerapan seperti prosedur intrakardiak, ruang operasi/ bedah dan
perawatan vital jika diskontinuitas (kegagalan) suplai dapat menyebabkan kematian.

6. Distribusi
Penyaluran daya listrik dari power house ke masing-masing Gedung dan ruang,
untuk sistem tegangan rendah menggunakan kabel tanah (NYFGbY) dan sistem
tegangan menengah (TM) menggunakan jenis kabel N2XSY/ NA2XSY, N2XSEBY/
NA2XSEBY atau N2XSEFGbY/ NA2XSEFGbY. Untuk penanaman kabel tanah
harus diberi tanda keberadaan dan arah kabel. Penggunaan kabel dari trafo ke

-156-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

panel induk distribusi (MDB) digunakan kabel jenis single core atau dapat juga
dengan busduct.
Distribusi daya listrik tersebut dilayani menggunakan sistem jaringan Tegangan
Menengah dengan Trafo milik Rumah Sakit. Kapasitas Trafo yang diperlukan
dihitung berdasarkan pada angka optimal pembebanan Trafo yakni sebesar 80%,
dengan demikian kapasitas Trafo yang diperlukan adalah: 2000 kVA/80% = 2500
kVA.
Dalam hal ini Rumah Sakit harus memiliki power house dengan kapasitas Trafo
sekitar 2500 kVA, dilengkapi dengan backup genset sebagai sumber daya
cadangan.
a. Keandalan Penyaluran
Untuk menjaga keandalan penyaluran listrik ke tiap ruangan maka
dilaksanakan penyaluran sebagai berikut :
1) sistemloop
model ini untuk bangunan rumah sakit dengan pengembangan horisontal/
terdapat beberapa blok bangunan
2) sistem penggandaan kabel
model ini untuk bangunan rumah sakit dengan gedung tunggal, khususnya
untuk ruang-ruang pelayanan kritis.
3) Pada ruang-ruang tertentu suplai listrik pada stop kontak yang berdekatan
harus mendapat suplai dari sekering (MCB/grup) yang berbeda. Yaitu
pada tiap bedhead ruangan perawatan pasien, ICU/ICCU/PICU/NICU,
ruangan operasi (pendant).
b. Jaringan Distribusi Listrik
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi perencanaan sistem kelistrikan
suatu rumah sakit adalah:
1) karakteristik beban,
2) kualitas pelayanan,
3) ukuran dan konfigurasi bangunan serta
4) pertimbangan biaya.
Jaringan Distribusi yang dikembangkan dapat dirancang mengikuti pola
jaringan yang sudah ada namun perlu mempertimbangkan aspek kontinuitas
pasokan terhadap sistem eksiting (bila kegiatan ini merupakan kegiatan
lanjutan).
Untuk jaringan TR mengikuti pola radial (untuk jarak-jarak > 100 meter) untuk
instalasi gedung baru sesuai yang persyaratan teknis.

7. Outlet/Terminal/Stop kontak
Outlet di ruang-ruang rumah sakit menggunakan jenis waterproof dan ditandai
dengan warna sesuai suplainya (dari PLN, Genset atau UPS). Outlet (Stop Kontak)
dapat terdiri dari satu phase atau tiga phase dan harus dilengkapi dengan
grounding.

-157-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Ruang Rawat Jalan


- Tiap ruangan periksa, kosultasi dan tindakan minimal memiliki 3 stop
kontak.
- Untuk ruangan periksa/konsultasi yang menggunakan alat-alat diagnostik,
maka jumlah stop kontak disesuaikan dengan jumlah alat.
b. Ruang Rawat Inap
- Tiap TT terdiri dari 4 stop kontak yang disuplai minimal dari 2 sikring/MCB
yang berbeda.
- Ruang tindakan terdiri dari 5 stop kontak yang disuplai minimal dari 3
sikring/MCB yang berbeda.
- Nurse station terdiri dari minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal dari 2
sikring/MCB yang berbeda.
- Koridor dilengkapi minimal 3 stop kontak dalam jarak 10 meter
c. Ruang Gawat Darurat
- TT resusitasi dan tindakan terdiri dari 5 stop kontak yang disuplai minimal
dari 3 sikring/MCB yang berbeda.
- TT triase dan observasi terdiri dari minimal 2 stop kontak.
- Nurse station terdiri dari minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal dari 2
sikring/MCB yang berbeda.
- TT di ruangan Isolasi terdiri dari minimal 4 stop kontak yang disuplai
minimal dari 2 sikring/MCB yang berbeda.
d. RuangPerawatan Intensif
- Tiap TT dilengkapi minimal 6 stop kontak di luar kebutuhan stop kontak
untuk TT, monitor dan ventilator. Tiap-tiap stop kontak berasal dari 2
sikring/MCB yang berbeda.
- Untuk kelas A 16 stop kontak, untuk kelas B 12 stop kontak.
- Koridor dilengkapi minimal 3 stop kontak dalam jarak 10 meter.
e. Ruang Operasi
- TT persiapan dilengkapi minimal 2 stop kontak.
- TT pemulihan dilengkapi minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal dari 2
sikring/MCB yang berbeda.
- Ruangan operasi dilengkapi minimal 6 stop kontak yang dipasang pada 4
sisi dinding dan minimal 6 stop kontak yang dipasang pada pendant. Tiap-
tiap stop kontak disuplai dari sikring/MCB yang berbeda
- Koridor dilengkapi minimal 3 stop kontak dalam jarak 10 meter
f. Ruang Radiologi
- Semua ruangan diagnostic (radiasi/sinar peng-ion) pada tiap sisi dinding
dipasang 1 stop kontak.

-158-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Ruangan Baca Film jumlah stop kontak sesuai dengan jumlah film viewer
- Ruangan USG dilengkapi minimal 4 stop kontak
g. Ruang Laboratorium
Jumlah dan jenis stop kontak untuk peralatan laboratorium yang diletakkan di
atas meja kerja maupun yang berdiri sendiri agar disesuaikan dengan jumlah
dan jenis alat.
Ruangan bank darah dilengkapi minimal 3 stop kontak.
h. Ruang Sterilisasi
- Ruangan dekontaminasi disediakan 3 stop kontak ditambah 1 stop kkontak
khusus untuk alat pencuci
- Ruangan packing dilengkapi minimal 2 stop kontak di setiap sisi dinding
- Ruang penyimpanan steril disediakan minimal 2 stop kontak
- Tiap-tiap alat Alat Sterilisasi (Autoclave) disuplai langsung dari panel alat (3
phase)
i. Ruang Kebidanan
- Ruangan bersalin disediakan minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal
dari 2 sikring/MCB yang berbeda.
- Ruang persiapan tiap TT disediakan minimal 2 stop kontak.
- Ruangan tindakan terdiri dari 5 stop kontak yang disuplai minimal dari 3
sikring/MCB yang berbeda.
- Ruang pemulihan dilengkapi minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal
dari 2 sikring/MCB yang berbeda.
- Koridor dilengkapi minimal 3 stop kontak dalam jarak 10 meter.
j. Laundry
- Tiap-tiap peralatan laundry (mesin cuci, mesin pengering dan mesin setrika
roll) masing-masing disuplai langsung dari panel khusus peralatan (1
phase, 3 phase)
- Ruangan pengering dan setrika dilengkapi 3 stop kontak.
- Ruangan linen bersih dilengkapi 2 stop kontak.
k. Dapur
- Tiap-tiap peralatan dapur (Alat untuk memasak air, rice cooker,
penggorengan) apabila menggunakan listrik disuplai langsung dari panel
khusus peralatan (1 phase, 3 phase) dengan jumlah sesuai dengan
peralatan.
- Ruangan persiapan dilengkapi minimal 4 stop kontak.
- Ruangan penyimpanan (refrigerator) dilengkapi minimal 1 stop kontak.
l. Ruang Diagnostik

-159-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Ruangan endoscopy & colonoscopy dilengkapi masing-masing minimal 4


stop kontak
- Ruangan persiapan dan pemulihan dilengkapi 2 stop kontak tiap TT.
m. Ruangan hemodialisis
- Tiap TT/kursi hemodialysis dilengkapi 4 stop kontak
n. Ruangan rehabilitasi medik
- Ruangan fisioterapi dilengkapi minimal 3 stop kontak tiap TT.
- Ruangan terapi okupasi dan vokasional dilengkapi 4 stop kontak.
- Ruangan sensori integrasi dilengkapi 3 stop kontak tiap alat.
- Ruangan terapi wicara dilengkapi 3 stop kontak.
- Ruangan gymnasium dilengkapi 2 stop kontak tiap sisi dinding.
- Ruangan bionic dilengkapi 3 stop kontak.
- Ruangan bengkel masing-masing dilengkapi minimal 4 stop kontak.

8. Grounding/Pembumian

a. Keamanan dan Keselamatan Penggunaan


Dalam rangka pengamanan penggunaan daya listrik terhadap kemungkinan
terjadinya tegangan sentuh, arus bocor, sambaran petir, kebakaran digunakan
trafo isolasi, grounding alat dan grounding gedung.
1) Trafo Isolasi
Trafo isolasi digunakan pada ruangan operasi dan ruangan perawatan
intensif. Beban kapasitas trafo isolasi maksimal 10 KVA, dalam hal ini
secara empiris tiap-tiap ruangan operasi membutuhkan 1 unit trafo isolasi
sendiri, untuk ruang perawatan intensif, dapat terdiri dari beberapa unit trafo
isolasi.

-160-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh gambar pengaman arus bocor

Contoh gambar skematik sistem UPS di ruangan ICU yang menggunakan trafo isolasi

2) Grounding Peralatan
Tujuan dari sistem grounding peralatan antara lain :
1. Menjaga tegangan nol volt pada semua body peralatan selama operasi
normal;
2. Berperan sebagai jalur untuk menyalurkan arus gangguan ke tanah
pada kondisi terjadinya gangguan;
3) Grounding Bangunan
Sistem grounding untuk bangunan rumah sakit harus dibagi menjadi
beberapa bagian, sebagai berikut:
a) badan peralatan panel listrik;
b) titik netral trafo dan genset;
c) peralatan elektronik/digital,
d) peralatan medik;
e) perlindungan bangunan dari sambaran petir.
Tujuan dari dilakukannya grounding dimaksudkan untuk menyalurkan
adanya arus gangguan melaui titik pembumian terendah ketika terjadi
sambaran petir, atau terjadinya kesalahan/ gangguan pada sistem listrik,
adanya induksi elektromagnetik, atau sengatan listrik.

-161-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Tujuan dari dilakukannya bonding dimaksudkan untuk menyamakan tegangan


antar selungkup (casing, body) sehingga terjadi pemerataan tegangan
(equipotential) sehingga terhindar dari adanya bahaya electrical hazard bila
seseorang memegang dua selungkup peralatan yang berdekatan.
Bahwa perancangan Sistem Grounding dan Bonding lebih ditujukan proteksi
pada peralatan dan pengamanan pada manusia yang akan bersentuhan
dalam pemakaian listrik untuk aktivitas keseharian di dalam gedung.
Desain dari sistem elektroda grounding disertakan dalam desain listrik.
Namun,pentingnya sistem ini tidak dapat diabaikan karena desain
telekomunikasi dan infrastruktur ikatan elektronik tergantung pada karakteristik
fisik dan listrik landasan elektroda sistem.

Contoh gambar grounding dan bonding


Sumber: IEC 62305 dalam British Standar BS/EN IEC 62305-3

Seluruh enclosure peralatan dan peralatan listrik yang berupa panel listrik,
motor–motor, trafo, genset, stop kontak daya, peralatan elektronik dan bagian
instalasinya yang didalam keadaan normal tidak bertegangan dengan
dihubungkan ke titik grounding menggunakan konsep bonding yang telah
disampaikan di atas;
Implementasi bonding dan grounding untuk masing masing peralatan di atas
dilakukan dengan cara menyambungkan body peralatan ke titik grounding dan
setiap titik grounding dihubungkan sehingga membentuk satu kesatuan
bonding yang saling terhubung;

4) Implementasi Sistem Grounding


Implementasi grounding untuk masing masing peralatan dilakukan dengan
cara menyambungkan body peralatan ke titik grounding dan setiap titik
grounding dihubungkan sehingga membentuk satu kesatuan bonding yang
saling terhubung;
Contoh Terminasi untuk Grounding Peralatan

-162-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Gambar Skematik Terminasi untuk Grounding Peralatan


Keterangan:

Penyiapan penghantar untuk grounding akan mengacu pada Grounding Busbar yang
berfungsi sebagai perpanjangan dari sistem elektroda pembumian AC untuk infrastruktur listrik
dan Grounding Busbar tersebut berfungsi sebagai titik acuan pusat untuk pembumian
peralatan.

5) Pengaman (proteksi) pada panel listrik


Jenis proteksi yang digunakan pada panel listrik terdiri dari:
a) Proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit);
b) Proteksi terhadap beban lebih (over current);
c) Proteksi terhadap tegangan lebih (over voltage);
d) Proteksi terhadap tegangan turun (under voltage);
e) Proteksi terhadap tanah (ground over current).

-163-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

5. Gambar-Gambar
Gambar-gambar terkait sistem kelistrikan di rumah sakit dapat dilihat di bawah ini.

Contoh gambar skematik sistem suplai listrik induk di rumah sakit


(3 genset, 1 trafo)

-164-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh gambar power house dengan 2 trafo 2 genset

2.3.10 SARANA ELEKTRONIKA BANGUNAN & ICT RUMAH SAKIT


Sarana elektronika bangunan & ICT rumah sakit yang dimaksud meliputi beberapa
sistem sebagai berikut:
1. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
2. Sistem Tata Suara
3. Sistem Panggil Perwat, Nurse Call & Code Blue
4. Sistem Gpon (Telepon, data, TV, CCTV)
5. Integrated Building Management System (IBMS)

I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Undang-undang Rep. Indonesia No. 28 th. 2002 Tentang Bangunan Gedung.

-165-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Peraturan Menteri PU No. 26/PRT/M/2008 th. 2008 Tentang Persyaratan


Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. Peraturan Daerah Kota Bandung No. 5 th. 2010 tentang Bangunan Gedung.
d. UU No. 28 / 2002, tentang Bangunan Gedung berhubungan dengan PP No.
38 / 2005.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29 / PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 /PRT / M/ 2008 tanggal 30
Desember 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
g. KEPMENEG PU No. 11/KPTS/2000, tentang Teknis Management
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
h. Peraturan Walikota (PERWAL) Bandung Nomor 1023/2016 Tentang
Bangunan Gedung Tinggi.
2. Standar
Standar yang menjadi acuan tata cara perencanaan
a. SNI 03-3985 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan, Pengujian
Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung.
b. SNI 03-6571-2001, tentang Sistem Manajemen Asap di Dalam Mall, Atrium
dan Ruangan Bervolume Besar.
c. SNI 03-7015-2004, tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.
d. SNI 04-7018-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga
(SPDD).
e. SNI 04-7019-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat
menggunakan Energi Tersimpan (SPDDT).
f. SK Depnaker No. 17 tahun 1980 dan No. Per-02/DP/1983, tentang Instalasi
Alarm Kebakaran Otomatik.
g. SNI 04-0225-2011, tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011.
h. Data teknis dari produk dibidang peralatan Fire Alarm System yang dibuat
oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara.
i. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian
Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Gedung.
j. Data teknis dari product di bidang peralatan Fire Alarm System yang dibuat
oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara dan memiliki ISO-9001, standard
approval yang disetujui yaitu: ULC, JIS, MEA, CSFM dan COC, sesuai
dengan NFPA standard 72.

II. Perencanaan
1. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
Pada setiap bangunan gedung Vokasional UPI direncanakan tersedia sarana dan
prasarana sistem pengindera kebakaran agar jika terjadi bahaya kebakaran dapat

-166-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

terdeteksi sedini mungkin. Adapun peralatan pengindera kebakaran tersebut


adalah:
- Fire Alarm Control Panel (FACP)
- Pusat kontrol
- Instalasi dan peralatan-peralatan bantu komunikasi dan evakuasi
a. Uraian Sistem
Sistem yang diterapkan menggunakan sistem alarm otomatis tipe "Semi
Addressable",. Penggunaan semi addresable dikarenakan memang tidak
perlu penunjukkan lokasi hingga pada tingkatan titik per detektor. Sistem
semi addressable menunjukan lokasi sumber kebakaran berdasarkan area
(Zone) lokasi bukan titik lokasi.
Sistem yang diterapkan menggunakan sistem alarm otomatis tipe "Semi
Addressable", dimana lokasi sumber kebakaran ditujukan berdasarkan area
lokasi bukan titik lokasi.
Pembagian daerah zone kebakaran, didasarkan atas pertimbangan yaitu:
- Memudahkan petugas menentukan route gerak yang cepat menuju
daerah kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui ada atau tidak adanya personil ditempat
kebakaran.
- Memudahkan petugas menentukan lokasi kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui bekerja atau tidaknya alat pemadam
kebakaran.
- Partisi bangunan.
Uraian cara kerja sistem, meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang
bekerja secara manual dan otomatis termasuk integrasi dengan sistem-
sistem lainnya antara lain:

2. Master Control Fire Alarm (MCFA)


a. Sentral Sistem & Penempatannya
1) Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA) ditempatkan di ruang pusat
kendali kebakaran (FCC) lantai dasar (PERMEN PU No.
26/PRT/M/2008; pasal 6.9; hal 225~230), yang mana dari sini dapat
dipantau kegiatan sistem Fire Alarm secara keseluruhan.
2) Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA) ditempatkan di ruang kontrol
elektronik yang mana dari sini dapat dipantau kegiatan sistem Fire Alarm
secara keseluruhan.
3) Annunciator ditempatkan di pusat kendali kebakaran (FCC) dan Ruang
Security masing-masing gedung.
4) Fire alarm control panel (FACP) terdiri dari:
- Central processing unit (CPU)
- Key board

-167-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Monitor (VDU)
- Printer
- Emergency telephone
b. Peralatan (FACP) untuk gedung Vokasional UPI di Bandung, dilengkapi
battery dan recharger battery yang selalu siap mengisi battery setelah
digunakan. Battery sebagai sumber daya listrik cadangan apabila sumber
daya listrik PLN/genset padam dan mempunyai kemampuan operasi 24 jam
standby dan 30 menit general alarm pada akhir periode.
c. Fire Alarm Control Panel (FACP) mempunyai fasilitas yang mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Monitoring kejadian pada daerah proteksi dan peralatan yang disupervisi
- Deteksi dan pemberitahuan kebakaran
- Pemantauan dan pengaturan penyalaan pressurize fan
- Monitoring sistem perlawanan kebakaran
- Pengaturan pemutusan aliran listrik
- Monitoring lift kebakaran
- Monitoring adanya aliran air dalam pipa melalui flow switch.
d. Monitoring
Dapat memonitor kejadian pada area dan alat-alat yang disupervisi sesuai
dengan penggunaan alat sensor yang dipilih.
e. Interface Control dan Monitor Point
Untuk komunikasi antara monitor point dan pusat kontrol disediakan sarana
interface yang berupa transponder jenis digital transmision. Transponder
mempunyai fasilitas kontrol dan monitor point, dan transponder di letakkan
disetiap lantai.
f. Luasan Cakupan Pengideraan Kebakaran
1) Deteksi dan pemberitahuan kebakaran
Sinyal-sinyal sensor yang melebihi ambang tertentu dievaluasi sebagai
adanya indikasi bahaya atau kondisi yang tidak wajar, FACP dalam hal
ini akan menerima sinyal-sinyal indikasi bahaya kebakaran tersebut dan
sekaligus melakukan tindakan-tindakan penanggulanggan. Tindakan
penanggulangan ini dapat berupa:
- Pemberian alarm terhadap supervisi peralatan
- Pemberian alarm terhadap daerah proteksi
- Pemberian perintah evakuasi
- Pemberian perintah sesuai dengan program yang telah disiapkan
- Menghubungkan dengan Dinas Pemadam Kebakaran

-168-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2) Tinggi Ruang
-----------------------------------------------------------------------------
Tinggi Panas Detektor Panas
max (m) Photoelectric
------------------------------------------------------------------------------
0 - 7,5 cocok sangat cocok
7,5 - 10 tidak cocok sangat cocok
10 - 20 tidak cocok cocok
------------------------------------------------------------------------------

3) Luasan Cakupan Penginderaan

Detektor Luas cakupan (m2) pada ketinggian 3 m

Panas Konstan 25 - 46

Panas ROR 25 - 46

Asap Potoelektrik 50 - 95
Gas

g. Pemilihan Detektor
Untuk pendektesi kebakaran digunakan smoke detector, fixed temperatur
detector, combination type fixed and ROR. Untuk signaling digunakan
manual alarm, audible alarm dan indicator lamp.

Kriteria penggunaan detector, sesuai dengan peraturan yang berlaku adalah:


Ruang / Area Jenis Detektor

Area Parkir Detector Panas Rate of Rise

Ruang Kontrol Detector Asap Photoelectric

Ruang Battery Detector Asap Photoelectric

Ruang Security Detector Asap Photoelectric

Gudang Detector Asap Photoelectric

Ruang Server Detector Asap Photoelectric

Ruang M & E Detektor Asap Photoelectric

-169-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Ruang / Area Jenis Detektor

Ruang Kerja Detector Asap Photoelectric

Ruang Rawat Detector Asap Photoelectric

Ruang Alat Detektor Kombinasi Kenaikan Panas &


Detektor Panas Konstan

Ruang Penyimpan Obat Detector Asap Photoelectric

Ruang Laboratorium Detector Asap Photoelectric

Ruang Gas Medis Gas detektor & Detektor Kombinasi Kenaikan


Panas & Detektor Panas Konstan

Ruang Genset Detektor Panas Konstan

Korridor Detektor Asap Photoelectric

Secara singkat hal-hal yang dipakai sebagai bahan perencanaan instalasi


adalah sebagai berikut:

Detektor Panas Tipe Konstan


Pemilihan detektor panas konstan (temperature tetap) berdasarkan SNI 03-
3985-2000 butir 5.2.1 tentang “Detektor temperature tetap”:
1. Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
2. Sesuai dipakai pada tempat yang sering berasap dan berdebu serta
temperatur sekelilingnya sering berubah.
3. Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 25 – 46 m2.
4. Jarak antara detektor tidak melebihi 6 meter.
5. Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter.
6. Kepekaan: Pada aliran udara 1 m/sec dan di atas temperature max.
57 - 60 C, bereaksi dalam 25 – 50 detik.

Detektor Panas Tipe Kombinasi


Pemilihan detektor panas Rate of rise (Laju kompensasi) berdasarkan SNI
03-3985-2000 butir 5.2.2 tentang “Detektor laju kompensasi”
1. Combination rate of rise and fixed temperature detector yang digunakan
mempunyai rate of rise and setting temperature sebesar 8 0C/menit.
Fixed temperature mempunyai setting sebesar 56 0C.
2. Fixed temperature detector yang digunakan mempunyai setting
temperature sebesar 56 0C.
3. Heat detector mempunyai kemampuan untuk mendektesi daerah
kebakaran seluas 40 m2 pada ketinggian ceiling 4,5 m.

-170-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4. Heat detector yang digunakan mempunyai temperatur kerja 0-66 0C dan


kelembaban relatif 95%.
5. Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
6. Sesuai dipakai pada ruang yang temperatur sekelilingnya relative
konstan.
7. Dilengkapi dengan sensor suhu maximum pada 57 .
8. Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 25 – 46 m2.
9. Jarak pemasangan antara detektor tidak melebihi 6 meter.
10. Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter.
11. Kepekaan: pada aliran udara 0.85 m/sec dan 30 di atas temperatur
sekeliling, bereaksi dalam 30 detik.

Detektor Asap Tipe Photoelectric


Pemilihan detektor asap photoelectric berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir
6.2.2 tentang “Detektor asap jenis pancaran cahaya foto-elektrik”
1. Cocok digunakan ruangan dengan ketinggian lebih dari 6 meter.
2. Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 5 - 95 m2 pada ketinggian
plafond 4 – 20 m.
3. Sesuai dipakai untuk ruangan yang berisi material yang akan
mengeluarkan asap jika terbakar.
4. Jarak pemasangan antara detektor tidak melebihi 12 meter.
5. Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 6 meter.
6. Kepekaan: 0,8 – 1,5 % per ft smoke obscuration.
7. Detector asap photoelectric dilengkapi dengan time delay & sensitivity
adjustable.

Detektor Asap Tipe Ionisasi


1. Ionization smoke detector yang digunakan harus dari jenis sensitivitas
deteksinya stabil dam mempunyai switch untuk mengatur tingkat
sensitivitasnya.
2. Ionization smoke detector mempunyai kemampuan untuk mendeteksi
daerah kebakaran + 80 m2 pada ketinggian 4,5 meter.
3. Ionization smoke detector yang digunakan harus mampu bekerja secara
normal pada kondisi temperatur 0-60 oC dengan kecepatan udara 90
m/menit dan kelembaban relatif 95%.
4. Posisi pemasangan smoke detector diatur sedemikian rupa sehingga
sistem pendektesian dapat bekerja dengan tepat.

-171-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gas Detektor
Pemilihan gas detektor berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 8. Tentang
“Detektor kebakaran pengindraan gas”
1. Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian tidak melebihi 6 m.
2. Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 50 - 90 m2 pada ketinggian
plafond 3 m.
3. Sesuai dipakai pada ruangan yang mudah terbakar akibat gas.
4. Jarak antara detector gas maksimum 12 m.
5. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 4 m.
6. Detektor gas tidak boleh dipasang pada ruangan yang mempunyai
temperatur ruang lebih besar dari 38 C atau dibawah 0 C.

Titik Panggil Manual


Acuan:
SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.3.7 dan 12.2.3.8
Manual call point (Titik Panggil Manual) yang dilengkapi intercom
ditempatkan dilintasan umum, didalam / dekat Hydrant box atau dekat pintu
keluar dari ruangan yang cukup besar dengan jarak antara titik maksimum
30m dan luas cakupan maksimal 900 m².
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.3.8:
1. Manual push button sebagai titik panggil manual ditempatkan koridor /
lobby lift dan tiap hydrant box di daerah umum. Jarak maksimum antara
titik panggil manual 60 m.
2. Manual alarm digunakan untuk mendektesi kebakaran secara manual,
dengan cara menekan/memecahkan.
3. Setiap lamtai lobby dilengkapi dengan manual alarm dan mempunyai
jarak tempuh 25 meter untuk setiap lantai.
4. Manual initiating devices yang digunakan adalah dari jenis pre signal
alarm, di mana manual initiating ini juga dilengkapi dengan kunci untuk
general alarm.
5. Manual initiating device yang digunakan jenis pulling handle dengan
break glass cover atau jenis lain sesuai dengan merk terpilih.
6. Manual initiating device tersebut terbuat dari bahan metal difinish dengan
cat merah enamel.

Alarm Bell
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.1
Alarm bell mempunyai sound level minimum 5dB di atas noise level pada
saat keadaan mulai gawat (emergency), tingkat kekerasan minimal 65 dB.
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.2:

-172-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1. Alarm bell sebagai tanda bahaya ditempatkan ditiap koridor dan tiap
hydrant di box daerah umum tersebar secara merata disetiap lantai,
sehingga dapat menimbulkan kuat suara tidak kurang dari 65 dB disetiap
lantai bersangkutan.
2. Audible alarm diguakan sesuai sebagai alat indikasi kejadian kebakaran
melalui bunyi.
3. Audible alarm diletakkan pada setiap lantai lobby.
4. Audible alarm yang digunakan adalah jenis Electromagnetic Bell.
5. Audible alarm mempunyai tingkat kuat suara 100 DB pada jarak 1 meter.
6. Audible alarm bekerja pada tegangan nominal 24 Volt dan tetap bekerja
normal pada tegangan kerja + 25% dari tegangan nominal.

Flasher Lamp (Visual ALarm)


Flasher lamp dipasang pada tempat yang mudah terlihat oleh umum.
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.3:
1. Flasher Lamp sebagai indikasi visual ditempatkan ditiap koridor dan tiap
hydrant box didaerah umum.
2. Visual alarm digunakan sebagai alat indikasi kejadian kebakaran melalui
cahaya.
3. Visual alarm digunakan sebagai alat indikasi kejadian kebakaran visual
alarm diletakkan pada setiap lantai lobby.
4. Visual alarm yang digunakan adalah flash-light lamp yang dapat menyala
dengan frekuensi 60 kali/menit.
5. Visual alarm bekerja pada tegangan nominal 24 Volt dan tetap bekerja
normal pada tegangan kerja + 25% dari tegangan nominal.

Exit Lamp & Escape Lamp


1. Dalam keadaan normal, lampu tersebut di atas akan menyala secara
normal, dan lampu tersebut akan tetap menyala apabila keadaan
emergency (kebakaran).
2. Exit lamp & emergency lamp digunakan untuk penunjuk jalan keluar
pada saat terjadi kebakaran. Peralatan tersebut di atas dilengkapi
dengan batere NICAD yang mempunyai kemampuan/kapasitas operasi
selama 2 jam dan dilengkapi batere charger. Khusus lampu exit
dilengkapi dengan sistem flip-flop.

Ketinggian Pemasangan Detektor


Berikut di bawah in adalah acuan pemasangan ketinggian fire detektor dari
muka lantai, merujuk pada SNI 03-3985-2000 hal. 11.

-173-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Persen dari Jarak


Tinggi langit-langit (m) Antara yang
terdaftar
di atas Sampai dengan

0 3 100
3 3,6 91
3,6 4,2 84

4,2 4,8 77
4,8 5,4 71
5,4 6 64

6 6,7 58
6,7 7,3 52
7,3 7,9 46
7,9 8,5 40
8,5 9,1 34

Pembagian Zona Kebakaran (Zone Alarm Area)


1. Memudahkan petugas menentukan route gerak yang cepat menuju
daerah kebakaran.
2. Membantu petugas mengetahui ada atau tidak adanya personil ditempat
kebakaran.
3. Memudahkan petugas menentukan lokasi kebakaran.
4. Membantu petugas mengetahui bekerja atau tidaknya alat pemadam
kebakaran.

Sistem Yang Diperlukan


1. Adanya gejala sumber api yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran
harus bisa diketahui lebih awal, dengan mengamati gejala-gejala
sebagai berikut:
- Kenaikan suhu dengan cepat diluar normal.
- Tingkat suhu melebihi tingkat yang normal.
- Kepekatan asap melebihi kepekatan asap yang normal pada
ruangan yang memang biasanya ada asap misal pada ruangan
dimana orang diperbolehkan merokok.
- Sedangkan pada ruangan yang biasanya tidak ada asap maka
adanya asap memberikan pertanda adanya gejala sumber api.
- Adanya bunga api (flame).

-174-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2. Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan effektif
kepada operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan
petugas utility gedung untuk mengambil tindakan penyelamatan orang
dan material serta tindakan pemadam api.
3. Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum harus bisa selektif
sesuai dengan tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan
dan kemacetan arus orang. Tetapi bila diperlukan bisa juga all-call
serempak keseluruhan bagian bila keadaan sudah sangat gawat.
4. Sistem tanda bahaya atau pemberitahuan emergency harus mendapat
prioritas pertama (dominant) mengatasi (override) sistem panggilan atau
acara-acara lainnya.
5. Dalam keadaan supply listrik dari PLN terputus, sistem ini harus di
backup oleh supply cadangan selama 24 jam agar sistem masih tetap
bisa mendeteksi api. Back-up dilakukan oleh battery.
6. Sedangkan dalam keadaan sistem diaktifkan oleh adanya sumber api
dimana sistem kontrol, monitoring dan alarm bell harus dibunyikan maka
untuk menghindari bahaya orang terkena arus hubung singkat ada
kemungkinan aliran listrik dari PLN maupun dari genset diputuskan,
maka sistem ini harus tetap sanggup bekerja dengan supply dari batere
400 AH selama 4 jam (general alarm).
7. Sistem alarm harus lebih awal bekerjanya dari pada sprinkler.
8. Sistem harus effective, tidak berlebihan, murah tapi bisa dipromosikan
sebagai sistem yang cukup memberikan rasa aman.
9. Sistem alarm ini di interlock secara otomatis dengan panel AC dan
sistem M/E lainnya bila terjadi general alarm maka interkoneksi dengan
sistem M&E yang lainnya berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing
peralatan, baik secara otomatis panel AC dimatikan, menghidupkan
panel pompa hydrant memerintahkan lift untuk turun ke lantai dasar,
menghidupkan panel pressurize fan, panel PUTR mati, tata suara
dihidupkan untuk evakuasi atau paging dan line telephone untuk
terhubung ke dinas pemadam kebakaran.
10. Sistem alarm ini akan memutuskan aliran listrik utama pada panel PUTR
setelah terjadi general alarm kecuali panel pompa hydrant dan panel
tangga kebakaran.
11. Untuk keamanan galian instalasi maka pentanahan (grounding) Sistem
terpisah dari pentanahan listrik dan penangkal petir. Pentanahan yang
digunakan adalah sistem pembumian, pengaman (sistem PP).
12. Pressurized Fan akan diperintahkan hidup oleh panel alarm / manual
oleh petugas DPK, apabila perintah otomatis tidak berfungsi,
penambahan tombol manual pressurized Fan diletakan diruang kontrol /
pusat kendali kebakaran.
13. Sumber listrik untuk MCPFA berasal dari panel SDP Emergency.

-175-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Pengaman Surja
Pengaman Surja (Surge Protection Device) yang akan digunakan,dipakai
Untuk Sistem Peralatan Pada Frekwensi: 50 ... 60 Hz
1. Instalasi: Paralel dengan instalasi pasokan daya listrik ke system.
2. Tegangan listrik maksimum ke sistem: 220 V
3. Pass band: 100 MHz
4. Withstand 50 Hz (15 min) 25 A
5. Number of protected pairs: 1
6. Capacity at 1 kHz:< 100 pF (no attenuation of signal)
7. Insulation withstand:>100 m
8. End of life indication through irreversible short circuiting of the device
(tone eliminated)
9. Hubungan Terminasi: memakai 3 terminals untuk kabel of 0.5 sampai
dengan 2.5 mm2.
10. Tingkat Proteksi: IP20 on terminals
11. Temperature:
a. Operasional : - 25 sampai dengan + 60 C
b. Dapat Dipakai Sampai: - 40 sampai dengan + 70 C

Sistem Kerja Peralatan


1. Setiap indikasi dari detector, titik panggil manual, akan diteruskan ke
panel kontrol sistem (MCPFA), tanda bahaya kebakaran. Dengan
adanya indikasi ini maka panel kontrol akan membunyikan tanda bahaya
dimana alat ini ditempatkan, membunyikan bel elektronik buzzer di panel
kontrol.
2. Petugas yang telah ditunjuk dapat menghentikan untuk sementara bunyi
bel tanda bahaya dengan menekan tombol SILENCE dan selanjutnya
petugas harus memeriksa keadaan. Jika api berada di lokasi kebakaran,
maka petugas akan segera bergerak mengikuti petunjuk route yang
paling effektif dan cepat menuju ke lantai yang bersangkutan.
3. Setelah berada pada arah zone alarm kebakaran yang tepat maka
petugas dapat langsung menuju lokasi dimana terjadi kebakaran,
mengambil tindakan pemadaman dan melaporkan situasi ke sentral
melalui intercom atau handi talki. Bila keadaan tidak dapat dikuasai,
barulah dibunyikan general alarm.

-176-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

i. Flowchart Sistem Deteksi Kebakaran

SistemDeteksi
1. Sumber pendeteksian berasal dari detector otomatis, titik panggil
manual, tamper switch dan flow switch.
2. Sinyal yang terdeteksi dialamatkan ke "Main Control Panel Fire Alarm".
3. Fungsi dari fire intercom sebagai alat komunikasi antara fire man
(Petugas Pemadam Kebakaran) dengan operator MCPFA pada saat
kebakaran terjadi sehingga informasi / kondisi dilapangan dapat diterima
/ diketahui dengan baik dan koordinasi untuk menangani kebakaran
tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk tujuan tersebut
maka diperlukan kabel instalasi dari jenis FRC sehingga walaupun kabel
tersebut terbakar, komunikasi tetap dapat dilakukan dengan baik.

-177-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Kondisi Alarm Awal


1. Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada Zone Area Detector, maka
pada MCPFA akan terindikasi Zone Area Detector tersebut.
2. Apabila alarm bell berbunyi dan lampu flash di setiap unit menyala, akan
mematikan unit AC dilantai bersangkutan dan satu lantai di atas dan
dibawahnya, yaitu melalui kontaktor utama yang terpasang didalam
setiap panel unit.
3. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai di atas dan dibawahnya
akan berbunyi.
4. Lampu flash pada unit di lantai yang terjadi kebakaran akan menyala,
diperuntukan bagi penderita tuna rungu yang tidak dapat mendengar
alarm bell.
5. Sentral fire alarm akan menunjukkan alamat dari daerah yang terdeteksi,
aparat keamanan yang menangani dapat mengaktifkan tombol silent dan
memeriksa area terdeteksi.

Kondisi Alarm
1. Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas / aparat keamanan
dilokasi mengantisipasi kebakaran.
2. Apabila bisa di atasi maka untuk menghindari panic pada panel MCPFA
aparat keamanan menekan tombol "SILENT".
3. Sebelum kebakaran dapat di atasi dengan sempurna petugas sudah
mengevakusi keamanan melalui tata suara. Secara bertahap sesuai
dengan bunyi bell pada sistem FIRE ALARM.

Alarm Besar
1. Apabila kondisi tidak bisa di atasi maka akan diaktifkan General alarm
dimana alarm bell diseluruh lantai berbunyi.
2. Lift penumpang dan lift service otomatis turun ke lantai dasar / ruang
penunggu (homing).
3. Setelah itu lift service dapat dipergunakan menjadi lift kebakaran (apabila
sudah dilengkapi dengan Sistem Fire Protection).
4. Pressurized fan bekerja, panel listrik dimatikan, Access control dan gate
barrier dalam keadaan normaly open.
5. Kalaupun, kondisi di atas tetap tidak bisa di atasi maka dapat dilakukan
petunjuk evakuasi paging dari sentral tata suara untuk seluruh gedung.
6. Dial otomatis telepon menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.

Tahap-Tahap Evakuasi
1. Flowchart tahap evakuasi darurat kebakaran

-178-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

2. Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada zone area tertentu, maka
pada MCPFA akan terindikasi zone area tersebut.
3. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai di atas& dibawahnya
akan berbunyi serta lampu flasher pada tiap unit menyala dan Panel
VAC akan dimatikan pada lantai bersangkutan.
4. Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas untuk memeriksa
terjadinya kebakaran apabila bisa di atasi maka untuk menghindari panik
pada panel MCPFA dapat dimatikan bunyi alarm bell.
5. Apabila kondisi tidak bisa di atasi maka dapat dilakukan petunjuk
evakuasi paging dari sentral tata suara.
6. Kalaupun kondisi di atas tetap tidak bisa di atasi maka akan diaktifkan
general alarm, dimana seluruh alarm bell akan berbunyi dan lift akan
diturunkan kelantai dasar.

Komunikasi Dengan Dinas Pemadam Kebakaran


Bila terjadi kebakaran, MCPFA mengirimkan sinyal / informasi ke PABX,
supaya PABX mendial-up line direct yang disediakan khusus untuk DPK
terdekat (disediakan 1 line direct khusus untuk ke DPK).

-179-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Sistem Instalasi Pengindera Kebakaran


1. Sistem pengkabelan monitor point menggunakan kabel PVC yang
dilengkapi conduit sistem supervised 4 wire (class A installation).
2. Instalasi kabel control untuk peralatan pressuration fan dan pengaturan
pemutusan aliran listrik menggunakan kabel tahan api jenis fire resistant.

