-1-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
BAB I
PERSYARATAN UMUM BANGUNAN
RUMAH SAKIT
-2-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-3-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-4-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
1.9.1 Rumusan Penerapan Prinsip Green dalam Desain dan Konstruksi Rumah Sakit
sesuai Joint Comission International Accreditation (2008)
1. Rumah sakit di masa mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam
maupun dilingkungan sekitarnya.
-5-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-6-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Bangunan RS harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan
lingkungannya, mewujudkan penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara yang tertib, efektif
dan efisien.
Bangunan RS harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian dan peralatan.
-7-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-8-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2.1.9 Ruang-Ruang di RS
Ruang-Ruang dalam Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
1. Ruang Rawat Jalan
2. Ruang Rawat Inap
3. Ruang Gawat Darurat
4. Ruang Operasi
5. Ruang Perawatan Intensif
6. Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7. Ruang Rehabilitasi Medik
8. Ruang Radiologi
9. Ruang Laboratorium
10. Bank Darah Rumah Sakit
11. Ruang Sterilisasi
12. Ruang Farmasi
13. Ruang Rekam Medis
14. Ruang Tenaga Kesehatan
15. Ruang Pendidikan dan Latihan
16. Ruang Kantor dan Administrasi
17. Ruang Ibadah
18. Ruang Tunggu
19. Ruang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
20. Ruang Menyusui
21. Ruang Mekanik
22. Ruang Dapur dan Gizi
23. Ruang Laundry
24. Kamar Jenazah
25. Taman
26. Pengelolaan Sampah
27. Pelataran parkir yang mencukupi
-9-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2.2.1 Umum
Struktur Gedung Rumah Sakit harus dirancang mengikuti persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
1. Struktur Bangunan Gedung Rumah Sakit
a. Setiap bangunan Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan dan
dilaksanakan agar kuat, kokoh dan stabil dalam memikul beban/kombinasi
beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi
persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit,
lokasi, keawetan dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
b. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur dan serangga
perusak.
c. Dalam perencanaan struktur bangunan Rumah Sakit terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan rumah sakit, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh
gempa rencana sesuai dengan zona gempanya, Sesuai dengan SNI 1726:
2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan non Gedung.
d. Struktur bangunan Rumah Sakit Rumah Sakit harus direncanakan secara
daktail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan,
apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan
pengguna bangunan rumah sakit menyelamatkan diri.
-10-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-11-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-12-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
c. SNI 03-1734-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan beton dan
struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung.
d. SNI 03–2834 -1992 atau edisi terbaru; Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal.
e. SNI 03–3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan dan
pengecoran beton.
f. SNI 03–3449-1994 atau edisi terbaru; Tata cara rencana pembuatan
campuran beton ringan dengan agregat ringan.
-13-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Penyelidikan Tanah
Program Penyelidikan Tanah Berdasarkan Sni 8460: 2017: Persyaratan
Perancangan Geoteknik (Penyelidikan Tanah Dan Perancangan Fondasi)
a. Program Penyelidikan Tanah
1) Harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan masalah penyelidikan
tanah dan fondasi.
2) Jumlah, lokasi dan kedalaman harus direncakan dengan baik
3) Dibutuhkan kerjasama antar pemilik proyek, konsultan dan kontraktor
untuk fleksibilitas program penyelidikan tanah agar dapat memperoleh
informasi yang cukup apabila ditemui lapisan tanah yang sangat
bervariasi.
4) Dalam hal ini, dibutuhkan engineer yang selalu memantau hasil
penyelidikan tanah hari demi hari dan mengajukan program tambahan
atau deviasi dari pr
5) Program semula apabila ditemukan hal-hal yang perlu diselidiki lebih
seksama.
b. Program penyelidikan lapangan harus meliputi:
1) Rencana lokasi titik penyelidikan termasuk jenis penyelidikan;
2) Kedalaman penyelidikan tanah;
3) Jenis contoh yang akan diambil termasuk spesifikasi untuk jumlah dan
kedalaman;
4) Spesifikasi pengukuran air tanah;
5) Jenis peralatan yang akan digunakan;
6) Standar yang akan diterapkan.
c. Lokasi dan kedalaman titik penyelidikan harus dirancang berdasarkan:
1) Kondisi geologi dan stratifikasi tanah dari informasi awal yang terhimpun;
2) Dimensi struktur dan masalah teknis yang akan dihadapi;
3) Pengaruh penyebaran tegangan tanah dari jenis fondasi yang akan
dipakai;
4) Pengaruh dari lingkungan sekitar misalkan adanya lereng atau galian
atau gedung tetangga;
5) Potensi pengaruh pada lingkungan sekitar akibat dari struktur yang akan
dibangun.
-14-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-15-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Fondasi Dangkal
a) Kedalaman fondasi dangkal harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung
tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami
penurunan yang melampaui batas.
b) Perhitungan daya dukung dan penurunan fondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
c) Pelaksanaan fondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan
spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang
memiiki sertifikasi sesuai.
d) Fondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton
bertulang.
Fondasi Dalam
a) Dalam hal penggunaan tiang pancang beton bertulang harus mengacu
pedoman teknis dan standar yang berlaku.
b) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah, tepi laut
yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja
terhadap korosi memenuhi pedoman teknis dan standar yang berlaku.
c) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan fondasi
yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode
konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan
instansi yang berwenang.
d) Dalam hal perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus
menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait).
e) Fondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan
daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah, sehingga
penggunaan fondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang
berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
f) Perhitungan daya dukung dan penurunan fondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
g) Umumnya daya dukung rencana fondasi dalam harus diverifikasi dengan
percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah fondasi dalam direncanakan
dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang
lazim.
h) Percobaan pembebanan pada fondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
i) Jumlah percobaan pembebanan pada fondasi dalam adalah 1% dari jumlah
titik fondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random,
-16-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang
bersangkutan.
-17-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton be rtulang,
baja maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem) yang dapat
dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan
sistem untuk menahan gaya lateral.
1. Sistem Struktur Bangunan
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan
beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Struktur
lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga
pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, di antaranya:
a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai
makin berkurang dimensi kolom dan fondasinya serta makin dimungkinkan
menggunakan bentang yang lebih besar.
b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan.
d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.
e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika
pelaksanaan pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang.
f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan
pelat lantai (perancah - steiger).
Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan
balok induk (girder) atau anak balok (beam) atau rusuk (rib atau joist), yang
ketebalannya tergantung pada bentang, beban dan kondisi tumpuannya.
-18-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-19-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem pengaku untuk
dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat gaya horizontal
tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan (P-D Effect).
Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah Sistem Rangka Penahan
Momen (SRPM), Dinding Geser atau Rangka Pengaku.
Sistem Rangka Penahan Momen (SRPM) terdiri dari komponen (subsistem)
horizontal berupa balok dan komponen (subsistem) vertical berupa kolom yang
dihubungkan secara kaku (rigid joints). Kekuatan Rangka tergantung pada
dimensi balok dan kolom/ serta proporsional terhadap jarak lantai ke lantai dan
jarak kolom ke kolom.
Dinding geser (shear wall) didefinisikan sebagai komponen struktur vertical
yang relative sangat kaku. Dinding geser pada umumnya hanya boleh
mempunyai bukaan sedikit (sekitar 5%) agar tidak mengurangi kekakuannya.
Fungsi dinding geser berubah menjadi dinding penahan (bearing wall), jika
dinding geser menerima beban tegak lurus dinding geser.
Rangka pengaku (braced frame) terdiri dari balok dan kolom yang ditambahkan
pengaku diagonal. Adanya pengaku diagonal ini akan berpengaruh pada
fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai dimana pengaku tersebut
ditempatkan. Rangka pengaku banyak digunakan pada bangunan tinggi yang
menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang sering digunakan, di
antaranya adalah pengaku diagonal tunggal/ganda, pengaku “K”
(horizontal/vertical), atau rangka pengaku eksentris.
SRPM
-20-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-21-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-22-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
untuk gedung Rumah Sakit
Merata Terpusat
No. Hunian atau Penggunaan 2 2
kN/m kg/m kN kg
1 Rumah sakit :
Ruang operasi, laboratorium 2.87 293 4.45 454
Ruang pasien 1.92 196 4.45 454
Koridor diatas lantai pertama 3.83 391 4.45 454
2 Gedung perkantoran :
Ruang arsip dan komputer harus dirancang untuk beban
yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan hunian :
Lobi dan koridor lantai pertama 4.79 488 8.90 908
Kantor 2.40 245 8.90 908
Koridor di atas lantai pertama 3.83 391 8.90 908
3 Ruang pertemuan :
Kursi tetap (terikat di lantai) 4.79 488
Lobi 4.79 488
Kursi dapat dipindahkan 4.79 488
Panggung pertemuan 4.79 488
Lantai podium 7.18 732
-23-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Parameter SS dan S1
Pasal 6.1.1.Parameter percepatan terpetakan
Klasifikasi Situs
Pasal 5.1.- TABEL 3 – Klasifikasi Situs
SA (batuan keras)
Parameter spektrum periode pendek SMS TABEL 4 SB (batuan)
SMS = Fa x SS Koefisien situs Fa SC (tanah keras sangat padat)
SD (tanah sedang)
SE (tanah lunak)
SF (tanah khusus)
Parameter spektrum periode 1 detik SM1 TABEL 5
SM1 = Fv x S1 Koefisien situs Fv
a. Ketentuan Umum
Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahunadalah sebesar 2
persenatau gempa dengan perioda ulang 2500 tahunyang merupakan gempa
maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget (MCER - Maximum
Considered Earthquake Targeted Risk)dengan memperhitungkan:
1) Gempa Hazard (bahaya kerusakan-MCE)
2) MCER probabilistik
3) MCERdeterministik (adanya patahan/fault)
4) Koefisien Risiko (Cr) atau Collapse Fragility (Vulnerability): probabilitas
keruntuhan struktur dengan risiko gempa=1% umur bangunan 50 tahun.
5) Parameter Percepatan Gempa Batuan Dasar
- SS (Percepatan batuan dasar perioda pendek 0,2 detik)
- S1(Percepatan batuan dasar perioda 1,0 detik)
-24-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-25-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Tabel 1- Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
(lanjutan)
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi
untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
IV
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat
keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang
masuk ke dalam kategori risiko IV.
-26-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar Peta respons spektra percepatan 0,2 detik (Ss) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
Gambar Peta respons spektra percepatan 1 detik (S1) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
-27-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-28-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan 𝑇0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan 𝑇𝑆 , spektrum respons percepatan desain, 𝑆𝑎 , sama
dengan 𝑆𝐷𝑆 ;
c) Untuk perioda lebih besar dari 𝑇𝑆 , spektrum respons percepatan desain,
𝑆𝑎 , diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 = 𝑇
Keterangan:
𝑆𝐷𝑆 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda
pendek;
𝑆𝐷1 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik.
T = perioda getar fundamental struktur.
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0,2.
𝑆𝐷𝑆
SD1
𝑇𝑆 =
SDS
-29-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Sistem Struktur
a. Sistem dinding penumpu
b. Sistem rangka bangunan gedung
c. Sistem rangka penahan momen SRPM
d. Sistem ganda dengan SRPMK
e. Sistem ganda dengan SRPMM
f. Sistem interaksi SDSB dan SRPMB
g. Sistem kolom kantilever
h. Sistem struktur baja yang tidak didetail khusus untuk menahan gempa
Parameter sistem:
Koefisien modifikasi respon = R
Parameter kuat lebih sistem = o
Faktor perbesaran defleksi = Cd
Batasan tinggi struktur → berdasarkan Kategori Desain Seismik (KDS)
-30-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-31-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-32-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-33-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
, dimana:
𝑆𝐷𝑆 =parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang
perioda pendek.
-34-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-35-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Keterangan:
𝐶𝑣𝑥 = faktor distribusi vertikal
V = gaya layeral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
Wi dan Wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, (m)
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur:
- untuk struktur T ≤ 0,5 detik → k = 1
- untuk struktur T ≥ 2,5 detik → k = 2
- Untuk struktur 0,5 ≥ T ≥ 2,5 → k = interpolasi linear antara 1 dan 2
dimana Fi = bagian dari geser dasar seismik, V(kN) yang timbul di Tingkat,
i.
-36-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
dari hasil vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam pertama
(fundamental) harus dominan dalam trasnslasi.
Nilai akhir dari respons dinamik struktur akibat pengaruh gempa rencana dalam
suatu arah tidak boleh kurang dari 85 persen gayan geser dasar statik ekivalen,
untuk memenuhi persyaratan ini maka gaya geser tingkat nominal akibat
pengaruh gempa rencana harus dikalikan faktor skala.
Perhitungan respons dinamik stuktur terhadap gedung tidak beraturan terhadap
gempa nominal dapat dilakukan dengan metode analisis ragam respons
spektrum dengan memakai Spektrum Respons dengan nilai ordinatnya dikalikan
dengan Ie/R, dalam hal ini ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan
respons ragam harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi masa dalam
mengahasilkan respon total harus mencapai sekurang – kurangya 90%.
Penjumlahan respons ragam untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan
metode yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete
Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar alami harus dianggap
berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung
tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan
respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metode yang dikenal dengan
Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).
-37-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Ketentuan umum
Untuk perencanaan dan konstruksi komponen struktur beton bertulang dari
suatu struktur, untuk mana gaya rencana, akibat gerak gempa, telah ditentukan
berdasarkan dissipasi energi di dalam daerah nonlinier dari respon struktur
tersebut. Dalam hal ini beban rencana lateral dasar akibat gerakan gempa untuk
suatu daerah harus diambil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung (SNI- 03-1726-2012).
Tabel di bawah memberikan korelasi antara klasifikasi KDS (Kategori Desain
Seismik) dan terminologi terdahulu (SNI-03-1726-2002) yaitu risiko gempa
rendah, sedang dan tinggi.
-38-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-39-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
ln
b
h d
ln b 3
4; 0,3 dan 250 mm b c + 2 h
d h 4
- Bentang bersih dari komponen struktur tidak boleh kurang dari empat
kali tinggi efektifnya, kecuali untuk perangkai dinding geser;
- Rasio dari lebar terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3;
- Lebar tidak boleh: (a). Kurang dari 250 mm; (b). Lebih dari komponen
penumpu (diukur dari bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal
dari komponen lentur) ditambah jarak yang tidak melebihi tiga perempat
dari tinggi komponen lentur pada tiap sisi dari komponen penumpu.