Jenis Kabel Sistem Deteksi Kebakaran


Kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis
NYA 2 x (1 x 1,5 mm), dipasang dalam pipa konduit PVC.

Jenis Kabel Sistem Alarm Kebakaran


1. Kabel yang dipakai untuk riser harus dari jenis FRC Shielded Twisted
Pair (STP) AWG 16, 1 pair.
2. Kabel untuk outlet Fire Intercom menggunakan FRC 3 x 1,5 mm, yang
dipasang dalam pipa konduit PVC.
3. Kabel power untuk masing-masing modul menggunakan kabel FRC
dengan ukuran 2 x 2,5 mm2 dipasang dalam pipa konduit PVC.
4. Kabel yang dipakai untuk instalasi Annunciator menggunakan kabel FRC
STP 16 AWG, 1 pair dan 1 pair FRC STP 16 AWG untuk Jack Intercom
yang ada di Annunciator.
5. Kabel yang dipakai untuk Instalasi Manual Push Button, Alarm Bell,
Flasher Lamp, Control Lift, Flow Switch, Tamper Switch, Pressurized
Fan, Panel AC dan kontrol lainnya menggunakan kabel FRC 2 x 2,5 mm2
yang dipasang dalam pipa conduit PVC.
6. Kabel ke power Sound System menggunakan FRC 2 x 2,5 mm dalam
pipa.
7. Untuk kabel FRC sesuai dengan standar IEC54-1 dan IEC 754-2.

-180-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Gambar Diagram Sistem Deteksi Dini & Alarm Kebakaran per Gedung

-181-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3. Sistem Tata Suara


Sistem tata suara direncanakan 2 (dua) fungsi sebagai Public Address dan Car
Calling System. Car Calling System di daerah parkir dipergunakan untuk
menyampaikan panggilan kepada pengemudi mobil pribadi dan tamu yang sedang
diparkir. Public address system digunakan untuk menyampaikan emergency call
paging & back ground music, dengan menggunakan ceiling speaker yang
terpasang di lobby, dan ruang – ruang kerja. Sedangkan untuk ruang serba guna
direncanakan khusus sesuai fungsi ruang tersebut.
Peralatan dan Instalasi yang dipakai
Sesuai dengan fungsinya sisitem tata suara tersebut di atas akan terdiri dari:
• microphone
• mixer pre-amplifier
• power amplifier
• speaker
Instalasi sistem tata suara mempunyai tegangan kerja 100 Volt. Kabel instalasi
yang digunakan kabel jenis NYMHY (PVC Insulated) dan dimasukan dalam pipa
konduit.
Berikut di bawah ini adalah gambar diagram dari sentral sistem tata suara / sound
sistem yang dikehendaki dalam rancangan ini:

-182-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar contoh diagram dari sentral sistem tata suara / sound sistem

a. Uraian Penjelasan Sistem


1) Sistem yang dipasang meliputi Public Address System, Car Call dan Tata
Suara Khusus.
- Paging: Alat untuk penyampaian informasi.
- Paging: Alat untuk emergency Call, sebagai pemandu saat evakuasi
kebakaran
- Car Call: Alat panggilan supir.
2) Peralatan sentral sound system mendapat back-up power amplifier 10%
dari kebutuhan total power yang terpakai.
3) Peralatan sentral tata suara (sound system) mendapat back-up power
amplifier dari masing-masing bagian (EVAC & CAR CALL) secara hot
back up, maksud dari hot back apabila ada salah satu power amplifier
yang rusak maka power amplifier di masing-masing bagian yang stand by
akan menggantikan yang rusak secara total kebutuhan power amplifier
mendapat back up 10% dari total keseluruhan power yang ada.
4) Peralatan sentral tata suara (sound system) akan ditanahkan (grounding)
untuk mencegah interferensi / gangguan dari radio frequency.
5) Sistem dan Skedul Peralatan dapat dilihat di Gambar Sistem Tata Suara.

b. Uraian Cara Kerja Sistem


Uraian cara kerja Sistem Tata Suara dalam keadaan operasi normal maupun
keadaan darurat kebakaran.

-183-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

1) Untuk emergency & evakuasi melalui speaker yang ada disetiap lantai
termasuk di tangga kebakaran dan parkir.
2) Disetiap ruangan disediakan ceiling speaker untuk emergency dan
evakuasi.
3) Panggilan mobil (Car call) hanya di area parkir.
4) Remote mic paging diletakkan di Receptionis.
5) Remote mic car call diletakkan di lobby di meja car call / Receptionis.
6) Mic emergency & evakuasi diletakkan di Ruang Security.
7) Beberapa buah Ceiling Speaker untuk evakuasi di area koridor
menggunakan jenis Heat Resistance dengan kabel FRC (Fire Resistance
Cable).
8) Kabel untuk evakuasi menggunakan kabel FRC.

c. Emergensi dan Evakuasi Dalam Kondisi Darurat


Apabila unit mendengar alarm bell, maka mereka akan mendapat instruksi dari
ruang kontrol melalui tata suara.
1) Speaker ditempatkan di koridor, lobby dan setiap unit serta di tangga
kebakaran sehingga selama keadaan darurat instruksi tetap dapat
didengar.
2) Pengumuman keadaan darurat dan tanda bahaya.
3) Keadaan darurat / bahaya misalnya karena adanya gejala sumber
kebakaran, gangguan keamanan atau huru hara, informasi yang
disampaikan berupa penjelasan mengenai situasi, pengarahan untuk
penyelamatan atau tanda bahaya bila keadaan telah betul-betul gawat.
4) Cara penyampaian bisa secara selektif atau all call, selektif dipilih bila
untuk menghindari kepanikan dan kemacetan pada satu pintu atau jalan
keluar. All call dipilih bila keadaan sudah tidak terkendali lagi. Emergency
call merupakan prioritas pertama pada sistem ini.
5) Speaker di tangga kebakaran menggunakan wall speaker jenis heat
resistance dan instalasinya menggunakan kabel FRC.
6) Speaker di koridor ada beberapa buah yang menggunakan Ceiling
Speaker jenis Heat Resistance gunanya adalah untuk evakuasi dan
instalasinya menggunakan kabel FRC.
7) 1.5 Kabel yang ada di riser menggunakan FRC untuk evakuasi.

d. Dasar Pemilihan & Penentuan Jenis Speaker


Dasar pemilihan & penentuan jenis-jenis Speaker yang dipasang
- Ceiling speaker.
- Wall speaker heat resistance di tangga kebakaran.
- Column speaker
- Horn speaker.

-184-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

setiap jenis speaker dibedakan pada nilai SPL sesuai kebutuhan


penggunaannya

e. Perhitungan Tata Suara

1) Perhitungan Intensitas Suara


a) Sound Intensity
Sound Intensity adalah energi gelombang bunyi yang menembus
permukaan bidang tiap satu satuan luas tiap detiknya. Pada dasarnya
gelombang bunyi adalah rambatan energi yang berasal dari sumber
bunyi yang merambat ke segala arah, sehingga muka gelombangnya
berbentuk bola.

Apabila suatu sumber bunyi mempunyai daya sebesar P (watt), maka


besarnya intensitas bunyi di suatu tempat berjarak r dari sumber bunyi
dapat dinyatakan:

Dengan:
I = intensitas bunyi (watt/m2)
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2)
r = jarak tempat dari sumber bunyi (m)
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa intensitas bunyi di suatu
tempat berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, makin jauh dari
sumber bunyi, maka intensitasnya semakin kecil. Jika titik A berjarak r1
dan titik B berjarak r2 dari sumber bunyi, maka perbandingan intensitas
bunyi antara titik A dan B dapat dinyatakan dalam persamaan:

Dikarenakan pendengaran telinga manusia mempunyai keterbatasan,


maka para ahli menggunakan istilah dalam intensitas bunyi dengan
menggunakan ambang pendengaran dan ambang perasaan. Intensitas
ambang pendengaran (Io) yaitu intensitas bunyi terkecil yang masih
mampu didengar oleh telinga, sedangkan intensitas ambang perasaan
yaitu intensitas bunyi yang terbesar yang masih dapat didengar telinga
tanpa menimbulkan rasa sakit. Besarnya ambang pendengaran
berkisar pada 10-12 watt/m2 dan besarnya ambang perasaan berkisar
pada 1 watt/m2.
Level Intensitas

-185-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PL = 10 log (dB) ……………. ( 1 )

dimana PL = Level Intensitas


P = Intensitas Input
P1 = Intensitas Ref.

Distribusi Sound Pressure dalam ruangan:

SPL = SPL2 + 10 log - 20 log ……. (2)


= N + M (Minimum)
dimana :
SPL 1 = Sound Pressure pada titik tertentu
SPL 2 = Sound Pressure dari speaker pada 1 W / 1 M
P = Input power yang diberikan pada speaker
R = Jarak dari speaker ke titik tertentu
P1 = 1 Watt
R1 = 1 Meter
N = Noise level
M = Margin level
Perhitungan jarak speaker antara 2 speaker dengan jarak speaker –
telinga manusia menggunakan rumus Pithagoras.

R2 = (H – h) 2 + ( L / 2) 2 …………. ( 4 )

Ceiling speaker diasumsikan mempunyai SPL 89 dB pada jarak 1


meter dengan input power = 1 Watt.
Intensitas suara pada point x dipengaruhi oleh 3 sumber yaitu 2 buah
speaker, yang identik dan noise level dari disekitarnya.
Noise level diasumsikan = 65 dB ( SNI 03 – 3985 – 2000 )

-186-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Agar suara dapat diterima dengan jelas, diperlukan margin level antara
6 – 15 dB (diambil 10 dB).
Dari pers (2), diperoleh:

N + M = SPL 2 + 10 log - 20 log

70 + 10 = 89 + 10 log 2.1-20 log

20 log = 12

log = 0,6

R = 3,98 Meter

Jika tinggi telinga manusia (h) diasumsikan = 1,5 meter dan tinggi
ceiling (H) = 4.2 meter, maka dari pers (4), diperoleh jarak antar
speaker:
R 2 = (H-h) 2 + (L/2) 2
(3,98)2 = (4,2 – 1,5) 2 + (L/2) 2
L = 5,94 meter
Dengan demikian di atas jarak speaker maksimum adalah ± 6 m.
Dari perhitungan di atas, 1 speaker mewakili luasan ± 30 m2.

b) Perhitungan Horn Speaker


Jarak pendengar ke Horn Speaker diasumsikan jauh: R = 30 m Noise
level NL = 90 dB, dan margin M = 10 dB. Bila Sound Pressure Level
(SPL) dari speaker dengan input 1 W pada jarak 1 m = 118 dB / 1 W
/ 1 m.
Daya yang dibutuhkan:

P = 10 exp –

= 10 exp –

= 15,8 Watt
Dipilih Horn Speaker dengan daya 15 – 20 Watt.

-187-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c) Speaker untuk Pemandu Evakuasi


• Contoh Perhitungan Speaker Untuk Pemandu Evakuasi
• Banyaknya Speaker
- Speaker Ceiling = 379 bh x @ 3 watt = 1137 watt
- Speaker dinding = 2 bh x @ 6 watt = 12 watt
- Speaker dinding kebakaran = 24 bh x @ 6 watt = 144 watt
+
Sub Total = 1293 wat
Grand Total + 10% = 1293 watt + 129,3
= 1422,6 watt
≈ 1430 watt
• Kebutuhan Power Amplifier
Modul Amplifier yang dipilih kapasitas 240 watt
Total amplifier = sub total: 240 watt
= 1430: 240
= 5,9
Total ≈ 6 buah amplifier

Gambar Contoh Diagram Tata Suara untuk Gedung berlantai 7

-188-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-189-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

4. Infrastuktur ICT
ICT merupakan singkatan dari Information Communication Technologi yang pada
hakekatnya Computer & Telecommunication sudah dalam satu kesatuan yang di
dalamnya terdapat backbone jaringan IT yang disiapkan sebagai jalan TOL untuk
komunikasi data antar komputer, dan telekomunikasi Telepon di lingkungan
gedung Vokasional UPI. Tidak lepas dari Blueprint untuk ICT Universitas
Pendidikan Indonesia, meskipun pekerjaan ICT kawasan ini tidak termasuk dalam
pengembangan ICT kawasan UPI secara keseluruhan. Namun demikian diberikan
sekilas gambaran dari system ICT sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar.
BACKBONE JARINGAN – ICT
Backbone jaringan ICT terdiri dari Infrastruktur jaringan Komputer (LAN), Data
Center, Backbone Optic dan jaringan di dalam maupun di luar gedung yang terdiri
dari komponen pasip (Kabel tembaga dan serat optic), serta komponen aktif yang
terdiri dari Switch, router dan hub yang akan disusun sesuai dengan blue print IT
yang disiapkan oleh pengelolan IT di lingkungan Vokasional UPI, seperti yang
disampaikan dalam diagram berikut:

-190-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Berikut di bawah ini adalah gambar Box ICT per lantai di setiap bangunan gedung:

-191-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PABX untuk Sistem komunikasi telepon internal Rumah Sakit:

PABX ( Private Branch Exchange) atau extension adalah jaringan private dimana
beberapa line PSTN dari Telkom dibagi lagi menjadi jaringan private pada suatu
kantor. Sistem PABX ini memungkinkan pengguna dapat menghubungi sesama
atau melakukan panggilan keluar melalui jalur PSTN (PSTN trunk).
Keuntungan PABX IP
- Kesederhanaan sistem pengawatan yang berakibat dengan menurunnya biaya
investasi
- Management melalui webserver, sehingga setting dan pemprograman dapat
dilakukan melalui PC mana saja dan kapan saja dan dapat dilakukan oleh staff
IT biasa.
- Opsi telpon menggunakan VoIP server seperti Skype, Yahoo Messenger untuk
Sambungan Langsung International (SLI) maupun SLJJ dengan tarif yang
sangat murah
- Update firmware secara online via internet
Contoh Fitur PABX
- 1000 user (extension) terdaftar
- 100 user (telpon) secara bersamaan
- Penerima Telpon otomatis (automatic attendant)
- Respon suara otomatis
- Perekaman pembicaraan
- Pencatatan Telpon masuk/keluar
- Pemprograman via web server
Contoh Fitur Call
- Forward call bila sibuk/tidak dijawab/user tidak dikantor diforward ke hp
- Caller Id, nama/no extension penelpon terlihat di LCD
- Nada music pada saat tunggu/transfer
- Call transfer/call waiting/call hold
- Call conference (telpon ber-3)
-

-192-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Contoh Fitur Router


- Berfungsi sebagai modem ADSL terhubung langsung dengan Internet provider
(Speedy, CBN, Biznet, Cable vision)
- DHCP sever untuk user LAN
- Packet/ URL Filter Virtual Server/DMZ/ Port Trigger
- Static Route
- NAT/ Bridge mode
a. Uraian Cara Kerja SIstem
1) Sistem komunikasi telepon yang dirancang menggunakan infrastruktur ICT
dengan sistem switching menggunakan SIP PABX yang akan
diintegrasikan dengan PABX eksisting di UPI
2) Sistem Telepon dalam keadaan operasi normal maupun darurat
kebakaran.
3) Disediakan 1 (satu) line direct yang langsung terhubung ke DPK terdekat
bila ada kejadian kebakaran.
b. Penyediaan extension Pesawat Telepon
Pesawat Telepon disediakan tidak diseluruh ruangan namun di sediakan di
ruang-ruang tertentu sesuai kebutuhan pengguna per gedung.

5. Sistem CCTV
Untuk sistem keamanan gedung dan lingkungan sekitar kampus, direncanakan
memasang kamera CCTV (Closed Circuit Television). Sistem ini terdiri dari kamera
yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu, dan monitor terpusat di ruang keamanan
atau ruang control yang ada seperti contoh berikut:

-193-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Dasar-dasar perencanaan sistem CCTV harus memperhatikan hal-hal berikut:


1) Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring dan
kontrol baik secara otomatis maupun secara manual. Operasi otomatis
dilakukan berdasarkan suatu program yang telah ditentukan, sedangkan
operasi manual berdasarkan suatu prosedur operasi melalui unit input.
2) Sistem harus mampu melakukan fungsi monitoring secara flexibel
terhadap kejadian di dalam bangunan.
3) Sistem harus mampu melakukan fungsi alerting dan signalling yaitu
bila terjadi kondisi yang tidak normal, maka sistem secara otomatis akan
memberikan tanda tertentu (berupa alarm).
4) Sistem CCTV ini terdiri dari:
5) Sentral video manager dilengkapi dengan video storage untuk masa
perekaman video selama 30 hari secara kontinu
6) Instalasi data untuk transmisi data video menggunakan STP CAT 5E
(terintegrasi dengan jaringan komputer LAN)
7) IP camera jenis fixed, mini dome dan PTZ dipasang untuk keperlua Site
Surveillance

b. Deskripsi Sistem CCTV


1) Sinyal gambar yang dimonitor melalui lensa yang terdapat pada kamera
CCTV diubah menjadi sinyal listrik video oleh sistem elektronik.
2) Sinyal video ini disalurkan ke sentral CCTV melalui UTP CAT 6
3) Obyek akan dipantau melalui kamera CCTV pada layar monitor melalui
multiplexer (NVR) kapasitas 16 kamera.
4) Sinyal video dari kamera akan ditampilkan bersamaan pada layar monitor
setelah disatukan oleh sistem multiplexer yang ada di NVR atau gambar
akan dipilih secara bergantian pada TV monitor sesuai keinginan.
5) Apabila diperlukan untuk monitor secara terus menerus pada objek yang
dicurigai maka dapat dipilih objek tertentu untuk dimonitor.
6) Untuk keperluan merekam kejadian yang penting hardisk yang ada Di
NVR (Network Video Recorder) akan merekam kejadian tersebut.
Perekaman dilakukan selama 30 hari.

c. Ruangan yang dilengkapi dengan kamera CCTV


Dasar digunakan sistem CCTV adalah untuk tujuan keamanan dengan jalan
memonitor melalui kamera TV pada area umum, seperti pintu masuk, lobby,
lobby lift dan area parkir.

d. Requirement Jenis Kamera

1) IP Dome Camera Color Fixed Lens (Indoor Camera)


a) Adalah color camera yang berbentuk dome dengan basis IP.

-194-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b) Cocok digunakan di dalam area gedung.


c) Untuk di area yang sangat terbatas.
d) Cocok digunakan di area yang sangat mementingkan penampilan
interior karena dome tidak akan merusak pemandangan.
e) Lensa varifocal yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan:
- 1/3" progressive scan
- Lens : 3.6 mm F1.8
- Focus & iris : automatic
- Horizontal resolution : 2 megapixel atau higher
- Min. scene illumination : 0.1 lux @ F 1.8
- Angle adjustment : pan -15 - +15°, tilt 0° - 90°
- Video compression : H.264 and MJPEG, dual streaming
- Video fps (PAL) : 12.5 fps (1600 x 1200)
25 fps (1280 x 720)
- Video control : AGC, AWB, BLC, image adjustment
- Audio : 1 way audio built in microphone
- Alarm in / out : 2/1
- Intelligent video : motion detection
- Power : 12 VDC, POE IEEE802.3af
- Certification : FCC class A, CE
2) IP Fixed D/N Camera w/ Varifocal Lens and Infra Red (Indoor Camera)
a) Camera adalah merupakan alat pengamat dari sistem CCTV berbasis
IP yang sudah dilengkapi dengan lensa.
b) Camera hanya berfungsi memberikan input video kepada controller
untuk ditampilkan ke monitor dari lokasi yang diamati.
c) Cocok untuk area parking yang sangat luas dan diarea terbuka.
d) Cocok digunakan / diletakkan pada daerah yang tidak mementingkan
penampilan interior.
e) Camera yang lensanya dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan
lokasi.
- Image sensor : 1/3" progressive scan, day / night
- Number of pixels : 2 mega pixels
- Lens : varifocal 3.3 -12 mm F1.6
- Minimum illumination:0.02 lux @F 1.4 color, 0 lux B/W mode (IR on)
- Angle adjustment : pan -174 - +174°, tilt 25° - 90°
- Video compression : H.264 and MJPEG, dual streaming
- Video fps (PAL): 12.5 fps (1600 x 1200), 25 fps (1280 x 720)
- Video control: AGC, AWB, BLC, image adjustment
- Audio : 2 way, 1 in / 1 out
- Alarm in / out: 1 / 1
- Intelligent video: motion detection
- IR led wave length / filter: 850 nm / ICR IR cut filter removable
- SD card slot : 1x micro SD slot

-195-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Power : 12 VDC, POE IEEE802.3af


- Bracket: wall mount
- Certification : FCC class A, CE

3) Network Video Recorder (NVR)


a) Adalah peralatan untuk merekam dan memproses data video yang
dikirimkan dari IP camera.
b) Sistem mempunyai sistem operasi triplex dimana pada saat yang
bersamaan merekam, live view, remote viewing.
c) Waktu Backup: Harus bisa memback-up data minimal 1 Bulan
d) Berikut di bawah ini fitur hardware dan software (kondisi minimal)
yang dikehendaki
4) Fitur Hardware NVR
- No. of channel : support 16 channel megapixel camera
- System: client-server architecture, chassis 19" rack
- Server processor : Intel core2 quad Q9400
- Mode : 8 GB DDR3
- I/O interface : RJ-45 2x gigabit internet
- Operating temperature : 10 - 35 °C humidity 5% to 95% non
condensing
- Certificates : FCC class A, CE, CB, UL 60959 / IEC 60950, CCC
- Drive connectivity : SATA-II Disk, 16
- Form factor : 2 – 3U 19" rack mount
- Raid function : RAID 5
- HDD capacity : Min. Back-up for 1 month
- No. of bays : min 16 bays
- Certificates : FCC class B, CE, BSMI, UL
5) Fitur Utama
- Live View
a) Dapat menampilkan gambar secara real time.
b) Dapat dibagi menjadi beberapa multi screen.
c) HTML and image overlays.
d) Multiple views supported.
e) View patrolling for single or multiple views.
f) Real time video / alarm display.
g) Instant playback.
h) Video clip book marking.
6) Fasilitas eMap
a) Drag n drop camera manipulation.
b) Directional camera display.
c) Hierarchical map structure.
d) Real time event alert.

-196-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

e) Instant live video of camera.


f) Multiple live supported.
7) Pan Tilt Zom Function
a) Pan, tilt, zoom operations supported.
b) Built in, floating PTZ control panel.
c) Preset position (subject to camera).
d) Scheduled or continuous camera patrolling.
e) Event – driven camera patrolling.
8) Investigation
a) Dapat mencari berdasarkan tanggal, jam, camera.
b) Search by predefined recent time.
c) Search by VI event combination.
d) Search over multiple days.
e) Search over multiple cameras.
f) Video clip book marking and commenting.
g) Search via built in VI analyzer.
h) Customizable book mark.
i) Intuitive, video thumbnail search.
j) Cue-in, Cue-out and repeat.
k) Quick Playback by video thumbnail.
l) 1/8, ¼, ½, 1x, 2x, 4x, 8x play, pause, stop.
m) AVI-formatted video clip export.
9) Instant Playback
a) Supported in video alarm, view function.
b) Pre-defined playback duration.
c) Video clip book marking.
10) Recording Polecy
a) Continuous recording.
b) Manual recording.
c) Scheduled recording.
d) Event-driven recording along with rules.
e) Pre-alarm recording sampai dengan 45 menit.
f) Post alarm recording sampai dengan 45 menit.
11) Ruler Manager
a) Conditional recording / alert/ notification.
b) Email, FTP, SMS, phone notification.
c) Sound, alarm, round the clock alerts.
12) Fitur pelengkap
Agar diperhatikan pada sistem CCTV yang berkelas, dalam pembelian
sistemnya selalu dilengkapi dengan fasilitas Video Management Software,

-197-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

dengan fitur unggulan untuk masing-masing produk. Dalampengadaannya


perlu dicermati dengan penulisan spesifikasi yang agak rinci.
6. Sistem IPTV/ MATV Digital
Untuk memberikan layanan informasi yang memadai dalam penyampaian
informasi dan digital signature, direncanakan memasang sistem saluran televisi
terpusat yang sudah berbasiskan IP (IPTV). Sistem IPTV (misalnya menggunakan
operator TV berbasis internet atau pemberian informasi dari rektorat ke seluruh
gedung menggunakan digital signate). Sistem IPTV ini direncanakan melayani
ruang-ruang sebagai berikut:
• Lobby
• Ruang tunggu
• Ruang istirahat, dsb.
Berikut di bawah ini adalah contoh gambaran dari Sistem IPTV dimaksud

Contoh Gambar Sistem IPTV

-198-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Berikut di bawah ini adalah alternatif untuk koneksi 6 gedung, dapat juga menggunakan
alternatif MATV Digital:

Supply others

Supply others

Berbayar D

4 AV Pro

PD D

D
IF

IF

RD

4 AV Pro

RD

Parabola 6Ft RD
Asiasat III

RD

PD

RD

4 AV Pro

RD

RD

RD

RD 4 AV Pro

PD

RD

Splitter
OT OR
Optic 8Way

DVBT

UHF - 1
DVBT
IF 4 AV Pro

DVBT

UHF - 2
DVBT
IF PD

DVBT

DVBT

4 AV Pro

DVBT

DVBT

DVBT

DVBT

4 AV Pro

DVBT

PD DVBT

DVBT

DVBT 4 AV Pro

DVBT

-199-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63 80
80 80
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 6 4 4
4 4 6 4 4 4 4 6 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-6
KS-6 KS-6 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 90
90 90
AL-401
AL-401 AL-401
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

2 Fiber Node
2 Fiber Node 2 Fiber Node
61 63 KS-2 63 61
61 63 KS-2 63 61 61 63 KS-2 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
8
8 8
KS-8
KS-8 KS-8 61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61 90
90 90 69
69 72 75 AL-401 75 72
69 72 75 AL-401 75 72 69 69 72 75 AL-401 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63 80
80 80
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 6 4 4
4 4 6 4 4 4 4 6 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-6
KS-6 KS-6 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 90
90 90
AL-401
AL-401 AL-401
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

2 Fiber Node
2 Fiber Node 2 Fiber Node
61 63 KS-2 63 61
61 63 KS-2 63 61 61 63 KS-2 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
8
8 8
KS-8
KS-8 KS-8 61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61 90
90 90 69
69 72 75 AL-401 75 72
69 72 75 AL-401 75 72 69 69 72 75 AL-401 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4

7. Sistem Access Control


Table deskripsi sistem kerja

No Peralatan Fungsi

untuk membaca data yang tersimpan dalam kartu dengan


1 Card Reader menggesekan atau mendekatkan kartu ke card reader, yang
terdapat di pintu lobby dan ruang ME.

sebagai kunci elektronik pembuka pintu sebagai kunci elektronik


pembuka pintu. Melalui kartu ini dapat dilakukan pembedaan
2 Magnetic Card atau prioritas menurut waktu, tempat dan wewenang. Kartu ini
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja.Jadi selain sebagai
kunci, kartu ini juga dapat berfungsi sebagai ID card.

pengunci elektronik yang dapat dibuka oleh kartu khusus.


Electric Drop Electric drop bolt ini dapat terbuka sesuai dengan perintah dari
3 Bolt controller. Dan electric drop bolt ini harus dilengkapi dengan door
contact untuk menahan arus balik yang ditimbulkannya. sus

untuk membuka pintu dari arah dalam, jika pintu tidak


4 Door Release mempunyai handle yang dapat digerakkan.

menon-aktifkan electric drop bolt dalam keadaan mendesak


5 Glassbreak (emergency) dengan cara menekan tombol yang diberi
pelindung.

-200-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Uraian Singkat Sistem


Instalasi Utama Access Control antara lain terdiri dari:
1) PC.
2) RIM (Reader Interface Module).
3) IPM (Input Point Module).
4) Kabel Access Control dari IPM ke RIM.

b. Kriteria Perencanaan
1) Sentral access control diletakkan di ruang kontrol elektronik.
2) Card reader dipasang ruang kontrol, dan ruang security elektronik.

c. Bahan dan Peralatan


1) Proximity Card Reader
Card reader adalah alat pembaca kartu yang berfungsi untuk membaca data yang
tersimpan dalam kartu tanpa perlu melewatkan kartu pada alat tersebut, cukup
meghadapkan kartu pada card reader dari suatu jarak tertentu minimal 2 cm,
maximal 71 cm. Jenis card reader yang digunakan jenis proximity yang
didalamnya sudah dilengkapi oleh proteksi password dari protocol wiegand salah
satu sistem yang sudah dilengkapi password. Proximity card reader mengikuti
standard UL 294, CE, FCC dan DTI.
2) Proximity Card
Card adalah kartu yang berisi kode-kode yang berfungsi sebagai kunci elektronik
pembuka pintu. Melalui kartu ini dapat dilakukan pembedaan atau prioritas
menurut waktu, tempat dan wewenang. Kartu ini hanya dimiliki oleh orang-orang
tertentu saja. Jadi selain sebagai kunci, kartu ini juga dapat berfungsi sebagai ID
card.
3) Control Unit (Card Reader Controller)
Control panel unit (door access controller) berfungsi untuk memproses data yang
dikirim oleh card reader. Card reader controller mempunyai kemampuan untuk
mengontrol sejumlah reader (jumlah reader yang dapat dikontrol oleh reader
controller minimal 2 unit). Kontrol panel unit tidak mempunyai batasan terhadap
jumlah reader yang akan terpasang. Setiap penambahan reader interface yang
akan dihubungkan dengan control panel unit. Untuk memenuhi kebutuhan para
pengguna, card reader controller ini harus diprogram dari sebuah komputer PC
agar sesuai dengan prosedur yang berlaku. Control unit harus open protocol
sehingga dapat terhubung dengan sentral lainnya seperti IBMS, fire alarm, sound
system, CCTV melalui jaringan LAN.
4) Pusat Control Door Access (PC Hardware)
PC minimum dengan processor Core i7 generasi terakhir memory 16 GB, HDD
1TB, lengkap dengan printer dan software door access serta interface module.

-201-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

5) Electric Door Strike


Electric door strike adalah pengunci elektronik yang dapat dibuka oleh kartu
khusus. Electric drop bolt ini dapat terbuka sesuai dengan perintah dari controller.
Electric door strike dapat berfungsi sebagai fail safe (NO) atau fail secure (NC).
Dan harus dilengkapi dengan door contact (build in door contact) untuk menahan
arus balik yang ditimbulkannya.
6) Electronic Magnetic Lock
Electronic magnetic lock adalah pengunci elektronik yang dapat dibuka oleh kartu
khusus. Electronic magnetic lock ini dapat terbuka sesuai dengan perintah dari
controller. Electronic magnetic lock dapat digunakan baik untuk indoor maupun
outdoor. Penggunaan outdoor harus dapat tahan terhadap cuaca (weather proof).
Dan harus dilengkapi dengan door contact (build in door contact) untuk menahan
arus balik yang ditimbulkannya.
7) Electric Drop Bolt
Electric drop bolt adalah pengunci elektronik yang dapat dibuka oleh kartu
khusus. Electric drop bolt ini dapat terbuka sesuai dengan perintah dari controller.
Electric drop bolt dapat berfungsi sebagai fail safe (NO) maupun fail secure (NC).
Dan electric drop bolt ini harus dilengkapi dengan door contact untuk menahan
arus balik yang ditimbulkannya.
8) Door Release Button (Rex Button)
Door release berfungsi untuk membuka pintu dari arah dalam, jika pintu tidak
mempunyai handle yang dapat digerakkan.
9) Glassbreak
Glassbreak berfungsi untuk menon-aktifkan electric drop bolt dalam keadaan
mendesak (emergency) dengan cara menekan tombol yang diberi pelindung.
10) Kabel
a) Untuk instalasi dari ACC controller ke RIM menggunakan STP 18 AWG 4 pair
dan kabel power NYM 3 x 1,5 mm2.
b) Untuk instalasi dari IPM ke door sensor menggunakan STP 18 AWG, 1 pair
dalam PVC conduit 3/4".
c) Untuk instalasi dari RIM ke card reader, door lock, emergency break glass
dan release button menggunakan STP 22 AWG, 4 pair dan kabel power NYM
2 x 1,5 mm2 dalam PVC conduit 3/4".

d. Operasi Pada Saat Emergensi


Auto door lock untuk pintu emergency akan normally open untuk beberapa jam
selama evakuasi berlangsung, apabila ada tegangan 24 Volt AC / DC dari sentral
MCPFA. Setelah evakuasi dianggap selesai, kunci akan ditutup / terkunci secara
manual / otomatis dari ruang kontrol. Apabila masih terdapat tenant / manusia yang
masih terjebak di dalam bangunan access masih dapat dibuka dari dalam dengan
menekan break glass secara manual.

-202-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

8. Sistem Otomatisasi Pengendali Gedung


Sistem Otomatisasi Pengendali Gedung yang dimaksud adalah implementasi dari
Integrated Building Management System (IBMS) untuk otomatisasi pengendalian
peralatan Elektrikal Mekanikal sehingga dapat dipergunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan Remote Montoring System dalam konsep Smart seperti yang
tertera dalam skematik brikut:

Guna menunjang pengendalian peralatan mekanikal elektrikal yang terkait dalam


implementasi Green Campus di lingkungan rumah sakit, direkomendasikan
menerapkan konsep smart atau lebih dikenal dengan Building Automation System
(BAS) atau dikenal juga dengan istilah Integrated Building Management System
(IBMS), pada prinsipnya akan difungsikan untuk mengendalikan sistem Mekanikal
Elektrikal.

a. Uraian Singkat Sistem


1) Sistem otomatisasi pengendali gedung yang dimaksud pada hakekatnya
adalah Integrated Building Management System / IBMS akan mengamati
status dan merekam fungsi dari peralatan mekanikal dan elektrikal di
gedung, pengoperasian sistem ini secara terpusat di ruang kontrol
elektronik di lantai dasar di setiap gedung dan mudah dengan tujuan untuk
kemudahan dan penghematan energi.
2) Integrated Sistem Building Management System / IBMS ini berupa modul-
modul sehingga dapat dikembangkan dengan mudah sesuai kebutuhan.
sistem yang direncanakan untuk proyek ini dibuat dengan dasar piranti
lunak (software) mengikuti standar international yaitu, OPC "ole for process
control" ole: object linking embeded agar piranti lunak ini yang dibuat oleh
suatu produsen dan berkomunikasi dengan alat lain yang dibuat oleh
produsen lainnya (standard open protocol).
3) OPC secara luas digunakan untuk interface PC communication dan telah
digunakan pada sistem BMS dan di security system. OPC adalah standard
umum yang ditetapkan oleh badan Internasional yaitu OPC foundation.

-203-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

b. Kemampuan Sistem
Kontekstual implementasi BAS/IBMS untuk proses otomatisasi pengendalian
operasional peralatan mekanikal elektrikal di rumah sakit:
Builiding Automation System (BAS) Building Management System (BMS) yang
dikehendaki harus mampu memantau dan merecord semua event pada instalasi
listrik, mekanikal dan plambing di setiap gedung dalam Kawasan sehingga bisa
beroperasi dengan baik dan efisien sesuai yang dikehendaki.
• Building Management System (IBMS) yang dikehendaki harus berbentuk
module agar dimungkinkan untuk pengembangan tanpa harus membuang
peralatan yang sudah ada.
• Integrated Building Management System (IBMS) yang dikehendaki harus
menjadi sebuah system yang mutakhir, terdistribusi, terkomputerisasi, dan
bersifat intelligence konsep tanpa menggunakan satu controller master atau
global controller. Setiap Direct Digital Controller (DDC) dapat beroperasi
baik dalam kondisi mandiri (stand alone) atau operasi jaringan. Controller
yang kembali ke dalam keadaan default pada saat kehilangan jaringan
komunikasi dengan controller lain atau server tidak akan diterima.
• Sistem control peralatan harus dapat bekerja mandiri dari workstation
sehingga system akan tetap bekerja dan beroprasi ketika terjadi kegagalan
pada workstation.
• Masing-masing Controller mempunyai fasilitas Web Page Monitoring yang
di akses melalui Web Browser melalui jaringan TCP/IP dengan
menggunakan IP address atau host name dari masing-masing DDC
Controller dan dilengkapi oleh password pengaman (jika pengguna
ditetapkan dalam controller).
c. Aspek Fungsionalitas IBMS
Secara umum aspek fungsionalitas dari kemampuan sistem yang diminta
mencakup:
1) Memonitor, mengontrol dan merecord event pada peralatan instalasi
penerangan listrik dan daya,peralatan fire, security dan safety, peralatan

-204-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

VAC, plumbing dan sanitasi, peralatan Transportasi dalam Gedung (khusus


Elevator untuk gedung Menara).
2) Program pencatatan jangka waktu operasi beberapa peralatan utama untuk
agenda maintenance atau penggantian part.
3) Sistem harus mempunyai proteksi terhadap tegangan kejut.
d. Sistem VAC

1) Exhaust Fan (EF)


• Start / Stop
EF dapat dioperasikan secara manual mode maupun auto mode via
selector switch yang dipasang di panel EF. BMS dapat melakukan
monitoring bila selector switch berada pada posisi auto. Status fan akan
dimonitor juga melalui DDC.
• Status Mismatch Alarm

Bila status paralatan tidak sesuai dengan command output dari DDC
akan membangkitkan alarm massage di central PC BMS. Sebaliknya bila
statusnya kembali pada keadaan normal maka secara otomatis alarm
massage akan hilang.
2) Pressurize Fan
• Status Mismatch Alarm

Bila status paralatan tidak sesuai dengan command output dari DDC
akan membangkitkan alarm massage di central PC IBMS. Sebaliknya
bila statusnya kembali pada keadaan normal maka secara otomatis
alarm massage akan hilang.
• Fan Trip Alarm

Trip alarm point disediakan berupa normally open volt free contact
disetiap lokal panel power. Alarm message di central smart screen
segera timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
e. Sistem Mekanikal

1) Tank Monitoring
DDC akan memonitor level switch Hi dan Lo pada tangki potable water
yang mengindikasikan volume di dalam tangki. Pengontrolan untuk
pengisian maupun distribusi potable water dari tangki akan dilakukan
secara local control. Alarm massage akan dibangkitan di operator
workstation bila water level di dalam tangki melebihi atau dibawah dari level
switch yang terpasang.

• Pump Monitoring
• Start / Stop
Start / stop pompa dioperasikan secara lokal kontrol loop via lokal kontrol
panel.
• Pump Status & Trip Alarm

-205-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Trip alarm point disediakan berupa normally open volt free contact di
setiap lokal panel power. Alarm massage di central PC BMS segera
timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
f. Sistem Elektrikal
1) Power Monitoring
PC screen akan memonitor electrical status dari PLN maupun untuk genset
yang dipasang di masing-masing main incoming. Alarm massage akan
dibangkitan di operator workstation bila electrical load yang terukur telah
mencapai 90% dari total load yang diijinkan.
2) Circuit Breaker Status & Trip Alarm
- Status dan trip alarm point disediakan berupa normally open volt free
contact di setiap lokal panel power. Alarm massage di central PC BMS
segera timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
- Khusus untuk panel lighting, setiap incoming circuit breaker dapat
dioperasikan secara lokal maupun secara auto melalui PC BMS dengan
time schedule programmer.
3) Trafo & Genset Monitoring
- Electrical status dari masing-masing genset akan dimonitor dari central
PC IBMS. Bila karena sesuatu hal, temperature ruang genset berada di
atas temperatur set point maka alarm massage akan dibangkitkan di
operator workstation.