Tulangan Longitudinal
• Pada setiap irisan penampang dari suatu komponen struktur lentur tidak
boleh kurang dari
f c'
Asmin = bd , (1)
4 fy
dan tidak lebih kecil dari:
1, 4
Asmin = bd (2)
fy
-40-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-41-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
• Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan kait
gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2
pada seluruh panjang komponen struktur tersebut.
Persyaratan kuat geser
a. Gaya geser rencana
Gaya geser rencana, Vu, harus ditentukan dari peninjauan gaya statik pada
bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan. Momen-momen dengan
tanda berlawanan sehubungan dengan kuat lentur maksimum, Mpr, harus
dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan dan komponen struktur tersebut
dibebani dengan beban gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnya.
(diilustrasikan pada Gambar 10. berikut).
M pr1 + M pr2 W
Vu =
L 2
Beban gravitasi
Vu Vu
Mpr1 Mpr2
M pr1 + M pr2 W
Vu =
L 2
Catatan:
- Arah gaya geser Vu tergantung pada besar relatif beban gravitasi dan
geser yang dihasilkan oleh momen ujung;
- Momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan tarik 1, 25 f y , dimana fy
-42-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih kecil dari
A g f c'
.
20
Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur dan aksial
Komponen struktur rangka yang mengalami beban lentur dan aksial harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
c. Menerima beban aksial terfaktor lebih besar daripada 0,1 A g f c' dan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Dimensi penampang terkecil, diukur pada satu garis lurus yang melalui
titik berat penampang, tidak boleh kurang dari 300 mm;
- Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi yang tegak lurus
padanya tidak boleh kurang dari 0,4;
- Rasio tinggi antar kolom terhadap dimensi penampang kolom yang terkecil
tidak boleh lebih besar dari 25. Untuk kolom yang mengalami momen
yang dapat berbalik tanda, rasionya tidak boleh lebih besar dari 16. Untuk
kolom kantilever rasionya tidak boleh lebih besar dari 10;
a. Kuat lentur minimum dari kolom harus memenuhi persamaan berikut:
6
M c
5
Mg (3)
dimana: ΣMc adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom,
sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada
hubungan balok-kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya
aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang
menghasilkan nilai kuat lentur yang terkecil. ΣMg adalah jumlah momen pada
pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-
balok yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut. Pada konstruksi
balok-T, dimana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom, tulangan
pelat yang berada dalam lebar efektif pelat harus diperhitungkan dalam
menentukan kuat lentur nominal balok bila tulangan tersebut terangkur dengan
baik pada penampang kritis lentur. Kuat lentur harus dijumlahkan sedemikian
hingga momen kolom berlawanan dengan momen balok. Persamaan ( 3 )
harus dipenuhi untuk kedua arah momen balok yang bekerja pada bidang
rangka yang ditinjau.
b. Tulangan longitudinal, yaitu:
- Rasio tulangan ρ tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari
0,06 dan pada daerah sambungan tidak boleh lebih dari 0,08;
- Sambungan lewatan hanya digunakan di luar daerah sendi plastis
potensial dan harus proporsikan sebagai sambungan tarik. Sambungan
mekanis dan las yang sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2013 Pasal
21.1.6 dan Pasal 23.1.7 boleh digunakan untuk menyambung tulangan
pada sebarang tempat asal pengaturan penyambungan batang tulangan
longitudinal pada satu penampang tidak lebih dari pengaturan berselang
dan jarak antara sambungan adalah 600 mm atau lebih sepanjang sumbu
longitudinal dari tulangan.
c. Tulangan transversal, yaitu:
-43-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Ag f'
s = 0, 45 − 1 c (5)
Ac f yh
dengan fyh adalah kuat leleh tulangan spiral, tapi tidak boleh diambil
lebih besar dari 400 MPa.
ii. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang
daripada yang ditentukan persamaan berikut:
s h f ' Ag
Ash = 0,3 c c − 1
f A (6)
yh ch
s h c f c'
Ash = 0,09
f (7)
yh
iii. Tulangan transversal harus berupa sengkang tunggal atau tumpuk.
Tulangan pengikat silang dengan diameter dan spasi yang sama dengan
diameter dan spasi sengkang tertutup boleh digunakan. Tiap ujung
tulangan pengikat silang harus terkait pada tulangan longitudinal terluar.
Pengikat silang yang berurutan harus ditempatkan secara berselang-
seling berdasarkan bentuk kait ujungnya.
iv. Bila tebal selimut beton di luar tulangan tranversal pengekang lebih dari
100 mm, tulangan transversal tambahan perlu dipasang dengan spasi
tidak melebihi 300 mm. Tebal selimut di luar tulangan transversal
tambahan tidak boleh melebihi 100 mm.
d.2. Tulangan transversal harus diletakkan dengan spasi tidak lebih daripada:
- Satu per empat dari dimensi terkecil komponen struktur;
- Enam kali diameter tulangan longitudinal;
- Sx sesuai dengan persamaan berikut ini:
350 − h x
Sx = 100 + (8)
3
Dengan hx adalah jarak terkecil antar tulangan longitundinal. Nilai Sx tidak
perlu lebih besar daripada 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
• Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi lebih daripada
350 mm dari sumbu ke sumbu dalam arah tegak lurus sumbu komponen
struktur.
-44-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-45-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
P
Mpr1
Vu
Vu
Mpr2
P
M pr1 + M pr2
Vu =
H
Gambar Gaya geser rencana pada kolom SRPMK
Catatan:
- Arah gaya geser rencana, Vu, tergantung pada besar relatif beban
gravitasi dan geser yang dihasilkan oleh momen-momen ujung;
• Momen-momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan 1, 25 f y . (Kedua momen
ujung harus diperhitungkan untuk kedua arah, yaitu searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam);
• Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar daripada
momen yang dihasilkan oleh Mpr balok yang merangka pada hubungan balok
kolom. Vu tidak boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan
hasil analisis struktur.
• Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang Lo yang
ditentukan pada B.2.d.4. di atas, harus direncanakan untuk memikul
geser dengan menganggap Vc = 0, bila:
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai dengan 2.4.2.5.e.1. di atas
mewakili 50% atau lebih kuat geser perlu maksimum pada bagian
sepanjang Lo tersebut;
- Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak
A g f c'
melampaui .
20
Hubungan Balok-Kolom
Hubungan balok-kolom dalam perencanaan gempa harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
• Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom
harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik
lentur adalah 1, 25 f y ;
-46-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
• Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskan
hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur sesuai
dengan 2.4.3.g. di bawah untuk tulangan tarik dan untuk tulangan tekan;
• Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-
kolom, dimensi kolom dalam arah paralel terhadap tulangan longitudinal balok
tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar
balok untuk beton berat normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi
tersebut tidak boleh kurang dari 26 kali diameter tulangan longitudinal terbesar
balok;
• Tulangan transversal
- Tulangan transversal berbentuk sengkang tertutup sesuai dengan
2.4.2.5.d. Harus dipasang di dalam daerah hubungan balok kolo, kecuali
bila hubungan balok kolom tersebut dikekang oleh komponen-komponen
struktur berikut;
- Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-
tidaknya sebesar tiga perempat lebar kolom, merangka pada keempat
sisinya, didalam daerah harus dipasang tulangan transversal setidak-
tidaknya sejumlah setengah dari yang ditentukan pada 2.4.2.5d.1. di atas
balok terendah yang merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah
tersebut, spasi tulangan transversal yang ditentukan 2.4.2.5.d.2.ii. di atas
dapat diperbesar menjadi 150mm.