-206-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Contoh Diagram BAS/IBMS di Rumah Sakit

9. Sistem Panggil Perawat – Nurse Call


Nurse Call System yang dimaksud merupakan sarana komunikasi antara pasien dan
perawat yaitu berupa alat elektronik untuk komunikasi dua arah antara pasien yang
sedang dirawat dalam ruang rawat inap, untuk berkomunikasi dengan suster jaga
yang selalu stanby di ruangan Nurse Base Station, dengan suster jaga yang selalu
stanby di ruangan Nurse Base Station.
Berikut di bawah ini adalah gambaran dari Nurse Call System yang sudah dilengkapi
dengan sarana panggilan Code Blue, dengan teknologi yang sudah berbasiskan
Internet Protocol:

-207-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-208-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-209-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

BAB III
PERSYARATAN RUANG-RUANG
DI RUMAH SAKIT
3.1 RUANG RAWAT JALAN

3.1.1 PERSYARATAN UMUM

3.1.1.1 Fungsi
Fungsi Ruang Rawat Jalan adalah sebagai tempat ruangan konsultasi,
pemeriksaan dan tindakan pasien oleh dokter. Ruangan periksa/konsultasi/
tindakan merupakan tempat untuk melakukan diagnose, yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien dalam rangka menentukan langkah pengobatan penyakit.

3.1.1.2 Lokasi
Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit
dan memiliki akses langsung ke administrasi/rekam medik, ruang radiologi, ruang
laboratorium, ruang rawat inap, ruang rehabitasi medik, ruang farmasi serta ruang
kebidanan dan kandungan.

3.1.1.3 Desain
• Ruang rawat jalan terdiri dari dua altenatif yaitu ruang rawat jalan terbuka/
bersama dan ruang rawat jalan kelompok/klaster.
• Pembagian/ pengelompokkan ruangan pada rawat jalan dapat berdasarkan
jenis penyakit dan usia.
• Letak ruangan tunggu disarankan berada pada sisi luar bangunan guna
mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.
• Disarankan ada koridor khusus bagi petugas medis yang berhubungan
langsung dengan ruangan periksa, konsultasi dan tindakan.
• Konstruksi partisi pada ruang rawat jalan disarankan kedap suara.
• Ruangan rawat jalan khusus untuk penyakit infeksius, HIV/AIDS dan Penyakit
Jiwa disarankan terpisah dan memiliki akses dan fasilitas sendiri. Berikut di
bawah ini persyaratan desain untuk ruang rawat jalan penyakit infeksius,
khususnya TB Resistan Obat :
- Ruang pelayanan rawat jalan pasien penyakit TB-RO memiliki zona/area
yang terpisah dengan penyakit lainnya. Pemisahan dimulai dari akses
masuk, pendaftaran, ruangan tunggu dan ruangan pemeriksaan
dan/konsultasi.

-210-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Kondisi sekitar bangunan ruang-ruang pelayanan pasien TB-RO harus


terbuka/ tidak terhalang, dalam hal ini sinar matahari dapat masuk dan
pertukaran udara dapat terjadi.
- Sekitar bukaan-bukaan pada bangunan ruang-ruang pelayanan pasien
TB-RO harus aman dari lalu lalang pengunjung RS.
- Dalam konteks pengendalian infeksi, apabila menggunakan sistem
ventilasi alami, maka desain lubang ventilasi alami dapat memenuhi
terjadinya ventilasi silang (cross ventilations).
Kualitas ventilasi alami dipengaruhi oleh posisi bukaan, ukuran bukaan
dan cara membuka. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Posisi bukaan
Posisi lubang ventilasi pada ruang-ruang infeksi harus dapat
memungkinkan terkena sinar matahari langsung yang aman.
Posisi bukaan mempunyai pengaruh penting dalam sistem ventilasi
alami. Sebaiknya posisi bukaan dapat mendukung pertukaran udara
silang. Kualitas ventilasi alami dapat optimal apabila terdapat dua
bukaan yang berada pada sisi dinding yang berlawanan (mis. Jendela
dan pintu).
b. Ukuran bukaan
Nilai/kualitas ventilasi pada bukaan dinding di sisi yang berlawanan
ditentukan oleh bukaan dengan ukuran yang terkecil (smallest
opening area).
c. Cara membuka
Bukaan jendela untuk kepentingan pertukaran udara harus didesain
dapat terbuka dengan maksimal (100%).
- Pengaturan tata letak furnitur/perabot.
Tata letak furnitur/perabot dan partisi interior tidak boleh menghalangi/
membatasi bukaan jendela/pintu untuk aliran udara. Tata letak
furnitur/perabot dikaitkan dengan posisi bukaan ventilasi juga tidak boleh
memungkinkan terjadinya aliran udara dari pasien ke petugas.

Gambar Contoh : Aliran udara yang Gambar Contoh : Aliran udara


tidak diharapkan dikaitkan dengan yang diharapkan dikaitkan dengan
tata letak furnitur dalam ruangan tata letak furnitur dalam ruangan

Catatan :

-211-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu panas dan lembab, maka kinerja
sistem ventilasi yang terbaik adalah ventilasi mekanis.

Berdasarkan pertimbangan besarnya biaya investasi dan operasional untuk


penggunaan sistem ventilasi mekanis, maka banyak digunakan alternatif ventilasi
alami. Kelemahan ventilasi alami yaitu sulit untuk dikendalikan dan didesain, arah
aliran angin dan nilai parameter tidak konsisten, dalam hal ini fluktuasinya sangat
ekstrim karena tergantung pada kondisi iklim luar relatif terhadap lingkungan dalam
ruangan. Terdapat kemungkinan memiliki tingkat perubahan udara yang rendah
selama kondisi iklim tertentu yang tidak menguntungkan.
Sebagai bahan referensi berikut di bawah ini tabel kinerja penerapan jenis ventilasi
terhadap iklim yang merupakan hasil konsensus tinjauan sistematis WHO.

Tabel Kinerja penerapan Jenis ventilasi alami terhadap kondisi iklim (konsensus
tinjauan sistematis WHO)

Ventilasi Alami Ventilasi Ventilasi


Hybrid Mekanik
Koridor Atrium Menara
IKLIM Halaman
Satu Sisi (Chimney) Angin
Koridor Koridor
Luar Dalam

Panas dan
Lembab
** * ** ** * *** ****
Panas dan
Kering *** * *** *** *** **** ****

Sedang
*** *** *** *** *** **** ****

Dingin
* ** * * * ** ****

Kinerja diberi peringkat bintang.

* Performa dalam kenyamanan termal atau kontrol infeksi tidak


memuaskan. Dalam hal pengendalian infeksi, itu berarti besarnya
tingkat ventilasi.
** Kinerja cukup

*** Performanya dapat diterima, tetapi mungkin diperlukan beberapa


penyesuaian dalam hal kenyamanan termal.

**** Performanya bagus dalam hal kenyamanan termal dan pengendalian


infeksi melalui udara.
***** Performanya sangat baik (memuaskan) baik dari segi termal
kenyamanan dan pengendalian infeksi.

-212-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.1.4 Alur kegiatan

-213-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-214-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.1.5 Zonasi

-215-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.1.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi,
Administrasi meliputi:
1. Pendataan pasien rawat jalan
2. Pembayaran biaya pelayanan medik.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
2. Ruangan • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu
Tunggu
• Tiap tiap ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan harus memiliki ruangan
tunggu tersendiri dengan kapasitas yang memadai.
• Ruangan tunggu untuk pasien penyakit menular harus dipisah dengan
pasien tidak menular khususnya pasien anak dan kebidanan.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien
• Dilengkapi toilet umum dan difable.

-216-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan & penghawaan yang baik.

3. Ruangan Pos • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan


Perawat pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal),
dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
(Nurse Station)
• Pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat
mengawasi seluruh kegiatan di rawat jalan.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Pos perawat dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon,
safety box dan wastafel.
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan (handscrub).
4. Ruangan • Ruangan periksa/ konsultasi adalah ruangan dokter melakukan pemeriksaan • Ruangan ruangan periksa/ konsultasi
periksa/ dan konsultasi dengan pasien. Tipe 1
konsultasi/
• Ruangan tindakan adalah ruangan untuk melakukan tindakan bagi pasien,
tindakan
ruangan ini berhubungan langsung dengan ruangan periksa/ konsultasi.
• Luas ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan 9-24 m2 dengan memperhatikan
ruang gerak petugas, pasien dan peralatan.

-217-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing), lebar daun pintu khusus ruangan
tindakan minimal 120 cm (satu atau satu setengah daun pintu).

Tipe 2

• Ruangan periksa dan konsultasi dengan


ruangan tindakan terpisah

-218-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


5. Ruangan • Ruangan tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan/
periksa/ tindakan bagi pasien penyakit gigi dan mulut.
konsultasi/
• Luas ruangan ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan gigi 20-30 m2 dengan
tindakan Gigi
memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan.
• Ruangan ini dilengkapi dengan ruangan kompresor dan ruangan alat steril
tersendiri.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.

6. Ruangan • Ruangan tempat melakukan tindakan atau diagnostik kebidanan dan


periksa/ penyakit kandungan terhadap pasien.
konsultasi/
• Luas ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan kebidanan 16-30 m2 dengan
tindakan
memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan.
Kebidanan dan
Penyakit • Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
Kandungan • Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing).
• Antara ruangan periksa/ konsultasi dengan ruangan tindakan dibatasi
dengan tirai.
• Dilengkapi dengan meja ginekologi, USG dan peralatan lainnya.

-219-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


7. Ruangan • Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan
periksa/ pasien penyakit mata.
konsultasi/
• Luas ruangan ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan mata 15-20 m2 dengan
tindakan Mata
memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan peralatan. Salah satu sisi
ruangan mempunyai panjang 4 m atau disesuaikan dengan alat yang
digunakan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing)
8. Ruangan • Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan
periksa/ pasien penyakit kejiwaan.
konsultasi/
• Luas ruangan ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan jiwa 12-24 m2.
tindakan Jiwa
• Komponen bangunan harus mempunyai bentuk yang aman terhadap
kemungkinan membahayakan pasien dan pengguna lainnya.
• Ruangan tunggu dan akses pasien terpisah dengan ruangan periksa/
konsultasi/ tindakan lainnya.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing)

-220-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


9. Ruangan • Ruang khusus bagi ibu menyusui anaknya.
Laktasi
• Luas antara 6 m2~12 m2.
• Dilengkapi tempat duduk dengan sandaran tangan, meja bayi, wastafel/sink,
water dispenser.
• Letak berdekatan/bersebelahan dengan area ruangan periksa/ konsultasi/
tindakan kebidanan dan penyakit kandungan.
• Lebar daun pintu ruangan laktasi minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu
geser atau swing).

10. Ruangan Dokter • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat dokter.


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

11. Ruangan Staff & • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
Perawat
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

-221-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


12. Ruangan • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Kepala Ruang perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

13. KM / WC Toilet Umum dan Petugas • Toilet Umum


(Toilet) Alternatif 1
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
(36 ~ 38 cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. Pintu disarankan membuka ke arah
luar ruangan
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat Alternatif 2

• Toilet umum dapat juga tidak menggunakan daun pintu pada akses masuk.

-222-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Toilet Petugas
Toilet Difable
• Disediakan minimal satu toilet difable untuk pasien dan pengunjung.
• Luas toilet difable minimal 2m x 2m.
• Dilengkapi dengan rambu/simbol difable pada bagian luarnya.
• Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi
roda.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45-50 cm)
• Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat • Toilet Difable
lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas
untuk membantu pergerakan kursi roda (minimal satu sisi).
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda dengan lebar minimal 90 cm.

-223-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

14. Janitor • Ruang penyimpanan perlengkapan kebersihan


• Dilengkapi dengan bak cuci
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor
drain.

-224-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.2.2 Denah Ruang Rawat Jalan

-225-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.2.3 Potongan Ruang Rawat Jalan

-226-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Rawat Jalan

-227-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar 1 Klinik Kebidanan & Penyakit Kandungan

-228-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a. Dinding Bata Merah 1. Ukuran: 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas
yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan
rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
b. Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
c. Dinding Partisi Ruangan 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
d. Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2 Phenolic panel 12mm atau Kaca tempered 10 mm
3 Rangka dinding partisi kubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 LANGIT-LANGIT/ PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm

b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel


2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-229-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm, unpolished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175
mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 50 x 50 unpolished / Matt
2. 60 x 60 unpolished / Matt
c Batu alam 1. Kualitas fisik granit atau marmer minimum yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan standar
dengan kepadatan 160 pcf, absorsi 0,4%, kuat tekan 19.000 psi dan rupture modulus 1500 psi.
-. Batu granit
2. Ukuran granit minimal 30 x 60 cm, 60 x 60 cm atau ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Permukaan granit dengan penyelesaian polished, honed dan flamed sesuai dengan yang ditentukan
dalam Gambar Kerja.
3. Semen, Pasir dan Grouting. Portland Cement dan mortar sesuai dengan standar nasional yang berlaku
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik (untuk toilet) Keramik berukuran 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint 1. Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel
2. Ukuran: 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
3. Material: Vynil, PVC, Aluminium, Keramik

-230-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail guard 1. Aluminium extrucded profile 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact

5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI
15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai
tempered glass temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata
pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5 mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca dengan lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu aluminium 1. Aluminium

-231-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a. Aluminium untuk kusen daun pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy yang memenuhi ketentuan
SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik dengan
finishing anodized atau powder coating
b. Ukuran dan tebal profil serta alat pengencang dan aksesori yang digunakan sesuai dengan fungsinya.
c. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala
tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
d. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
e. Penutup celah berbahan sealent/ vynil
2. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara
b PVC
c Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR
yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis
bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

-232-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
a. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
b. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel
dan finishing stainless steel hair line.
c. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah,
harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari
tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.

-233-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standar).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standar).
3. Wastafel
a. Wastafel bahan porselen, lengkap dengan kran, siphon dan perlengkapan lainnya. Jenis wastafel free
standing/menggantung di dinding, tanpa meja.
b. Urinoir (Tipe Moslem). Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Paper/tissue Holder
6. Shower Spray
7. Shop Holder

-234-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.1.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

1. Ruangan Administrasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan 100 - 300 lux
Outlet daya
− Setiap meja disediakan minimal 1 (satu) kotak kontak dengan instalasi
permanen.
Outlet Telepon & Data
− Dalam ruangan dapat disediakan 1 (satu) Outlet telepon dan 1 (satu)
Outlet data dengan instalasi permanen.
2. Ruangan Tunggu Tata udara dan ventilasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali

-235-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Lain lain
− Ruang tunggu untuk pasien menular harus dipisah dengan pasien tidak
menular khususnya pasien anak dan kebidanan.
3. Ruangan Pos Perawat Tata udara
(Nurse Station) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan dapat ditambahkan lampu down light spot untuk
penambahan penerangan khusus.
Outlet Daya
− Disediakan kotak kontak daya sesuai kebutuhan
Outlet Telepon & Data
− Disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
4. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-236-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Resirkulasi udara di dalam ruangan diperkenankan, kecuali untuk
ruangan infeksius.
− Untuk ruangan klinik yang menangani pasien penyakit menular melalui
udara (air borne), pertukaran udaha minimal 12 kali per jam
Gas medis
− Pada ruangan tindakan disediakan outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan
pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan tambahan
dengan kuat penerangan minimal 1000 lux.
Outlet daya
− Setiap ruangan periksa/konsultasi disediakan min. 2 (dua) stop kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan min. 4 (empat) kotak kontak.
5. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan Gigi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-237-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Resirkulasi udara di dalam ruangan diperkenankan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan
pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan tambahan
dengan kuat penerangan minimal 1000 lux.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung
tanpa pengaman arus.
Lain-lain
− Kompresor peralatan dental chair diletakkan di tempat yang aman dan
getaran diminimalisir.
6. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Kebidanan dan Penyakit
Kandungan − Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali

-238-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alamiUntuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan
lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan min. 1000 Lux.
Outlet daya
− Ruangan periksa/konsultasi disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak..
7. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Mata
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan
lampu penerangan tambahan dengan intensitas sesuai kebutuhan.
Outlet Daya
− Setiap ruangan periksa/konsultasi disediakan min. 2 (dua) kotak kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak.

-239-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

8. Ruangan periksa/ Tata udara


konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Jiwa
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak.

9. Ruangan Laktasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.

-240-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

10. Ruangan Dokter Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
11. Ruangan Staff & Tata udara
Perawat − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan min. 200 lux.
12. Ruangan Kepala Ruang Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan min. 200 lux. (SNI)
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Ruangan dapat disediakan min. 1 (satu) Outlet telepon dan 1 (satu)
Outlet data.

-241-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

13. KM / WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan Toilet


− o
Temperatur ruang rata-rata 24 + 2 Co Petugas, Toilet Umum maupun
Difabel
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dibuang langsung keluar
bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
14. Janitor • Tata udara dan ventilasi
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL
terdekat di dalam gedung.

-242-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-243-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-244-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-245-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-246-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-247-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-248-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.8 Contoh Instalasi Buangan Air Bekas & Air Kotor

-249-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.9 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-250-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.10 Contoh Instalasi Tata Udara

-251-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.1.3.11 Contoh Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik

-252-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2 RUANG RAWAT INAP

3.2.1 PERSYARATAN UMUM

3.2.1.1 Fungsi
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.

3.2.1.2 Lokasi
a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman dan nyaman.
b. Berdasarkan zonasi, berada pada zona pelayanan keperawatan dan zona
semi privat.

3.2.1.3 Desain
a. Kapasitas tempat tidur pada ruang rawat inap disesuaikan dengan kelas
pelayanannya.
- Ruangan perawatan Kelas VIP/Utama, kapasitas 1 tempat tidur per
ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 1, kapasitas 2 tempat tidur per ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 2, kapasitas 3 – 4 tempat tidur per ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 3, kapasitas 5 – 6 tempat tidur per ruangan
b. Setiap ruangan perawatan dilengkapi dengan kamar mandi yang memenuhi
persyaratan kamar mandi difabel.
c. Untuk kepentingan evakuasi, arah bukaan pintu pada ruangan perawatan
disarankan mengarah keluar, lebar pintu minimal 120 cm dengan bukaan satu
atau satu setengah daun pintu.
d. Ruangan perawatan pasien harus dikelompokkan/dipisahkan berdasarkan
jenis kelamin, usia dan jenis penyakit/klasifikasi pelayanan.
e. Setiap blok/ruang rawat inap harus dikontrol oleh pos perawat (nurse station).
Letak pos perawat harus dapat menjangkau semua area aktifitas pasien dan
petugas sehingga selamat dan aman (safe and secure).
f. Khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit tertentu harus dipisahkan
(isolasi), kapasitas ruangan isolasi pada ruang rawat inap sesuai dengan
kebutuhan. Berikut jenis ruangan perawatan isolasi pasien :
- Ruangan perawatan isolasi penyakit menular (infeksius).
- Ruangan perawatan isolasi protektif (immune compromise).
g. Ruangan perawatan isolasi apabila bergabung dalam satu blok dengan ruang
rawat inap umum, maka letaknya harus tidak boleh mengkontaminasi ruangan
perawatan lainnya.
h. Khusus untuk ruang rawat inap pasien TB Resisten Obat apabila
menggunakan sistem ventilasi alami, maka persyaratan teknisnya adalah sbb :

-253-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Jarak antar bangunan ruang rawat jalan pasien TB-RO dengan pelayanan
fungsi lain harus cukup untuk kepentingan penghawaan, pencahayaan dan
dilusi udara. Disarankan jarak minimal adalah 8 (delapan) m.
- Sekitar bukaan-bukaan pada bangunan ruang-ruang pelayanan pasien TB-
RO harus aman dari lalu lalang pengunjung RS.
- Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yang tropis/panas dan lembab,
dengan mempertimbangkan kenyamanan termal dalam ruangan, bentuk
bangunan tidak gemuk dan orientasi bangunan harus utara-selatan, dalam
hal ini posisi bukaan jendela pada sisi utara-selatan.
- Desain lubang ventilasi alami dapat memenuhi terjadinya ventilasi silang
(cross ventilations). Kualitas ventilasi alami dipengaruhi oleh posisi bukaan,
ukuran bukaan dan cara membuka. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Posisi bukaan
Letak/posisi lubang ventilasi pada ruang-ruang infeksi harus dapat
memungkinkan terkena sinar matahari langsung yang aman. Desain
terdapat dua bukaan yang berada pada sisi dinding yang berlawanan
(mis. Jendela dan pintu).
2) Ukuran bukaan
Nilai ventilasi pada bukaan dinding di sisi yang berlawanan ditentukan
oleh bukaan dengan ukuran yang terkecil (smallest opening area).
3) Cara membuka
Bukaan jendela untuk kepentingan pertukaran udara harus didesain
dapat terbuka dengan maksimal (100%). Dalam mendesain jendela
harus mempertimbangkan cara membuka dan keamanan dari potensi
bahaya pasien meloncat apabila berada pada bangunan berlantai.

Gambar contoh model cara membuka jendela.

Rumus empiris untuk menghitung Jumlah Pertukaran Volume Udara


dalam Satuan Jam (Air Change Hour = ACH) sebagai berikut :
a) Posisi bukaan berada pada sisi-sisi dinding yang berlawanan
(opposite)

ACH = 0,65 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan terkecil (m2) x 3600 det/jam
Volume ruangan (m3)

Ventilation Rate (l/s) =


0,65 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan terkecil (m2) x 1000 l/m3

-254-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

a. Posisi bukaan hanya berada pada salah satu sisi bangunan

ACH = 0,05 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan (m2) x 3600 det/jam
Volume ruangan (m3)

Ventilation Rate (l/s) =


0,05 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan (m2) x 1000 l/m3

Contoh Perhitungan ACH

Suatu bangsal perawatan pasien TB memiliki ukuran ruangan 7m x 6m dan


ketinggian ruangan 3m dengan dilengkapi jendela berukuran 1,5 x 2m2 dan pintu 1
x 2m2 (luas bukaan terkecil). Kecepatan angin 1 m/s.

Maka, estimasi perhitungan ACH dan ventilation rate (l/s) dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Bukaan ACH Ventilation rate (l/s)
Jendela terbuka (100%) + pintu terbuka 37 1300
Jendela terbuka (50%) + pintu terbuka 28 975
Jendela terbuka (100%) + pintu tertutup 4,2 150

1. Desain ruangan perawatan sebaiknya model koridor satu sisi/ baris tunggal (single
loaded corridor).
Koridor yang hanya salah satu satu sisinya terdapat ruang fungsi pelayanan ini
sangat baik dalam rangka ventilasi silang karena dapat terjadi aliran udara searah
baik dari bangsal ke koridor atau sebaliknya dari koridor ke bangsal, tergantung
arah angin pada saat itu.
Aliran udara searah ini dapat membantu mencegah infeksi silang. Desain jendela
sangat penting untuk jenis desain ini: posisi jendela direkomendasikan segaris
dengan pintu ruangan perawatan sebagai jalur untuk ventilasi silang. Berikut
dibawah ini gambar skematik koridor satu sisi.

-255-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Keterangan : Gambar konseptual ini harus digunakan dengan hati-hati, dan keterbatasan dalam kondisi
sebenarnya perlu dipertimbangkan.

Gambar Ventilasi alami pada tipe koridor satu sisi di rumah sakit

2. Kedalaman Massa Bangunan


Bangunan untuk fungsi pelayanan pasien TB-RO yang mengandalkan ventilasi
alami, maka massa bangunannya sebaiknya tidak gemuk (bulky mass), supaya
aliran udara dapat menembus ke dalam bangunan dan bertukar dengan hembusan
aliran udara dari sisi yang berlawanan (cross ventilation).

3. Pengaturan tata letak furnitur/perabot.


Tata letak furnitur/perabot dan partisi interior tidak boleh menghalangi/
membatasi bukaan jendela/pintu untuk aliran udara. Tata letak furnitur/perabot
dikaitkan dengan posisi bukaan ventilasi juga tidak boleh memungkinkan terjadinya
aliran udara dari pasien ke petugas.

4. Peneduh matahari

-256-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Peneduh matahari dirancang dengan mempertimbangkan fungsinya sebagai alat


untuk kenyamanan termal. Peneduh matahari sebaiknya disediakan pada
permukaan fasad timur dan barat untuk secara parsial meneduhi bangunan dari
cahaya matahari langsung untuk meminimalisir kelebihan kalor matahari.
Peneduh matahari dapat berupa tirai/kisi-kisi (blinds), teritisan (overhang), dan
profil peneduh lainnya.

5. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian
sinar matahari dan silau yang masuk ke dalam bangunan. Untuk memperluas
ventilasi alami dan optimalisasi cahaya matahari di siang hari, maka pertimbangan
dalam desain yaitu rancangan fasad yang memanjang (slope) dengan orientasi
jendela-jendela menghadap utara-selatan. Dalam hal ini luas permukaan selubung
bangunan berbahan kaca seminimal mungkin dan jendela-jendela pada fasad timur-barat
di hindari.
Penggunaan warna finishing permukaan selubung bangunan juga penting untuk
dipertimbangkan, karena warna terang memantulkan radiasi sinar matahari lebih
baik.

6. Kebisingan dan Akustik


Posisi penempatan bukaan ventilasi juga harus mempertimbangkan faktor
kebisingan eksternal dan akustik. Bukaan/lubang ventilasi sebaiknya jauh dari jalur
kebisingan utama. Apabila kebisingan tidak dapat dihindari secara maksimal,
penggunaan partisi dan plafon penyerap suara dan atau buffer penghijauan.

7. Keselamatan Kebakaran
Merancang bangunan dengan bukaan yang menghubungkan kamar-kamar dapat
bertentangan dengan persyaratan keselamatan kebakaran dan pengendalian asap.
Merancang bangunan berventilasi alami agar sejalan dengan persyaratan
kompartemenisasi untuk pengendalian asap. Jalur kebakaran perlu diperhatikan,
karena desain ventilasi alami juga berdampak pada pola aliran asap.

8. Keamanan
Bukaan-bukaan ventilasi dapat beresiko terhadap keamanan bangunan rumah
sakit, terutama di lantai dasar. Desain bukaan ventilasi harus tetap aman.

9. Halaman
Halaman adalah area tertutup yang dapat membantu menyalurkan dan
mengarahkan aliran udara sekitar bangunan, dalam hal ini juga mempengaruhi
iklim mikro di sekitar bangunan.
- Berdasarkan posisi relatif ruangan perawatan dan koridor ke halaman, jenis
sistem ventilasi alami ini dapat dibagi menjadi subtipe koridor dalam dan
koridor luar (lihat gambar berikut dibawah ini). Sistem ini dapat memasok
lebih banyak ventilasi, sepanjang halamannya cukup besar. Model koridor

-257-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

luar memiliki keunggulan dibandingkan tipe dalam, karena dapat


menghindari infeksi silang melalui koridor yang terhubung dengan
mengirimkan udara luar yang bersih ke koridor terlebih dahulu.

Catatan :
Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu panas dan lembab, maka kinerja
sistem ventilasi yang terbaik adalah ventilasi mekanis.

Berdasarkan pertimbangan besarnya biaya investasi dan operasional untuk


penggunaan sistem ventilasi mekanis, maka banyak digunakan alternatif ventilasi
alami. Kelemahan ventilasi alami yaitu sulit untuk dikendalikan dan didesain, arah
aliran angin dan nilai parameter tidak konsisten, dalam hal ini fluktuasinya sangat
ekstrim karena tergantung pada kondisi iklim luar relatif terhadap lingkungan dalam
ruangan. Terdapat kemungkinan memiliki tingkat perubahan udara yang rendah
selama kondisi iklim tertentu yang tidak menguntungkan.

3.2.1.4 Alur kegiatan

-258-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-259-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-260-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.1.5 Zonasi

-261-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.2.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


1. Ruangan • Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan • Kelas VIP
Perawatan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24
jam.
• Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas perawatan dan jumlah
tempat tidur.
• Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi tempat tidur minimal 1,5
m.
• Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/
menempel di plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
• Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar mandi dengan
mengikuti persyaratan kamar mandi aksesibilitas.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga. Bahan penutup lantai dapat
terdiri dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata atau keramik
dengan nat yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak
mengumpul, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar. Pertemuan
dinding dengan lantai disarankan melengkung (hospital plint), agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan
kotoran.

-262-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing- • Kelas 1
masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar
90 cm, dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
• Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.
• Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus
ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi
penyandang cacat.
• Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.
• Jendela disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya dan cukup rapat.
• Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran
udara dari dalam ruangan ke luar ruangan, dengan jarak bukaan tidak
lebih dari 20 cm • Kelas 2
• Untuk bangunan rawat inap yang berlantai banyak/bertingkat, bentuk
jendela tidak boleh memungkinkan dilewati pasien untuk meloncat.
• Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran.

-263-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Kelas 3

2. Ruangan Pos • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan


Perawat (Nurse dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan
jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
Station)
• Pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat
dapat mengawasi seluruh kegiatan di rawat jalan.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi
hadap.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Pos perawat dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip,
intercom/telepon, safety box dan wastafel.

-264-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


3. Ruangan Diskusi, • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat dokter/ perawat.
Ruangan Dokter,
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
Ruangan Perawat

4. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Ruang perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Ruangan Tindakan • Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan
invasive ringan maupun non-invasive.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing), lebar daun pintu khusus
ruangan tindakan minimal 120 cm (satu/ satu setengah daun pintu).

-265-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


6. Ruang Perawatan • Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 4x4 m2.
Isolasi
• Satu ruangan untuk satu tempat tidur.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Disediakan toilet pasien.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.
• Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi),
seperti:
a) Pasien yang menderita penyakit menular.
b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti
penyakit tumor, ganggrein, diabetes dan sebagainya).
c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).
7. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Ruang perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

8. Gudang Bersih/ • Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
Steril Clean Utility) berhubungan.
• Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk
memudahkan pembersihan.
• Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-
obatan, semua barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga

-266-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


digunakan untuk menyimpan linen bersih.
• Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari
lantai untuk memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di
bawah rak dan lemari tersebut.
• Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan
yang diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril.

9. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau
(Spoelhoek / Dirty menggunakan alat bedpan washer.
Utility)
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.

10. KM / WC (Toilet) Toilet Petugas • Toilet Petugas


• Toilet memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36 ~ 38 cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat

-267-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Toilet Pasien
• Toilet Pasien
• Satu toilet melayani satu ruang perawatan
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan
genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan rambat (handrail)
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering
tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan
genangan.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat
(emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-268-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


11. Dapur Kecil (Pantry) • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry.
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

12. Janitor • Ruang penyimpanan perlengkapan kebersihan


• Dilengkapi dengan bak cuci
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.

-269-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.2.2 Denah Ruang Rawat Inap

-270-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.2.3 Potongan Ruang Rawat Inap

-271-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Rawat Inap

-272-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam rawat inap kelas 1

-273-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam rawat inap kelas 2

-274-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam rawat inap kelas 3

-275-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam rawat inap kelas vip

-276-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Koridor ruang rawat inap

-277-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas
yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan
rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding partisi cubicle toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm

b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel


2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan

-278-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175
mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.

-279-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail guard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm

2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact

5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI
15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai
tempered glass temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata
pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &

-280-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
JENDELA

a Pintu aluminium a. Aluminium


1. Aluminium 4” untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy
yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang
dikerjakan di pabrik. sesuai skema warna yang ditentukan kemudian.Tebal profil minimal 1,35 mm Alat
Pengencang dan Aksesori.
2. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala
tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
3. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2 mm.
4. Peanahan udara dari bahan vinyl.
5. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
b. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
c. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
d. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
e. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR
yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint

-281-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis
bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
C. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah,
harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.

-282-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT
SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).

-283-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-284-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.2.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

1. Ruangan Perawatan Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit
ruangan.
Gas medis
− Minimal disediakan outlet oksigen. Disarankan disediakan outlet vakum
medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 250 lux dan 50 lux untuk tidur.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan
instalasi permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengaman arus.

-285-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

Nurse Call
- Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing
tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse station).
2. Ruangan Pos Perawat − Disediakan instalasi untuk alat komunikasi
(Nurse Station)
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
Tata udara dan ventilasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan penerangan khusus, dapat ditambahkan lampu down light
spotdengan penutup (cover).
Outlet daya
− Disediakankotak kontaksesuai kebutuhan
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.

-286-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

Nurse Call
− Ruangan PosPerawat harus tersediasentral system nurse call untuk
menerima panggilan dari masing-masing tempat tidur yang terhubung ke
pos perawat (nurse station).

3. Ruangan Diskusi, Tata udara


Ruangan Dokter,
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Ruangan Perawat
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 300 lux. (SNI)
4. Ruangan Tindakan Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigendan vakum medik,

-287-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
apabila diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan
buatan menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat
penerangan minimal 1000 lux
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan
instalasi permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengaman arus.
5. Ruang Perawatan Tata udara
Isolasi
− Ruangan bisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dari ruangan
sebelahnya.
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6
kali/jam.
- Ruang Isolasi Infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis
sink, dimana airlockbisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif
dibandingkan ruangan-ruangan di sebelahnya.
Ruang Isolasi Infeksius Airlock jenis Sink :
• Mencegah ruang bersih terkontaminasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC udara kotor koridor
• Mengizinkan asap atau zat bio ruang bersih
− Kelembaban udara 55 + 5% lepas ke air lock. Tidak ada peralatan
proteksi petugas yang dibutuhkan

-288-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
• Model air lock ini umumnya digunakan pada
− KHubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif ruangan perawatan isolasi airborne

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali Hubungan tekanan relatif:

− Total Pertukaran udara per jam 6-12 kali Ruang bersih - -

− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar Airlock -

bangunan
Koridor +
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Ruang Isolasi Protektif
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
Airlock Cascading:
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit • Mencegah ruang bersih terkontaminasi dari
udara luar yang kotor
ruangan. • Mencegah udara bersih terkontaminasi dari
ruang sekelilingnya melalui retakan
− Ruang Isolasi Proteksif dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis
Cascading, dimana airlock bisa bertekanan lebih rendah dibandingkan Hubungan tekanan relatif:
ruang bersih. Ruang bersih + + +

Gas Medis Airlock ++

− Minimal disediakan outlet oksigen, disarankan juga disediakan Koridor +

-289-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
outletvakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan 200 lux untuk penerangan dan 50 lux
untuk tidur.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke
pos perawat (nurse station).
6. Ruangan Kepala Tata udara
Ruang
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data

-290-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

− Dalam ruangan dapat disediakan minimal 1 (satu) Outlet telepondan 1


(satu) Outlet data dengan instalasi permanen.
7. Gudang Bersih(Clean Tata udara
Utility)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
8. Gudang Kotor Tata udara
(Spoelhoek / Dirty
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
Utility)
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara harus dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasi pre treatment terlebih dahulu.
- Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan kotak kontak
dengan kapasitas yang memadai.
Pencahayaan
Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-291-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

9. KM / WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan Toilet


Petugas, Toilet Umum maupun
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di
dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux (SNI)
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
10. Dapur Kecil (Pantry) • Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasipre treatment(grease trap) terlebih dahulu.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-292-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan

• Outlet daya
- Dapat disediakan kotak kontak dengan instalasi pemanen.
11. Janitor • Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL
terdekat di dalam gedung.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-293-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-294-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-295-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.4 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-296-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.5 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-297-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-298-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.7 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-299-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.8 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-300-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.9 Contoh Instalasi Air Kotor

-301-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.10 Contoh Instalasi Gas Medis

-302-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.11 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-303-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.2.3.12 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-304-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3 RUANG GAWAT DARURAT

3.3.1 PERSYARATAN UMUM

3.3.1.1 Fungsi
Ruang Gawat Darurat adalah salah satu ruang yang disyaratkan harus ada pada
bangunan rumah sakit, yang merupakan ruang pelayanan khusus yang
menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24
jam.

3.3.1.2 Lokasi
a) Ruang gawat darurat terletak dilantai dasar dengan akses masuk yang mudah
dicapai terutama untuk pasien yang datang dengan menggunakan ambulan.
b) Pintu masuk ruang gawat darurat harus terpisah dengan pintu utama masuk
rumah sakit atau dengan pintu masuk untuk pasien rawat jalan/ poliruangan
periksa/ konsultasi/ tindakan atau pintu masuk bangunan penunjang rumah
sakit.
c) Lokasi ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal dari jalan raya
baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau tanda arah lainnya.
d) Rumah Sakit yang memiliki tapak berbentuk memanjang mengikuti panjang
jalan raya, maka pintu masuk ke area ruang gawat darurat disarankan terletak
pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk
masuk ke area rumah sakit.
e) Ruang gawat darurat disarankan terletak berdekatan dengan bagian
penerimaan pendaftaran (admission), bagian keuangan dan bagian rekam
medik, atau memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah. Pada malam
hari, bangunan ruang gawat darurat akan merupakan pintu masuk utama ke
rumah sakit bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
f) Ruang gawat darurat memiliki akses yang cepat dan mudah ke lokasi ruang
laboratorium, ruang perwatan intensif, ruang rawat inap, ruang operasi, bank
darah, ruang radiologi, ruang farmasi, serta ruang kebidangan dan kandungan.
g) Ruang gawat darurat disarankan untuk memiliki area yang dapat digunakan
untuk penanganan korban bencana massal (Kejadian Luar Biasa/ KLB).

3.3.1.3 Desain
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat desain sebuah ruang gawat
darurat yaitu bahwa jalan masuk ambulans harus cukup luas yang dapat
menampung lebih dari 2 ambulans. Jalan masuk ambulans di depan pintu
ruang gawat darurat untuk menurunkan penumpang harus terlindung dari
cuaca. Tempat parkir ambulans harus tersedia selain untuk staf Medik
maupun pengunjung.
b) Karena pengunjung maupun pasien selalu datang dalam keadaan tergesa-
gesa dan mengalami kepanikan maka pengaturan alur pasien harus baik,
demikian pula desain bagian ini harus membuat suasana adanya hubungan
masyarakat yang baik.

-305-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

c) Desain harus memungkinkan kecepatan pelayanan dapat dilakukan, bila


terjadi hambatan dalam alur yang memperlambat pelayanan akan memberikan
kesan yang tidak baik dalam memberikan pelayanan kegawat daruratan.
d) Tata letak ruangan dalam ruang gawat darurat tidak boleh memungkinkan
terjadinya infeksi silang (cross infection).

3.3.1.4 Alur kegiatan

-306-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-307-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.1.5 Zonasi

-308-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.3.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


A. Ruang Penerimaan

1. Ruangan Tunggu • Ruangan pengantar pasien menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien
• Dilengkapi toilet umum
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang
baik.

2. Ruangan Administrasi • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi,


meliputi:
1. Pendataan pasien gawat darurat
2. Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien gawat
darurat
3. Pembayaran biaya pelayanan.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
3-5 m2/ petugas.

-309-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

3. Ruangan Triase • Triase terdiri dari triase visual dan triase medik
• Triase visual dilakukan pada hall luar, pada area ini dilengkapi dengan
pos petugas dan area simpan brankar dan kursi roda.
• Triase Medik dilakukan pada hall dalam, pada area ini terdapat pos
perawat.
• Dari drop off pasien ke ruangan triase harus dihindari adanya perbedaan
level lantai.
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam
dan dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis, dengan lebar bukaan
minimal 120 cm.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar.
4. Ruangan Pos Perawat • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan
pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal),
(Nurse Station)
dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
• Letak pos perawat harus memungkinkan kecepatan dalam pemberian
pelayanan.

-310-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box
dan wastafel.
5. Ruangan Penyimpanan • Ruangan penyimpanan brankar dan kursi roda diletakkan dekat area
Brankar dan Kursi triase
Roda
6. Ruangan • Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau
Dekontaminasi terpisah dengan ruang gawat darurat.
• Direkomendasikan model akses adalah pass through dari luar menuju
ruangan triase
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam
dan dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm
dari permukaan lantai.
• Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower).
• Dilengkapi pancuran air (flusher) dengan panjang selang dapat
menjangkau seluruh ruangan.