- Pada hubungan balok kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada
lebar kilom, tulangan transversal yang ditentukan pada 2.4.2.5.B.2.d. di
atas harus dipasang pada hubungan tersebut untuk memberikan
kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada di luar daerah
inti kolom, terutama bila kekangan tersebut tidak disediakan oleh balok
yang merangka pada hubungan tersebut.
Vjh Balok
dengan:
-47-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
M kap, b1 + M kap, b2
Vc1 = ( 14 )
0,5 ( h k,a + h k,b )
Vn = 0, 083 f c' b j h c ( 15 )
dengan:
γ = klasifikasi dari hubungan balok-kolom
= 20 untuk hubungan balok-kolom interior;
= 15 untuk hubungan balok-kolom eksterior;
= 12 untuk hubungan balok-kolom sudut
(corner);
Sedangkan bj dan hc dapat diilustrasikan menurut Gambar 2.4 berikut ini.
bc
bc
h Kolom Kolom h
b j ( bb + bc ) 2 b j ( bb + bc ) 2
b j bb + h b j bb + h 2
bb bb
-48-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- 190 mm;
- 1,25 kali persamaan (16) di atas.
• Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik
Ld tanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil daripada:
- Dua setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan 2.4.3.g.1. di
atas bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut
kurang daripada 300 mm;
- Tiga setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan pada
2.4.3.g.1. di atas bila ketebalan pengecoran beton di bawah
tulangan tersebut melebihi 300 mm.
• Tulangan tanpa kait yang berhenti pada hubungan balok-kolom harus
diteruskan melewati inti terkekang dari kolom atau elemen batas. Setiap
bagian dari tulangan tanpa kait yang tertanam bukan di dalam daerah inti
terkekang kolom harus diperpanjang sebesar 1,6 kali;
• g.4 Bila digunakan tulangan yang dilapisi epoksi, panjang penyaluran
pada 2.4.3.g.1. hingga 2.4.3.g.3. di atas harus dikalikan dengan faktor-
faktor yang berlaku menurut ketentuan SNI 03-2847-2013
-49-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-50-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-51-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-52-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-53-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b. Gaya geser rencana maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua kali
nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan gempa.
3
(1, 2WD + 1, 6WL )
4
Mnl Mnr
Ln
M nl + M nr 3
Vu = + (1, 2WD + 1, 6WL ) L n
Ln 8
Pu
Mnt
Gaya lintang kolom
hn
Mnl
M nt + M nb
Pu Vu =
hn
-54-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
T
fa = Fa = 0.60Fy
A g
dimana: T=beban aksial kondisi service
Fy =tegangan luluh ijin minimum
Ag =luas penampang kotor
b. Keruntuhan (Fracture)
Fracture pada penampang bersih:
T
fa = Fa = 0.50Fu
Ae
P
fa = Fa
A g
-55-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
(kL /r )2
1 −
kL 2. 2 .E Fa = 2.C c 2
.Fy
C c =
5 3(kL /r ) (kL /r )3
1. Untuk
r Fy
+ −
3 8.C c 8.C c 3
kL 2. 2 .E 12. 2 .E
2. Untuk C c = Fa =
r Fy (kL /r )2 .23
dimana:
Fy = tegangan leleh
K = faktor panjang efektif
L = Panjang lateral unbraced dari struktur batang
r = radius girasi terhadap axis buckling
E = modulus elastisitas
2.2.3 Perencanaan Kekuatan Lentur
Kekuatan lentur momen nominal ialah nilai terkecil yang didapat berdasarkan batas
tegangan lelehnya.
Perencanaan kekuatan lentur batang didapat dari titik batas leleh
M
fa = M x + y
S x S y
F b = 0.60 Fy
dimana: M = beban momen serviceability
S = section modulus
Fy = tegangan leleh
Dimana:
Fa = tegangan ijin aksial
Fb = tegangan ijin lentur
12. 2 .E
F’e =
(kL /r )2 .23
-56-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
fa fbx fby
fa + + 1.0
B. Untuk 0.15
Fa Fa Fbx Fby
dimana:
Fa =tegangan ijin aksial
Fb = tegangan ijin lentur
fv =
A
V
F
v = 0.60x 0.60x Fy
w
-57-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Umum
Perencanaan penyediaan dan distribusi air bersih di rumah sakit meliputi:
a. Kebutuhan air untuk fungsi-fungsi ruang bangunan;
b. Kebutuhan air bersih untuk fungsi alat;
c. Kebutuhan air untuk sistem pemadam kebakaran;
d. Kebutuhan air untuk penyiraman tanaman dan kebersihan;
e. Kebutuhan air khusus (Reverse Osmosis) untuk pelayanan hemodialisa, mesin
sterilisasi, scrub up di ruang operasi, pelayanan laboratorium dll.
Untuk menampung air bersih disediakan tangki bawah tanah (ground tank).
Kapasitas minimal harus dapat menampung kebutuhan 2 (dua) hari operasional,
-58-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b. Perhitungan minimal kapasitas air bersih untuk rumah sakit yang akan
dikembangkan sebaiknya mengacu pada data historis penggunaan air bersih.
Contoh:
Angka bulan ini menunjukan : 66.000 m³
Angka bulan lalu : 64.500 m³
Jadi air yang dipakai : 1.500 m³ selama 1 bulan.
-59-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Jika pemakaian air bersih 3 bulan terakhir sebagai berikut bulan pertama
1.500 m³, bulan kedua 1.450 m³, dan bulan pertama 1.550 m³.
Maka rata-rata pemakaian per bulan: (1.500+1450+1550) m³/3 bulan = 1500
m³/bulan.
Jadi rata-rata pemakaian per hari: 1500 m³/bulan x 1 bulan/30 hari = 50
m³/hari.
Kapasitas ground tank yang harus disediakan harus mempertimbangkan
beban puncak pemakaian air, dengan mengalikan faktor beban puncak
dengan pemakaian rata-rata. Contoh perhitungan:
Faktor beban puncak = 2
Rata-rata pemakaian per hari: 1500 m³/bulan x 1 bulan/30 hari = 50 m³/hari
Jadi kapasitas ground tankyang harus disediakan = Faktor beban puncak x
Rata-rata pemakaian per hari = 2 x 50 m³/hari = 100 m³/hari
4. Distribusi
a. Keandalan Penyaluran
Keandalan penyaluran terdiri dari:
1) Pompa Distribusi
Untuk menjamin keandalan penyaluran, maka pompa distribusi harus
mendapatkan suplai listrik berasal dari genset/PLN dan harus tersedia
pompa cadangan.
2) Pipa/Jaringan Distribusi
Pipa/jaringan distribusi air bersih menggunakan Dual/Paralel System atau
Ring/Loop System, untuk keseimbangan aliran dan tekanan, disamping
untuk mengatasi apabila terjadi kebocoran atau gangguan pada salah satu
bagian jaringan.
3) Katup (Valve)
Katup (valve) pengaman harus terintegrasi dan memiliki kualitas yang
handal.
b. Kriteria Perancangan Pipa dan Jaringannya
Berikut ini standar-standar umum yang direkomendasikan dalam perancangan
pipa bertekanan dan jaringannya:
-60-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Outlet
Jenis-jenis outlet yang digunakan di rumah sakit antara lain:
a. Scrub-up, memerlukan tekanan tertentu dan dilengkapi water softener.
b. Wastafel
c. Sloop sink
d. Service sink
e. Sink
f. Shower
g. Keran
h. Stop valve
i. Kloset
j. Urinoir, dll
-61-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-62-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-63-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
7. Gambar-Gambar
-64-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-65-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-66-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-67-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-68-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-69-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-70-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-71-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-72-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-73-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-74-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-75-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-76-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Sumber: www.indiamart.com
-77-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Umum
Sumber-sumber buangan air kotor berasal dari:
a. Scrub-up
b. Wastafel
c. Sloop sink
d. Service sink
e. Sink
f. Shower
g. Keran
h. Stop valve
i. Kloset
j. Urinoir, dll
3. Distribusi
a. Keandalan Penyaluran
Keandalan penyaluran terdiri dari:
1) Pompa Sewage
Untuk menjamin keandalan penyaluran, maka dalam hal penyaluran di area
yang tidak memungkinkan terjadinya aliran secara gravitasi perlu
dipertimbangkan penggunaan pompa sewage yang dilengkapi dengan
pompa cadangan.
2) Pipa/Jaringan Distribusi
Pipa/jaringan distribusi penyaluran air kotor menggunakan Dual/Paralel
System, dilengkapi dengan bak kontrol mempertimbangkan sudut
kemiringan sesuai yang dipersyaratkan.
-78-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-79-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-80-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Proses penyaluran air kotordari toilet, laundry, perkantoran dan ruang-ruang laindi
rumah sakit dialirkan menuju keseptic tank terlebih dahulu,selanjutnya limpasannya
disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Dalam hal ini septic tank/bak
kontrol yang dimaksud berfungsi sebagai pre treatment untuk pengendapan lumpur.
Dengan demikian keluaran dari septic tank tersebut berupa limpasan limbah cair
yang langsung disalurkan ke Instalasi Air Kotor untuk diolah lanjut di sistem IPAL.
Proses penyaluran air kotor dari dapur dialirkan menuju ke bak kontrol untuk
pemisahan kotoran padat, selanjutnya dialirkan menuju ke bak pemisah lemak
(grease trap) selanjutnya limpasannya disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL).
Proses penyaluran air kotor dari laboratorium dialirkan ke alat pengolahan fisika
kimia untuk netralisasi, selanjutnya limpasannya disalurkan ke Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran air kotor:
a. Meniadakan sistem bidang rembesan untuk memperbaiki kualitas tanah dan air
tanah di lingkungan rumah sakit;
b. Menghindarkan terjadinya pertemuan antara jaringan pipa air bersih dan air
kotor;
c. Menghindari seringnya pengurasan tangki septik;
Pertimbangan tetap digunakannya tangki septik adalah sbb:
a. Padatan (tinja) tertampung dalam tangki sehingga excess sludge dalam IPAL
berkurang;
b. Mengurangi beban IPAL dan menghindarkan timbulnya bau dari padatan solid
yang tidak terdekomposisi sempurna;
-81-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-82-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
Pada umumnya dalam rancangan sistem drainase, aliran air hujan yang turun
dialirkan melalui saluran terbuka/parit yang berada di setiap bangunan melewati
pinggir selasar kemudian masuk ke drainase lingkungan. Dari saluran drainase
lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase kota.
Dengan penataan Ruang Terbuka Hijau, maka ketersediaan tanah berumput sebagai
ruang terbuka hijau di lingkungan rumah sakit akan menjadi lebih luas dan mampu
membantu menyerap air hujan dengan baik sehingga memperkecil genangan air
hujan.
Konsep pengelolaan air hujan dalam hal ini perlu dipertimbangkan menggunakan
konsep eco drainase dan konservasi air sehingga kedepannya rumah sakit sudah
siap menjadi green hospital yang sudah menerapkan prinsip hemat air melalui
implementasi konsep rain water harvesting dan zero run off.
1. Penanganan Air Hujan
Konsep eco drainase atau drainase ramah lingkungan merupakan upaya mengelola
air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara
alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya. Dalam drainase ramah lingkungan, air kelebihan pada musim hujan
harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun
diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah
untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim
tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrim seperti di
Indonesia.
Dalam konsep eco drainase ini akan diterapkan konsep perencanaan dengan
’sustainable drainage retention system’ dengan penampungan run-off drainage
dalam kawasan rumah sakit sebagai cadangan sistem pemadam kebakaran,
kebersihan dan penyiraman lanskap serta estetika lanskap (mikro-climate).
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh
bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan
-83-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
tidak dibiarkan mengalir ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang
memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah (groundwater recharge) melalui
pemanfaatan air hujan dengan cara membuat kolam pengumpul air hujan, sumur
resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang resapan biopori. Pemanfaatan
air hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, nilai kelulusan
batuan (konduktivitas hidrolik), luas tutupan bangunan, muka air tanah dan lapisan
akuifer.
Mengacu pada Permen LH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan
disebutkan bahwa setiap penanggungjawab bangunan wajib melakukan
pemanfaatan air hujan. Kewajiban pemanfaatan air hujan ini dikecualikan pada
karst, rawa dan/ atau gambut. Mengingat lokasi pusat pemerintahan ini bukan
termasuk kriteria ketiga tanah tersebut maka drainase ramah lingkungan menjadi
sebuah kewajiban untuk dilakukan.
Pemanfaatan air hujan yang dapat dipakai di lokasi pusat pemerintahan ini melalui
pembuatan:
a. Kolam/Danau Resapan
Konsep ini bertujuan untuk pengurangan debit limpasan di lokasi gedung
dengan menyediakan danau resapan di lokasi-lokasi yang memungkinkan.
Keberadaan danau dipergunakan untuk menampung limpasan air hujan yang
terjadi. Disamping itu, danau-danau tersebut juga bisa digunakansebagai kolam
ikan atau kolam pemancingan.
Contoh perhitungan luasan kolam/danau resapan
Luas Lahan 10,000 m2
KDB 40%
KDH 15%
Asumsi tertinggi Hujan rata-rata dapat mencapai maksimum 300 mm/m2/jam, 5 liter/menit
C. Jumlah air hujan dari atap per Jam 20,000 x 60 = 1,200 m3/jam
-84-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
c. Biopori
Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah
dengan pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2.
Dimensi biopori lubang dengan diameter 30 cm kedalaman 100 cm. Lubang-
lubang ini nantinya dipakai untuk menampung buangan sampah organik.
Lubang-lubang pori-pori tanah akan terbentuk setelah terjadi pembusukan
sampah dalam periode ulang tertentu sebagai akibat adanya binatang tanah
seperti cacing yang memerlukan sampah yang sudah membusuk.
-85-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar Biopori
d. Permeable Surface
Permeable surface adalah pembuatan lantai dengan material/ paving tetapi
tetap memungkinkan air hujan meresap ke dalam Pemilihan dan desain material
penutup yang menentukan kemampuan air hujan meresap ke dalam tanah.
Berikut ini contoh permeable surface.
-86-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-87-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Untuk menjadi air bersih, air baku ini perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahannya cukup ringan sehingga hanya memerlukan sand
filter dan carbon filter. Hasil olahan air bersih dari air baku ini sudah siap
untuk ditampung dalam reservoir induk untuk memenuhi kebutuhan air
primer sebagaimana kualitas air bersih yang didapatkan dari layanan
PDAM.
Berikut di bawah ini adalah gambaran dari proses penangkapan hingga
pemanfaatan air hujan dari atap (roof rain water) hingga menjadi air bersih
yang sudah diolah sebagaimana kualitas air dari PDAM.