-311-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain. Perbedaan ketinggian lantai dibuat dengan kemiringan lantai

7. Area yang dapat Area ini disarankan tersedia, dilengkapi dengan minimal utilitas air bersih
digunakan untuk dan listrik.
Penanganan Korban
Bencana Massal.
B. Ruang Tindakan
1. Ruangan Resusitasi • Ruangan resusistasi mempunyai akses langsung dengan ruang triase
medik
• Ukuran per tempat tidur resusitasi 3 x 3 m2.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Dilengkapi dengan wastafel

2. Ruangan Tindakan

-312-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


a. Bedah • Jumlah tempat tidur ruangan tindakan disesuaikan dengan kebutuhan
kapasitas pelayanan.
b. Non Bedah
• Ukuran per tempat tidur 3 x 3 m2.
c. Anak
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
d. Kebidanan
yang tinggi.
• Dilengkapi dengan wastafel.

3. Ruangan Observasi • Luas ruangan per tempat tidur ruangan observasi minimal 8 m2.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus
dibenamkan/menempel di plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.

-313-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


4. Ruangan Isolasi • Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 4x4 m2, belum termasuk
ruangan antara (air lock/ ante room)
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.

C. Ruang Penunjang Medis


1. Ruangan Obat/Farmasi • Tempat menyimpan obat-obatan untuk keperluan pasien.
• Dapat disatukan dan diletakkan dekat dengan pos perawat.
• Dilengkapi dengan lemari/ rak

2. Ruangan Penyimpanan • Tempat menyimpan linen untuk keperluan pasien.


Linen
• Dapat disatukan dan diletakkan dekat dengan pos perawat.
• Dilengkapi dengan lemari/ rak

-314-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


3. Ruangan Alat Medis • Tempat penyimpanan peralatan medis yang setiap saat diperlukan.
Peralatan yang disimpan diruangan ini harus dalam kondisi siap pakai
dan dalam kondisi yang sudah disterilisasi.
• Dapat disatukan dan diletakkan dekat dengan pos perawat.
• Dilengkapi dengan lemari instrumen.

4. Ruangan Staff/ Perawat • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
& Ruangan Kepala
• Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Ruang
perencanaan dan manajemen.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

5. Ruangan Dokter • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat dokter.


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-315-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


6. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau
(Spoolhoek/Dirty Utility) menggunakan alat bedpan washer.
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.

7. KM/WC (Toilet) Toilet Petugas dan Toilet Umum


• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36 ~ 38 cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat

Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian

-316-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


pengguna (36 ~ 38 cm).
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan
genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan
harus dipasang sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi. .
8. Janitor • Ruang penyimpanan perlengkapan kebersihan
• Dilengkapi dengan bak cuci
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.

9. Ruangan Ganti/ Loker • Tempat ganti pakaian petugas.


• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan
sabun antiseptik (general prequotion).

-317-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang

10. Ruangan Operasi Minor • Ruangan ini merupakan fasilitas pilihan apabila diperlukan
• Persyaratan teknis (Program Ruangan, MEP, dll) mengikuti ruangan
operasi rumah sakit

-318-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


11. Ruangan Transit • Letaknya di area penunjang yang merupakan ruangan terbuka dibatasi
Jenazah (Death On dengan tirai
Arrival)

12. Ruangan AHU & Panel • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-319-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.2.2 Denah Ruang Gawat Darurat

-320-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.2.3 Potongan Ruang Gawat Darurat

-321-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Gawat Darurat

-322-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif area depan ruang gawat darurat

-323-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruangan tunggu ruang gawat darurat

-324-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruangan dalam ruang gawat darurat

-325-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran: 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam
negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik yang dibakar dengan
baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing
dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding partisi cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
toilet 2 Phenolic panel 12mm
3 Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel
ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua engsel dan kunci adalah
stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
e Dinding medical wall 1. Wall Panel terdiri dari bahan Galvanize Steel dengan ketebalan 1.2 Khusus Ruangan Operasi
mm, dengan tinggi wall panel 3000 mm dari permukaan lantai. Seluruh
material wall dan ceiling panel dilapisi gypsum board dengan ketebalan
12 mm. Jarak antar wall panel dan jarak antar ceiling panel tidak terlihat
(seamless OT). Pengecatan dilakukan on site dengan menggunakan anti
bacterial coating.

-326-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


2. Komposisi lapisan material sandwich panel:
- Plat metal
- Foam PU (Polyurethane) atau PIR (Polyisocyanurate)
- Plat metal finish cat powder coating anti bakterial
3. Peralatan dan Perlengkapan pada Dinding Panel

- Control Panel, ukuran 780 x 780 x 150 mm, tampilan jam 2 fungsi
untuk anaestesia dan waktu operasi, suhu, kelembaban udara, telpon,
medical gas alarm, light.
- Lemari Penyimpan Alat (Instrument Cabinet), ukuran 900 x 1700x 300
mm material terbuat dari Stainless Steel dengan pintu geser kaca dan
rak untuk menyimpan peralatan bedah.
- Lemari Penyimpan Obat (Medicine Cabinet), ukuran 900 x 1700 x 300
mm material dari Stainless Steel dengan pintu kaca geser.
- Medical Gas Terminal Box adalah panel untuk penempatan Outlet Gas
Medik O2, N2O, A, V, material menggunakan Stainless Steel Hairline
Finish Ukuran 1196 x 600 mm T:1,2 mm
- Writing Table ukuran 700x400x250 mm, terbuat dari stainless steel SS
304 dan dilengkapi penerangan apabila writing table digunakan.
- Electrical Receptacle Unit ukuran 600x220x100 mm, menggunakan iso
standar terdiri dari 5 bh receptacle menggunakan 2 buah grounding.
- Peredam Tekanan (Pressure Reducing Damper) ukuran 355x145 mm,
terbuat dari stainless steel yang berfungsi untuk menjaga kestabilan
tekanan positif di dalam ruang OK.

-327-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- X-Ray Viewer ukuran 1000x625x35 mm, terdiri dari 2 bagian dimmer,
bingkai terbuat dari aluminium profil
- Air Return Grill, ukuran 600x350x295 mm material terbuat dari
Aluminium dilengkapi dengan slit filter.
- Hatch/Pass Box, terbuat dari stainless steel, digunakan sebagai
fasilitas untuk membuang waste material dari dalam ruang operasi ke
area kotor. Box ini dirancang sedemikian rupa sehingga hanya satu
pintu bekerja secara elektronik, dimana lampu UV (ultra violet) akan
mati jika salah satu pintu dibuka.
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 4. Gypsum Board 9 mm
5. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari
bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
d Medical ceiling 1 Rangka plafon: Steel Khusus Ruangan Operasi
2 Komposisi lapisan material sandwich panel:
- Plat metal
- Foam PU (Polyurethane) atau PIR (Polyisocyanurate)
- Plat metal finish cat powder coating anti material

-328-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


3 Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
4 Peralatan dan Perlengkapan pada Ceiling Panel
- Lampu Peripheral LED dengan panjang 1200 mm, 36 W, bingkai
terbuat dari aluminium.
- Laminar Air Flow ukuran menyesuaikan luas dari ruangan,
menciptakan tekanan positif (positive pressure) dalam ruang operasi.
Dibuat menurut standar HTM 2025-114.

3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat
tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan
ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Floor Hardener Heavy Duty Untuk Ruangan MEP, Drop Off
d Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non kamar operasi menggunakan Vinyl
slip dan heavy duty khusus untuk ruang operasi,
Homogenus, Anti Static, tahan gores,
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
tebal 2 mm.
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static

-329-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


e Cat Epoxy Ketebalan minimal: Khusus Ruangan Operasi minimal
ketebalan 1000 micron
1. Low traffic: 300 – 350 micron
2. Medium traffic: 500 micron
3. High traffic: 1000 micron
4. Full traffic: 2000 - 3000 micron
Spesifikasi:
1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
f Batu alam 1. Kualitas fisik granit atau marmer minimum yang akan dilaksanakan
adalah sesuai dengan standar dengan kepadatan 160 pcf, absorsi 0,4%,
- Batu granit
kuat tekan19.000 psi dan rupture modulus 1500 psi.
Ukuran granit adalah 10 x 20 cm, 30 x 60 cm, 60 x 60 cm atau ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
Permukaan granit dengan penyelesaian polished, honed dan flamed
sesuai dengan yang ditentukan dalam Gambar Kerja.
2. Semen, Pasir dan Grouting. Portland Cement dan mortar:
Sesuai dengan serta standar nasional yang berlaku
- Batu andhesit Ukuran 5 x 30 atau 20 x 30 dengan permukaan rata. Drop Off

-330-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60
cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat
dari material Homogenous atau syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm
dan 10 x 40 cm.
d Dinding bumper & rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC high impact

5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass
yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas
yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-
0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan

-331-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


tempered glass cara dipanaskan sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian
didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada
kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang
memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca
jenis figured glass warna yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata,
tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk
merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu aluminium 1. Aluminium
- Aluminium 4” untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun
pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk
profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai skema warna yang
ditentukan kemudian.Tebal profil minimal 1,35 mm Alat
Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri
300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk mencegah reaksi
elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang

-332-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal
2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang
berserat guna menutup celah sambungan profile tersebut, sehingga
mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb
core dengan door skin berbahan HMR yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-
500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger dengan menggunakan
lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.

-333-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan
terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5
mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan
veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
c Pintu automatic tipe 1. Data Teknis Khusus Ruangan Operasi
hermetic double/ single
- Mechanic Door Carier
sliding
- Micriprocessor Control Unit
- DC Motor
- Power Supply Unit 230 v/1 phase/ 50 Hz
- Position Switch Key / PSK-6
- Radar Motion Detector
- Connection Unit
- Konsumsi Daya 250 Watt
- Optional Parts:
✓ Electrical Lock

✓ Emergency Opening Unit

✓ Manual Opening Device

-334-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


✓ Photocell

- Waktu Tunda: 0 – 60 detik


- Kecepatan Membuka atau Menutup: 0,3 m/det. S/d 1,4 m/det.
- Berat Daun Pintu: 200 kg/1 daun
2. Operating System

- Microprocessor Control Unit


Control Unit mempunyai akurasi yang tinggi, flexible dan compatible,
sehingga mampu dan dapat dihubungkan dengan bermacam-macam
sensor aktivator (Push Button, Electrical Mat Switch, Code Lock, Card
Lock, Remote Control dan lain-lain), dapat diatur atau diprogram
kecepatan membuka atau menutup, waktu tunda, jarak partial
opening dan lain-lain dan dapat dikoneksi dengan computerized
system dan dapat dihubungkan dengan Fire Alarm atau Safety
Alarm System.
- DC Motor
Operator menggunakan motor DC, sehingga mempunyai effisiensi
output yang baik serta menghasilkan suara yang lebih halus.
- Position Switch Key
Pintu dapat diruang operasi kan dalam 6 (enam) program , yaitu:
✓ Normal System. Pintu membuka dan menutup secara otomatis
selebar daun pintu (Full Open)
✓ Open System. Pintu dalam keadaan membuka terus menerus

-335-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


✓ Close System

Pintu dalam keadaan tertutup secara otomatis, sistem otomatis


dimatikan
✓ Exit/ One Direction System

Pintu bekerja secara otomatis dan membuka hanya dari satu arah
saja
✓ Auto Partial

Pintu membuka dan menutup secara otomatis hanya sebagian


✓ Reset

Apabila pintu terganggu, maka pintu direset untuk kembali ke


program awal
3. Safety System

- Auto Reverse System

Pintu yang sedang menutup akan membuka kembali pada saat


terdapat halangan diantara kedua daun pintu
- Electrical Lock

Perlengkapan yang harus ada untuk mengunci pintu secara otomatis


pada saat daun pintu tertutup
- Emergency Opening Unit

Dilengkapi dengan baterai yang dapat dicharge, berfungsi untuk


membuka pintu pada saat energi listrik padam

-336-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- Manual Opening Device

Perlengkapan untuk membuka pintu secara manual pada saat listrik


padam dan Emergency Opening Unit tidak berfungsi
- Safety Photocell

Perlengkapan yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan listrik


yang kurang baik (turun naiknya tegangan listrik)
- Panic Break Out System (Optional)
Pintu otomatis dapat dilengkapi dengan Panic Break Out System,
sehingga pintu sliding dalam keadaan darurat (emergency) dapat
dibuka secara manual menjadi pintu swing.
4. Cover (Optional)

Operator dapat ditutup dengan menggunakan Cover Stainless Steel Satin


Polished Finished.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.

Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama


2. Semua kunci harus terdiri dari:

a. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan
kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak
kunci.
b. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang
terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing stainless steel

-337-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


hair line.
c. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja
lapis seng stainless steel hair line dengan jenis dan ukuran yang
disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.

a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe


ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu
berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua jendela harus dari tipe friction stay 20” dari ukuran
yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x
64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel
Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.

Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu


5. Pengunci Jendela.

Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction


stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.

Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas

-338-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


bawah yang sesuai.

7. Penahan Pintu (Door Stop).

Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.


8. Lever Handle

Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan


handle
9. Warna/Lapisan.

Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel


hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan
peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan
peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap
dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur

-339-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan
keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-340-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.3.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

A. Ruang Penerimaan

1. Ruangan Tunggu Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atauheat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
2. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-341-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas minimal 100 lux (Permenkes 24 th 2016)
− Intensitas rata-rata 300 lux (SNI)
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
3. Ruangan Pos Perawat Tata udara
(Nurse Station) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan penerangan khusus, dapat ditambahkan lampu down light spot dengan
penutup (cover).
Outlet daya

-342-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Disediakankotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.


Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
Nurse Call
− Ruangan PosPerawat harus tersediasentral sistem nurse call untuk menerima
panggilan dari masing-masing tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
4. Ruangan Tata udara
Dekontaminasi
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 12 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)
5. Area yang dapat − Area ini dilengkapi dengan minimal utilitas air bersih dan listrik.
digunakan untuk

-343-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


Penanganan Korban
Bencana Massal.

6. B Ruang Tindakan
.
7. Ruangan Resusitasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan min. 1000 lux
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman
arus.
8. Ruangan Tindakan

-344-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

9. e. Bedah Tata udara


f. Non Bedah − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
g. Anak − Kelembaban udara 55 + 5%
h. Kebidanan − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan minimal 1000
lux
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman
arus.

-345-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

10. Ruangan Observasi Tata udara & ventilasi


− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam.
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.

11. Ruangan Isolasi Tata udara


− Ruangan bisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dari ruangan sebelahnya.
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali/jam.
- Ruang Isolasi Infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis sink, dimana
airlockbisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dibandingkan ruangan-ruangan
di sebelahnya.
Ruang Isolasi Infeksius
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Airlock jenis Sink :
− Kelembaban udara 55 + 5% • Mencegah ruang bersih terkontaminasi
udara kotor koridor

-346-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


• Mengizinkan asap atau zat bio ruang
− KHubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif bersih lepas ke air lock. Tidak ada
peralatan proteksi petugas yang
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali dibutuhkan
• Model air lock ini umumnya digunakan
− Total Pertukaran udara per jam 6-12 kali pada ruangan perawatan isolasi
airborne
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
Hubungan tekanan relatif:
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Ruang bersih - -
Ruang Isolasi Protektif
Airlock -
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Koridor +
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam buku pedoman
2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruang Isolasi Proteksif dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis Cascading,
dimana airlock bisa bertekanan lebih rendah dibandingkan ruang bersih.
Gas Medis Airlock Cascading:
• Mencegah ruang bersih terkontaminasi
− Minimal disediakan outlet oksigen, disarankan juga disediakan outlet vakum medik. dari udara luar yang kotor
• Mencegah udara bersih terkontaminasi
Pencahayaan dari ruang sekelilingnya melalui retakan

− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan Hubungan tekanan relatif:

-347-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


dengan kuat penerangan 200 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur. Ruang bersih + + +

Outlet daya Airlock ++

− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
Koridor +
dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
12. Ruang Penunjang Medis
13. Ruangan Obat/Farmasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
- Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator.
14. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Linen − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-348-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

15. Ruangan Alat Medis Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

16. Ruangan Staff/ Perawat Tata udara


& Ruangan Kepala − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Ruang
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.

17. Ruangan Dokter Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali

-349-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
18. Gudang Kotor Tata udara
(Spoolhoek/Dirty Utility)
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara harus dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi Listrik
− Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan stop kontak listrik yang
memadai
Pencahayaan
Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
19. KM/WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan Toilet
Petugas, Toilet Umum maupun
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan

-350-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.


Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux (SNI)
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).
20. Janitor • Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-351-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

21. Ruangan Tata udara


Persiapan/Pemulihan
− Temperatur ruang rata-rata 19 ~ 24oC
(Operasi Cito)
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Tekanan udara di dalam ruangan lebih positif dibandingkan ruang disebelahnya/ruang
gawat darurat (min. ∆P = 2,5 Pascal).
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko sangat tinggi),
yang mempunyai jumlah maksimal partikel debu ukuran dia. 0,5 μm per m 3 yaitu
352.000 partikel (ISO 6-ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Setiap TT harus disediakan minimal 4 (empat) stop kontakdan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan.
22. Ruangan Operasi Minor Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 19 ~ 24oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Tekanan udara di dalam ruangan operasi lebih positif dibandingkan ruang

-352-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


disebelahnya/ koridor bersih (min. ∆P = 5 Pascal).
− Pada saat tindakan pembedahan berlangsung, total pertukaran udara 15 - 20 kali/jam,
saat tidak ada pembedahan totalpertukaran udara min. 4 kali/jam.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko sangat tinggi),
yang mempunyai jumlah maksimal partikel debu ukuran dia. 0,5 μm per m 3 yaitu
35.200 partikel (ISO 6-ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
− Meja operasi berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata (uni-
directionalair flow), dengan distribusi udara dari langit-langit, dengan gerakan ke
bawah menuju inlet udara balik (return air) yang terletak di 4 sudut ruangan yang
dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan
dilengkapi Buangan Sisa Gas Anastesi (BSGA), apabila diperlukan dapat dilengkapi
outlet CO2 (untuk laparoscopy) dan atau udara tekan instrumen.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply).
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan operasi harus dirancang dengan kuat penerangan min.
1.000 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2, dimana
sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal
(menggunakan genset dan UPS).

-353-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Dalam ruangan operasi harus disediakan minimal 6 (enam) stop kontak dengan
instalasi dipasang padapendan danminimal 6 (enam) stop kontak dengan instalasi
terpasang di dinding (cadangan).Setiap stop kontak harus dilayani oleh MCB yang
berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan
sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem
ini memastikan bahwa hubungan singkat ke bumi tidak melalui pasien.
Lain-lain
− Dalam ruangan operasi minor harus disediakan sarana monitoring dengan instalasi
permanen untuk memantau temperatur & kelembaban ruangan, tekanan udara
dantekanan gas medis.
− Dalam ruangan operasi minor harus disediakan sarana penunjuk waktu yang
tersambung dengan jam sentral yang terhubung dengan master clock berbasiskan
teknologi GPS.

-354-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-355-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-356-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-357-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-358-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-359-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.7 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-360-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.8 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-361-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.9 Contoh Instalasi Air Kotor

-362-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.10 Contoh Instalasi Gas Medis

-363-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.3.3.11 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-364-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4 RUANG OPERASI

3.4.1 PERSYARATAN UMUM

3.4.1.1 Fungsi
Ruang Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun cito, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.

3.4.1.2 Lokasi
• Letak ruang operasi harus di lokasi yang tenang, aman dan nyaman
• Ruangoperasi harus memiliki akses yang mudah ke ruang kebidanan
kandungan, ruang rawat inap, perawatan intensif, ruang gawat darurat, kamar
jenazah, ruang farmasi, laundry, ruang sterilisasi dan penunjang pelayanan
lainnya.
• Pada bangunan bertingkat, letak ruang operasi disarankan berada di lantai
tertinggi maksimal pada lantai 4.

3.4.1.3 Desain
• Jenis ruangan operasi di rumah sakit terdiri dari ruangan operasi minor,
ruangan operasi umum dan ruangan operasi mayor/khusus.
• Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona berdasarkan
tingkat sterilitas ruangan yang terdiri dari:
- zona steril rendah (normal);
- zona steril sedang;
- zona steril tinggi;
- zona steril sangat tinggi.
• Dalam hal ruang operasi menyatu dengan ruang lain dalam satu bangunan,
ruang operasi harus merupakan satu kompartemen. Antar ruangan operasi
juga masing-masing merupakan satu kompartemen.
• Jika ruang operasi pada ruang bertingkat, lantai di atas ruang operasi harus
disediakan ruangan untuk fasilitas MEP atau ruangan lainnya yang bukan area
basah.
• Jarak antar lantai untuk ruangan operasi minimal 4,70 meter untuk memenuhi
kebutuhan ruang MEP.
• Sistem ventilasi di ruang operasi harus tersaring dan terkontrol serta terpisah
dari sistem ventilasi lain di rumah sakit untuk kepentingan pengendalian dan
pencegahan infeksi. Sistem ventilasi di ruang operasi harus memenuhi
parameter-parameter yaitu temperatur, kelembaban relatif, tingkat kebersihan
udara, pertukaran udara, tekanan ruangan dan distribusi udara yang
dipersyaratkan.
• Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud, sistem ventilasi harus
terpisah antara satu ruangan operasi dengan ruangan operasi lainnya.
• Tidak boleh ada sirkulasi silang antara alur bersih dan kotor.
• Akses petugas menuju ruangan operasi harus melalui ruangan ganti dan
sebaliknya.

-365-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Konstruksi untuk atap ruang operasi disarankan menggunakan konstruksi dak


beton.
• Ruang operasi disarankan tidak dilalui saluran air bersih ataupun kotor.

-366-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.1.4 Alur kegiatan

Tabel Alur Kegiatan Ruangan Cath Lab

-367-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-368-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas

-369-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Berdasarkan tingkat pelayanan

-370-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.4.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan


No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan transfer/ • Ruangan tempat mengganti brankar pasien dengan brankar instalasi bedah.
ganti brankar
• Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
dalam.
• Ruangan ini dapat berfungsi sebagai transfer pasien masuk dan keluar
(discharge).
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Ruangan Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

3. Ruangan • Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum memasuki kamar
persiapan pasien bedah. Kegiatan dalam ruang ini yaitu:
(;Preparation
- Penggantian pakaian penderita,
room)
- Membersihkan/mencukur bagian tubuh yg perlu dicukur,
- Melepas semua perhiasan dan menyerahkan ke keluarga pasien

-371-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Rasio tempat tidur pada ruang persiapan terhadap ruangan operasi 1:1.
• Luas ruangan sesuai kebutuhan kapasitas pelayanan, dengan perhitungan luas
per-tempat tidur minimal 8m2
• Pada ruangan persiapan disediakan ruangan administrasi/ ruangan monitoring
perawat
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
dalam.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.

4. Ruangan • Fungsi ruangan ini sebagai sentral monitoring pelayanan di ruangan operasi,
Monitoring antara lain: melaksanakan penjadwalan, pengaturan alur proses pelayanan dan
Perawat (Nurse pelaporan.
Monitoring
• Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau 3-5 m2 per perawat, disesuaikan
Station)
dengan kebutuhan. Luas Ruangan harus dapat mengakomodir lemari arsip dan
lemari obat.
• Letaknya dimungkinkan dapat melayani pasien di ruang persiapan dan pemulihan.
• Pos perawat harus disediakan fasilitas meja dan kursi untuk kebutuhan
pendokumentasian.

-372-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Ruangan Antara • Ruangan ini dapat dimanfaatkan sebagai ruangan antara, pemisahan antara dua
/Airlock/ Ante ruangan yang tingkat sterilnya berbeda.
Room
• Luas ruangan ini minimal 9m2.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Pintu masuk dari koridor ke ruangan ini dan pintu masuk ke ruangan operasi
persyaratannya sbb:
• Pintuayun (swing) membuka kedalam ruangan atau disarankan pintu geser
dengan rel di atas yang dipasang pada bagian luar ruangan, dapat dibuka tutup
secara otomatis dan dapat dioperasionalkan secara manual apabila terjadi
kerusakan.
• Pintu dilengkapi dengan alat penutup pintu (door closer), menggunakan door seal
and interlock system.
• Lebar pintu min. 120cm, dari bahan non porosif, disarankan bahan panil
(;insulated panel system) dan dilapisi bahan anti bakteri/ jamur dengan warna
terang, serta tahan terhadap bahan kimia.
5. Ruangan cuci • Ruang untuk cuci tangan dokter ahli bedah, asisten dan semua petugas yang akan
tangan (scrub mengikuti kegiatan dalam kamar bedah.
station)
• Setiap 1 ruangan ini minimal melayani 2 ruang operasi.
• Luas ruangan minimal 6 m2.
• Disediakan fasilitas scrubbing lengkap dengan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.

-373-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Pada sisi dinding yang berbatasan dengan ruangan operasi, dilengkapi dengan
kaca jendela pengintai (observation glass).
• Pintu yang menghubungkan antara ruang scub up dengan ruang operasi yaitu
pintu geser air tight, ukuran 80cm, dengan rel pintu dipasang pada sisi luar.
6. Ruangan Operasi • Ruangan untuk melakukan kegiatan pembedahan • Ruangan Operasi Minor
• Luas ruangan adalah sbb:
- Ruangan Operasi Minor, ± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang x lebar x
tinggi adalah 6m x 6m x 3m.
- Ruangan Operasi Umum, minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi adalah 7m x 6m x 3m.
- Ruangan Operasi Mayor/Khusus, minimal 50 m2, dengan ukuran panjang x
lebar x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m.
• Ketinggian lantai ke lantai (floor to floor) pada ruangan operasi dipersyaratkan
minimal 4,7 meter, dengan rincian kebutuhan space sbb:
- Ketinggian plafon dari lantai adalah 3 m.
• Ruangan Operasi Umum
- Ruang (space) di atas plafon untuk instalasi ducting dan peralatan sistem tata
udara dipersyaratkan minimal 1,7 m.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi, yaitu:
- Komponen penutup lantai harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan
kimia, bersifat anti statik, anti gesek dan anti bakteri.
- Pertemuan lantai dengan dinding konus/ melengkung (hospital plint).
- Tingkat Ketahanan Api (TKA) material lantai min. 2 jam.

-374-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


- Komponen dinding non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan kimia, anti
jamur dan bakteri.
- Pertemuan antara dinding dengan dinding konus/ melengkung.
- Semua peralatan yang dipasang di dinding harus dibenamkan (recessed),
misal film viewer, jam dinding, dll.
- Komponen langit-langit non porosif, mudah dibersihkan, anti jamur dan
bakteri, tidak memiliki unsur yang membahayakan pasien.
- Tingkat Ketahanan Api (TKA) material langit-langit min. 2 jam.
- Semua peralatan lampu dipasang dibenamkan di plafon (recessed).
• Semua pintu masuk ke ruangan operasi persyaratannya sbb:
- Pintuayun (swing) membuka kedalam ruangan atau disarankan pintu geser
• Ruangan Operasi Mayor
dengan rel di atas yang dipasang pada bagian luar ruangan, dapat dibuka
tutup secara otomatis dan dapat dioperasionalkan secara manual apabila
terjadi kerusakan.
- Pintu-pintudilengkapi dengan “alat penutup pintu (door closer), menggunakan
door seal and interlock system.
- Lebar pintu yang dilalui pasien min. 120cm dan yang dilalui petugas min. 85
cm, terbuat dari bahan non porosif, disarankan bahan panil (;insulated panel
system) dan dicat jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
- Pintu-pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
- Antar kubikal ruangan operasi harus memiliki tingkat ketahanan api minimal 2
jam.

-375-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


7. Ruangan • Ruang pemulihan pasien pasca operasi yang memerlukan perawatan kualitas
Pemulihan/Recov tinggi dan pemantauan terus menerus. Kapasitas ruangan ini harus menampung
ery/ PACU (Post tempat tidur 1,5 x jumlah ruang operasi.
Anesthetic Care
• Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
Unit)
dalam.
• Luas per tempat tidur minimal 8 m2
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.

8. Gudang Bersih/ • Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan. Instumen berada
Steril Clean dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari instrument.
Utility)
• Bahan-bahan lain seperti linen, kasa steril dan kapas yang telah disterilkan juga
dapat disimpan di ruangan ini.
• Ruangan ini merupakan ruangan zona resiko sedang.

-376-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


9. Ruangan Obat/ • Tempat menyimpan obat-obatan untuk keperluan pasien.
Farmasi
• Dilengkapi dengan lemari/ rak

10. Ruang • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.


Penyimpanan Alat
• Ruangan ini merupakan ruangan zona resiko sedang.

11. Ruangan Ganti/ • Ruangan untuk ganti pakaian dan dekontaminasi petugas sebelum masuk ke area
loker ruangan operasi.
• Dibedakan antara loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet/ kamar mandi.
• Akses masuk dan keluar petugas adalah pass trough

-377-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


12. Ruangan Dokter • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat dokter
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

13. Ruangan Diskusi • Ruang untuk diskusi para operator kamar operasi sebelum melakukan tindakan
Medis pembedahan.
• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

14. Dirty Pool • Ruang tempat penyimpanan sementara barang dan bahan setelah digunakan
untuk keperluan operasi sebelum dimusnahkan ke insenerator, atau dicuci di londri
dan disterilkan di ruang sterilisasi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

15. Gudang Kotor


• Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan alat
(Spoelhoek/ Dirty
bedpan washer.
Utility).

-378-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Yang termasuk komponen gudang kotor adalah dirty pool dan spoelhoek
• Alur barang kotor melalui dirty pool sebelum menuju koridor kotor dan spoelhoek
• Akses barang kotor dari ruangan operasi menuju dirty pool melalui pass box
16. Ruangan AHU/ Arsitektur
Trafo Isolasi
• Letaknya berada dilantai atas ruang operasi
• Luas ruangan menyesuaikan dengan jumlah ruang operasi, dimana pada setiap
ruangan operasi menggunakan sistem individual.
Struktur
• Harus diperhatikan untuk konstruksi ddudukan untuk AHU dan titik tumpuannya
17. Ruangan Cath • Ruangan ini adalah optional sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Lab • Ruangan ini dapat dilakukan model hybrid dengan ruangan operasi (conecting)
atau indirect
• Apabila terhubung lansung dengan ruang operasi maka persyaratan sterilitas
ruangan cath lab setara dengan ruangan operasi, namun apabila indirect maka
persyaratan ruangnya dapat satu level lebih rendah dari ruangan operasi.
• Ruang Cath lab harus dilengkapi ruangan penunjang:
- Ruangan persiapan & pemulihan
- Ruangan ganti petugas / loker (persyaratan teknis seperti ruangan ganti di
ruang operasi).
- Ruangan operator
- Ruangan mesin dan trafo isolasi
- Ruangan scrub up
• Ruangan petugas
• Apabila cathlab ini akan digunakan sebagai ruangan cath lab dan operasi (hybrid)

-379-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


maka luasan ruangan harus diperbesar sesaui kebutuhan fungsi dan peralatan.
18. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
Ruang manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

19. Ruangan Perawat • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat perawat.


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

20. Dapur Kecil • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry .


(Pantry)
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

-380-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


21. Janitor • Ruang penyimpanan perlengkapan kebersihan
• Dilengkapi dengan bak cuci
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain.

22. KM/WC (Toilet) Toilet Petugas Toilet Petugas


• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 ~
38 cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
Toilet Pasien

Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 ~
38 cm).
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar

-381-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

Catatan:
• Kebutuhan ruangan di ruang operasi disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

-382-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.2.2 Denah Ruang Operasi

-383-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.2.3 Potongan Ruang Operasi

-384-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.2.4 Ilustrasi Ruang Operasi

-385-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam ruangan operasi

-386-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Perspektif ruang dalam ruangan operasi

-387-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


1 DINDING
a Dinding Bata 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
Merah 2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat
dari kualitas yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah
patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
b Dinding Bata Bata ringan ukuran 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2.
Ringan
c Dinding partisi Gypsum standar tebal 12 mm
d Dinding partisi 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
cubicle toilet 2 Phenolic panel 12mm
3 Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik
penghasil. Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
e Dinding medical 1. Wall Panel terdiri dari bahan Galvanize Steel dengan ketebalan 1.2 mm, dengan tinggi wall Khusus Ruangan
wall panel 3000 mm dari permukaan lantai. Seluruh material wall dan ceiling panel dilapisi gypsum Operasi
board dengan ketebalan 12 mm. Jarak antar wall panel dan jarak antar ceiling panel tidak
terlihat (seamless OT). Pengecatan dilakukan on site dengan menggunakan anti bacterial
coating.
2.Komposisi lapisan material sandwich panel:
- Plat metal galvanis
- Foam PU (Polyurethane) atau PIR (Polyisocyanurate)
- Plat metal finish cat powder coating anti bakterial
3.Peralatan dan Perlengkapan pada Dinding Panel

-388-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- Control Panel, ukuran 780 x 780 x 150 mm, tampilan jam 2 fungsi untuk anaestesia dan waktu
operasi, suhu, kelembaban udara, telpon, medical gas alarm, light.
- Lemari Penyimpan Alat (Instrument Cabinet), ukuran 900 x 1700x 300 mm material terbuat
dari Stainless Steel dengan pintu geser kaca dan rak untuk menyimpan peralatan bedah.
- Lemari Penyimpan Obat (Medicine Cabinet), ukuran 900 x 1700 x 300 mm material dari
Stainless Steel dengan pintu kaca geser.
- Medical Gas Terminal Box adalah panel untuk penempatan Outlet Gas Medik O2, N2O, A, V,
material menggunakan Stainless Steel Hairline Finish Ukuran 1196 x 600 mm T:1,2 mm
- Writing Table ukuran 700x400x250 mm, terbuat dari stainless steel SS 304 dan dilengkapi
penerangan apabila writing table digunakan.
- Electrical Receptacle Unit ukuran 600x220x100 mm, menggunakan iso standar terdiri dari 5
bh receptacle menggunakan 2 buah grounding.
- Peredam Tekanan (Pressure Reducing Damper) ukuran 355x145 mm, terbuat dari stainless
steel yang berfungsi untuk menjaga kestabilan tekanan positif di dalam ruang OK.
- X-Ray Viewer ukuran 1000x625x35 mm, terdiri dari 2 bagian dimmer, bingkai terbuat dari
aluminium profil
- Air Return Grill, ukuran 600x350x295 mm material terbuat dari Aluminium dilengkapi dengan
slit filter.
- Hatch/Pass Box, terbuat dari stainless steel, digunakan sebagai fasilitas untuk membuang
waste material dari dalam ruang operasi ke area kotor. Box ini dirancang sedemikian rupa
sehingga hanya satu pintu bekerja secara elektronik, dimana lampu UV (ultra violet) akan mati
jika salah satu pintu dibuka.
2 PLAFON
a Plafon Gypsum 1. Gypsum Board 9 mm

-389-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


Solid 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55
mm
b Plafon Calsium 1. Calsium Cilicat 6mm
Cilicate 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55
mm
c Medical ceiling 1 Rangka plafon: Steel Khusus Ruangan
2 Komposisi lapisan material sandwich panel: Operasi
- plat metal
- foam PU (Polyurethane) atau PIR (Polyisocyanurate)
- plat metal finish cat powder coating anti material
3 Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
4 Peralatan dan Perlengkapan pada Ceiling Panel
- Lampu Peripheral LED dengan panjang 1200 mm, 36 W, bingkai terbuat dari aluminium.
- Laminar Air Flow ukuran menyesuaikan luas dari ruangan, menciptakan tekanan positif
(positive pressure) dalam ruang operasi. Dibuat menurut standar HTM 2025-114.
3 PENUTUP LANTAI

a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt


2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat
Gesekan ≤175 mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
d Floor Hardener Heavy Duty

-390-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


e Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
f Cat Epoxy Ketebalan minimal:
1. Low traffic: 300 – 350 micron
2. Medium traffic: 500 micron
3. High traffic: 1000 micron
4. Full traffic: 2000 - 3000 micron
Spesifikasi:
1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm

-391-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material
Homogenous atau syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d Dinding bumper & 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
rail guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact

5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Melamic / Stained Finish
Furniture
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan
panas / tempered sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan
glass udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna

-392-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi
ketentuan SNI
e cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari
kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

a a. Aluminium
1. Aluminium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis
aluminium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam
bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan
kemudian.Tebal profil minimal 1,35 mm Alat Pengencang dan Aksesori.
2. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan
kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen
yang dikencangkan.
3. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
4. Peanahan udara dari bahan vinyl.
5. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
b. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
c. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant

-393-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


d. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
e. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup
celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Pintu automatic 1. Data Teknis
tipe hermetic
• Mechanic Door Carier
double/ single
sliding • Micriprocessor Control Unit

• DC Motor

• Power Supply Unit 230 v/1 phase/ 50 Hz

• Position Switch Key / PSK-6

• Radar Motion Detector

• Connection Unit

• Konsumsi Daya 250 Watt

• Optional Parts:

- Electrical Lock

- Emergency Opening Unit

- Manual Opening Device

- Photocell

• Waktu Tunda: 0 – 60 detik

-394-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


• Kecepatan Membuka atau Menutup: 0,3 m/det. S/d 1,4 m/det.

• Berat Daun Pintu: 200 kg/1 daun

2. Operating System
• Microprocessor Control Unit

Control Unit mempunyai akurasi yang tinggi, flexible dan compatible, sehingga mampu
dan dapat dihubungkan dengan bermacam-macam sensor aktivator (Push Button, Electrical
Mat Switch, Code Lock, Card Lock, Remote Control dan lain-lain), dapat diatur atau
diprogram kecepatan membuka atau menutup, waktu tunda, jarak partial opening dan lain-
lain dan dapat dikoneksi dengan computerized system dan dapat dihubungkan dengan
Fire Alarm atau Safety Alarm System.
• DC Motor

Operator menggunakan motor DC, sehingga mempunyai effisiensi output yang baik serta
menghasilkan suara yang lebih halus.
• Position Switch Key

Pintu dapat diruang operasi kan dalam 6 (enam) program , yaitu:


- Normal System. Pintu membuka dan menutup secara otomatis selebar daun pintu (Full
Open)
- Open System. Pintu dalam keadaan membuka terus menerus

- Close System

Pintu dalam keadaan tertutup secara otomatis, sistem otomatis dimatikan


- Exit/ One Direction System

Pintu bekerja secara otomatis dan membuka hanya dari satu arah saja

-395-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- Auto Partial

Pintu membuka dan menutup secara otomatis hanya sebagian


- Reset

Apabila pintu terganggu, maka pintu direset untuk kembali ke program awal
3. Safety System
• Auto Reverse System

Pintu yang sedang menutup akan membuka kembali pada saat terdapat halangan
diantara kedua daun pintu
• Electrical Lock

Perlengkapan yang harus ada untuk mengunci pintu secara otomatis pada saat daun pintu
tertutup
• Emergency Opening Unit

Dilengkapi dengan baterai yang dapat dicharge, berfungsi untuk membuka pintu pada saat
energi listrik padam
• Manual Opening Device

Perlengkapan untuk membuka pintu secara manual pada saat listrik padam dan Emergency
Opening Unit tidak berfungsi
• Safety Photocell

Perlengkapan yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan listrik yang kurang baik (turun
naiknya tegangan listrik)
- Panic Break Out System (Optional)
Pintu otomatis dapat dilengkapi dengan Panic Break Out System, sehingga pintu sliding

-396-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


dalam keadaan darurat (emergency) dapat dibuka secara manual menjadi pintu swing.
4. Cover (Optional)
Operator dapat ditutup dengan menggunakan Cover Stainless Steel Satin Polished Finished.
d Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin
berbahan HMR yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung
seperti jari tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut
menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu
dilapis bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.

Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama


2. Semua kunci harus terdiri dari:

A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel
stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel
stainless steel dan finishing stainless steel hair line.

-397-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


C. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless
steel hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun
pintu (besi, kayu atau aluminium)
1. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan
satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball
bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela
harus dari tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat
jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan
finish stainless steel hair line.
2. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
3. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan
jenis rambuncis.
4. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
5. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.

-398-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


6. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
7. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila
ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.

-399-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-400-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.4.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

1. Ruangan transfer/ ganti Tata udara


brankar − Temperatur ruang rata-rata 25oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.

2. Ruangan persiapan Tata udara


pasien (Preparation − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
room)
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Gas Medis
− Dilengkapi outlet Oksigen di setiap tempat tidur pasien.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya+300 lux.

-401-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
3. Ruangan Monitoring Tata udara
Perawat (Nurse − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Monitoring Station)
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 300 lux.
− Bila diperlukan penambahan penerangan khusus dapat ditambahkan lampu down
light spot dengan penutup (cover).
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.

-402-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

Ruangan Antara Tata udara


/Airlock/ Ante Room − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Gas Medis
− Disediakan aliran gas medik oksigendan vakum medik.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya 500 - 1.000 lux.
Outlet daya
− Disediakan 4 (empat) kotak kontak dan tidak boleh ada percabangan/
sambungan langsung tanpa pengamanan arus.

-403-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

4. Ruangan cuci tangan Tata udara


(scrub station) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 500 lux.
Air Bersih
− Air cuci tangan menggunakan air RO.

5. Ruangan Persiapan Tata udara


Alat/ Bahan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.

-404-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

6. Ruangan Operasi Minor Tata udara


− Temperatur ruang ata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa).
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15-20 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter(tingkat resiko tinggi),
kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Meja operasi berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata
pada tiap titik dari langit-langit (uni-directional air flow) melalui hepa filter, dengan
gerakan ke bawah menuju inlet pembuangan (return air) yang terletak di 4 sudut
ruangan yang dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan
dilengkapi sistem instalasi Buangan Sisa Gas Anestesi (BSGA/AGSS) yang
dipasang melalui peralatan pendant utilitas pada langit-langit.
− Apabila diperlukan, (untuk pelayanan tindakan laparaskopi) dapat dilengkapi gas
CO2dan udara tekan instrumen untuk tindakan tertentu ortopedi.
− Disediakan sistem back up gas medik dengan menyediakan suplai darurat
(emergency supply) minimal gas oksigen (tabung) yang dialirkan melalui sistem
instalasi.

-405-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Suplai darurat (emergency supply) dapat disediakan secara terpisah.


Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan operasi dirancang dengan kuat penerangan min.
1000 lux.
Outlet daya
− Pada ruangan operasi disediakan minimal 6 (enam) kotak kontak yang dipasang
pada peralatan pendant utilitas.
− Disediakan kotak kontak cadangan yang dipasang di dinding ruangan operasi
minimal 6 (enam) titik.
− Setiap titik kotak kontak disuplai dari MCB yang berbeda, baik melalui panel trafo
isoalsi maupun panel emergensi lainnya.
− Persyaratan sistem kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2,
dimana suplai daya listrik tidak boleh terputus.
− Sistem kelistrikan dilengkapi trafo isolasi.
Lain-lain
− Dalam ruangan operasi harus disediakan perlengkapan monitoring dengan
instalasi permanen untuk memantau temperatur & kelembaban ruangan, tekanan
udara dantekanan gas medis.
− Dalam ruangan operasi dilengkapi jam digital.
Proteksi Kebakaran Aktif
– Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
watermist dan heat/smoke detector.
– Tidak diperkenankan dipasang sprinkler pada plafon ruangan operasi.

-406-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

7. Ruangan Operasi Tata udara


Umum (General − Temperatur ruang ata 22o+ 2oC
Operating Theatre)
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa).
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 20-25 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko tinggi),
kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Di atas meja operasi merupakan area sangat steril (tingkat resiko sangattinggi),
kebersihan ruangan kelas 1.000 (ISO 6 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Meja operasi berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata
pada tiap titik dari langit-langit (uni-directional air flow) melalui hepa filter, dengan
gerakan ke bawah menuju inlet pembuangan (return air) yang terletak di 4 sudut
ruangan yang dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan
dilengkapi sistem instalasi Buangan Sisa Gas Anestesi (BSGA/AGSS) yang
dipasang melalui peralatan pendant utilitas pada langit-langit.
− Apabila diperlukan, (untuk pelayanan tindakan laparaskopi) dapat dilengkapi gas
CO2 dan udara tekan instrumen untuk tindakan tertentu ortopedi.

-407-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Disediakan sistem back up gas medik dengan menyediakan suplai darurat


(emergency supply) minimal gas oksigen (tabung) yang dialirkan melalui sistem
instalasi.
− Suplai darurat (emergency supply) dapat disediakan secara terpisah.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan operasi dirancang dengan kuat penerangan min.
1000 lux.
Outlet daya
− Pada ruangan operasi disediakan minimal 6 (enam) kotak kontak yang dipasang
pada peralatan pendant utilitas.
− Disediakan kotak kontak cadangan yang dipasang di dinding ruangan operasi
minimal 6 (enam) titik.
− Setiap titik kotak kontak disuplai dari MCB yang berbeda, baik melalui panel trafo
isoalsi maupun panel emergensi lainnya.
− Persyaratan sistem kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2,
dimana suplai daya listrik tidak boleh terputus.
− Sistem kelistrikan dilengkapi trafo isolasi.
Lain-lain
− Dalam ruangan operasi harus disediakan perlengkapan monitoring dengan
instalasi permanen untuk memantau temperatur & kelembaban ruangan, tekanan
udara dantekanan gas medis.
− Dalam ruangan operasi dilengkapi jam digital.

-408-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

Proteksi Kebakaran Aktif


– Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
watermist dan heat/smoke detector.
– Tidak diperkenankan dipasang sprinkler pada plafon ruangan operasi.
8. Ruangan Operasi Tata udara
Khusus − Temperatur ruang ata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa).
− Pertukaran udara dari luar per jam 4-5 kali
− Total Pertukaran udara per jam 25-30 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko tinggi),
kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Di atas meja operasi merupakan area sangat steril (tingkat resiko sangattinggi),
kebersihan ruangan kelas 1.000 (ISO 6 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Meja operasi berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata
pada tiap titik dari langit-langit (uni-directional air flow) melalui hepa filter, dengan
gerakan ke bawah menuju inlet pembuangan (return air) yang terletak di 4 sudut
ruangan yang dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan

-409-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


dilengkapi sistem instalasi Buangan Sisa Gas Anestesi (BSGA/AGSS) yang
dipasang melalui peralatan pendant utilitas pada langit-langit.
− Apabila diperlukan, (untuk pelayanan tindakan laparaskopi) dapat dilengkapi gas
CO2 dan udara tekan instrumen untuk tindakan tertentu ortopedi.
− Disediakan sistem back up gas medik dengan menyediakan suplai darurat
(emergency supply) minimal gas oksigen (tabung) yang dialirkan melalui sistem
instalasi.
− Suplai darurat (emergency supply) dapat disediakan secara terpisah.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan operasi dirancang dengan kuat penerangan min.
1000 lux.
Outlet daya
− Pada ruangan operasi disediakan minimal 6 (enam) kotak kontak yang dipasang
pada peralatan pendant utilitas.
− Disediakan kotak kontak cadangan yang dipasang di dinding ruangan operasi
minimal 6 (enam) titik.
− Setiap titik kotak kontak disuplai dari MCB yang berbeda, baik melalui panel trafo
isoalsi maupun panel emergensi lainnya.
− Persyaratan sistem kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2,
dimana suplai daya listrik tidak boleh terputus.
− Sistem kelistrikan dilengkapi trafo isolasi.
Lain-lain
− Dalam ruangan operasi harus disediakan perlengkapan monitoring dengan

-410-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


instalasi permanen untuk memantau temperatur & kelembaban ruangan, tekanan
udara dantekanan gas medis.
− Dalam ruangan operasi dilengkapi jam digital.
Proteksi Kebakaran Aktif
– Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
watermist dan heat/smoke detector.
– Tidak diperkenankan dipasang sprinkler pada plafon ruangan operasi.
9. Koridor Bersih Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif (min Δ 5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 500 lux.
Proteksi Kebakaran Aktif
– Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.

-411-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

10. Ruangan Tata udara


Pemulihan/Recovery/ − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
PACU (Post Anesthetic
− Kelembaban udara 55 + 5%
Care Unit)
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Gas Medis
− Dilengkapi minimal outlet Oksigen di setiap tempat tidur pasien.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya + 300 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan4 (empat) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
11. Gudang Bersih/ Steril Tata udara
Clean Utility) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-412-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2.5 Pa)


− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 100 lux.
12. Ruangan Obat/ Tata udara
Farmasi − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2.5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 100 lux.

-413-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

13. Ruang Penyimpanan Tata udara


Alat − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2.5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 100 lux.
14. Ruangan Ganti/ loker Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti

-414-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan


adalah negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.
Outlet Telepon & Data
− Disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
15. Ruangan Dokter Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya + 200 lux.
Outlet daya
Disediakan sesuai kebutuhan
16. Ruangan Diskusi Medis Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya + 200 lux.

-415-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

Outlet daya
Disediakan sesuai kebutuhan
17. Dirty Pool, Koridor Tata udara
Kotor, Gudang Kotor
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
(Spoelhoek/ Dirty
Utility). - Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
- Seluruh udara dibuang langsung ke luar bangunan, tidak diperkenankan
diresirkulasi.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min.100 lux.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
- Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan kotak kontak dengan
kapasitas yang cukup.
18. Ruangan AHU/ Trafo Tata udara
Isolasi - Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
- Kelembaban udara 55 + 5%
- Tekanan udara dalam ruangan normal.
Pencahayaan
- Pencahayaan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-416-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

19. Ruangan CathLab Ruangan cathlab yang terintegrasi dengan komplek ruang operasi, maka persyaratan
teknis mekanikal, elektrikal dan plumbing adalah sama dengan persyaratan ruangan
operasi khusus.

20. Ruangan Kepala Ruang Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya + 200 lux.
Outlet daya
Disediakan sesuai kebutuhan
23. Ruangan Perawat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya + 200 lux.
Outlet daya
Disediakan sesuai kebutuhan

-417-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Keterangan

24. Dapur Kecil (Pantry) Tata udara


- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi grease trap terlebih dahulu.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
- Disediakan sesuai kebutuhan
25. Janitor, KM/WC (Toilet) Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
- Seluruh udara dibuang langsung ke luar bangunan, tidak diperkenankan
diresirkulasi dalam unit.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min. 100 lux.

-418-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-419-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-420-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-421-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-422-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-423-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.7 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-424-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.8 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-425-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.9 Contoh Instalasi Air Kotor

-426-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.10 Contoh Instalasi Fire Supresion

-427-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.11 Contoh Instalasi Gas Medis

-428-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.12 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-429-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.4.3.13 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-430-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-431-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Ilustrasi Ring Duct untuk Ruangan Operasi Minor

Gambar Ilustrasi Ring Duct untuk Ruangan Operasi Umum (General Operating Theatre)

-432-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar Ilustrasi Ring Duct untuk Ruangan Operasi Khusus (Major Operating Theatre)

Gambar ilustrasi sistem tata udara di ruangan operasi

-433-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5 RUANG PERAWATAN INTENSIF

3.5.1 PERSYARATAN UMUM

3.5.1.1 Fungsi
Ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan tidak stabil sehingga
memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang
perawatan intensif menyediakan pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan selama 24 jam.

3.5.1.2 Lokasi
• Letak ruang perawatan intensif harus memiliki akses yang mudah dari dan ke
ruang operasi, ruang gawat darurat,ruang kebidanan dan kandungan, kamar
jenazah, ruang rawat inap, laboratorium, ruang sterilisasi.
• Ruangan harus terletak pada daerah yang tenang.

3.5.1.3 Desain
• Pelayanan perawatan intensif terdiri dari Intensive Care Unit/ ICU, Intensive
Cardiac Care Unit/ ICCU, High Care Unit/ HCU, Paediatric Intensive Care
Unit/ PICU, Neonatal Intensive Care Unit / NICU, Perinatologi.
• Disarankan dilengkapi viewing gallery untuk pengunjung dapat melihat pasien
yang dirawat.

3.5.1.4 Alur Kegiatan

-434-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-435-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.1.5 Zonasi

-436-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.5.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan Administrasi • Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan
pendaftaran dan rekam medik internal pasien di ruang perawatan intensf. Ruang ini
berada pada bagian depan ruang perawatan intensif dengan dilengkapi loket dan
counter.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box, komputer,
printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

2. Ruangan tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya dapat mengakses viewing gallery.
• Dilengkapi toilet umum.
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah sesuai dengan aktivitas pelayanan
pasien yang dilaksanakan di ruang perawatan intensif.
• Akses pengunjung sebaiknya di kontrol dari ruang resepsionis atau ruang
administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

-437-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


3. a. Ruangan Ganti • Tempat ganti pakaian, menggunakan APD, meletakkan sepatu/alas kaki sebelum
Petugas/ Loker masuk daerah rawat pasien dan sebaliknya setelah keluar dari daerah rawat pasien,
(ruangan ganti pria yang diperuntukan bagi petugas.
dan wanita)
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet dan kamar mandi.
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan sabun antiseptik
(general prequotion).
• Kontainer/ wadah khusus baju pelindung bekas pakai harus disediakan, karena baju
pelindung tidak boleh digunakan lebih dari sekali.
b. Ruangan Ganti • Tempat menggunakan APD, meletakkan sepatu/alas kaki sebelum masuk daerah
Pengunjung rawat pasien dan sebaliknya.
• Disediakan fasilitas mencuci tangan atau desinfeksi tangan.

4. Ruangan Perawat • Ruang tunggu, diskusi dan istirahat perawat.


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

-438-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


6. Ruangan Dokter • Ruang tunggu, diskusi dan istirahat dokter
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

7. Ruangan Perawatan • Ukuran ruangan rawat intensif tergantung dari jumlah tempat tidur.
Pasien
• Jarak antar tempat tidur harus bisa mengakomodir kebutuhan luasan untuk ruang
ICU/ICCU/HCU/PICU/:
gerak petugas dan penempatan peralatan.
a. Ruangan/ Daerah
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
rawat pasien non
isolasi • Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/ menempel di
plafon dan bahan tirai non porosif dan anti bakteri.
• Apabila kompleks ruang perawatan intensif berada menyatu dengan ruang lain di
dalam bangunan, maka kompleks ruang perawatan intensif harus merupakan satu
kompartemen kebakaran, dengan seluruh dinding, lantai, langit-langit dan bukaan-
bukaan (pintu, jendela dan sebagainya) menggunakan bahan bangunan yang
mempunyai Tingkat Ketahanan Api minimal 2 (dua) jam.
• Luas Ruangan perawatan pasien per tempat tidur:12 m2 (untuk yang di batasi dengan
tirai) dan16 m2(untuk yang di batasi dengan kubikal).
• Jenis dan Jumlah tempat tidur perawatan intensif sesuai dengan master plan dan
mengacu kepada persyaratan minimal 8% dari total jumlah tempat tidur RS.

-439-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang

b. Ruangan/ Daerah • Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 4x4 m2, belum termasuk ruangan antara
rawat pasien (ante room)
isolasi • Satu ruangan untuk satu tempat tidur.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Dapat dilengkapi ruangan antara (airlock), dimana airlock bertekanan lebih negatif
dibandingkan ruangan-ruangan disebelahnya.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.
• Ruang Perawatan Intensif dengan modul kamar individual/ kamar isolasi luas
lantainya 16 m2

-440-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Pintu dan partisi pada ruang isolasi terbuat dari kaca minimal setinggi 100 cm dari
permukaan lantai agar pasien terlihat dari pos perawat.

c. Ruangan • Ruangan Perawatan Intensif Neonatus (NICU) terdiri dari Ruangan Perawatan
Perawatan Neonatus Non Infeksius dan Ruangan Perawatan Neonatus Infeksius/Isolasi
Intensif Neonatus
• Ukuran ruangan perawatan tergantung dari jumlah tempat tidur bayi.
(NICU).
• Jarak antar tempat tidur bayi/ incubator harus bisa mengakomodir kebutuhan luasan
untuk penempatan peralatan. (Jarak antar incubator minimal 1.5 m)
• Untuk ruangan perawatan neonatus infeksius, disediakan ruangan antara.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Tekanan ruangan disesuaikan dengan fungsinya.
• Luas ruangan per inkubator 9 m².

8. Ruangan Laktasi • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan


• Ruang khusus bagi ibu menyusui anaknya.
• Dilengkapi tempat duduk dengan sandaran tangan, meja bayi, wastafel/sink, water
dispenser
• Lebar daun pintu ruangan laktasi minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser
atau swing)

-441-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


9. Pos Perawat (Nurse • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan pelayanan
Station) keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai
dengan evaluasi pasien.
• Pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi
seluruh kegiatan di rawat jalan.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Pos perawat dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box
dan wastafel.
10. Gudang alat medis • Peralatan yang disimpan diruangan ini harus dalam kondisi siap pakai dan dalam
kondisi yang sudah disterilisasi.
• Alat-alat yang disimpan dalam ruangan ini antara lain respirator/ventilator, moniitor
pasien, syringe pump, infusion pump, defibrillator dan lain-lain.
• Ruang sebaiknya cukup besar untuk memudahkan akses, lokasinya mudah untuk
mengeluarkan peralatan.
11. Gudang Bersih/ Steril • Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling berhubungan.
Clean Utility) • Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk memudahkan
pembersihan.
• Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-obatan, semua
barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga digunakan untuk menyimpan
linen bersih.
• Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari lantai untuk
memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah rak dan lemari tersebut.
• Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan yang

-442-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril
12. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan alat
(Spoolhoek/Dirty bedpan washer.
Utility).
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi washtafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapidengan floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.

13. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.


• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain.
14. KM / WC (Toilet) Toilet Umum dan Petugas Toilet umum
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 ~ 38
cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
Toilet Petugas
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat
• Toilet petugas dilengkapi dengan ruangan ganti.

-443-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


15. Viewing Gallery • Dinding pembatas viewing gallery ke ruangan perawatan pasien berupa bidang
transparan yang dilengkapi tirai non porosif.

16. Trafo isolasi Arsitektur


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
Struktur
• Harus dIperhatikan struktur penopang dan titik tumpuan

17. R. AHU Arsitektur


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
Struktur
• Harus dIperhatikan struktur penopang dan titik tumpuan

-444-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.2.2 Denah Ruang Perawatan Intensif

-445-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.2.3 Potongan Ruang Perawatan Intensif

-446-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Perawatan Intensif

Gambar Axonometri Ruang Perawatan Intensif

-447-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas
yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan
rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
b Dinding Bata Ringan Bata ringan ukuran 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2.
c Dinding partisi Gypsum standar tebal 12 mm
d Dinding partisi cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
toilet 2 Phenolic panel 12mm
3 Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm

c Plafon metal 1. Material: Steel


2. Finishing: stove enamelled
3. Module: 60x60cm, 60x120cm ketebalan 0,50 mm
4. System : Clip-in
5. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175
mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang

-448-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
d Floor Hardener Heavy Duty
e Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
e Batu alam 1. Kualitas fisik granit atau marmer minimum yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan standar dengan
kepadatan 160 pcf, absorsi 0,4%, kuat tekan 19.000 psi dan rupture modulus 1500 psi. Ukuran granit adalah 10
- Batu granit
x 20 cm, 30 x 60 cm, 60 x 60 cm atau ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Permukaan granit dengan
penyelesaian polished, honed dan flamed sesuai dengan yang ditentukan dalam Gambar Kerja.
2. Semen, Pasir dan Grouting. Portland Cement dan mortar:
Sesuai dengan serta standar nasional yang berlaku
- Batu andhesit Ukuran 5 x 30 atau 20 x 30 dengan permukaan rata.
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.

-449-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact

5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-
0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &

-450-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
JENDELA

a Pintu aluminium a. Aluminium

1. Aluminium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di
pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
Tebal profil minimal 1,35 mm Alat Pengencang dan Aksesori.
2. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam
untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
3. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
4. Peanahan udara dari bahan vinyl.
5. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
b. Gasket

Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca


c. Sealant Dinding (Tembok)

Bahan : Single komponen


Tipe : Silicone Sealant
d. Screw

Bahan : Stainless Steel (SUS)


e. Joint Sealer

Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.

-451-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR
yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang,
hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.

Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama


2. Semua kunci harus terdiri dari:

A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
C. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium), yang

-452-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Engsel.

a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus
dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.

Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-
ALAT SANITAIR

-453-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-454-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.5.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

1. Ruangan Administrasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
2. Ruangan tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan

-455-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. a. Ruangan Ganti Petugas/ Tata udara
Loker (ruangan ganti pria − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
dan wanita)/Pengunjung
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
4. Ruangan Perawat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

-456-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

5. Ruangan Kepala Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.

6. Ruangan Dokter Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.

7. Ruangan Perawatan Tata udara


Pasien − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
ICU/ICCU/HCU/PICU/:
− Kelembaban udara 55 + 5%
a. Ruangan/ Daerah

-457-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
rawat pasien non − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2,5 Pa)
isolasi
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet Oksigen, udara tekan medis dan vakum
medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
Sistem Kelistrikan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2,
dimana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed headdi dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran

-458-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mistdan
heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
b. Ruangan/ Daerah Tata udara Airlock jenis Sink :
rawat pasien isolasi • Mencegah ruang bersih
• Isolasi Protektif terkontaminasi udara kotor koridor
• Mengizinkan asap atau zat bio
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC ruang bersih lepas ke air lock.
Tidak ada peralatan proteksi
− Kelembaban udara 55 + 5% petugas yang dibutuhkan
• Model air lock ini umumnya
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan positif (min Δ 2,5 Pa). digunakan pada ruangan
perawatan isolasi airborne
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15 kali
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruang Isolasi Protektif dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis Cascading,
dimana airlock bisa bertekanan lebih rendah dibandingkan ruang bersih.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang), Hubungan tekanan relatif:
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999). Ruang bersih - -
• Isolasi Infeksius
Airlock -
− Temperatur ruang rata-rata 24 + 2 C
o o

Koridor +
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
Airlock Cascading:
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali • Mencegah ruang bersih
terkontaminasi dari udara luar yang
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali kotor

-459-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
• Mencegah udara bersih
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan terkontaminasi dari ruang
sekelilingnya melalui retakan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruang Isolasi Infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis sink, dimana
airlockbisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dibandingkan ruangan-ruangan di
sebelahnya.
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet Oksigen, udara tekan medis dan vakum medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux. Hubungan tekanan relatif:

Sistem Kelistrikan Ruang bersih + + +

− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2, dimana Airlock ++

sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
Koridor +
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed head di dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati trafo
isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mist dan

-460-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
6 Ruangan Perawatan Tata udara
Intensif Neonatus − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
(NICU).
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet oksigen, udara tekan medis dan vakum
medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
Sistem Kelistrikan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2,
dimana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).

-461-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed head di dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mist
dan heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
8. Ruangan Laktasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
9. Pos Perawat (Nurse Tata udara
Station) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-462-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan penerangan khusus, dapat ditambahkan lampu down light spot dengan
penutup (cover).
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
10. Gudang alat medis Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

11. Gudang Bersih/ Steril Tata udara


Clean Utility) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

-463-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

12. Gudang Kotor Tata udara


(Spoolhoek/Dirty Utility). − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara harus dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi Listrik
− Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan stop kontak listrik yang memadai
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
13. Janitor • Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
14. KM / WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Toilet Petugas, Toilet Umum
maupun Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali

-464-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
15. Viewing Gallery Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas rata-rata 200 lux
Outlet Daya
− Disediakan kotak kontak daya sesuai kebutuhan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.

-465-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-466-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel 8 Titik

-467-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.4 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel 16 Titik

-468-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.5 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-469-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.6 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-470-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.7 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-471-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.8 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-472-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.9 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-473-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.10 Contoh Instalasi Air Kotor

-474-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.11 Contoh Instalasi Gas Medis

-475-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.5.3.12 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-476-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6 RUANG KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

3.6.1 PERSYARATAN UMUM

3.6.1.1 Fungsi
Ruangyangdisediakanuntukmenyelenggarakankegiatantindakan persalinan dan
tindakan ginekologi.

3.6.1.2 Lokasi
1. Letak ruang kebidanan dan penyakit kandungan harus mudah diakses dari
pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses langsung keruang gawat
darurat, ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang perawatan intensif, dan
ruang operasi.
2. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan harus terletak pada daerah yang
tenang/ tidak bising.
3. Ruangan tindakan bersalin tidak berada pada area yang umum/ ramai tetapi
mudah dicapai dari pintu masuk ke ruang tersebut untuk mencegah lalu lintas
yang padat dan untuk memberikan privatisasi pasien.
4. Ruangan kebidanan dan penyakit kandungan disarankan berdekatan atau
memiliki akses yang mudah dengan ruang perawatan bayi dan ruang
perawatan pasca persalinan.

3.6.1.3 Desain
1. Ruangan disarankan memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan
tersedia pengatur kelembaban udara untuk kenyamanan termal.
2. Disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak
terlihat oleh pasien dan pengunjung.

-477-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.1.4 Alur kegiatan


Alur Kegiatan Ruang Kebidanan dan Neonatus terhadap Ruang lain di Rumah
Sakit.

-478-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-479-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.1.5 Zonasi

-480-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.6.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


1. Ruangan Administrasi • Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan
pasien di ruang kebidanan dan kandungan.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari arsip, telepon/intercom, komputer, printer dan
peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

2. Ruangan Tunggu • Ruang untuk pengantar pasien menunggu selama pasien menjalani proses
persalinan/ tindakan bedah.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

3. Ruangan untuk Cuci • Setiap 1 ruangan ini minimal melayani 2 ruang bersalin.
Tangan (Scrub Station) • Luas ruangan minimal 6 m2.

-481-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Disediakan fasilitas scrubbing lengkap dengan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Pada sisi dinding yang berbatasan dengan ruangan bersalin, dilengkapi dengan
kaca jendela pengintai (observation glass).
• Scrub Up harus disediakan dekat dengan pintu masuk setiap ruangan persalinan.
• Satu scrub up dapat melayani dua ruangan persalinan jika keduanya
bersebelahan.
• Ruangan Scrub Up disarankan mempunyai jendela pandang untuk memungkinkan
melihat kondisi kesiapan pasien di dalam ruangan melahirkan.
• Area scrub tersembunyi dengan bak cuci tangan yang dipasang dengan pancuran
leher angsa, kontrol dioperasikan dengan kaki, katup kontrol temperatur otomatis,
ruang untuk menggantungkan sikat, tutup kepala dan masker steril.

4. Ruangan Persiapan • Luas ruangan sesuai jumlah kapasitas TT dengan jarak antar TT 2,4 m.
Bersalin (Labour)
• Kapasitas tempat tidur 1,5 kali dari jumlah tempat tidur ruangan, dengan
perhitungan luas per-tempat tidur minimal 8 m2.
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Material bangunan yang digunakan tidakmemiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Material daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar.
• Di ruangan ini pasien tetap tinggal selama langkah pertama dari pra-melahirkan,
berarti dari waktu mulai terjadi kontraksi sampai pasien siap untuk dipindahkan ke
ruang melahirkan.
• Ruangan ini harus memberikan kenyamanan maksimum dan relaksasi untuk
pasien dan sebaiknya mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan dan penelitian.

-482-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Disarankan dekat dengan ruangan persalinan, tetapi suara-suara yang ditimbulkan
dari ruangan persalinan tidak boleh terdengar ke ruangan ini dan prosedur
tindakan di ruang persalinan tidak boleh terlihat.
• Pintu disarankan mempunyai lebar 120 cm untuk dapat dilalui tempat tidur

5. Ruangan Persiapan • Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
Bersalin dengan dalam.
Komplikasi (Pre-
• Luas ruangan sesuai kebutuhan kapasitas pelayanan.
Eclamsy Labour)
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Ruangan ini mempunyai spesifikasi teknis seperti ruang observasi dengan
persalinan normal.
• Material yang digunakan pada ruangan ini harus mencegah atau meminimalkan
kambuhnya penyakit seperti sindrom eklamsia, preeklamsia, penyakit jiwa, sepsis
dan lain-lain.
• Jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan seminimal mungkin.

6. Ruangan Bersalin • Luas ruangan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan pelayanan.
(Delivery) • Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi, yaitu:
o Komponen penutup lantai harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan
kimia, bersifat anti statik, anti gesek dan anti bakteri.
o Pertemuan lantai dengan dinding konus/ melengkung (hospital plint).
o Tingkat Ketahanan Api (TKA) material lantai minimal 2 jam.
o Komponen dinding non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan kimia, anti

-483-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


jamur dan bakteri.
o Pertemuan antara dinding dengan dinding konus/ melengkung.
• Semua pintu masuk ke ruangan bersalin persyaratannya sbb:
o Pintu ayun (swing) membuka kedalam ruangan atau disarankan pintu geser
dengan rel di atas yang dipasang pada bagian luar ruangan, dapat dibuka tutup
secara otomatis dan dapat dioperasionalkan secara manual apabila terjadi
kerusakan.
o Pintu-pintu dilengkapi dengan “alat penutup pintu (door closer), menggunakan
door seal and interlock system.
o Lebar pintu yang dilalui pasien minimal 120 cm dan yang dilalui petugas
minimal 85 cm, terbuat dari bahan non porosif, disarankan bahan panil
(insulated panel system) dan dicat jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna
terang.
o Pintu-pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
• Ruangan persalinan disarankan memiliki persyaratan seperti ruangan tindakan,
ruangan ini harus dirancang dengan memperhatikan kondisi/tingkat kebersihan
ruangan yang memenuhi.
• Fasilitas yang disediakan dalam ruangan ini secara esensial sama seperti ruangan
bedah.
• Di sebelah ruangan ini terdapat area scrub up dan ruangan membersihkan bayi.
• Ruangan persalinan harus mengakomodasi hanya satu pasien.
• Ruangan persalinan harus dapat mengakomodir kegiatan untuk menerima bayi
baru lahir setelah persalinan dan sewaktu-waktu harus dapat melakukan
pelayanan resusitasi. Oleh karena itu, ruangan ini harus dapat menampung alat-
alat yang mendukung pelayanan tersebut. Ukuran ruangan yang dibutuhkan
minimal 4 x 5 m2.

-484-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


7. Ruangan Pemulihan • Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
(Recovery) dalam.
• Kapasitas tempat tidur 1 kali dari jumlah tempat tidur ruangan bersalin, dengan
perhitungan luas per-tempat tidur minimal 8 m2
• Bahan bangunan yang digunakan tidak memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Peletakan ruangan pemulihan disarankan memiliki kemudahan bagi petugas untuk
melakukan pengawasan dan perawatan khusus kepada pasien.
• Setiap ruangan pemulihan dapat mempunyai dua atau lebih tempat tidur. Ruangan
ini harus mempunyai pos perawat (nurse station) sebagai fasilitas bagi petugas
dalam memonitor/mengawasi langsung pasien.
• Ruangan ini harus dilengkapi dengan fasilitas mencuci tangan dan tempat
penyimpanan persediaan.

8. Ruangan Transisi Bayi • Ukuran ruangan perawatan tergantung dari jumlah tempat tidur bayi.
• Jarak antar tempat tidur bayi minimal 1 meter
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Dilengkapi dengan ruang mandi bayi dan ruang simpan susu dan alat-alat bayi.

-485-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


9. Ruangan Perawatan • Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 4x4 m , tidak termasuk ruangan antara
2

Isolasi (ante room)


• Satu ruangan untuk satu tempat tidur.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Disediakan toilet pasien.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.

10. Gudang Bersih/ Steril • Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
Clean Utility) berhubungan.
• Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk memudahkan
pembersihan.
• Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-obatan, semua
barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga digunakan untuk menyimpan
linen bersih.
• Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari lantai untuk
memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah rak dan lemari.
• Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan yang
diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril.

11. Ruangan Ganti Pakaian • Tempat ganti pakaian dan menyimpan barang-barang petugas.
/ Loker • Dilengkapi dengan wastafel dan kamar mandi/ toilet

-486-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


12. Ruangan Dokter • Ruang tunggu, diskusi dan istirahat dokter.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

13. Ruangan Perawat • Ruang tunggu, diskusi dan istirahat perawat


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

14. Ruangan Diskusi Medis • Ruang untuk diskusi petugas medik.


• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

15. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan alat
(Spoolhoek / Dirty Utility) bedpan washer.
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.

-487-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


16. KM/WC (Toilet) Toilet Pasien • Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar • Toilet Petugas
jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.
Toilet Umum dan Petugas • Toilet Umum
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat

-488-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


17. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain

-489-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.2.2 Denah Ruang Kebidanan Kandungan

-490-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.2.3 Potongan Ruang Kebidanan Kandungan

-491-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Kebidanan Kandungan

-492-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.2.5 Persyaratan Komponen dan Material Bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding partisi 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
cubicle toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon metal 1. Rangka plafon:Steel

-493-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
d Dindingbumper&railg 1. Aluminiumextrucded profil140 mm
uard
2. Covervinylhand drail140mmPVC higt impact

-494-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarik
ualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-0130–1987
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiandidinginkansecaramenda
dakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarikualitasyangbaik
yangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebalannyamerata,tanpacacat
dandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan darikualitasbaik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu aluminium 1. Aluminium
- Aluminium

-495-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4”untukkusenpintu/jendeladanuntukdaunpintu/jendelaadalahdarijenisaluminiumalloyyangmemenuhiketentuanSNI0
7-0603-1989danATSMB221M,dalambentukprofiljadiyangdikerjakandipabrik. sesuaiskema warna yang ditentukan
kemudian.Tebalprofilminimal1,35mm Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel(SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontaldengan vertikaldiberisealeryang berseratguna menutup celah sambunganprofile
tersebut, sehingga mencegah kebocoranudara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger

-496-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.

-497-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).

-498-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
11. Floor Drain
12. Keran air untuk Pantry
13. Towel Ring
14. Towel Bar
15. Paper Holder
16. Shower Spray
Shop Holder

-499-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.6.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

1. Ruangan Administrasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan

-500-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atauheat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Persiapan Tata udara
Bersalin (Labour) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen, apabila diperlukan dapat ditambahkan
vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Nurse Call
− Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).

-501-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

4. Ruangan Persiapan Tata udara


Bersalin dengan Komplikasi − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
(Pre-Eclamsy Labour)
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen, apabila diperlukan dapat ditambahkan
vakum medik.
Pencahayaan
− Pencahayaan ruangan dengan intensitas 50 -200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Nurse Call
− Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).
5. Ruangan Bersalin Tata udara
(Delivery), Ruangan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Tindakan
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).

-502-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet oksigendan vakum medik, apabila diperlukan
dapat disediakan outlet udara tekan medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan minimal 1000 lux.
Sistem Kelistrikan
− Setiap tempat tidur disediakan minimal6 (enam) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector.
6. Ruangan Pemulihan Tata udara
(Recovery) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen, apabila diperlukan dapat disediakan outlet
vakum medik.

-503-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Nurse Call
− Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).
7. Ruangan Transisi Bayi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap baby box disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
8. Ruangan Perawatan Isolasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-504-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6-12 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas Medis
− Minimal disediakan outlet oksigen, disarankan juga disediakan outlet vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan 200 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).
9. Gudang Bersih/ Steril Tata udara
Clean Utility) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

-505-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

10. Ruangan Ganti Pakaian / Tata udara


Loker − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

11. Ruangan Dokter Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.

12. Ruangan Perawat Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

-506-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

13. Ruangan Diskusi Medis Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
14. Gudang Kotor (Spoolhoek / Tata udara
Dirty Utility) − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara harus dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi Listrik
− Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan stop kontak listrik yang memadai
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
15. KM/WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan

-507-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Toilet Petugas, Toilet Umum
maupun Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
16. Janitor Tata udara
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
− Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

-508-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-509-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-510-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-511-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-512-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-513-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-514-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-515-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.9 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-516-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.6.3.10 Contoh Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik

-517-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7 RUANG REHABILITASI MEDIK

3.7.1 PERSYARATAN UMUM

3.7.1.1 Fungsi
Pelayanan Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan tingkat pengembalian fungsi
tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan/ berkurangnya
fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan/ penanggulangan,
pengembalian fungsi dan mental pasien.

3.7.1.2 Lokasi
• Lokasi mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
langsung ke ruang rawat jalan dan ruang rawat inap.
• Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.

3.7.1.3 Desain
• Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
• Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf.
• Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan penempatan
ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk para pemakai kursi
roda serta derajat kemiringan ramp yaitu maksimal 70 dengan material lantai
yang tidak licin dan dilengkapi dengan pegangan rambat.
• Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus/difable
yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda.
• Bengkel kasar, bengkel halus, Gudang bahan baku, ruangan jahit pada
pelayanan ortetik prostetik (OP) dapat berupa bangunan terpisah.
• Tata letak ruangan pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan serta
pengelompokan pelayanannya.

-518-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.1.4 Alur kegiatan

-519-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-520-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.1.5 Zonasi

-521-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.7.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


1. Ruangan Administrasi • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box, komputer,
printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

2. Ruangan Tunggu Ruangan tunggu umum:


• Ruangan tempat pasien dan pengantar menunggu.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum/ difable.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.
Ruangan tunggu pelayanan terapi:
• Ruangan tempat pasien dan pengantar menunggu pada ruangan pelayanan terapi.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan

-522-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan pos perawat dan ruangan pelayanan terapi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

3. Ruangan Konsultasi • Ruangan tempat dokter melakukan pemeriksaan (seperti: anamesa, pemeriksaan
dan Pemeriksaan. dan asesmen fisik), diagnosis maupun prognosis terhadap pasiennya & tempat
pasien melakukan konsultasi medik dengan dokter
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Lebar daun pintu ruangan minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser atau
swing).
4. Ruangan Fisioterapi
1) Ruangan Fisioterapi • Fungsi ruangan yaitu untuk memberikan pelayanan intervensi radiasi/ gelombang
Pasif elektromagnet dan traksi, maupun latihan manipulasi yang diberikan pada pasien
yang bersifat individual.
• Luas ruangan minimal 7,2 m2/ tempat tidur traksi.
• Apabila peralatan menggunakan gelombang elektromagnit (EM), seperti Short
Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, maka tidak boleh penggunaan
pelapis dinding yang mengandung unsur metal/baja.
• Dilengkapi tempat tidur periksa, unit traksi, alat stimulasi elektrik, micro wave
diathermy, ultraviolet quartz, dan peralatan fisioterapi lainnya.

-523-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


2) Ruangan Fisioterapi Aktif
a. Ruang Gymnasium • Ruangan tempat pasien melakukan kegiatan senam (misalnya senam stroke,
senam jantung, senam diabetes, senam pernafasan, senam asma, senam
osteoporosis dan kegiatan fisik lainnya.
• Luas ruangan disesuaikan kapasitas kebutuhan pelayanan.
• Bahan lantai tidak licin dan non porosif.
• Dinding ruangan dilengkapi dengan handrailing yang dipasang pada ketinggian 80-
100 cm dari permukaan lantai.
• Treadmill, parallel bars, ergocycle, exercise bicycle, dan peralatan senam lainnya.
• Disarankan area ini ditempatkan pada sisi bangunan yang berhubungan dengan
luar untuk mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami serta view yang
baik.