Proses Panangkapan dan Pengolahan Air Hujan Menjadi Air Bersih Tingkat
Primer.
-88-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-89-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-90-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
Sistem proteksi kebakaran aktif, adalah salah satu faktor keandalan bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk
bangunan rumah sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam kondisi
lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari bahaya kebakaran.
1. Sistem alarm dan deteksi kebakaran.
a. Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di rumah sakit,
ditentukan seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel Lokasi penempatan sistem deteksi dan alarm kebakaran.
Jumlah Jumlah luas Sistem alarm dan
No
lantai minimum/lantai (m2) deteksi kebakaran
1 1 Tanpa batas Manual
2 2~4 T.A.B Otomatik
3 >4 T.A.B Otomatik
-91-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
DETEKTOR
Detektor Laju
Fungsi Ruang Detektor Detektor Detektor
kenaikan
Panas Asap lain
temperatur
PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS
Ruang Operasi:
• Kamar operasi Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang penunjang Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang Melahirkan Tidak Tidak Ya Tidak
• Delivery Suite Tidak Tidak Ya Tidak
• Labour Suite Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang Pemulihan Tidak Tidak Ya Tidak
• Ruang bayi Tidak Tidak Ya Tidak
• d
Ruang Trauma Tidak Tidak Ya Tidak
• Gudang anestesi Tidak Tidak Ya Tidak
PERAWATAN
Ruang Pasien Tidak Tidak Ya Tidak
Ruang Toilet Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan intensif Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi protektif Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi Infeksius Tidak Tidak Ya Tidak
Isolasi ruang antara Tidak Tidak Tidak Tidak
Kala/melahirkan/pemulihan/p
Tidak Tidak Ya Tidak
ostpartum (LDRP)
Koridor pasiene Ya Tidak Tidak Tidak
PENUNJANG
Radiologi : Tidak Tidak Ya Tidak
Cathlab Tidak Tidak Ya Tidak
X-Ray (diagnostik dan
Tidak Tidak Ya Tidak
tindakan)
Ruang gelap Ya Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Umum Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Bacteriologi Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, biochemistry Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, Cytology Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, pencucian gelas Tidak Tidak Tidak Tidak
Laboratorium, histology Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, pengobatan
Tidak Tidak Ya Tidak
nuklir.
Laboratorium, pathologi Tidak Tidak Ya Tidak
Laboratorium, serologi. Tidak Tidak Ya Tidak
-92-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-93-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Keterangan :
Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa: antara lain kayu, kertas dan kain. Perkembangan awal
dan pertumbuhan kebakaran biasanya lambat, dan karena benda padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah terbakar habis.
Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah menyala dan terbakar antara lain bensin, minyak dan
LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang dan bertumbuh dengan sangat cepat.
Kelas C: meliputi peralatan listrik yang hidup: antara lain motor listik, peralatan listrik, dan panel listrik.
Benda yang terbakar mungkin masuk dalam kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik diputus,
kebakaran bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting peralatan listrik dihidupkan atau dimatikan, tetap
peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.
Kelas K: meliputi minyak untuk memasak. Ini adalah kelas terbaru dari kelas-kelas kebakaran.
-94-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-95-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No Posisi Keterangan
1. di dalam lobi stop asap
-96-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
f. Hidran Halaman
1. Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam
jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota.
2. Bila hidran kota yang memenuhi syarat tidak tersedia, maka harus disediakan
hidran halaman yang disambungkan dengan jaringan pipa hidran kota.
3. Dalam situasi dimana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam
sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut berada dalam jarak radius 50
m dari hidran.
4. Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 500 GPM pada
tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.
-97-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-98-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-99-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-100-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-101-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Penerapan sistem proteksi pasif pada bangunan rumah sakit didasarkan pada
fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rumah sakit.
2. Sistem proteksi pasif harus memenuhi:
a. persyaratan kinerja;
Lingkungan fisik bangunan rumah sakit dirancang dan dikelola memenuhi
persyaratan keselamatan jiwa.
b. tingkat ketahanan api dan stabilitas;
-102-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-103-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
rendah hingga ke pelat atap dan memanjang kontinyu dari dinding luar ke
dinding luar;
4) Pintu-pintu di bangunan baru yang merupakan bagian dari eksit horisontal
harus mempunyai kaca pandang dan dipasang tanpa menggunakan tiang
poros;
5) Tangga dan ram yang melayani sarana jalan ke luar harus memiliki
pagangan tangga dan penumpu (guard) pada sekurang-kurangnya satu
sisinya;
6) Eksit pelepasan harus kontinyu dan berakhir pada jalan umum atau eksit
pelepasan di halaman luar gedung;
7) Pintu-pintu ke ruang boiler baru, ruang-ruang pemanas baru dan ruang-
ruang mekanikal baru di sarana jalan ke luar tidak dibiarkan terbuka lewat
alat pelepas otomatis;
8) Jalur eksit, akses eksit, dan eksit pelepasan harus bebas dari benda-benda
penghalang;
9) Pintu-pintu akses eksit dan pintu-pintu eksit harus bebas dari kaca,
gantungan, atau tenunan yang bisa mengaburkan/ menghalangi arah eksit;
10) Ruangan-ruangan tidur pasien berukuran lebih besar dari100 m2 harus
dilengkapi sedikitnya dengan 2 pintu akses eksit yang lokasinya berjauhan
satu sama lain;
11) Ruangan-ruangan berukuran > 230 m2 yang tidak diguna-kan sebagai
ruangan tidur pasien harus memiliki sedikitnya 2 pintu akses eksit yang
lokasinya berjauhan;
12) Ruangan-ruangan besar untuk tempat tidur pasien dibatasi sampai 460m2
dan ruang-ruang besar untuk keperluan lain dibatasi sampai 930m2;
13) Dalam bangsal tempat tidur pasien, jarak tempuh ke pintu akses eksit, dari
setiap titik alam ruangan tersebut adalah 30 meter atau kurang;
14) Ruangan tidur pasien membuka langsung ke koridor eksit;
15) Pada ruangan besar /bangsal yang tidak digunakan seba-gai ruang tidur
dan memiliki 1 ruang antara, jarak tempuh ke pintu akses eksit dari setiap
titik di bangsal tersebut adalah 30 m atau kurang, dan bila dalam bangsal
tersebut terdapat 2 ruang antara, maka jarak tempuh 15 m atau kurang;
16) Pintu-pintu menuju ke ruang-ruang tidur pasien tidak dikunci;
-104-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-105-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
12.
Pelapis lantai ½ 12.7 ½ 12.7 ½ ½ 12.7
7
II. Perencanaan
Sistem transportasi vertikal di dalam bangunan gedung rumah sakit terdiri dari lift
(elevator), tangga, ram dan pneumatic tube.
1. LIFT
Perencanaan lift rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Lift di rumah sakit terdiri atas:
1) lift pasien(hospital bed elevator)
-106-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-107-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Tangga
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan
darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau
situasi darurat lainnya.
d. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga.
e. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).
-108-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Ram
a. Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki kemiringan tertentu, sebagai alternatif
bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
b. Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ram (curb
ramps/landing).
-109-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
c. Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih
panjang.
d. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengaman.
e. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas dan
datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda
dan brankar/tempat tidur pasien, dengan ukuran minimum 160 cm.
f. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik pada waktu hujan.