-524-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


b. Ruangan Hidroterapi • Luas ruangan disesuaikan kapasitas kebutuhan pelayanan, jumlah dan besarnya
kolam hidroterapi.
• Bahan lantai tidak licin, lantai harus aman dari kemungkinan perbedaan ketinggian
lantai
• Dilengkapi ruangan ganti pakaian, KM/WC (terpisah antara pasien wanita & pria).
• Dinding ruangan dilengkapi dengan handrailing yang dipasang pada ketinggian 80-
100cm dari permukaan lantai.

-525-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


5. Ruangan Terapi • Ruangan tempat terapis okupasi dan vokasional melakukan terapi kepada pasien
Okupasi dan
• Luas ruangan disesuaikan kapasitas kebutuhan pelayanan baik individual maupun
Vokasional
kelompok/ group.
• Bahan lantai tidak licin dan non porosif.
• Dinding ruangan dilengkapi dengan handrailing yang dipasang pada ketinggian 80-
100cm dari permukaan lantai.
• Fasilitas tergantung dari jenis terapi okupasi yang akan diselenggarakan, misalnya:
- kegiatan di rumah (dapur, kamar mandi, ruang makan, ruang tamu, ruang tidur),
- kantor (ruang kerja, bengkel, ruang studio),
- tempat Ibadah, kasir,
- model ruangan kendaraan (misalnya: tempat naik dan duduk pada bis umum,
ruang mengemudi mobil dan motor) dan lain-lain
6. Ruangan Terapi • Ruangan tempat Terapis Okupasi melakukan terapi secara (umumnya) kelompok
Sensori Integrasi (SI) kepada pasien anak untuk merangsang panca-indera serta gerak motorik halus
dan kasar
Anak
• Luas ruangan disesuaikan dengan kapasitas pengguna dan peralatan yang
dibutuhkan.
• Bahan lantai tidak licin dan non porosif.
• Dinding ruangan dibuat menarik dengan menggunakan warna-warna yang dapat
merangsang aktifitas anak dan dilapisi bahan yang empuk.
• Area bermain yang dilengkapi pelindung-pelindung khusus (misalnya: busa dilapis
kulit sintetis) pada daerah-daerah yang keras (misalnya: tiang, dinding & lantai)
serta daerah bersudut yang cukup tajam (misalnya: tepi meja, tepi ayunan, sudut -
sudut dinding).

-526-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


7. Ruangan Relaksasi/ • Fasilitas pelayanan dan luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
Perangsangan Audio- • Bahan lantai tidak licin dan non porosif.
Visual • Dinding ruangan dibuat menarik dengan menggunakan warna-warna yang disukai
anak-anak dan kedap suara.

8. Taman Terapetik • Fasilitas pelayanan dan luas taman disesuaikan dengan kebutuhan.
(Healing Garden) • Apabila letak taman ini berada tidak di lantai dasar, maka sekeliling taman harus
aman dari kemungkinan pasien jatuh.
• Suatu daerah terbuka hijau/taman yang juga digunakan sebagai daerah Latihan
Terapi Okupasi Dewasa (dan Anak) berupa suatu jalur jalan (Walking Track)
dengan benda-benda Fasilitas Terapi.
• Pararell Bar’s dengan variasi permukaan pijakan yang berbeda-beda, seperti batu-
batuan, semen, pasir dan ubin keramik untuk memberi rangsangan yang berbeda
pada telapak kaki, ramp untuk latihan pengguna kursi roda dan perancah bantu
jalan (Walker)

9. Ruangan Terapi • Ruang tempat terapis wicara melakukan terapi kepada pasien Luas ruangan
Wicara Vokasional disesuaikan dengan kebutuhan.
• Dinding ruangan dibuat kedap suara dan tidak menimbulkan gema.
• Dilengkapi cermin, meja, kursi pasien & petugas.
10. Ruangan Terapi • Ruangan tempat Terapis Wicara melakukan pengujian kemampuan pendengaran
Wicara Audiometer kepada pasiennya secara individual (dengan operator Audiometer sebagai asisten
terapis). Terdiri dari 2 area : area operator & area pasien.
• Dinding ruangan dibuat kedap suara dan tidak menimbulkan gema.
• Dilengkapi dengan cermin, meja, kursi pasien & petugas, alat uji audiometer, kursi

-527-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


pasien, meja operator, headphone pasien, speaker monitor operator.

11. Ruang Pelayanan Ostetik Prostetik (OP)


1) Ruangan • Luas ruangan disesuaikan kebutuhan.
pengukuran,
• Khusus untuk bengkel OP, bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api,
pengepasan,
cairan kimia dan benturan.
penyetelan dan
pelatihan OP • Pada bengkel OP, dinding harus bersifat tahan api, tahan benturan dan tahan
terhadap bahan kimia
2) Bengekel Halus
3) Bengkel Kasar
4) Ruangan Jahit / Kulit
5) Ruangan Bionik
(Biologi Elektronik)
6) Ruangan
Penyimpanan
Barang Jadi
7) Gudang bahan Baku

-528-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


12. Ruangan Ganti Pasien Ruangan Ganti Type 1
• Tempat pasien mengganti pakaian sebelum melakukan terapi.
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet dan kamar mandi.
Toilet Pasien
Type 2
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

13. Ruangan Penyimpanan • Ruangan tempat penyimpanan peralatan rehabilitasi medik yang belum terpakai
Perlengkapan atau sedang tidak digunakan.
• Dilengkapi lemari/ rak.

-529-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


14. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

15. Dapur Kecil (Pantry) • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry.
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

16. Janitor / Ruang • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.


Petugas Kebersihan
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain.

17. KM/WC (Toilet) Toilet Umum


• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat

-530-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.2.2 Denah Ruang Rehabilitasi Medik

-531-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.2.3 Potongan Ruang Rehabilitasi Medik

-532-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Rehabilitasi Medik

-533-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-534-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
d Plafon CalsiumCilicate 1. CalsiumCilicat6mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
d Floor Hardener Heavy Duty
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm

-535-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari

-536-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

a Pintu Aluminium 1. Alumunium


- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Penahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.

-537-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Engineering Door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari

-538-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk

-539-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-540-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.7.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

1. Ruangan Administrasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan

-541-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Konsultasi dan Tata udara
Pemeriksaan.
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan
tambahan dengan intensitas sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.

-542-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

4. Ruangan Fisioterapi
1) Ruangan Fisioterapi Tata udara
Pasif
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min.200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
2) Ruangan Fisioterapi Aktif
a. Ruang Gymnasium Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-543-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min.200 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
b. Ruangan Hidroterapi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan

-544-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
kuat penerangan min.200 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
− Kotak kontak yang ada dalam ruangan harus dipasang dengan mempertimbangkan
keamanan dari percikan air.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
Lain-lain
− Ruangan yang didalamnya terdapat satu (atau lebih) kolam hidroterapi yang dilengkapi
dengan fasilitas penghangat air (Water Heater Pool) dan pemutar arus (Whirpool System)
bila ada.
5. Ruangan Terapi Tata udara
Okupasi dan Vokasional
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux

-545-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai


kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
6. Ruangan Terapi Sensori Tata udara
Integrasi (SI) Anak
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
7. Ruangan Relaksasi/ Tata udara
Perangsangan Audio-
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-546-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Visual
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
Lain-lain
− Ruangan tempat melakukan terapi perangsangan audio-visual (umumnya pada anak)
dalam suatu ruangan tertutup yang dilengkapi dengan sarana audio-visual maupun
benda-benda bercahaya.
8. Ruangan Terapi Wicara Tata udara
Vokasional
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali

-547-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
9. Ruangan Terapi Wicara Tata udara
Audiometer
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.

-548-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
10. Ruang Pelayanan Ostetik Prostetik (OP)
1) Ruangan Tata udara
pengukuran,
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
pengepasan,
− Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
penyetelan dan
pelatihan OP Pencahayaan

2) Bengekel Halus − Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 300 lux.
3) Bengkel Kasar
Outlet daya
4) Ruangan Jahit / Kulit
− Disediakanstop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
5) Ruangan Bionik
(Biologi Elektronik) Proteksi Kebakaran
− Apabila ruangan tertutup dalam bangunan Rumah Sakit dengan luas tidak lebih dari 250
6) Ruangan
m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya 1 buah APAR berukuran min. 2 kg
Penyimpanan Barang
jenis kimia kering serbaguna kelas A, B, C.
Jadi
7) Gudang bahan Baku
11. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Perlengkapan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.

-549-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

12. Ruangan Kepala Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
13. Dapur Kecil (Pantry) Tata udara dan ventilasi
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
− Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
grease trap terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
14. Janitor / Ruang Petugas Tata udara
Kebersihan
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.

-550-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
15. KM/WC (Toilet) Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Berlaku untuk persyaratan
Toilet Petugas, Toilet
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
Umum maupun Difabel
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).

-551-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-552-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-553-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-554-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-555-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-556-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-557-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.8 Contoh Instalasi Air Bekas & Air Kotor

-558-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.9 Contoh Instalasi Sprinkler

-559-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.7.3.10 Contoh Instalasi Gas Medis

-560-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8 RADIOLOGI

3.8.1 PERSYARATAN UMUM

3.8.1.1 Fungsi
Ruang Radiologi yang dibahas dalam pedoman ini terdiri dari:
• Ruang Radiodiagnostik;
Ruang radiodiagnostik adalah ruang untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pasien dengan menggunakan energi radioaktif dalam diagnosis dan
pengobatan penyakit
• Ruang Radioterapi;
Ruang radioterapi adalah ruang pelayanan pengobatan pasien dengan
penggunaan partikel atau gelombang berenergi tinggi seperti sinar gamma,
berkas elektron, foton, proton dan neutron untuk menghancurkan sel kanker.

3.8.1.2 Lokasi
• Lokasi ruang radiologi mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan
memiliki akses langsung ke ruang gawat darurat, ruang rawat jalan dan ruang
rawat inap.
• Sirkulasi pasien dan pengantar pasien disarankan terpisah dengan sirkulasi
staf.

3.8.1.3 Desain
Ruang Radiodiagnostik dan ruang radioterapi dapat menyatu dalam satu blok
masa atau terpisah.
A. Ruang radiodiagnostik,
- Resepsionis dan ruangan tunggu utama harus terletak di area pintu masuk
utama dan berfungsi sebagai titik distribusi ke semua bagian yang berbeda
di ruang Radiodiagnostik untuk memberikan petunjuk arah terhadap
ruangan-ruangan yang ada.
- Ruangan konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca film.
- Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus akan kekedapannya terhadap
radioaktif.
- Ruangan persiapan dan pemulihan dapat menggunakan ruangan yang
sama
- Tersedia pengelolaan khusus limbah radioaktif.
B. Ruang Radioterapi
- Resepsionis dan ruangan tunggu utama harus terletak di area pintu masuk
utama dan berfungsi sebagai titik distribusi ke semua bagian yang berbeda
di ruang Radioterapi untuk memberikan petunjuk arah terhadap ruangan-
ruangan yang ada.

-561-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

- Ruang persiapan dan pemulihan pada zona brakiterapi dapat


menggunakan ruangan yang sama.
- Disarankan untuk menempatkan ruang untuk pesawat Radioterapi
(bunker) di atas permukaan tanah, bersama-sama dengan seluruh
fasilitas. Bila infrastruktur, listrik dan sumber daya keuangan yang terbatas,
maka penggunaan pencahayaan alami dan ventilasi udara luar dapat
dimaksimalkan, tetapi pembangunan ruang bunker di bawah tanah
dimungkinkan apabila lahan di permukaan tanah tidak mencukupi
- Dinding/ pintu mengikuti persyaratan khusus sistem labirin proteksi radiasi.
- Ketebalan dinding labirin disesuaikan dengan alat yang akan dipakai
- Tersedia pengelolaan khusus limbah radioaktif.

3.8.1.4 Alur kegiatan

-562-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-563-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

ALUR RADIODIAGNOSTIK

-564-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.1.5 Zonasi Radiodiagnostik

-565-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.8.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan
A. RADIODIAGNOSTIK
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan Tunggu • Ruangan pengantar pasien menunggu
• Tiap tiap ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan harus memiliki ruangan tunggu
tersendiri dengan kapasitas yang memadai.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

2. Ruangan Administrasi • Ruangan untuk staf melaksanakan tugas administrasi dan personalia dan
ruangan untuk penyimpanan sementara berkas film pasien yang sudah
dievaluasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.

-566-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


3. Loket Pendaftaran, • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi
Pembayaran dan • Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
Pengambilan Hasil petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

4. Ruangan Baca dan • Ruangan tempat membaca film hasil diagnosa pasien dan tempat pasien
Konsultasi Dokter konsultasi medik dengan dokter spesialis radiologi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing.

5. Ruangan Staff/ Perawat • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-567-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


6. Ruang-Ruang Pemeriksaan
aRuangan DSA (Digital • Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik angiografi
. Subtraction Angiography)
• Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
• Tinggi plafon 3 m
• Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan persiapan tindakan & pemulihan,
ruangan mesin dan ruangan AHU/Chiller.
• Dilengkapi X-Ray angiografi unit, bed unit dengan bucky, monitor
• Dilengkapi toilet.
• Jendela observasi terbuat dari kaca timbal (anti radiasi)

-568-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


bRuangan MRI (Magnetic • Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik dengan menggunakan alat
. Resonance Imaging) MRI
• Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
• Ketinggian plafon 3 meter
• Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan mesin dan ruangan AHU / Chiller.
• Dilengkapi toilet.
• Ruangan mengikuti persyaratan proteksi radiasi alat yang dipakai dan
mendapatkan ijin dari instansi yang berwenang.
• Dilengkapi alat MRI, meja pasien (automatic adjustable patient table).
• Jendela observasi terbuat dari bahan kaca anti magnet.
• Tersedia brangkar berbahan fiber (tidak logam).
• Tersedia ruang transit untuk ganti brangkar dan ganti baju pasien.

cRuangan CT - Scan • Ruang tempat melaksanakan kegiatan komputer tomografi


.
• Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
• Ketinggian plafon 3 meter
• Dilengkapi dengan CT-Scan, meja pasien (automatic adjustable patient table)
• Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan mesin dan ruangan AHU / Chiller.
• Dilengkapi toilet.
• Ruangan mengikuti persyaratan proteksi radiasi alat yang dipakai dan
mendapatkan ijin dari instansi yang berwenang.

-569-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


dRuangan Fluoroskopi • Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik fluoroskopi
.
• Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
• ketinggian plafon 3 meter
• Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan mesin dan ruang ganti dan toilet
• Dilengkapi X-Ray Fluoroskopi unit, bed unit dengan bucky
• Ruangan mengikuti persyaratan proteksi radiasi alat yang dipakai dan
mendapatkan izin dari instansi yang berwenang.

eRuangan Ultra Sono • Ukuran ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
. Grafi (USG)
• Ketinggian plafon 3 meter
• Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik jaringan lunak menggunakan
USG
• Dilengkapi general USG unit dengan multi probe sesuai kebutuhan pelayanan
RS.
• Dilengkapi toilet.

-570-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


f Ruangan General X-Ray • Luas ruangan untuk alat s/d 125 KV dan > 125 kV sesuai dengan kebutuhannya
.
• Ketinggian plafon 3 meter
• Dilengkapi dengan ruangan operator, ruangan mesin dan ruang ganti
• Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik umum
• Dilengkapi General X-Ray unit (bed dan standing unit dengan bucky)

i Ruangan Digital • Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi


. Panoramic /
• ketinggian plafon 3 meter
Chepalometri

-571-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


hRuangan Mammography • Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
. • Tinggi plafon 3 meter

j Ruangan Dental X-Ray • Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
.
• Ketinggian plafon 3 meter

kRuangan Computed • Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi


. Radiography (CR) dan
• Ketinggian plafon 3 meter
PACS

7. Gudang Penyimpanan • Tempat menyimpan berkas


Berkas
• Dilengkapi lemari/ rak
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

8. Ruang Persiapan dan • Luas ruangan disesuaikan kebutuhan jumlah tempat tidur untuk 1 tempat tidur
Pemulihan Pasien minimal 2,4 m x 3 m.

-572-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Ruangan ini diperuntukkan ppasien yang mendapatkan pelayanan DSA/MRI/CT-
Scan
• Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/
menempel di plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
• Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga. Bahan penutup lantai dapat terdiri
dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang
rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak mengumpul, mudah dibersihkan,
tidak mudah terbakar. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung
(hospital plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat
sarang debu dan kotoran.
• Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran.
• Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari
dalam ruangan ke luar ruangan, dengan jarak bukaan tidak lebih dari 20 cm

9. Dapur Kecil (Pantry) • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry


• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan

-573-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


10. KM/WC (Toilet) Toilet Umum dan Petugas • Toilet Umum
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. • Toilet pasien
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-574-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.2 Denah Ruang Radiodiagnostik

-575-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.3 Potongan Ruang Radiodiagnostik

-576-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.4 Ilustrasi Gambar 3 Dimensi Ruang Radiodiagnostik

-577-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah
setempat dari kualitas yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan
tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan
pabrik penghasil. Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi
luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal
0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan

-578-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat
Gesekan ≤175 mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil Sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip
d Cat Epoxy Ketebalan minimal: Khusus untuk
ruangan DSA,
1. Low traffic: 300 – 350 micron
CT- Scan, MRI,
2. Medium traffic: 500 micron
Fluoroscopy, X-
3. High traffic: 1000 micron
Ray, Dental X-
4. Full traffic: 2000 - 3000 micron
Ray, USG,
Spesifikasi: Mamography

-579-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


ketebalan
1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
minimal 2
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi micron.
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital Plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminiumextrucded profil140 mm
2. Covervinylhand drail140mmPVC higt impact
e Dinding Timbal Dindinglapislembarantimbal(Pb)denganketebalantotal2mm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish

-580-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyame
rata,tanpacacatdandarikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-
0130–1987
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiand
idinginkansecaramendadakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca Es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacat
dandarikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebala
nnyamerata,tanpacacatdandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan
darikualitasbaik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

a Pintu Aluminium 1. Alumunium


- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis
alumunium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam
bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.

-581-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan
kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen
yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup
celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin
berbahan HMR yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung
seperti jari tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut
menjadi panjang sesuai yang diinginkan.

-582-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap
kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu
dilapis bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
c Pintu baja pabrikasi 1. Pintu dibuat dari rangka baja dan cardboard honeycomb dengan door skin berbahan plat baja
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint.
3. Finishing powder coating
d Pintu baja Pintu dibuat dari rangka baja dengan pengisi boron dengan door skin berbahan plat baja dilapis Khusus
powder coating atau plat stailess steel, dimensi dibuat custom sesuai desain lubang pintu diruangan
brakiterapi
dan linac
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel
stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel
stainless steel dan finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless

-583-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


steel hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun
pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan
satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball
bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela
harus dari tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat
jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan
finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan
jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle

-584-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila
ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
4. Floor Drain

-585-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-586-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

ALUR RADIOTERAPI

-587-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.6 Zonasi Radioterapi

-588-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

B. RADIOTERAPI
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan Tunggu • Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.

2. Loket Pendaftaran, • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi


Pembayaran dan
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
Pengambilan Hasil
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
3. Ruangan Administrasi • Ruangan untuk staf melaksanakan tugas administrasi dan personalia dan ruangan
untuk penyimpanan sementara berkas film pasien yang sudah dievaluasi.
(Terdapat fungsi
Penerimaan, dan • Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
pengambilan hasil) petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.

-589-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


4. Ruangan • Ruangan pemeriksaan klinis, baca film dan konsultasi pasien oleh dokter spesialis
Pemeriksaan dan Radiologi
Konsultasi
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm dapat menggunakan
pintu geser atau swing.

5. Ruangan Simulator • Ruang tempat mensimulasi tubuh pasien sebelum dilakukan penyinaran/radiasi
(Simulator CT ) • Dilengkapi dengan fasilitas simulator
• Luas ruangan harus dapat memenuhi untuk gerakan meja simulator, tempat tidur
pasien dan penempatan lemari penyimpanan peralatan.
• Konstruksi dinding sesuai dengan yang berwenang

6. Ruangan Perencanaan • Ruangan ini berdekatan dengan ruangan simulator.


Terapi (Treatment
• Luas ruangan dapat menampung penempatan komputer, TV Monitor, printer,
Planning Room)
meja digitizer, dan perlengkapan lainnya.

-590-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


7. Ruangan • Ruangan untuk membuat cetakan bagian tubuh yang akan dilakukan penyinaran
Moulding dengan pesawat radioterapi.
• Dilengkapi peralatan moulding/ cetakan.
• Luas ruangan disesuaikan kebutuhan untuk melakukan pembuatan pelindung
(shell) bagian tubuh yang dilindungi dari penyinaran dan ruangan ini dapat
menyimpan perlengkapan dan bahan-bahan moulding.

8. Ruangan Petugas • Ruangan tunggu, diskusi dam istirahat petugas


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

9. R. Kemoterapi • Ruang untuk mengakomodasi sejumlah pasien yang sedang dilakukan tindakan
medis kemoterapi.
• Dilengkapi dengan sofa, meja, kursi, tiang infus, dll

10. Klinik bersama • Ruangan periksa/ konsultasi adalah ruangan dokter melakukan pemeriksaan dan
konsultasi dengan pasien.

-591-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu ruangan minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser atau
swing)

11. Ruangan tindakan • Ruangan tindakan adalah ruangan untuk melakukan tindakan bagi pasien,
ruangan ini berhubungan langsung dengan ruangan periksa/ konsultasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu ruangan tindakan minimal 120 cm (satu atau satu setengah
daun pintu).
12. Brakiterapi • Desain labirin dengan ketebalan tembok dan atap mencapai >100 cm (ketebalan
disesuaikan dengan alat yang digunakan)
• Persyaratan konstruksi dan proteksi ruangan sesuai dengan rekomendasi instansi
yang berwenang.
• Menerapkan sistem Locked Door.
Ruangan Penunjang
R. Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan

-592-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
Toilet Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

R. Ganti Arsitektur
• Tempat ganti pakaian pasien.
• Dilengkapi toilet/ kamar mandi.
R. Persiapan & Pemulihan Arsitektur
• Luas ruangan disesuaikan kebutuhan jumlah tempat tidur untuk 1 tempat tidur
minimal 2,4 m x 3 m.

-593-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Ruangan ini diperuntukkan ppasien yang mendapatkan pelayanan Braki Terapi.
• Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/ menempel
di plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
• Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga. Bahan penutup lantai dapat terdiri dari
bahan tidak berpori, seperti vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang rapat
sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak mengumpul, mudah dibersihkan, tidak
mudah terbakar. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung
(hospital plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang
debu dan kotoran.
• Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran.
• Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari
dalam ruangan ke luar ruangan, dengan jarak bukaan tidak lebih dari 20 cm
R. Prosedur/ Memasang • Ruang prosedur perlu dipersiapkan meja pasien yang dapat digerakkan,
& Melepas Aplikator disesuaikan dan dapat dipindahkan.
• Dilengkapi dengan mesin C-arm.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi

-594-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Lebar daun pintu ruangan tindakan minimal 120 cm (satu atau satu setengah
daun pintu).
R. Tunggu Pasien • Ruangan tempat pasien menunggu
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
R. Operator • Memiliki akses langsung ke brakiterapi
R. Mesin • Ukuran ruangan disesuaikan dengan mesin yang digunakan.
13. LINAC • Idealnya fasilitas ruang radiasi eksterna dirancang dengan ruang bunker yang
saling berdampingan untuk mengurangi biaya yaitu dengan berbagi struktur
pelindung utama dan dengan demikian akan dapat meminimalisir total volume
material yang dibutuhkan untuk bahan pelindung.
• Dimensi minimum untuk ukuran bagian dalam ruang pesawat radiasi eksternal
sesuaindengan kebutuhan. Dengan posisi alat isocentre ditempatkan kira-kira di
tengah ruangan.
• Tinggi minimum ruangan bunker adalah 4 m
• Lebar labirin 2,0-2,2 m dengan ketinggian 2.4 m
• Persyaratan konstruksi dan proteksi ruangan sesuai dengan rekomendasi instansi
yang berwenang.
• Sistem pintu menerapkan sistem Locked Door.

Ruangan Penunjang

-595-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


R. Tunggu • Ruangan tempat keluarga atau pengantar pasien menunggu
• Tiap tiap ruangan periksa/ konsultasi/ tindakan harus memiliki ruangan tunggu
tersendiri dengan kapasitas yang memadai.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.
Toilet Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-596-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


R. Ganti • Tempat ganti pakaian pasien.
• Dilengkapi toilet/ kamar mandi.
Gudang Alat • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
R. Operator • Memiliki akses langsung ke LINAC
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
14. R. Arsip • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

15. R. Server • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

16. KM/WC (Toilet) Toilet Umum dan Petugas • Toilet Umum


• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
• Toilet umum dapat juga tidak menggunakan daun pintu pada akses masuk.

-597-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Toilet Difable • Toilet Difable
• Disediakan minimal satu toilet difable untuk pasien dan pengunjung pada lantai
dasar/hall.
• Luas toilet difable minimal 2m x 2 m.
• Dilengkapi dengan rambu/ simbol difable pada bagian luarnya.
• Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda sekitar (45-50 cm)
• Toilet pasien
• Dilengkapi dengan pagangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat lain.
Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan kursi roda
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button)
bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda
dengan lebar minimal 90 cm.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-598-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan toilet
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-599-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.7 Denah Ruang Radioterapi

-600-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.8 Potongan Ruang Radioterapi

-601-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.9 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Radioterapi

-602-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.2.10 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2 Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari
kualitas yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah,
bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3 Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik
penghasil. Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-603-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat
Gesekan ≤175 mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil Sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital Plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminiumextrucded profil140 mm

-604-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


2. Covervinylhand drail140mmPVC higt impact
e Dinding Timbal Dindinglapislembarantimbal(Pb)denganketebalantotal2mm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyamerata,t
anpacacatdandarikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-0130–1987
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiandidingi
nkansecaramendadakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca Es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdand
arikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebalannya
merata,tanpacacatdandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan darikualitasbaik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

-605-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium
alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi
yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal
1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan
kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang
dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.

-606-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


b Engineering Door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan
HMR yang dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung
seperti jari tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi
panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis
bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
c Pintu baja pabrikasi 1. Pintu dibuat dari rangka baja dan cardboard honeycomb dengan door skin berbahan plat baja
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint.
3. Finishing powder coating
d Pintu baja Pintu dibuat dari rangka baja dengan pengisi boron dengan door skin berbahan plat baja dilapis Khusus
powder coating atau plat stailess steel, dimensi dibuat custom sesuai desain lubang pintu diruangan
brakiterapi
dan linac
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:

-607-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


− Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel
stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
− Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless
steel dan finishing stainless steel hair line.
− Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel
hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi,
kayu atau aluminium)
3. Engsel.
− Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu
arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
− Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus
dari tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
− Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
− Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish
stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis
rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.

-608-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila
ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna
standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan.

-609-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-610-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

A. RADIODIAGNOSTIK
3.8.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
1. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
2. Ruangan Administrasi, Tata udara
Loket Pendaftaran, − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Pembayaran dan
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pengambilan Hasil
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali

-611-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
3. Ruangan Baca dan Tata udara
Konsultasi Dokter
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan
tambahan dengan kuat penerangan sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.

-612-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
4. Ruangan Staff/ Perawat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
5. Ruang Pemeriksaan
aRuangan DSA (Digital Tata udara
. Subtraction Angiography)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Tekanan udara di dalam ruangan operasi lebih positif dibandingkan ruang
disebelahnya (min. ∆P = 5 Pascal).
− Pada saat tindakan pembedahan berlangsung, total pertukaran udara 15 kali/jam,
saat tidak ada pembedahan totalpertukaran udara min. 3 kali/jam.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko sangat
tinggi), yang mempunyai jumlah maksimal partikel debu ukuran dia. 0,5 μm per m3
yaitu 35.200 partikel (ISO 6-ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
− Meja tindakan berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata
(uni-directionalair flow), dengan distribusi udara dari langit-langit, dengan gerakan ke
bawah menuju inlet udara balik (return air) yang terletak di 4 sudut ruangan yang

-613-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan
dilengkapi Buangan Sisa Gas Anastesi (BSGA).
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 1.000 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2.
− Dalam ruangan tindakan harus disediakan minimal 6 (enam) stop kontak dengan
instalasi dipasang padapendan danminimal 6 (enam) stop kontak dengan instalasi
terpasang di dinding (cadangan).Setiap stop kontak harus dilayani oleh MCB yang
berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan
melewati trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus
bocor.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
bRuangan MRI (Magnetic Tata udara
. Resonance Imaging)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

-614-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan MRItermasuk kategori kelompok 1.
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
Lainnya
− Ruangan harus dilindungi dari induksi medan magnetik dengan sangkar faraday.
cRuangan CT - Scan Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis

-615-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
dRuangan Fluoroskopi Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, vakum medik dan bila diperlukan dapat
dilengkapi udara tekan medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya

-616-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).

eRuangan Ultra Sono Grafi Tata udara


. (USG)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan
f Ruangan General X-Ray Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%

-617-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
i Ruangan Digital Tata udara
. Panoramic / Chepalometri
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.

-618-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
hRuangan Mammography Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
j Ruangan Dental X-Ray Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya

-619-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
kRuangan Computed Tata udara
. Radiography (CR) dan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
PACS
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data dengan instalasi permanen.
6. Gudang Penyimpanan Tata udara
Berkas − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
7. Ruang Persiapan dan Tata udara & ventilasi
Pemulihan Pasien − Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam.

-620-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.

-621-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-622-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-623-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-624-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-625-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-626-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.7 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-627-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.8 Contoh Instalasi Air Bersih

-628-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.9 Contoh Instalasi Air Bekas & Air Kotor

-629-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.10 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-630-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.11 Proteksi Radiasi Anti Magnet


Sangkar Faraday atau tameng Faraday adalah sebuah ruang tertutup
yang terbuat dari bahan-bahan penghantar listrik. Ruangan itu mampu
merintangi medan listrik statik eksternal. Medan listrik statik eksternal
akan menyebabkan muatan listrik di dalam bahan yang konduktif untuk
menyalurkan kembali diri mereka sendiri. Hal ini kemudian
membatalkan efek medan listrik statik di bagian dalam sangkar. Efek
ini bisa digunakan untuk melindungi peralatan elektronik dari sambaran
petir dan lucutan/pengosongan (discharge) elektrostatik yang lain.
Contoh penerapan Sangkar Faraday dalam kehidupan adalah sebagai
berikut:
a) Scanner MRI biasanya diletakkan di dalam sangkar Faraday
b) Telepon genggam dan radio tidak menerima sinyal saat berada di
dalam elevator maupun di berbagai struktur yang sama
c) Mobil dan pesawat berfungsi sebagai sangkar Faraday saat
disambar petir
d) Kabel koaksial, yang kenyataannya merupakan kabel data yang
terbungkus oleh konduktor yang fleksibel, bisa berfungsi sebagai
sebuah sangkar Faraday.
Magnetic Resonance Imaging (MRI), adalah sebuah prosedur
pemeriksaan radiologi diagnostik tanpa menggunakan X-Ray. MRI
scanner menggunakan medan magnet kuat dan radiofrekuensi untuk
membangkitkan pencitraan anatomi dan fisiologis tubuh manusia.
Sangkar Faraday (Shielding), adalah lapisan tembaga yang
mengisolasi ruang magnet dari pengaruh sinyal radio selain dari
system MRI, agar tidak berefek pada sinyal yang dipancarkan dari
resonansi proton.

-631-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Gambar ilustrasi Magnetic Resonance Imaging (MRI) (id.pinterest.com)

-632-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

B. RADIOTERAPI

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


1. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit
ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
2. Ruangan Administrasi Tata udara

(termasuk Loket − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC


Pendaftaran, Pembayaran − Kelembaban udara 55 + 5%
dan Pengambilan Hasil) − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan

-633-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
3. Ruangan Pemeriksaan Tata udara
dan Konsultasi − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan kuat
penerangan minimal sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.

4. Ruangan Simulator Tata udara


(Simulator CT) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC

-634-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, vakum medik dan bila diperlukan dapat
dilengkapi udara tekan medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.
Lain-lain
− Di atas pintu masuk ruangan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran

-635-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


5. Ruangan Perencanaan Tata udara
Terapi (Treatment
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Planning Room)
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Data
− Disediakan outlet data.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratakan.
6. Ruangan Tata udara
Moulding
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Total pertukaran udara per jam 10 kali

-636-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai
kebutuhan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
7. Ruangan Petugas Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
8. R. Kemoterapi Tata udara & ventilasi
− Temperatur ruang rata-rata 23o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali

-637-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


− Total Pertukaran udara per jam min. 8 kali
− Tekanan udara lebih negatif bila dibandingkan dengan tekanan udara di ruangan
sebelahnya.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan +300 lux.
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Outlet daya
− Setiap bed/kursi disediakan minimal 5 (lima) stop kontak dengan instalasi
permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
9. Klinik bersama Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit
ruangan.

-638-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan kuat
penerangan sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.
10. Ruangan tindakan Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan kuat
penerangan sesuai kebutuhan.

-639-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.

11. Brakiterapi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 8 kali
− Tekanan udara lebih negatif bila dibandingkan dengan tekanan udara di ruangan
sebelahnya.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, vakum medik dan bila diperlukan dapat
dilengkapi udara tekan medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).

-640-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.
Lain-lain
− Di atas pintu masuk ruangan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran.

R. Ganti Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
R. Persiapan & Pemulihan Tata udara & ventilasi
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam.
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet daya

-641-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
R. Prosedur/ Memasang & Tata udara
Melepas Aplikator
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan kuat
penerangan sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.

R. Tunggu Pasien Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-642-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya + 100lux
R. Operator Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
Outlet Data
− Dapat disediakan instalasi untuk outlet data.
R. Mesin Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
Pencahayaan

-643-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Proteksi Kebakaran
- Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis CO2
dan heat/smoke detector.
12. LINAC Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 8 kali
− Tekanan udara lebih negatif bila dibandingkan dengan tekanan udara di ruangan
sebelahnya.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, vakum medik dan bila diperlukan dapat
dilengkapi udara tekan medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding

-644-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


system).
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.
Lain-lain
− Di atas pintu masuk ruangan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran.

Ruangan Penunjang
R. Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya + 100lux
R. Ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux

-645-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Gudang Alat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

R. Operator Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
Outlet Data
− Dapat disediakan instalasi untuk outlet data.
13. R. Server Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali

-646-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.

-647-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.12 Contoh Instalasi Penerangan

-648-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.13 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-649-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.14 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-650-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.15 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-651-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.16 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-652-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.17 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-653-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.18 Contoh Instalasi Air Bekas & Air Kotor

-654-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.8.3.19 Contoh Instalasi Gas Medis

-655-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9 RUANG LABORATORIUM

3.9.1 PERSYARATAN UMUM

3.9.1.1 Fungsi
Ruang untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan ilmiah (misalnya fisika,
kimia, higiene, dan sebagainya). Pelayanan ruang laboratorium terdiri dari
laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi, laboratorium
mikrobiologi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan klasifikasi rumah sakit.

3.9.1.2 Lokasi
Lokasi ruang laboratorium mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan
memiliki akses langsung ke ruang gawat darurat, rawat inap dan ruang rawat jalan.

3.9.1.3 Desain
a. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus
terpisah dan dapat meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
b. Ruang laboratorium harus memiliki:
1) saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan
awal (pre-treatment) khusus sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah rumah sakit; dan
2) fasilitas penampungan limbah padat Medik yang kemudian dikirim ke
tempat penampungan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.

-656-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.1.4 Alur kegiatan

• Ketiga pelayanan laboratorium dapat dikelompokkan dalam


satu area bangunan atau terpisah.
• Setiap ruang laboratorium dilengkapi minimal satu safety
shower.
• Laboratorium patologi klinik diletakkan di sisi terluar dari area
laboratorium.

-657-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-658-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.1.5 Zonasi

-659-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.9.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


A. Laboratorium Terpadu
1. Ruangan Administrasi • Ruangan untuk staf melaksanakan tugas administrasi dan personalia dan
ruangan untuk penyimpanan sementara berkas pasien yang sudah dievaluasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas dan fungsi, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya

2. Ruangan Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.
3. Loket Pendaftaran • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi.
dan Ambil Hasil
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.

-660-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

4. Ruangan • Tata letak ruangan harus dapat meminimalkan terjadinya infeksi silang.
Pengambilan /
• Setiap jenis ruangan pengambilan spesimen harus disediakan sesuai
Penerimaan
spesifikasi dan kebutuhan ruangannya.
Spesimen
• Ruang tempat pengambilan sample darah, pengumpulan sample urin, feses.
• Flebotomi
• Urin atau tinja Ruangan ini dilengkapi dengan toilet untuk pengambilan sampel urin dan
• Spesimen Genital feses
• Spesiman Lain • Dilengkapi meja. kursi, jarum suntik dan pipetnya, container urin, timbangan,
(pus, kerokan kulit tensimeter.
dan lain-lain)
• Persyaratan ruangan sputum:
• Sputum
o Letak ruangan sputum berada diluar ruang laboratorium
o Luas ruangan minimal 2 m2
o Ruangan harus menggunakan pencahayaan alami.
o Tersedia wastafel dengan air mengalir, dilengkapi handsrub dan tissue.

5. Ruangan Konsultasi • Ruangan tempat dokter melakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan
pasien.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas,
pasien dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi

-661-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing.
• Dilengkapi meja, kursi dan peralatan kantor lainnya.
6. Laboratorium Patologi Klinik
Laboratorium Klinik • Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas,
pasien dan peralatan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
aLaboratorium Urin / • Luas ruangan laboratorium disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak
. Feses petugas, pasien dan peralatan.
• Ruang pemeriksaan/ analilsis urin/feses
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.

-662-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


Ruangan reagen • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan

7. Laboratorium Mikro Biologi


Laboratorium Biologi • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
Molekuler
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
Laboratorium Jamur • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
Laboratorium Virologi • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah

-663-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
Laboratorium • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
Bakteriologi
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
B2 Kultur • Ruangan khusus dilengkapi dengan air lock.
8. Laboratorium Patologi • Ruangan ini disediakan sebagai pendukung pelayanan patologi anatomi.
Anatomi
Laboratorium Sitologi • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.

-664-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


• Dilengkapi dengan lemari asam.
Patologi Molekuler • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan bak sink termasuk bidang pentirisnya
Histo Patologi • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan bak sink termasuk bidang pentiris
Ruangan Grossing, • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan.
Potong Beku dan
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
Simpan Sisa Grossing
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.

-665-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan bak sink dengan water softener. Dilengkapi juga bidang pentiris.
R. Diagnostik • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
R. Reagen • Ruang tempat penyimpanan regensia bersih dan bahan habis pakai.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

R. Simpan Block, • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.


Slide
Laboratorium Imuno • Luas ruangan laboratorium minimal 9 m2 dengan memperhatikan ruang gerak
Histokimia petugas, pasien dan peralatan.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia
dan mudah dibersihkan.
• Peryaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Dilengkapi dengan lemari asam.
R. Gelap • Ruangan dengan pencahayaan yang rendah.

-666-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


9. Ruangan IT/ Server • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.

B. Ruangan Lain-Lain
1. Ruangan Ganti / • Tempat ganti pakaian petugas.
Loker • Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan sabun
antiseptik (general prequotion).
2. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
Laboratorium Medik manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

3. Ruangan Dsikusi • Ruang untuk diskusi petugas.


• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-667-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


4. KM/WC (Toilet) Toilet Petugas • Toilet Petugas
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Toilet Pasien
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan ruangan ganti
Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan rambat (handrail)
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.