4. Pneumatic tube
Untuk memudahkan dan mempercapat pelayanan transportasi barang seperti
specimen, obat-obatan yang harus dikirim dari suatu ruang ke ruang lain, maka perlu
-110-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Berikut di bawah ini adalah diagram vertikal rencana jalur utama untuk
instalasi Pneumatic tube:
-111-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar
Diagram Instalasi Sistem Transportasi Pneumatic Tube
-112-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-113-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-114-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-115-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-116-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-117-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-118-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-119-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
Penggunaan Tabung Gas Medik yang langsung berhubungan dengan pasien hanya
diperbolehkan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan kelas D dan kelas di
bawahnya. Namun fasilitas kesehatan yang memiliki ruang operasi, ruang intensif dan
ruang gawat darurat harus dilakukan melalui penyaluran Sistem Instalasi Gas Medik
dan Vakum Medik.
Gas medik dan vakum medik di rumah sakit meliputi:
- Oksigen (O2);
- Dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O);
- Karbon dioksida (CO2);
- Udara tekan medik (Medical Air/MA);
- Udara tekan alat (CA);
- Vakum medik (VAC), dan
- Buangan Sisa Gas Medik (BSGA/AGSS).
Perencanaan pada Sistem Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi:
1. Sentral (Sumber/Pasokan Sentral) Gas Medik dan Vakum Medik
a. Ada beberapa pasokan yaitu:
1) Tangki oksigen cair (tangki liquid oksigen)
2) Tangki oksigen cair yang bisa dipindah (tangki liquid oksigen
portable/VGL (Vessel gas liquid)/PGS (Portable Gas Supply))
-120-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3) Tabung/botol gas
4) Tabung yang berisi tekanan baik positif, maupun negatif (bejana tekan)
b. Desain dan konstruksi ruangan sentral gas medik & vakum medik adalah
sbb:
1) Lokasi sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik harus
memenuhi persyaratan berikut:
a) Dipasang dengan akses yang mudah untuk memindahkan botol,
peralatan dan sebagainya, keluar dan masuk lokasi.
b) Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci
atau diamankan dengan cara lain.
c) Sentral udara tekan medik (UTM) dan Sentral Vakum Medik (VAK)
tidak boleh berada dalam satu ruangan dengan sentral (manifol)
botol gas oksigen cair yang dapat dipindah.
d) Lokasi dalam bangunan untuk gas O2, N2O dan campuran dari gas-
gas ini harus aman/jauh dari kegiatan yang memungkinkan
terjadinya ledakan/kebakaran.
e) Aman dari sumber panas, oli dan sejenisnya.
2) Sentral untuk N2O dan CO2 harus dicegah agar tidak mencapai
temperatur yang lebih rendah dari –7oC atau lebih tinggi dari 54oC.
3) Jika di luar bangunan, ruangan harus dilindungi dengan dinding atau
pagar dari bahan yang tidak mudah terbakar.
4) Jika di dalam bangunan, harus dibangun dan menggunakan bahan
interior yang tidak mudah terbakar atau sulit terbakar sehingga semua
dinding, lantai, langit-langit dan pintu sekurang-kurangnya mempunyai
tingkat ketahanan api 1 jam.
5) Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk
mengamankan masing-masing botol, baik yang terhubung maupun yang
tidak terhubung, penuh atau kosong, agar tidak roboh.
6) Apabila disediakan rak dan penyangga, harus dibuat dari bahan tidak
mudah terbakar atau bahan sulit terbakar.
7) Luas ruangan Sentral Gas Medik direncanakan sesuai dengan jumlah
dan jenis Gas Medik yang digunakan dan memperhatikan ruang
bergerak bagi operator/petugas pada saat penggantian/pemindahan
tabung dan kegiatan pemeliharaan hingga perawatan yang
membutuhkan penggantian komponen. Misalnya:
a) ruangan sentral yang menggunakan 2 jenis Sumber Gas Medik,
ukuran 4 x 6 x 3 m.
b) ruangan sentral yang menggunakan 3 jenis Sumber Gas Medik,
ukuran 6 x 8x 3 m.
c) ruangan sentral yang menggunakan ≥ 4 jenis gas medik, ukuran 8 x
10 x 3 m.
Ukuran tersebut di atas dapat disesuaikan dengan lokasi fasilitas
pelayanan kesehatan. Penyediaan ruangan senantiasa mengutamakan
-121-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-122-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Contoh gambar layout ruang sentral gas medik dan vakum medik
2. Instalasi Pipa
-123-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
a. Sistem IGVM yang dirancang harus andal dalam melakukan penyaluran dari
keluaran yang akan dihasilkan.
b. Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang
lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel
berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu
indikator yang memonitor gangguan. kerusakan yang terjadi tetap menyala
sampai gangguan/kerusakan teratasi.
c. Pewarnaan Pemipaan Gas Medik dan Vakum Medik
Warna Pipa
Jenis Pipa Gas
Warna Tulisan
Oksigen (O2) Putih / Hijau Hijau / Hitam / Putih
Dinitrogen Oksida (N2O) Biru Tua Biru / Hitam / Putih
Udara Tekan Medik (MA) Hitam / Kuning Kuning / Hitam / Putih
Udara Hisap (vacuum) Kuning / Hitam Kuning / Hitam / Putih
Udara Tekan Alat (CA) Merah/Kuning/Biru muda/ Coklat Kuning / Hitam / Putih
CO2 Abu – Abu / Jingga Hitam / Putih
Nitrogen Hitam/Abu-abu/Biru Muda Hitam / Putih
BSGA / WAGD Ungu/Merah/Kuning/Abu-abu Hitam / Putih
-124-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Katup
Selama terjadi gangguan, petugas anestesi berwenang dapat memindahkan
sambungan gas medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas
cadangan pada mesin anestesi.
Kesinambungan fungsi dan layanan dapat dilihat dalam ketersediaan Zone Valve
Box. Berikut di bawah ini adalah gambar-gambar detail Instalasi Zona Valve Box.
-125-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-126-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-127-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Warna Outlet
Outlet Gas
Warna Tulisan
Oksigen (O2) Putih / Hijau Hijau / Hitam / Putih
Dinitrogen Oksida (N2O) Biru Tua Biru / Hitam / Putih
Udara Tekan Medik Hitam / Kuning Kuning / Hitam / Putih
Udara Hisap (vakum) Kuning / Hitam Kuning / Hitam / Putih
Udara Tekan Alat Merah/Kuning/Biru muda/Coklat Kuning / Hitam / Putih
CO2 Abu – Abu / Jingga Hitam / Putih
Nitrogen Hitam/Abu-abu/Biru Muda Hitam / Putih
BSGA / WAGD Ungu / Merah / Kuning / Abu- Hitam / Putih
abu
i. Setiap ruangan yang terdapat lebih dari 1 (satu) pemasangan outlet Gas
Medik harus dilakukan pengetesan silang, untuk memastikan tidak terdapat
kesalahan jenis gas pada outlet.
j. Setiap titik outlet/inlet harus dilakukan pengetesan flow dan tekanan gas.
Setiap R. Sentral IGVM diwajibkan untuk di pasang inlet atau outlet dari
masing-masing sumber IGVM yang tersedia. Persyaratan Pemasangan
Outlet Gas dan Inlet Vakuum Medik.