-668-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.
5. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor
drain.

6. UPS • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

7. RO Water • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

-669-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Layout Ruang


8. AHU • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

9. R. Panel • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

10. Safety shower/ • Ukuran ruangan disesuaikan dengan kapasitas pengguna.


emergency shower • Terdiri dari body shower dan eye washer
station • Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin
• Bahan dinding mudah dibersihkan

-670-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.2.2 Denah Ruang Laboratorium

-671-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.2.3 Potongan Ruang Laboratorium

-672-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Laboratorium

-673-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
Merah 2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
Ringan
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Cubicle Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum 1. Gypsum Board 9 mm
Solid 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel

-674-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
d Plafon Calsium 1. CalsiumCilicat6mm
Cilicate 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
3 PENUTUP LANTAI

a Homogenous 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt


Tile 2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya
Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip

-675-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS
DINDING
a Homogenous Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
Tile
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau syntetis/marbel
dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Melamic / Stained Finish
Furniture
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
panas / 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
tempered glass
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI

-676-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

a Pintu Aluminium 1. Alumunium


- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema
warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw

-677-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
Door dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.

-678-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction stay
20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain

-679-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-680-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.9.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

A. Laboratorium Terpadu
1. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.

2. Ruangan Tunggu Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

-681-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Total Pertukaran udara per jam 6 kali


− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Pengambilan / Tata udara
Penerimaan Spesimen
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
• Flebotomi
− Kelembaban udara 55 + 5%
• Urin atau tinja
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
• Spesimen Genital
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
• Spesiman Lain (pus,
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
kerokan kulit dan lain-
lain) − Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Pencahayaan
− Intensitas min. 200 lux
Outlet Daya
− Disediakan kotak kontak daya sesuai kebutuhan pelayanan.

-682-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
Lain - lain
Persyaratan ruangan sputum :
− Ruangan menggunakan pencahayaan dan ventilasi alami.
− Tersedia wastafel dengan air mengalir
4. Ruangan Konsultasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux .
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
5. Laboratorium Patologi klinik Tata udara

-683-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

a. Laboratorium Klinik − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC


b. Laboratorium Urin/ Feses − Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan
peralatan.
− Kotak kontak dipasang pada ketinggian +100 dari lantai.
− Disediakan satu grounding khusus (0,02 ohm) untuk peralatan-peralatan
laboratorium yang dapat dipasang secara paralel.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.

-684-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

Ruangan reagen Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
6. Laboratorium Patologi Tata udara
Anatomi :
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
a. Laboratorium Sitologi
− Kelembaban udara 55 + 5%
b. Patologi Molekuler
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
c. Histo Patologi
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
d. Ruangan Grossing,
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Potong beku dan simpan
sisa grossing − Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan

e. Imunohistokimia − Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.


(termasuk ruangan gelap) − Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem pembuangan udaranya harus
terjamin tidak mengkontaminasi.
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux

-685-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Untuk ruangan gelap, pencahayaan harus seminimal mungkin.


Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan
peralatan.
− Kotak kontak untuk peralatan tertentu harus kompatibel.
− Disediakan satu grounding khusus (0,02 ohm) untuk peralatan-peralatan
laboratorium yang dapat dipasang secara paralel.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
7. Laboratorium Mikro Biologi
Laboratorium Biologi Tata udara
Molekuler
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Laboratorium Jamur − Kelembaban udara 55 + 5%
Laboratorium Virologi − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahannegatif
Laboratorium Bakteriologi − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
− Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem pembuangan udaranya harus
terjamin tidak mengkontaminasi.

-686-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan
peralatan dan harus kompatibel dengan peralatan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
B2 Kultur Tata udara
Ruangan BSC
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan (airlock) lebih negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.

-687-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem pembuangan udaranya harus
terjamin tidak mengkontaminasi.
Ruangan Antara (Airlock)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan (koridor) negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
8. Ruangan IT/ Server Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan
9. Ruangan Ganti / Loker Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-688-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 lux
10. Ruangan Kepala Tata udara
Laboratorium Medik − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
11. Ruangan Dsikusi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya +200 lux
Outlet daya

-689-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan


12. KM/WC (Toilet) Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).
13. Janitor • Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

-690-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan

14. UPS Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
15. RO Water Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
16. AHU Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
17. R. Panel Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
18. Safety shower/ emergency Tata udara
shower station − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 lux
Air Kotor
Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi pre
treatment terlebih dahulu.

-691-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-692-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-693-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-694-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-695-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-696-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Kotor

-697-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.8 Contoh Instalasi Air Bekas & Air Kotor

-698-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.9.3.9 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-699-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10 BANK DARAH

3.10.1 PERSYARATAN UMUM

3.10.1.1 Fungsi
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit
yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman,
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan
di rumah sakit.

3.10.1.2 Lokasi
Letak bank darah rumah sakit harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat
darurat.

3.10.1.3 Desain
• Laboratorium skrining darah dilengkapi bak pencuci (sink) untuk membersihkan
peralatan laboratorium.
• Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang
menyilaukan.
• Memiliki sistem pembuangan air yang baik.

3.10.1.4 Alur Kegiatan

-700-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.1.5 Zonasi

-701-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.10.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


1. Ruangan Administrasi • Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi.
(Loket permintaan,
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
penerimaan dan
petugas.
pendistribusian darah)
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat terjadi
kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
2. Ruangan Tunggu • Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.

3. Ruangan Laboratorium • Ruang tempat penyaringan/penyeleksian kualitas dan keamanan darah.


• Dilengkapi alat-alat screening darah
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan yaitu
untuk pemeriksaan Golongan darah ABO dan rhesus serta untuk uji silang serasi.
• Persyaratan lantai tidak boleh licin, non prosif, tahan terhadap bahan kimia dan
mudah dibersihkan.

-702-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Persyaratan dinding non porosif, tahan terhadap bahan kimia dan dan mudah
dibersihkan.
• Disediakan meja kerja dengan persyaratan dapat meredam getaran untuk
meletakkan peralatan pemeriksaan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
4. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat meletakkan lemari pendingin untuk penyimpanan kantong darah.
• Dilengkapi kulkas/ lemari pendingin penyimpanan darah.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang digunakan yaitu
antara lain:
1) Blood bank 100-280 L (tergantung kebutuhan)
2) Medical refrigerator
3) Platelet agitator
4) Freezer dengan suhu penyimpanan ≤-300C (RS tipe A dan B pendidikan)
• Disediakan stop kontak khusus alat simpan biomaterial sesuai jumlah peralatan
yang digunakan dan tidak boleh menggunakan percabangan.

-703-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.2.2 Denah Bank Darah

-704-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.2.3 Potongan Bank Darah

-705-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Bank Darah

-706-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-707-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital Plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandar
ikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-0130–1987

-708-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiandidinginkansecaramen
dadakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca Es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarikualitasyangba
ikyangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebalannyamerata,tanpacac
atdandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan darikualitasbaik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket

-709-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama

-710-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.

-711-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain

-712-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.10.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ekanikal Plambung & Elektrikal Keterangan

1. Ruangan Administrasi Tata udara


(Loket permintaan, − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
penerimaan dan
− Kelembaban udara 55 + 5%
pendistribusian darah)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Intemsitas pencahayaan
rata-rata 200 lux

-713-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ekanikal Plambung & Elektrikal Keterangan

3. Ruangan Laboratorium Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan adalah pilihan.
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai
kebutuhan peralatan.
− Kotak kontak harus kompatibel untuk peralatan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.

-714-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ekanikal Plambung & Elektrikal Keterangan

4. Ruangan Penyimpanan Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam buku
pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Intensitas pencahayaan
ruangan min. 100 lux.
Outlet Daya
− Stop kontak khusus alat simpan biomaterial khusus disediakan tersendiri dan
harus kompatibel dengan rencana alat yang akan dipakai.
− Disediakan kotak kontak khusus alat simpan biomaterial sesuai jumlah peralatan
yang digunakan dan tidak boleh menggunakan percabangan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis dan
heat/smoke detectorapabila dipersyaratkan

-715-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-716-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-717-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-718-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-719-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-720-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.10.3.7 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-721-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11 RUANG STERILISASI

3.11.1 PERSYARATAN UMUM


3.11.1.1 Fungsi
Fungsi instalasi sterilisasi sentral adalah sebagai berikut:
• menerima dan memilah bahan-bahan kotor yang digunakan di rumah sakit;
• melaksanakan proses dekontaminasi atau disinfeksi sebelum disterilisasi;
• melaksanakan pembersihan khusus dari peralatan dan bahan-bahan;
• memeriksa dan menguji instrumen, peralatan dan linen;
• merakit kembali instrumen set, mengemas linen dan lain-lain.
• mengemas semua bahan-bahan untuk sterilisasi;
• sterilisasi;
• memberikan label dan tanggal pada bahan;
• menyimpan dan mengontrol persediaan; dan
• mengeluarkan dan mendistribusikan.

3.11.1.2 Lokasi
a) Kemudahan akses ke lift, dumbwaiter dan tangga sangat penting dalam
menentukan lokasi instalasi sterilisasi sentral. Juga harus dekat dengan
instalasi yang banyak membutuhkan layanan. Biasanya pengguna terbesar
adalah instalasi bedah, termasuk ruang pemulihan dan unit perawatan.
b) Ruang sterilisasi sentral secara ideal diletakkan pada area “pusat layanan” dari
instalasi yang berdekatan, yang menerima bahan seperti penyimpanan umum,
penyimpanan linen dan laundri.
c) Ruang bedah dan instalasi sterilisasi sentral dihubungkan dengan dua buah
dumbwaiter atau lift kecil. Satu dumbwaiter membawa barang-barang steril
menggunaan nampan (tray), obat-obatan dan lain-lain, sedangkan satu
dumbwaiter lainnya membawa barang-barang kotor.
d) Dumbwaiter steril diletakkan dalam area steril dari instalasi sterilisasi sentral,
membuka ke dalam area steril dari ruang bedah dan mengangkut semua
barang-barang steril tanpa terjadi kontaminasi dalam perjalanan.
e) Dumbwaiter kotor pada sisi lain diletakkan dalam area bukan steril dari ruang
bedah dan bahan-bahan kotornya dibawa turun ke area kotor dari instalasi
sterilisasi sentral untuk diproses kembali.

3.11.1.3 Desain
• Pola aliran kerja harus direncanakan dimana lalu lintas petugas dan
pergerakan dari persediaan dan peralatan dicapai dengan cara yang efisien.
• Pergerakan di ruang instalasi sterilisasi sentral merupakan pergerakan satu
arah dimana pergerakannya maju. Pergerakan satu arah dimaksud untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dan mencegah adanya instrumen yang
hilang.

-722-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

• Ada tiga akses di ruang sterilisasi terpusat, yaitu akses untuk penerimaan
bahan-bahan kotor dan terkontaminasi, akses mengeluarkan persediaan dan
instrumen bersih dan steril serta akses penerimaan barang dari farmasi dan
bahan dari laundri.
• Dalam perancangan, ruang sterilisasi sentral terbagi tiga yang terorganisir,
area kotor, area bersih dan area steril
• Barang-barang kotor dari berbagai ruang di rumah sakit diterima di area
penerimaan, menggunakan troli yang berisi keranjang atau wadah
nampan/baki instrumen.
• Barang-barang tersebut dimuat langsung melalui pencucian disinfektor
(Washer disinfector) atau secara manual.
• Troli dan beberapa instrumen dibersihkan dan didisinfeksi secara manual atau
otomatis.
• Proses disinfeksi di rumah sakit umumnya menggunakan uap dan air panas.
• Dalam area bersih, bahan yang telah didisinfeksi disortir, diperiksa dan
dikemas.
• Instrumen yang keluar dari nampan dilakukan pemeriksaan di meja
pengemasan.
• Setelah dikemas, nampan instrumen dimasukkan ke dalam keranjang untuk
disterilisasi melalui otoklaf.
• Linen disortir dan dikemas dalam area terpisah sebelum di sterilisasi.
• Bahan dimuat disisi bersih dan dibongkar disisi steril. Bongkar muat pada
otoklaf tersedia secara manual dan otomatis.
• Setelah sterilisasi, otoklaf dibuka didaerah steril dan bahan disimpan didaerah
steril.
• Area penyimpanan harus kering dan bersih dengan tingkat kebersihan sesuai
yang dipersyaratkan.

-723-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.1.4 Alur kegiatan

-724-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-725-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas

-726-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Berdasarkan tingkat pelayanan

-727-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.11.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


1. Ruangan Pemilahan/ • Ruangan tempat melakukan kegiatan pencatatan, penerimaan,
Sortir Barang Kotor penyortiran instrument kotor.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja dan kursi.

2. Ruangan Pembersihan/ • Ruang tempat perendaman, pencucian dan pengeringan instrumen


Dekontaminasi/ atau linen bekas pakai.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah
dalam dan dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian
120 cm dari permukaan lantai.

-728-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


3. Ruangan Administrasi • Ruangan tempat melakukan kegiatan adminstrasi dan pencatatan,
Penerimaan Barang Baru penerimaan, penyortiran barang/bahan/ linen baru.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi meja, kursi, lemari dan peralatan kantor lainnya.

4. Ruangan Pengemasan • Ruang tempat melaksanakan kegiatan membungkus dan


Alat/Instrumen/ Linen/ mengemas barang/alat yang akan disterilisasi.
BMPH siap Sterilisasi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi container, alat wrapping, automatic washer disinfector,

5. Ruangan Sterilisasi • Ruang tempat melaksanakan kegiatan sterilisasi instrumen, linen


dan bahan perbekalan baru.
• Ruangan dilengkapi dengan Autoklaf table, horizontal sterilizer,
container for sterilizer, autoklaf unit (steam sterilizer), sterilizer
kerosene, (atau jika memungkinkan ada pulse vacuum sterilizer,
plasma sterilizer)
6. Gudang Steril • Ruang tempat penyimpanan Instrumen, linen dan bahan perbekalan

-729-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


baru yang telah disterilisasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi lemari/rak linen, lemari instrumen, lemari sarung tangan,
lemari kasa/ kain pembalut dan kontainer

7. Ruangan Plasma • Ruangan tempat mensterilkan barang/instrumen dengan metode


sterilisasi suhu rendah.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan sterilisasi
• Pada salah satu sisi dinding dilengkapi transfer box menuju ke
ruangan penyimpanan steril

-730-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


8. Gudang Barang/Linen/ • Ruang tempat penyimpanan (depo) sementara barang, linen dan
Bahan Perbekalan Baru bahan perbekalan baru sebelum disterilisasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi rak/lemari

9. Ruangan Dekontaminasi • Ruang tempat mendekontaminasi kereta/troli untuk mengangkut


Kereta/Troli: barang-barang dari dan ke Ruang Sterilisasi.
a. Area Cuci • Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar Ruang Sterilisasi
b. Area Pengeringan
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah
dalam dan dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
troli.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian
120 cm dari permukaan lantai.
• Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower).
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi perlengkapan cuci troli

-731-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


10. Ruang Distribusi • Ruang tempat pengaturan instrumen dan barang-barang yang
Instrumen dan Barang sudah steril untuk didistribusikan
Steril
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi kontainer, rak/lemari, meja, kursi, komputer, printer dan
alat perkantoran lainnya.

11. Ruangan Kepala • Ruang tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan
dan manajemen.

12. Ruangan Ganti Petugas • Tempat ganti pakaian petugas.


(Loker)
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian
kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan
sabun antiseptik (general prequotion).
• Akses masuk dan keluar petugas adalah pass trough

-732-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


13. Ruangan Staf/Petugas • Ruang kerja dan istirahat staff/ petugas
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

14. Toilet Petugas Toilet Petugas


• Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang
cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat
15. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.

-733-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


16. Ruangan Penyimpanan • Ruangan tempat menyimpan barang/instrument/linen baru/bersih
Non Steril • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

17. R. RO • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-734-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.2.2 Denah Ruang Sterilisasi

-735-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.2.3 Potongan Ruang Sterilisasi

-736-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Sterilisasi

-737-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
Ringan
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Cubicle Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua engsel
dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum 1. Gypsum Board 9 mm
Solid 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon 1. Gypsum Board 9 mm
CalsiumCilicate 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm

-738-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya
Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING

a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm

-739-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau syntetis/marbel
dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

-740-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna
yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang

-741-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini akan
memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga)
buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe

-742-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction stay
20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk

-743-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-744-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.11.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

1. Ruangan Administrasi, Loket Tata udara


Penerimaan dan Pencatatan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux

2. Ruangan Pembersihan/ Tata udara


Dekontaminasi
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 6 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain

-745-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air
kotor (floor drain)
3. Ruangan Pengemasan Tata udara
Alat/Bahan siap Sterilisasi
− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 1.000.000 (ISO-9)
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

-746-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

4. Gudang Steril Tata udara


− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 100.000 (ISO-8), filtrasi dengan medium filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
5. Gudang Barang/Linen/ Tata udara
Bahan Perbekalan Baru
− Temperatur ruang 22 - 26oC

-747-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 2 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata-rata100 lux.
6. Ruangan Dekontaminasi Tata udara
Kereta/Troli :
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
c. Area Cuci
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
d. Area Pengeringan
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air
kotor (floor drain)
7. Ruang Pencucian Tata udara
Perlengkapan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif

-748-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali


− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air
kotor
− Dilengkapi floor drain
8. Ruangan Kepala Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.

9. Ruangan Ganti Petugas Tata udara


(Loker) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-749-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux

10. Ruangan Staf/Petugas Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.

11. Dapur Kecil (Pantry) Tata udara dan ventilasi


- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi grease trap terlebih dahulu.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan

-750-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal & Plambing Keterangan


buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
- Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
12. Toilet Petugas Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di
dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux

-751-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-752-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-753-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-754-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-755-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-756-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-757-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.11.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-758-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12 RUANG FARMASI

3.12.1 PERSYARATAN UMUM

3.12.1.1 Fungsi
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat paten,
serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. Ruang farmasi terdiri atas
ruangan kantor/administrasi, ruangan penyimpanan, ruangan produksi,
laboratorium farmasi, dan ruangan distribusi. Pelayanan Ruang Farmasi terdiri dari
pelayanan di Ruang Farmasi Pusat/ Sentral dan di Ruang Farmasi Satelit. Ruang
Farmasi Pusat/ Sentral melayani internal rumah sakit sedangkan Ruang Farmasi
Satelit melayani internal ruang dan eksternal rumah sakit.

3.12.1.2 Lokasi
a. Ruang Farmasi Pusat/ Sentral
1) Lokasi ruang farmasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah
Sakit dan memiliki akses sendiri untuk loading/ unloading bahan (gas
medis, B3, reagen, obat jadi, bahan baku) dan alat kesehatan
2) Lokasi harus jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah
dan bebas banjir.
b. Ruang Farmasi Satelit
1) Akses dan letaknya harus memudahkan pengunjung Rumah Sakit
mendapatkan pelayanan kefarmasian secara langsung.

3.12.1.3 Desain
a. Ruang farmasi harus menyediakan utilitas bangunan yang sesuai untuk
penyimpanan dan produksi obat yang menjamin terjaganya keamanan, mutu,
dan khasiat obat tersebut.
b. Ruangan produksi ruang farmasi yang dapat mencemari lingkungan,
pembuangan udaranya harus melalui penyaring untuk menetralisir bahan yang
terkandung di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Ruangan penyimpanan obat khusus ruang farmasi harus memenuhi ketentuan
standar yang berlaku dari segi keamanan
d. Jenis dan kebutuhan ruangan di ruang farmasi disesuaikan dengan pelayanan
serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

-759-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.1.4 Alur kegiatan

a) Alur kegiatan Ruang Farmasi Sentral

b) Alur Kegiatan Ruang Farmasi Satelit

-760-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Alur Kegiatan Pelayanan Ruang Farmasi Sentral

-761-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Alur Kegiatan Ruang Farmasi Satelit

-762-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.1.5 Zonasi

Zonasi Pelayanan Ruang Farmasi

-763-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Zonasi Pelayanan Kefarmasian untuk Pelayanan Rawat Jalan

-764-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.12.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Ruang Farmasi Sentral
1. Ruangan Administrasi dan Kantor
a. Ruangan Kepala Ruang • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan
perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

b. Ruangan Staf • Ruang kerja dan istirahat perawat


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-765-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


c. Ruangan Administrasi • Ruangan tempat melakukan kegiatan Adminstrasi dan
Distribusi dan pencatatan, penerimaan, penyortiran barang/bahan/obat.
Penerimaan
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, computer, printer, lemari dan peralatan
kantor lainnya.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja,
sehingga dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi
dengan kursi hadap.

d. Ruangan Penerimaan • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan


Farmasi dan Labeling

e. Ruangan Pertemuan/ • Ruang tempat melaksanakan kegiatan pertemuan dan diskusi


Diskusi farmasi
• Dilengkapi meja dan kursi diskusi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

f. Ruangan Arsip • Ruangan menyimpan dokumen resep dan buku-buku


Dokumen dan kefarmasian.

-766-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Perpustakaan
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

g. Ruangan Ganti • Tempat ganti pakaian petugas.


• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer
pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap
dengan sabun antiseptik (general prequotion).
Toilet Petugas
• Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang
cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36 ~ 38 cm).
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat

-767-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


h. Janitor • Ruang penyimpanan perlengkapan kebersihan
• Dilengkapi dengan bak cuci
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi
dengan floor drain.
2. Ruangan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan habis Pakai
a. Ruangan Penyimpanaan Kondisi Umum
- Ruangan Arsitektur
Penyimpanan Obat
• Ruang tempat penyimpanan obat jadi
Jadi
• Dilengkapi lemari/rak
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan

Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing


• Total pertukaran udara minimal 4 kali per jam dengan tekanan
udara positif
• Temperatur ruangan dipelihara pada suhu 150-250 C
- Ruangan • Ruang tempat penyimpanan obat produksi.
Penyimpanan Obat
• Dilengkapi lemari/rak
Produksi
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan

-768-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


- Ruangan • Ruang tempat penyimpanan bahan baku obat.
Penyimpanan Bahan
• Dilengkapi lemari/rak
Baku Obat dan B3
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan

- Ruangan • Ruang tempat penyimpanan alat kesehatan.


Penyimpanan Alat
• Dilengkapi lemari/rak
Kesehatan
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan

b. Ruangan Penyimpanan Kondisi Khusus


- Ruangan Arsitektur
Penyimpanan Obat
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
Khusus (obat yang
termolabil, narkotika • Ruangan tertutup dan terpisah dengan ruangan penyimpanan
dan obat psikotropika yang lain.
serta obat/bahan • Ruangan penyimpanan tidak langsung terkena cahaya matahari
berbahaya)
• Lantai mudah dibersihkan

-769-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang

- Ruangan • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.


Penyimpanan Nutrisi
• Ruangan tertutup dan terpisah dengan ruangan penyimpanan
Parenteral
obat/ bahan baku obat yang lain.
• Ruangan penyimpanan tidak langsung terkena cahaya matahari
• Lantai mudah dibersihkan

- Ruangan • Ruang tempat penyimpanan obat kemo.


Penyimpanan Obat
• Dilengkapi lemari/ra
Kemo
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

- Ruangan • Ruang tempat penyimpanan vaksin dan obat narkotika.


Penyimpanan Vaksin
• Dilengkapi lemari/rak
dan Obat Narkotika
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-770-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


3. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi
a. Ruangan Antiseptic Dispensing
Ruangan dispensing sediaan farmasi pencampuran obat suntik
- Ruangan Bersih • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
(Clean Room)

- Ruangan Antara • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.

- Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.


Penyimpanan Obat
Produksi
- Ruangan Ganti • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
Pakaian

b. Ruangan Penanganan Sediaan Sitostatik


- Ruangan Bersih • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
(Clean Room)

- Ruangan Antara • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.

- Ruangan • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.

-771-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


Penyimpanan Obat
Produksi
- Ruangan Ganti • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
Pakaian

c. Ruangan Cuci Alat • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

d. Ruangan Racik Obat • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan


Oral

-772-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


e. Ruangan Racik Obat • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
Luar

f. Ruangan Quality Control • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan


(QC)

Ruang Farmasi Satelit


1. Ruangan Produksi Obat • Ruang tempat melaksanakan peracikan obat oleh asisten
Non Steril/ Racik Obat apoteker
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.

-773-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


2. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat penyimpanan bahan perbekalan.
Bahan Perbekalan
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
Farmasi

3. Ruangan Pelayanan • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan


Informasi Obat

4. Ruangan • Ruangan khusus ini adalah tempat untuk apoteker memberikan


Konsultasi/Konseling konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan
Obat dan kepatuhan pasien.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser
atau swing)

-774-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


5. Ruangan Ganti/ Loker • Tempat ganti pakaian petugas.
Petugas (Pria dan
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
Wanita dipisah)
• Dilengkapi toilet dan kamar mandi.
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap
dengan sabun antiseptik (general prequotion).

6. Ruangan Tunggu • Ruangan tempat keluarga atau pengantar pasien menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas
pelayanan dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien
• Dilengkapi toilet umum
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan
penghawaan yang baik.
7. Loket Satelit Farmasi • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan
administrasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon,
safety box, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya

-775-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang


• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan
tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja,
sehingga dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi
dengan kursi hadap.

8. Dapur Kecil (Pantry) • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry .


• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

9. KM/WC (Toilet) Toilet Umum


• Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang
cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat
10. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi
dengan floor drain.

-776-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.2.2 Denah Ruang Farmasi Sentral

Denah Ruang Farmasi Sentral

-777-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Denah Ruang Farmasi Rawat Jalan/ Satelit

-778-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.2.3 Potongan Ruang Farmasi

Potongan Ruang Farmasi Sentral

-779-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Potongan Ruang Farmasi Rawat Jalan/ Satelit

-780-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Farmasi

Axonometri Ruang Farmasi

-781-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Axonometri Ruang Farmasi Rawat Jalan

-782-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-783-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip

-784-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / tempered Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.

-785-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer

-786-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan

-787-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)

3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.

-788-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain

9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR


Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-789-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.12.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

1. Ruangan Administrasi dan Kantor


a. Ruangan Kepala Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.

b. Ruangan Staf Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

-790-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

c. Ruangan Kerja dan Tata udara


Administrasi Tata Usaha − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.

d. Ruangan Pertemuan Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data.

2. Ruangan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan habis Pakai
a. Ruangan Penyimpanaan Kondisi Umum

-791-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

- Ruangan Penyimpanan Tata udara


Obat Jadi − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator dan lainnya.
- Ruangan Penyimpanan Tata udara
Obat Produksi − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator dan lainnya.
- Ruangan Penyimpanan Tata udara

-792-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Bahan Baku Obat − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator dan atau lainnya.
- Ruangan Penyimpanan Tata udara
Alat Kesehatan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
b. Ruangan Penyimpanan Kondisi Khusus
- Ruangan Penyimpanan Tata udara
Obat Khusus (obat yang − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
termolabil, narkotika dan
− Kelembaban udara 55 + 5%
obat psikotropika serta

-793-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


obat/bahan berbahaya) − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator/cold storage dan
peralatan lainnya.
- Ruangan Penyimpanan Tata udara
Nutrisi Parenteral − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator/cold storage dan
peralatan lainnya.

3. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi


a. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi Non Steril

-794-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

- Ruangan Tata udara


Pencampuran/Pelarutan/ − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Pengemasan Sediaan
− Kelembaban udara 55 + 5%
yang Tidak Stabil
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak sesuai kebutuhan pelayanan.
- Ruangan Produksi Non Tata udara
Steril/ Peracikan Obat − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak sesuai kebutuhan pelayanan.
b. Ruangan Antiseptic Dispensing

-795-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

- Ruangan dispensing sediaan farmasi pencampuran obat suntik


• Ruangan Bersih (Clean Tata udara
Room) − Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas Kebersihan: Kelas 10.000 (ISO-7), dengan hepa filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/ruangan antara P(min ∆2,5Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 4 kali
− Total Pertukaran udara per jam20 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas cahaya200-500 lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan (harus kompatibel) dan
disiapkan menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

• Ruangan Antara Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-796-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

− Kelas Kebersihan: Kelas 100.000 (ISO-8), dengan medium filter


− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/koridor P(min ∆2,5Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
Pencahayaan
− Intensitas cahayamin. lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Penyimpanan Tata udara
Obat Produksi
− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 100.000 (ISO-8), filtrasi dengan medium filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.

-797-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.

-798-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

- Ruangan Dispensing Sediaan Farmasi Nutrisi Parenteral


• Ruangan Bersih (Clean Tata udara
Room) − Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas Kebersihan: Kelas 10.000 (ISO-7), dengan hepa filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/ruangan antara P(min ∆2,5Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 20 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas cahaya200-500 lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan (harus kompatibel) dan
disiapkan menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Antara Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-799-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

− Kelas Kebersihan: Kelas 100.000 (ISO-8), dengan medium filter


− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/koridor P(min ∆2,5Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
Pencahayaan
− Intensitas cahayamin. lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Penyimpanan Tata udara
Obat Produksi
− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 100.000 (ISO-8), filtrasi dengan medium filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.

-800-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.

-801-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

- Ruangan Penanganan Sediaan Sitostatik


• Ruangan Bersih (Clean Tata udara
Room) − Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas Kebersihan: Kelas 10.000 (ISO-7), dengan hepa filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/ruangan antara N
− Pertukaran udara dari luar per jam 4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 20 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas cahaya200-500 lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan (harus kompatibel) dan
disiapkan menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Antara Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 20-24oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-802-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

− Kelas Kebersihan: Kelas 100.000 (ISO-8), dengan medium filter


− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan/koridor P
− Pertukaran udara dari luar per jam 3-4 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas cahayamin. lux.
− Lampu ruangan harus dust proof.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Penyimpanan Tata udara
Obat Produksi
− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 100.000 (ISO-8), filtrasi dengan medium filter
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.

-803-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.

-804-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

4. Ruang Penunjang Lain


a. Loket Satelit Farmasi Rawat Tata udara
Jalan − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
(Loket penerimaan resep, − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
loket pembayaran dan loket − Total Pertukaran udara per jam 6 kali
pengambilan obat)
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.

b. Ruangan Loker Petugas Tata udara


(Pria dan Wanita dipisah) − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min.100 lux

c. Ruangan Arsip Dokumen Tata udara


dan Perpustakaan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-805-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
d. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

e Dapur Kecil (Pantry) Tata udara dan ventilasi


- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.

-806-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

Instalasi air kotor


- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi grease trap terlebih dahulu.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
f Toilet (pasien, petugas, Tata udara
pengunjung) − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Ruangan Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Habis Pakai (Depo/ Satelit)
Unit Depo/Satelit

-807-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

a. Ruangan Produksi Obat Non Tata udara


Steril/ Racik Obat − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak sesuai kebutuhan pelayanan.
b. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Bahan Perbekalan Farmasi − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Dilengkapi kotak kontak sesuai kebutuhan pelayanan.
c. Ruangan Apoteker Tata udara

-808-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC


− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet data.

d. Ruangan Pelayanan Tata udara


Informasi Obat
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux
e. Ruangan Tata udara
Konsultasi/Konseling Obat
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan

-809-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


dengan kuat penerangan rata rata 200 lux
f. Ruangan Locker Petugas Tata udara
(Pria dan Wanita dipisah)
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux
g. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

-810-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan

h. Loket Satelit Farmasi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.

i. Ruangan Administrasi Tata udara


(Peneriamaan dan Distribusi − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Obat)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.

-811-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal Plambing & Elektrikal Keterangan


Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data
j. Ruangan Staf Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.
k. Dapur Kecil (Pantry) Tata udara dan ventilasi
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi grease trap terlebih dahulu.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.

-812-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.2 Contoh Instalasi Penerangan Ruang Farmasi

-813-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.3 Contoh Instalasi Penerangan Ruang Farmasi Rawat Jalan

-814-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.4 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak KabelRuang Farmasi

-815-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.5 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Farmasi Rawat Jalan

-816-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.6 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak KabelRuang Farmasi

-817-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.7 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel Ruang Farmasi Rawat Jalan

-818-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.8 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access PointRuang Farmasi

-819-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.9 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point Ruang Farmasi Rawat Jalan

-820-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.10 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound SystemRuang Farmasi

-821-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.11 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System Ruang Farmasi Rawat Jalan

-822-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.12 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas Ruang Farmasi

-823-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.13 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas Ruang Farmasi Rawat Jalan

-824-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.14 Contoh Instalasi Air Kotor Ruang Farmasi

-825-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.15 Contoh Instalasi Air Kotor Ruang Farmasi Rawat Jalan

-826-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.12.3.16 Contoh Instalasi Pneumatic Tube Ruang Farmasi

-827-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13 RUANG MEKANIK

3.13.1 PERSYARATAN UMUM

3.13.1.1 Fungsi
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap
komponen-komponen Sarana, Prasarana dan Peralatan Medik.

3.13.1.2 Lokasi
Terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang medik, sebaiknya
diletakan di daerah servis karena banyak menimbulkan kebisingan.

3.13.1.3 Desain
• Jumlah dan ukuran bengkel, gudang disesuaikan dengan kebutuhan.
• Ruangan ganti petugas laki-laki dan perempuan terpisah.

-828-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.1.4 Alur kegiatan

-829-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-830-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.1.5 Zonasi

-831-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.13.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


1. Ruangan Kepala & • Ruang tempat kepala ruang dan staff/ petugas bekerja dan
Staff melakukan kegiatan perencanaan dan manajemen.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Ruangan Administrasi • Ruang tempat pencatatan masuk dan keluar peralatan/ perabot
rusak dan ruang tempat staf bekerja.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3 m2 ~ 5 m2/ petugas
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/ arsip, intercom/telepon,
safety box, computer, printer dan peralatan kantor lainnya.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja,
sehingga dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi
dengan kursi hadap.

-832-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


3. Ruangan Diskusi/ • Ruang tempat melaksanakan diskusi/ pertemuan teknis.
Pertemuan Teknis
• Dilengkapi kursi, meja, screen dan lain-lain.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Ruangan Studio • Ruang tempat menggambar dan menyimpan arsip-arsip teknis.


Gambar dan Arsip
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
Teknis

5. Bengkel / Workshop
a. Bengkel / Workshop • Ruang tempat memperbaiki kerusakan sarana, prasarana dan
Bangunan / Kayu peralatan yang terbuat dari kayu.
• Luas bengkel menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Dilengkapi perlengkapan bengkel bangunan/ kayu

-833-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


b. Bengkel / Workshop • Ruang tempat memperbaiki kerusakan sarana, prasarana dan
Metal / Logam peralatan yang terbuat dari metal/ logam.
• Luas bengkel menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Dilengkapi perlengkapan bengkel metal/ logam

c. Bengkel / Workshop • Ruang tempat memperbaiki kerusakan peralatan medik, yaitu


Peralatan Medik peralatan optik, elektromedik dan mesin mekanik.
(Optik, Elektromedik,
• Luas bengkel menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
Mekanik)
• Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Dilengkapi perlengkapan bengkel peralatan elektromedik

d. Bengkel / Workshop • Ruang tempat memperbaiki kerusakan sarana, prasarana dan


Penunjang Medik peralatan penunjang medik.
• Luas bengkel menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Dilengkapi perlengkapan bengkel peralatan mekanikal

-834-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


6. Gudang Spare Part • Ruang penyimpanan suku cadang (sparepart)
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi lemari/rak

7. Gudang • Ruang penyimpanan sarana, prasarana dan peralatan yang sudah


tidak terpakai, telah diperbaiki (belum diserahkan kembali) atau
yang akan diperbaiki.
• Luas ruangan diseusaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi lemari/rak

8. Ruangan Ganti • Tempat ganti pakaian petugas.


Petugas (Loker)
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer
pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap
dengan sabun antiseptik (general prequotion).

-835-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat

-836-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.2.2 Denah Ruang Mekanik

-837-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.2.3 Potongan Ruang Mekanik

-838-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Mekanik

-839-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a. Dinding Bata Merah 1. Ukuran: 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b. Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c. Dinding Partisi Ruangan 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d. Dinding Partisi Cubicle Toilet 4. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
5. Phenolic panel 12mm atau Kaca tempered 10 mm
6. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 LANGIT-LANGIT/ PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-840-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Floor Hardener Heavy Duty
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987

-841-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
c Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)

-842-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal
ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan
3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.

-843-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
e. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
f. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
g. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
h. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle

-844-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
i. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
j. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
k. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-845-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.13.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

1. Ruangan Kepala IPSRS Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 - 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi
permanen.
2. Ruangan Administrasi dan Tata udara
Ruangan Kerja Staf − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya rata-rata 200 lux
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data.
3. Ruangan Rapat / Tata udara
Pertemuan Teknis − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-846-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya rata-rata 200 lux
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data.
4. Ruangan Studio Gambar Tata udara
dan Arsip Teknis − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya rata-rata 200 - 500 lux
5. Bengkel / Workshop Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
a. Bengkel / Workshop
Bangunan / Kayu − Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

b. Bengkel / Workshop Metal / − Total Pertukaran udara per jam 6 kali


Logam − Tekanan udara terhadap ruangan disebelahnya negatif
c. Bengkel / Workshop Pencahayaan
Peralatan Medik (Optik, − Intensitas cahaya rata-rata 200 lux
Elektromedik, Mekanik) Outlet Daya
d. Bengkel / Workshop − Disediakan kotak kontak sesuai kebutuhan pelayanan.
Penunjang Medik

-847-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

6. Gudang Spare Part Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
7. Gudang Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
8. KM/WC Petugas Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di
dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux

-848-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.2 Instalasi Penerangan

-849-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-850-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-851-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-852-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-853-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-854-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-855-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.13.3.9 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-856-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14 RUANG DAPUR & GIZI

3.14.1 PERSYARATAN UMUM

3.14.1.1 Fungsi
Tempat pengolahan/produksi (yang meliputi: penerimaan bahan mentah atau
makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan),
penyimpanan bahan makanan serta pendistribusian makanan siap saji di rumah
sakit.

3.14.1.2 Lokasi
• Letak ruang dapur dan gizi harus memiliki akses yang mudah ke ruang rawat
inap
• Tidak memiliki akses yang bersilangan dengan akses ke laundri, tempat
pembuangan sampah dan ruang jenazah.
• Letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan (suara) dari dapur
tidak mengganggu ruangan disekitarnya.
• Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah.

3.14.1.3 Desain
• Mempunyai area masuk bahan makanan mentah yang tidak bersilangan
dengan alur makanan jadi.
• Lantai harus dari bahan yang tidak berpori dan tidak licin.
• Harus mempunyai pasokan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan
baku mutu air minum.
• Pada area pengolahan makanan harus mempunyai langit-langit yang tinggi
dilengkapi ventilasi untuk pembuangan udara panas selama proses
pengolahan.
• Pada dapur bangunan bertingkat harus disediakan fan pembuangan (exhaust
fan) dengan kapasitas ekstraksi minimal 60 Liter/detik yang hanya boleh
dioperasikan pada waktu memasak.
• Harus dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran.

-857-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.1.4 Alur kegiatan

-858-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-859-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.1.5 Zonasi

-860-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.14.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


1. Ruangan Penerimaan • Ruang tempat melaksanakan kegiatan penerimaan dan penimbangan
dan Penimbangan bahan makanan
Makanan
• Luas ruangan tergantung dari jumlah pelayanan.
• Dilengkapi rak bahan-bahan makanan, timbangan kap. 20-300 kg,
kereta angkut, pembuka botol, penusuk beras, pisau, kontainer, troli, alat
penguji kualitas telur, lemari arsip

2. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat menyimpan bahan makanan basah yang harus
Bahan Makanan Basah dimasukkan kedalam lemari pendingin.
• Luas ruangan tergantung dari jumlah pelayanan.
• Dilengkapi freezer, lemari pendingin, container bahan makanan,
timbangan kapasitas 20-100 kg, kereta angkut, pengusir tikus elektrik
3. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat menyimpan bahan makanan kering.
Bahan Makanan Kering
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi lemari beras, rak/palet/lemari penyimpanan bahan makanan,
timbangan kapasitas 20-100 kg, kereta angkut, pengusir tikus elektrik

4. Ruangan / Area • Ruang tempat mempersiapkan bahan makanan, misalkan menyiangi,


Persiapan Makanan memotong-motong, area pencucian bahan makanan dapat dilaksanakan
pada ruang ini.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.

-861-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Dilengkapi meja kerja/persiapan, bangku kerja, meja daging, mesin
sayuran, bak cuci persegi, bak cuci dua bergandengan, pisau, mesin
pemarut kelapa berdinamo, saringan kelapa, mesin pemotong dan
penggiling daging kapasitas 20 kg, blender, bak cuci, cobek/ulekan,
mixer, timbangan meja, talenan
5. Ruangan Pengolahan / • Ruang tempat mengolah bahan makanan.
Pemasakan dan
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
Penghangatan Makanan
• Dilengkapi kompor gas elpiji, kompor minyak tanah bertekanan, kompor
minyak tanah sumbu, kompor listrik, kompor uap (Steam Cooker), panci
besar, penggorengan, rice cooker, rak-rak makanan, rice cooker
kapasitas 30 kg, oven, mixer, blender, pisau, dapur, sendok, sayur,
sodet, pembuka botol/kaleng, serikan, talenan, saringan teh, wajan datar
2 ukuran (diameter 16 cm dan 18 cm), timbangan kapasitas 2 kg, mesin
penggiling tangan, serbet, cempal, cetakan nasi, lemari es, meja
pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bangku, bak cuci,
kereta dorong, kereta warmer
6. Ruangan / Area • Ruang menyajikan/ mempersiapkan makanan matang pada plato (piring
Pembagian dan pasien) yang akan dikirimkan dengan troli gizi
Penyajian Makanan
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi meja pembagi, bangku, sendok, sendok garpu, penjepit
makanan, sarung tangan plastik sekali pakai, garpu, piring makan, gelas
minum, mangkuk sayur, piring kue cekung, cangkir tertutup, tutup dan
tatanan gelas, nampan, tempat telur (sebaiknya terbuat dari bahan yang
mudah dibersihkan/plastik, stainless steel, keramik), troli untuk makanan
3 susun, rak-rak piring kapasitas 3 susun, kertas label, alat tulis

-862-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


7. Dapur Susu • Ruang menyajikan/ mempersiapkan susu ke dalam botol susu.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi:
- Peralatan besar: Lemari pendingin, panci aluminium, tungku uap,
meja pemanas, rak-rak penyimpanan botol 3 susun, bak pencuci
- Peralatan kecil: thermos, blender, gelas ukur, sendok makan, sendok
teh, panci kecil bertangkai diameter 15 cm, piring dan gelas,
mangkok, waskom plastik, kocokan susu, serbet, cempal, sikat botol,
timbangan susu kapasitas 2 kg, sterilisator, mixer, blender

8. Ruangan / Area Cuci • Ruang cuci plato serta perlengkapan makan dan minum lainnya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Pencucian secara mekanik memerlukan: mesin cuci kapasitas 100
piring, rak pengering alat kebersihan
• Pencucian manual memerlukan: ember plastik kapasitas 30 liter,
baskom plastik kapasitas 30 liter, perlengkapan kebersihan (sapu, sikat,
lap, alat/kain untuk pel, vacuum cleaner
• Tambahan untuk ruang pencucian: alat pengukur desinfektan
pencucian, sabun cuci, karbol, pencuci dinding keramik, tempat sampah
tertutup (basah dan kering), serok air

9. Ruangan Penyimpanan • Ruang penyimpanan troli gizi sebelum dibersihkan


Troli Gizi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-863-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Dilengkapi sabun cuci colek, sikat, alat/kain untuk mengelap, serok air

10. Ruangan Penyimpanan • Ruang penyimpanan perlengkapan dapur bersih


Peralatan Dapur
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Lemari perkakas dapur khusus, rak perkakas dapur, meja, kursi

11. Ruangan Ganti APD dan • Tempat ganti pakaian petugas.


Loker
• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian
kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan
sabun antiseptik (general prequotion).
12. Ruangan Admnistrasi • Ruang petugas melaksanakan kegiatan teknis medik gizi klinik serta
administrasi, keuangan dan personalia.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
3-5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi
hadap.

-864-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


13. Ruangan Kepala • Ruang tempat kepala lnstalasi bekerja dan melakukan kegiatan
perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

14. Ruangan Pertemuan • Ruang untuk diskusi petugas.


Gizi/ Ruangan Diskusi
• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

15. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.


• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.

16. Ruangan Penyimpanan • Ruangan untuk untuk pengaturan pemakaian gas elpiji dan menyimpan
Gas Elpiji tabung gas elpiji
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Ruangan harus terhindar dari banjir
• Dilengkapi penjepit tabung, kedudukan tabung, troli tabung
• Dilengkapi keran pengatur gas, manometer tekanan gas elpiji, header
gas elpiji

-865-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


17. Gudang Alat • Gudang untuk memyimpan alat makan
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
• Dilengkapi lemari/ rak

18. Ruangan Petugas Jaga • Untuk pelaksanaan pengawasan produksi makanan


Dapur
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi meja, kursi dan peralatan administrasi dan lain-lain

19. KM/ WC (Toilet) • Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
20. Pantry • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry .
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

-866-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


21. Ruangan Dekontaminasi • Ruangan tempat melaksanakan dekontaminasi dan pengeringan troli.
Troli

22. Pas Box Sampah • Ruangan tempat mendistribusikan sampah


• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-867-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.2.2 Denah Ruang Dapur & Gizi

-868-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.2.3 Potongan Ruang Dapur & Gizi

-869-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Dapur & Gizi

-870-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel

-871-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau

-872-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA

-873-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.

-874-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.

8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)

-875-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.

-876-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain

9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR


Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
a. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
b. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
c. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-877-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.14.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

1. Ruangan Penerimaan dan Tata udara


Penimbangan Makanan
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan peralatan dapur,
dipasang pada ketinggian +1 meter diatas lantai.

2. Ruangan Penyimpanan Tata udara & ventilasi


bahan Makanan Basah
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan cold storage dan
freezer.

-878-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Bahan Makanan Kering − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux

4. Ruangan / Area Persiapan Tata udara


Makanan − Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan
air kotor (floor drain).
5. Ruangan Pengolahan / Tata udara
Pemasakan dan − Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali

-879-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Penghangatan Makanan
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan peralatan
pengolahan makanan, dipasang pada ketinggian +1 meter diatas lantai
(diatas meja kerja).
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan
air kotor (floor drain).
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
6. Ruangan / Area Tata udara
Pembagian dan Penyajian − Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
Makanan
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
Pencahayaan

-880-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan


buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
Instalasi air bersih
− Terdapat sink, oleh karena itu dilengkapi dengan instalasi air bersih dan
saluran pembuangan air kotor.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
7. Dapur Susu Tata udara
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Outlet daya
− Dapat disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan peralatan
dapur susu, dipasang pada ketinggian +1 meter diatas lantai (diatas meja
kerja).
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasi pre treatment terlebih dahulu.

-881-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan
air kotor (floor drain).
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

8. Ruangan / Area Cuci Tata udara


− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses
melalui instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan
air kotor
− Dilengkapi floor drain
9. Ruangan Ganti APD dan Tata udara
Loker − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan

-882-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Intensitas cahaya min. 100 lux


10. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
11. Ruangan Kepala Instalasi Tata udara
Gizi − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi

-883-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


permanen.
12. Ruangan Pertemuan Gizi Tata udara
Klinik − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet data dengan instalasi permanen.
13. Janitor / Ruang Petugas Tata udara
Kebersihan - Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL
terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
14. Gudang Alat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan

-884-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan


buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
15. Ruangan Nutrisionist Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
16. Toilet Petugas Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di
dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux

-885-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-886-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-887-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-888-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-889-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-890-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-891-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-892-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.14.3.9 Contoh Instalasi Ventilasi & AC

-893-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15 LAUNDRY

3.15.1 PERSYARATAN UMUM

3.15.1.1 Fungsi
Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya (toilet, ruangan ganti, parkir troli, ruangan petugas, ruangan
kepala, janitor, pantry, ruangan APD, ruangan diskusi dan gudang kimia).
Kegiatan pada laundy terdiri dari:
- penerimaan, pemilahan dan penimbangan
- pencucian linen infeksius dan linen non infeksius
- pengeringan
- penyetrikaan dan melipat linen
- perbaikan linen
- penyimpanan
- distribusi

3.15.1.2 Lokasi
Letak ruang laundri di area service rumah sakit dengan memperhatikan area basah
dan kering, alur kegiatannya dan pengelompokan area bersih dan kotor.

3.15.1.3 Desain
• Ruang laundri rumah sakit harus mempunyai dua pintu dengan letak berbeda,
masing-masing untuk akses kotor dan akses bersih.
• Dalam pengoperasiannya tata letak dan hubungan antar ruangan di Ruang
Laundri sedemikian rupa sehingga alur jalannya linen kotor sampai linen bersih
haruslah searah / tidak bolak balik dalam upaya mencegah terkontaminasinya
linen bersih dengan linen kotor.
• Ruang penerimaan linen kotor dapat bergabung dengan Ruang pemilahan dan
Ruang penimbangan
• Ruangan cuci linen infeksius sebaiknya terpisah dari ruangan cuci linen non
infeksius.
• Area kotor dapat terdiri dari:
- Gudang tempat penyimpanan chemical
- Janitor.
- Ruangan dekontaminasi trolley kotor
- Kamar mandi/toilet
- Ruangan penyimpanan sementara trolley bersih

-894-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.1.4 Alur kegiatan

-895-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-896-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas

-897-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Berdasarkan pelayanan

-898-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.15.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan


No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan
I. Ruang Kotor
1. Ruangan Penerimaan • Ruang tempat penerimaan linen kotor dari ruang-ruang di rumah sakit
dan Pemilahan Linen kemudian disortir.
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi meja, kursi, rak, kontainer
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.

2. Ruangan Penimbangan • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.


Linen

-899-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan


3. Ruangan Pencucian • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
Linen Non Infeksius

4. Ruangan Pencucian • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.


Linen Infeksius

5. Gudang Chemical • Tempat menyimpan bahan-bahan kimia seperti deterjen dll


• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
• Disediakan lemari/ rak
• Lantai ruangan tidak berpori.

-900-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan


6. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor
drain.
II. Ruang Bersih
1. Ruangan Administrasi • Ruang petugas melaksanakan kegiatan administrasi, keuangan dan
dan Pencatatan personalia.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
2. Ruangan Pengeringan • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
Linen
3. Ruangan Perapihan, • Ruang tempat penyetrikaan dan melipat linen.
Pelicinan dan Pelipatan
• Dilengkapi setrika, meja setrika, meja lipat, handpress
Linen
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.

-901-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan

4. Ruangan Perbaikan • Ruang tempat memperbaiki/ menjahit linen setelah dicuci dan keringkan.
Linen
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi mesin jahit, jarum, benang dan perlengkapan perbaikan linen
lainnya

-902-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan


5. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat penyimpanan linen bersih setelah dicuci, setrika dan dilipat.
Linen Bersih
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi rak/lemari

6. Ruangan Pendistribusian • Ruang petugas melaksanakan kegiatan distribusi.


Linen Bersih
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
7. Ruangan Dekontaminasi • Ruangan tempat melaksanakan dekontaminasi dan pengeringan troli.
Troli

-903-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan


8. R. Penyimpanan Troli • Ruangan tempat menyimpan troli bersih setelah dibersihkan dan
Bersih dikeringkan.

III. Ruang Penunjang Lain


1. Ruangan Petugas • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat petugas
Laundry
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Ruangan Ganti • Tempat ganti pakaian petugas.


• Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan sabun
antiseptik (general prequotion).

-904-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruangan


3. Ruangan Kepala • Ruang tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan
dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

4. Ruangan Diskusi • Ruang tempat melaksanakan kegiatan pertemuan dan diskusi


• Dilengkapi meja, kursi, peralatan meeting lainnya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

5. Pantry • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry .


• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.

6. Ruangan Ganti APD • Ruangan tempat petugas mengenakan APD

-905-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.2.2 Denah Laundry

-906-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.2.3 Potongan Laundry

-907-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Laundry

-908-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan

-909-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya
Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static

-910-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d Dinding Bumper & Rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
Guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari

-911-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema
warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen

-912-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:

-913-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.

-914-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT
SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
a. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
b. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
c. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry

-915-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-916-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)


3.15.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

I. Ruang Kotor
1. Ruangan Penerimaan Tata udara
dan Pemilahan Linen − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
2. Ruangan − Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
Penimbangan Linen − Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux.

3. Ruangan Pencucian Tata udara


Linen Non Infeksius
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan merupakan pilihan
Instalasi Listrik
− Harus disediakan stop kontak listrik yang kompatibel dengan mesin pencucian linen.
Instalasi air kotor

-917-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)
4. Ruangan Pencucian Tata udara
Linen Infeksius
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi Listrik
− Harus disediakan stop kontak listrik yang kompatibel dengan mesin pencucian linen.
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)

-918-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

5. Gudang Chemical Tata udara dan ventilasi


- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Pencahayaan
- Intensitas pencahayaan ruangan rata rata 100 lux.
Proteksi Kebakaran
- Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
6. Janitor Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

II. Ruang Bersih


7. Ruangan Pengeringan Tata udara
Linen
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
8. Ruangan Perapihan,

-919-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Pelicinan dan
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
Pelipatan Linen
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan menggunakan
instalasi permanen.
− Stop kontak khusus alat pengering disediakan tersendiri dan harus kompatibel dengan
rencana alat yang akan dipakai.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
9. Ruangan Perbaikan Tata udara
Linen − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux

-920-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

10. Ruangan Tata udara


Penyimpanan Linen
− Temperatur ruangan 22 – 260C
Bersih
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Total Pertukaran udara min. per jam 2 kali
11. Ruangan Tata udara
Dekontaminasi Troli
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)
12. R. Penyimpanan Troli Tata udara
Bersih − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-921-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
III. Ruang Penunjang Lain
7. Ruangan Petugas Tata udara
Laundry − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya +200 lux
8. Ruangan Ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

9. Ruangan Kepala Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-922-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.

10. Ruangan Diskusi Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya + 200 lux
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data.

11. Pantry Tata udara dan ventilasi


- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
grease trap terlebih dahulu.

-923-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan

Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
− Dapat disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
12. Ruangan Ganti APD Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

-924-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-925-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-926-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-927-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-928-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-929-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-930-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.15.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-931-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16 KAMAR JENAZAH & RUANG PEMERIKSAAN FORENSIK

3.16.1 PERSYARATAN UMUM

3.16.1.1 Fungsi
Secara umum kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik berfungsi sebagai
ruangan perletakan/ penyimpanan sementara, ruang pemulasaraan jenazah dan
ruang pemeriksaan forensik jenazah.
3.16.1.2 Lokasi
Letak kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik harus memiliki akses
langsung dengan ruang gawat darurat, ruang kebidanan, ruang rawat inap, ruang
operasi dan ruang perawatan intensif. Akses keluar dari kamar jenazah dan ruang
pemeriksaan forensik melalui akses servis rumah sakit.
3.16.1.3 Desain
• Kapasitas ruang jenazah sesuai dengan kebutuhan pelayan rumah sakit,
minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1% dari jumlah tempat tidur (pada
umumnya 1 lemari pendingin dapat menampung 4 jenazah).
• Ruang pemeriksaan forensik dan ruang pemulasaraan jenazah dapat dalam
satu atap.
• Ruang pemeriksaan forensik tidak harus selalu ada pada bagian pelayanan
rumah sakit.
• Lantai dan dinding kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik kedap air,
tidak licin, tidak berpori, dan mudah dibersihkan serta hindari sudut
(menggunakan hospital plin).
• Ruangan ganti petugas laki-laki dan perempuan terpisah dan dilengkapi
dengan:
- Perlengkapan bilas antiseptic untuk kaki /Antiseptik footbath
- Tempat cuci tangan dengan antiseptic
- Kamar ganti
- Kamar mandi dan wc.
• Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double
• Disediakan garasi mobil/ kereta jenazah
• Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung kamar jenazah
dan ruang pemeriksaan forensik ,sedapat mungkin mempunyai akses keluar
rumah sakit tersendiri , jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

-932-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.1.4 Alur kegiatan

-933-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Alur Kegiatan Kamar Jenazah

-934-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Alur Kegiatan Ruang Pemeriksaan Forensik

-935-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.1.5 Zonasi
Zonasi Kamar Jenazah

-936-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Zonasi Ruang Pemeriksaan Forensik

-937-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.16.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


A. Kamar Jenazah
1. Ruangan Administrasi • Ruang petugas melaksanakan kegiatan administrasi, keuangan dan
personalia.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3 m2 ~ 5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety
box, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi
hadap.
2. Ruangan Tunggu • Ruangan keluarga jenazah menunggu
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan
yang baik.

-938-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


3. Ruangan Duka (dilengkapi • Ruang tempat menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa
KM/WC) pulang. Dilengkapi dengan ruang hias, ruang tidur penunggu keluarga.
• Luas ruangan tergantung dari pelayanan yang diperlukan
• Dilengkapi kursi, perlengkapan ruang tidur, toilet beserta fasilitasnya.

4. Gudang Perlengkapan • Ruang penyimpanan perlengkapan yang diperlukan pada ruang duka.
Ruang Duka
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
• Dilengkapi lemari/rak, kursi, meja, penyangga jenazah, peti mati,
mimbar, alat-alat upacara keagamaan dan lain-lain

5. Memandikan/ • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan


Membersihkan Jenazah
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower).

6. R. Pengkafanan/ Merias • Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan


Jenazah
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing dan dilengkapi dengan
alat penutup pintu otomatis.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar.

-939-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


7. Ruangan Pendingin • Ruang Pendingin Jenazah
Jenazah
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Ruangan harus terhindar dari banjir
• Dilengkapi lemari pendingin jenazah, washtafel, brankar

8. Ruangan Ganti • Ruangan untuk ganti pakaian petugas.


• Dibedakan antara loker pria dan wanita.
• Ruangan harus dilengkapi antiseptic footbath dan wastafel.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian
kotor
9. Ruangan Kepala • Ruang tempat kepala Instalasi bekerja dan melakukan kegiatan
perencanaan dan manajemen.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

10. Ruangan Jemur Alat • Ruang pengeringan/ jemur alat-alat/ perabot yang telah digunakan.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi rak, wastafel

-940-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


11. Gudang • Ruang penyimpanan alat-alat serta perabot.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi lemari/rak

12. KM/WC (Toilet) • Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
• Toilet petugas dilengkapi dengan ruangan ganti.
• Dibedakan antara toilet laki-laki dan perempuan.
13. Ruangan Petugas & • Ruang tempat melaksanakan kegiatan pertemuan dan diskusi.
Diskusi
• Dilengkapi meja, kursi, peralatan meeting lainnya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-941-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


B. Ruang Pemeriksaan Forensik
1. Ruangan Administrasi • Ruang petugas melaksanakan kegiatan administrasi, keuangan dan
personalia.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3 m2 ~ 5 m2/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety
box, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi
hadap.

2. Ruangan Tunggu • Ruangan keluarga jenazah menunggu


• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan
yang baik.

-942-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


3. Kantor • Ruang kerja dan istirahat petugas
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

4. R. Rapat/ Diskusi Medis • Ruang untuk diskusi petugas medik.


• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Microc Room • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-943-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


6. R. Autopsi Arsitektur
• Ruangan tempat dokter forensik melakukan kegiatan otopsi jenazah
• Luas ruangan laboratorium otopsi menyesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan
peralatan.
• Dilengkapi wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan, lemari alat, lemari
barang bukti, meja periksa organ, timbangan organ, shower dan sink,
brankar, lemari/rak alat dekontaminasi dan lain-lain

7. Laboratorium Umum • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-944-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


8. Gudang Umum • Ruang penyimpanan alat-alat.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Dilengkapi lemari/rak

9. Gudang Specimen Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

10. R. Reagen • Ruang tempat penyimpanan regensia bersih dan bahan habis pakai.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.

11. Janitor • Ruangan dilengkapi dengan servis sink.


• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.

-945-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


12. R. Ganti • Ruangan untuk ganti pakaian petugas.
• Dibedakan antara loker pria dan wanita.
• Ruangan harus dilengkapi antiseptic footbath dan wastafel.
• Ruang Ganti pakaian petugas sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan otopsi.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian
kotor
13. KM/WC (Toilet) • Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Toilet petugas dilengkapi dengan ruangan ganti.
• Dibedakan antara toilet laki-laki dan perempuan.

-946-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.2.2 Denah Kamar Jenazah

Denah Kamar Jenazah

-947-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Denah Ruang Pemeriksaan Forensik

-948-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.2.3 Potongan Kamar Jenazah

Potongan Kamar Jenazah

-949-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Potongan Ruang Pemeriksaan Forensik

-950-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Kamar Jenazah

Axonometri Kamar Jenazah

-951-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

Axonometri Ruang Pemeriksaan Forensik

-952-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-953-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Floor Hardener Heavy Duty
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA

-954-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan
dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
c Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant

-955-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN
PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3

-956-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.

-957-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
a. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
b. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
c. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry

-958-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

3.16.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.16.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

A. Kamar Jenazah
1. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami

-959-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan


− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.

-960-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

3. Ruangan Duka Tata udara


(dilengkapi KM/WC)
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
4. Gudang Perlengkapan Tata udara
Ruang Duka − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
5. Memandikan/ Tata udara
Membersihkan Jenazah
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif

-961-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali


− Total Pertukaran udara min. per jam 12 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor (floor
drain)
6. R. Pengkafanan/ Merias Tata udara
Jenazah
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
7. Ruangan Pendingin Tata udara
Jenazah

-962-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC


− Kelembaban udara 55 + 5%
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya untuk kebutuhan peralatan lemari pendingin jenazah.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
8. Ruangan Ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
9. Ruangan Kepala Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC

-963-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
10. Ruangan Jemur Alat Tata udara
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara secara alami
− Tidak perlu dilakukan pengkondisian udara
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Lain-lain
− Dilengkapi rak, wastafel
11. Gudang Tata udara
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
12. KM/WC (Toilet) Tata udara

-964-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip


− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
13. Ruangan Petugas & Tata udara
Diskusi − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
B. Ruang Pemeriksaan Forensik
14. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

-965-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Total Pertukaran udara per jam 6 kali


Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
15. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau

-966-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan


heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
16. Kantor Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
17. R. Rapat/ Diskusi Medis Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux

-967-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan dan Outlet data.
18. Microc Room Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 12 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
19. R. Autopsi Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor

-968-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor (floor
drain)
20. Laboratorium Umum Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan

-969-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan


peralatan.
− Kotak kontak dipasang pada ketinggian +100 dari lantai.
− Disediakan satu grounding khusus (0,02 ohm) untuk peralatan-peralatan laboratorium
yang dapat dipasang secara paralel.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mist
Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.
21. Gudang Umum Tata udara
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.

22. Gudang Specimen Tata udara


− Temperatur ruangan 24o+ 2oC
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.

-970-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan


Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux (SNI)
23. R. Reagen Tata udara
− Temperatur ruangan 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
24. Janitor Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
25. R. Ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan

-971-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Catatan

− Intensitas cahaya min. 100 lux


26. KM/WC (Toilet) Tata udara Berlaku untuk persyaratan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Toilet Petugas, Toilet Umum
maupun Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux (SNI)

-972-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.2 Contoh Instalasi Penerangan Ruang Jenazah

-973-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.3 Contoh Instalasi Penerangan Ruang Pemeriksaan Forensik

-974-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.4 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Jenazah

-975-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.5 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Pemeriksaan Forensik

-976-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.6 Contoh Instalasi Bersih & Air Panas Ruang Jenazah

-977-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.7 Contoh Instalasi Bersih & Air Panas Ruang Pemeriksaan Forensik

-978-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor Ruang Jenazah

-979-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.16.3.9 Contoh Instalasi Air Kotor Ruang Pemeriksaan Forensik

-980-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17 RUANG HEMODIALISA

3.17.1 PERSYARATAN UMUM

3.17.1.1 Fungsi
Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas terapi pengganti fungsi ginjal/
cuci darah akibat terjadinya gangguan atau tidak berfungsinya ginjal.

3.17.1.2 Lokasi
Letak ruang hemodialisa harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit
dan memiliki akses langsung ke ruang rawat inap dan ruang perawatan intensif.

3.17.1.3 Desain
• Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal inlet air
steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis.
• Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang
menyilaukan.
• Ruang pelayanan hemodialisa terdiri dari ruangan cuci darah umum dan
ruangan cuci darah isolasi.
• Ruang hemodialisa dilengkapi dengan ruangan reverse osmosis, dirty utility/
Gudang kotor dan disarankan ada ruangan reuse jika dialiser digunakan
berulang.
• Ruangan tunggu dilengkapi dengan toilet umum dan toilet difable.

-981-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.1.4 Alur kegiatan

-982-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-983-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.1.5 Zonasi

-984-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR

3.17.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan


No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan
1. Ruangan Administrasi • Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2
/ petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
2. Ruangan Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien
• Dilengkapi toilet umum dan difable.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang
baik

-985-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


3. Ruangan Cuci Darah • Ruang tempat pasien mendapatkan tindakan cuci darah
• Luas minimal 7,2 m2 / tempat tidur
• Dilengkapi tempat tidur pasien dan mesin hemodialisa

4. Ruangan Isolasi Cuci Darah • Ruangan isolasi tempat pasien mendapatkan tindakan cuci darah
• Ukuran ruangan isolasi 4x4 m2, belum termasuk ruangan antara
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi
• Dilengkapi toilet pasien
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara

-986-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


5. Ruangan Pos Perawat • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan
(Nurse Station) pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal),
dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
• Pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat
mengawasi seluruh kegiatan di rawat jalan.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga dapat
terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi dengan kursi hadap.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5
m2/ petugas.
• Pos perawat dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon,
safety box dan wastafel.

6. Ruangan Konsultasi • Ruang untuk melakukan konsultasi oleh dokter spesialis penyakit dalam /
sub spesialis ginjal kepada pasien dan keluarganya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser atau
swing)
7. Ruang Reverse Osmosis • Ruang tempat meletakkan mesin RO dan filter UV sebelum air ditampung
(RO) dan Sterilisasi UV dalam tangki air harian. Ruang ini dapat digabung dengan ruang tanki air
harian

-987-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Satu mesin RO memiliki dimensi + 1,5 x 0,6 m2
• Dilengkapi mesin RO dan lampu UVGI

8. Ruangan Tanki Air Harian • Ruang tempat meletakkan tanki yang menampung air yang telah disterilisasi
(Ready To Use Tank) untuk dapat langsung digunakan oleh mesin hemodialisa atau mesin
pembersih filter.
• Luasan disesuaikan dengan kapasitas tanki air
• Dilengkapi tanki air dan pompanya

9. Ruangan Pencucian Filter • Ruang tempat membersihkan filter agar dapat dipergunakan kembali.
(Reuse Filter Cleaning) Kegiatan ini dapat dilaksanakan di Ruang Sterilisasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi bak cuci filter (sink), alat pembersih filter, alat dekontaminasi
filter

-988-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


10. Gudang Alat & Linen Bersih • Ruang penyimpanan alat-alat hemodialisa
• Peralatan yang disimpan diruangan ini harus dalam kondisi siap pakai dan
dalam kondisi yang sudah disterilisasi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi lemari/rak

11. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

12. Gudang Kotor/ Dirty Utility • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan
alat bedpan washer.
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor
drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
13. KM / WC (Toilet) Toilet Petugas - toilet petugas
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar

-989-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat
- toilet pasien dan difable
• Dilengkapi dengan ruangan ganti
Toilet Pasien
• Toilet pasien harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat
• Dilengkapi dengan pagangan rambat (handrail)
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah dijangkau.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.

-990-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.
Toilet Difable
• Disediakan minimal satu toilet difable untuk pasien dan pengunjung pada
lantai dasar/hall.
• Luas toilet difable minimal 2m x 2 m.
• Dilengkapi dengan rambu/ simbol difable pada bagian luarnya.
• Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi
roda.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45-50 cm)
• Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat
lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas
untuk membantu pergerakan kursi roda
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki
keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.

-991-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Catatan


• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda dengan lebar minimal 90 cm.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-992-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.2.2 Denah Ruang Hemodialisa

-993-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.2.3 Potongan Ruang Hemodialisa

-994-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Hemodialisa

-995-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan

-996-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static

-997-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d Dinding Bumper & Rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
Guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari

-998-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen

-999-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3

-1000-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.

-1001-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
d. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
e. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
f. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring

-1002-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder

-1003-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.17.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


1. Ruangan Administrasi Tata udara
dan Rekam Medik
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

-1004-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Cuci Darah Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet Oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300
lux.
Sistem Kelistrikan
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak.

-1005-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Nurse Call
− Harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos perawat (nurse station).
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
4. Ruangan Isolasi Cuci Tata udara Airlock jenis Sink :
Darah • Mencegah ruang bersih terkontaminasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC udara kotor koridor
• Mengizinkan asap atau zat bio ruang
− Kelembaban udara 55 + 5% bersih lepas ke air lock. Tidak ada
peralatan proteksi petugas yang
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif dibutuhkan
• Model air lock ini umumnya digunakan
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali pada ruangan perawatan isolasi
airborne
− Total Pertukaran udara per jam 12 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas Medis
− Minimal disediakan outlet Oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan Hubungan tekanan relatif:
Ruang bersih - -
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300
lux. Airlock -

Outlet daya Koridor +


− Setiap tempat tidur disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak.

-1006-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Nurse Call
− Harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos perawat (nurse station).

5. Ruangan Pos Perawat Tata udara


(Nurse Station)
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan penerangan khusus, dapat ditambahkan lampu down light spot
dengan penutup (cover).
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
Nurse Call
− Ruangan PosPerawat harus tersediasentral sistem nurse call untuk menerima
panggilan dari masing-masing tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).

-1007-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


6. Ruangan Konsultasi
− .
− Untuk kelompok ruangan klinik penyakit menular harus dipisahkan dengan klinik
penyakit tidak menular baik akse, alur maupun ruangannya.
− Untuk ruangan klinik yang menangani pasien penyakit menular melalui udara (air
borne), pertukaran udaha minimal 12 kali per jam
Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas Kebersihan udara tidak dipersyaratkan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan dapat posistif atau negati
tergantung jenis ruangan periksa yang dirancang
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik yang terdiri dari oksigen, udara tekan medik dan
vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan

-1008-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan minimal
1000 lux (Standar Eropa)
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water
mist Kelas A,B,C dan heat/smoke detector.
7. Ruang Reverse Tata udara
Osmosis (RO) dan
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Sterilisasi UV
Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk
ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux.
Lain-lain
− Ruang tempat meletakkan mesin RO dan filter UV sebelum air ditampung dalam
tangki air harian. Ruang ini dapat digabung dengan ruang tanki air harian
− Satu mesin RO memiliki dimensi + 1,5 x 0,6 m2
− Dilengkapi mesin RO dan lampu UVGI

-1009-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


8. Ruangan Tanki Air Tata udara
Harian (Ready To Use
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Tank)
Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk
ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux.
Lain-lain
− Ruang tempat meletakkan tangki yang menampung air yang telah disterilisasi untuk
dapat langsung digunakan oleh mesin hemodialisa atau mesin pembersih filter.
− Luasan disesuaikan dengan kapasitas tanki air
− Dilengkapi tanki air dan pompanya

9. Ruangan Pencucian Tata udara & ventilasi


Filter (Reuse Filter
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik.
Cleaning)
Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per jam.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
10. Gudang Alat & Linen Tata udara
Bersih − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%

-1010-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
11. Ruangan Kepala Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data dengan instalasi permanen.
12. Gudang Kotor/ Dirty Tata udara
Utility
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara harus dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi Listrik
− Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan stop kontak listrik yang
memadai
Pencahayaan

-1011-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
13. KM / WC (Toilet) Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Pasien
− Toilet pasien harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).

-1012-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-1013-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-1014-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-1015-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-1016-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-1017-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.7 Contoh Instalasi Code Blue & Nurse Call

-1018-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.8 Contoh Instalasi Air Bersih

-1019-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.9 Contoh Instalasi Air Kotor

-1020-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.10 Contoh Instalasi Gas Medis

-1021-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.17.3.11 Contoh Instalasi Pneumatic Tube

-1022-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18 RUANG ENDOSCOPY & COLONOSCOPY

3.18.1 PERSYARATAN UMUM

3.18.1.1 Fungsi
Fungsi ruang ini adalah untuk melakukan tindakan non bedah endoskopi dan
kolonoskopi.

3.18.1.2 Lokasi
Letak ruang endoskopi dan kolonoskopi harus mudah diakses dari pintu masuk
utama rumah sakit dan memiliki akses langsung ke ruang rawat inap, berada pada
zonasi pelayanan rawat jalan.

3.18.1.3 Desain
1. Fasilitas pelayanan endoskopi dan kolonoskopi dapat digabung dalam satu
ruang/ unit atau terpisah.
2 Pembagian/ pengelompokkan ruangan terdiri dari ruangan pelayanan, petugas
dan servis/ penunjang.
3 Letak ruangan tunggu disarankan berada pada sisi luar bangunan guna
mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.
4 Ruang persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan toilet difable dan ruangan
ganti.
5 Pada ruangan tunggu khususnya di area infeksius memiliki bukaan dengan
sirkulasi silang.
6 Ruangan administrasi dapat digunakan sebagai pos perawat.
7 Scrub up dapat digunakan untuk ruangan endoskopi dan kolonoskopi
8 Gudang kotor/ dirty utility Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak
cuci atau menggunakan alat bedpan washer.

-1023-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.1.4 Alur kegiatan

-1024-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-1025-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.1.5 Zonasi

-1026-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.2 PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR


3.18.2.1 Program, Luas dan Fungsi Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


1. Ruangan Administrasi & • Ruangan ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi.
Pos Perawat
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan
(Informasi, Registrasi, 3-5 m2/ petugas.
Pembayaran & Monitoring
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, komputer,
pasien)
printer dan peralatan kantor lainnya
• Memiliki counter yang berhubungan langsung dengan ruangan tunggu.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja, sehingga
dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi degan kursi hadap.

2. Ruangan Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu.


• Luas ruang tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
dengan perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Dilengkapi toilet umum
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi

-1027-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


3. Ruangan Persiapan & • Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan
Pemulihan pintu ke dalam.
• Luas ruangan sesuai kebutuhan kapasitas pelayanan, dengan
perhitungan luas per-tt minimal 8 m²
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Ruangan dilengkapi dengan ruangan ganti

4. Ruangan Endoscopy • Luas ruangan Setiap ruang endoskopi harus minimal 6 m x 5 m untuk
dapat mengakomodasi berbagai prosedur endoskopi diagnostik dan
terapeutikdengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan
peralatan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali
per jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
5. Ruangan Colonoscopy • Luas ruangan Setiap ruang endoskopi harus minimal 6 m x 5 m untuk
dapat dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan
peralatan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.

-1028-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


• Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali
per jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.

6. Ruangan cuci tangan (scrub • Setiap 1 ruangan ini minimal melayani 2 ruang (Endoscopy & Coloscopy)
up)
• Luas ruangan minimal 6 m2.
• Disediakan fasilitas scrubbing lengkap dengan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.

7. Ruangan Bersih • Ruangan ini merupakan ruangan dengan zona resiko sedang
• Luasan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.

-1029-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


8. Ruangan Dekontaminasi • Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
• Disediakan wastafel di ruangan.
• Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower), meja cuci,
mesin cuci dan perlengkapan dekontaminasi lainnya
• Ruangan harus dapat diakses langsung dari ruangan Endoscopy dan
Colonoscopy
9. Ruangan ganti • Tempat ganti pakaian
• Disediakan fasilitas mencuci tangan, lengkap dengan sabun antiseptik
(general prequotion)

10. Ruangan petugas • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat perawat


• Luasan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan

-1030-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


11. Gudang Bersih/ Steril • Ruangan utilitas bersih dan kotor harus ruangan terpisah yang tidak
(Clean Utility) saling berhubungan
• Lantai sebaiknya diitutup dengan bahan tanpa sambungan untuk
memudahkan pembersihan
• Ruangan utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-
obatan, semua barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga
digunakan untuk menyimpan linen bersih
• Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari
lantai untuk memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah
rak dan lemari tersebut
• Tempat/ kebinet/ lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan
yang diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril
12. KM / WC (Toilet) Toilet Petugas dan Umum - toilet petugas
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka - toilet umum
dari luar jika terjadi kondisi darurat
Toilet Difable
• Disediakan minimal satu toilet difable untuk pasien dan pengunjung pada
lantai dasar/hall.
• Luas toilet difable minimal 2m x 2 m.

-1031-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Luasan ruang


• Dilengkapi dengan rambu/ simbol difable pada bagian luarnya. - difable toilet
• Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna
kursi roda.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda sekitar (45-50 cm)
• Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang
cacat lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke
atas untuk membantu pergerakan kursi roda
• Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan
harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang
memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna
kursi roda.
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan
genangan.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna
kursi roda dengan lebar minimal 90 cm.
• Pintu harus bisa dibuka dari luar.
• Daun pintu toilet tidak boleh ada lubang/kisi-kisi.

-1032-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.2.2 Denah Ruang Endoscopy dan Colonoscopy

-1033-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.2.3 Potongan Ruang Endoscopy dan Colonoscopy

-1034-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.2.4 Ilustrasi 3 Dimensi Ruang Endoscopy dan Colonoscopy

-1035-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.2.5 Persyaratan komponen dan material bangunan


NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1 Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2 Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata,
tanpa cacat atau mengandung kotoran
3 Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk

-1036-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip

-1037-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 –
1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan

-1038-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA

a Pintu Aluminium 1. Alumunium


- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam
untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)

-1039-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal
ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.

-1040-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus
dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel
hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle

-1041-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar

-1042-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
3.18.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)

3.18.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


1. Ruangan Administrasi & Pos Tata udara
Perawat
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.

-1043-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


2. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Persiapan & Tata udara & ventilasi
Pemulihan
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam.
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.

-1044-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
4. Ruangan Endoscopy Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 20 – 23 oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Tekanan udara dalam ruangan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan 300-500 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.

-1045-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


5. Ruangan Colonoscopy Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 20 – 23 oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Tekanan udara dalam ruangan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan 300-500 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengaman arus.
6. Ruangan cuci tangan (scrub Tata udara
up) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali

-1046-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux

7. Ruangan Bersih Tata udara


− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
8. Ruangan Dekontaminasi Tata udara
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min.100 lux

-1047-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


Outlet Daya
− Dapat disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
9. Ruangan ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
10. Ruangan petugas Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
11. Gudang Bersih (Clean Utility) Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan

-1048-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Plambing & Elektrikal Keterangan


− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
12. KM / WC (Toilet) Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet pasien
− Toilet pasien harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).

-1049-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.2 Contoh Instalasi Penerangan

-1050-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.3 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel

-1051-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.4 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel

-1052-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.5 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point

-1053-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.6 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System

-1054-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.7 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas

-1055-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.8 Contoh Instalasi Air Kotor

-1056-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

3.18.3.9 Contoh Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik

-1057-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT

-1058-

Anda mungkin juga menyukai