-128-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-129-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-130-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-131-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Gambar-gambar
-132-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-133-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-134-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-135-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-136-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-137-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar Titik Gas medik dan Vakum Medik pada Bedhead Unit
Gambar Sistem Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di Ruangan Operasi
-138-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Umum
Bangunan rumah sakit mempunyai kekhususan yang sangat berbeda dan tidak
ditemui di bangunan gedung umum lainnya.
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam
penyakit) didiagnosa, diterapi, dirawat, dan dilakukan tindakan medik. Tindakan
medik ini dimulai dari pemeriksaan biasa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
dengan sinar radioaktif, pemeriksaan dengan ultrasonic, tindakan pembedahan
ringan, tindakan pembedahan berat dan sebagainya.
Pasien datang dengan beragam penyakit dan masalah kesehatan seperti: sakit
biasa atau sakit khusus yang membutuhkan dokter dan tindakan khusus, seperti
-139-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
sakit jantung, penyakit dalam, pasien luka bakar, pasien luka terbuka atau tertutup,
pasien menular dan sebagainya.
Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah sakit dengan
bangunan gedung biasa terletak pada persyaratan kesehatan, keselamatan dan
pencegahan dari penyebaran penyakit dirumah sakit (Hospital – acquired
infections/HAIs ) atau disebut juga disebut nosocomial infections, peralatan dan
instalasi tata udaranya.
Jam kerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, berarti membutuhkan pengkondisian yang
terus menerus dilakukan oleh sistem tata udara.
Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai jenis
mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada
petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka
pengaturan temperatur, kelembaban udara, jumlah udara ventilasi serta kebersihan
dan tekanan positif dan negative di dalam ruangan secara keseluruhan perlu
mendapatkan perhatikan khusus.
Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut,
terutama di ruangan-ruangan khusus seperti: ruang operasi yang membutuhkan
tingkat sterilitas ruangan yang tinggi, ruang Isolasi dan lain-lain, diperlukan
pengaturan:
(1) Temperatur
(2) Kelembaban udara relatif
(3) Kelas kebersihan
(4) Jumlah udara ventilasi
(5) Tekanan ruangan yang positif dan Negatif;
(6) Distribusi udara didalam ruangan.
Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan
memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban
yang tepat untuk penyakit yang berbeda.
2. Persyaratan Teknis
Berikut dibawah ini Tabel Persyaratan Sistem Tata Udara pada Ruangan-Ruangan
di Rumah Sakit
-140-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-141-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-142-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-143-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-144-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-145-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-146-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-147-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-148-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pemilihan Hubungan
Jenis ruang bersih Fungsi airlock Gambar
airlock tekanan relatif
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih + +
terkontaminasi dari udara
luar yang kotor +
• Mencegah udara bersih
• Tekanan positif terkontaminasi dari ruang Airlock ++
• Tanpa asap dan zat sekelilingnya melalui
bio Cascading retakan Koridor +
• Tanpa dibutuhkan • Model air lock ini
penghalang / umumnya digunakan pada
penahanan ruangan isolasi protektif
(immune compromise),
ruang operasi dan
ruangan pencampuran
obat steril.
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih –
terkontaminasi dari udara
kotor koridor
• Tekanan negatif Airlock ++
• Mencegah ruang bersih
• Ada kontaminasi dari
Bubble melepas asap atau zat bio
asap dan zat bio Koridor +
ke koridor
• Dibutuhkan
• Model air lock ini
penghalang/penahan
umumnya digunakan pada
ruangan pencampuran
obat sitotoksik
• Mencegah ruang bersih
Ruang bersih –
terkontaminasi udara kotor
koridor
Airlock ––
• Mengizinkan asap atau
• Tekanan negatif zat bio ruang bersih lepas
• Ada kontaminasi dari ke air lock. Tidak ada Koridor +
asap dan zat bio Sink peralatan proteksi petugas
• Dibutuhkan yang dibutuhkan
penghalang/penahan • Model air lock ini
umumnya digunakan pada
ruangan perawatan isolasi
airborne
-149-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Sumber Listrik
Sumber-sumber listrik untuk rumah sakit berasal dari:
1) PLN (TR atau TM)
Untuk rumah sakit dengan langganan dibawah 200 KVA menggunakan
sambungan tegangan rendah/TR, sedangakn untuk di atas 200KVA
menggunakan sambungan tegangan menengah, dalam hal ini rumah sakit
harus menyiapkan panel TM dan trafo, rumah sakit harus menyediakan
gardu atau bangunan PLN.
2) Generator Set
Generator set harus disediakan dengan jumlah minimal dua buah. Kapasitas
genset berdasarkan perhitungan kurva beban. Disarankan genset dapat
mengambil alih seluruh beban dari PLN (100%). Contoh apabila kapasitas
terpasang PLN 500KVA maka genset yang disediakan 2 x 300 kVA.
3) UPS (Baterai), kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap peralatan
dengan kapasitas baterai untuk waktu penggunaan minimal 30 menit.
2. Kapasitas Listrik
Perencanaan sistem kelistrikan harus diawali dengan memperhatikan besaran
dan sifat-sifat beban yang dilayani, termasuk kemungkinan pertumbuhan beban
akibat perluasan bangunan serta jenis peralatan yang ada.
Secara empiris dapat digunakan perhitungan dengan asumsi kVA/tempat tidur.
Rumah sakit kelas D dan C antara 3 – 5 KVA/tempat tidur, untuk kelas A dan B
antara 5 – 8 KVA/tempat tidur. Perhitungan tersebut harus mempertimbangkan
lokasi dan temperatur ambient dimana rumah sakit berada.
-150-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-151-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Catatan :
Perhitungan kapasitas listrik pada diagram di atas belum termasuk kebutuhan daya
listrik untuk peralatan khusus seperti ventilator, suction portabel, dll.
Perhitungan kebutuhan listrik secara pasti berdasarkan penjumlahan panel-panel
ruangan, panel ruang dan panel gedung, yang meliputi beban-beban :
1) Penerangan/pencahayaan dalam ruangan (titik lampu) dan pencahayaan luar
(halaman, jalan, taman).
2) Stop kontak umum.
3) Stop kontak khusus alat kesehatan, bedhead, pendant dan sejenisnya.
4) Tata udara (chiller, unit outdoor/compressor, AHU, unit indoor).
5) Pompa-pompa (air bersih, air kotor, hidran, sprinkler, vakum medik, udara
tekan medik dll)
6) Transportasi vertikal dalam bangunan gedung (Lift, dumb waiter, pneumatic
tube, dll)
Perhitungan dan penggambaran tersebut dilaksanakan sesuai kaidah dan
ketentuan yang berlaku (PUIL).
Cara lain perhitungan kapasitas listrik adalah dengan koefisien watt/m², yaitu 60
watt/m2 (untuk bangunan gedung ber AC).
Contoh : rumah sakit kelas B dengan luas total bangunan 20.000 m2, maka
perkiraan kebutuhan daya listrikadalah sebagai berikut :
Perkiraan Kebutuhan Daya = Luas Total Bangunan (m2) x 60 Watt/m2
= 20.000 x 60 Watt/m2
= 1.200.000 watt
= 1.200.000 : 0.8 = 1.500.000 VA= 1.500 KVA
Beban Beban
No Nama Alat/Barang Terpasang Demand Maksimum
(Watt) Factor (Watt)
0.75 -
11.000 8.250 - 13.750
1 Lift 1.25
2 Peralatan laboratorium 100.000 0.8 80.000
3 Power Peralatan Laundry 300.000 0.8 240.000
4 Power Peralatan Bengkel 30.000 0.8 24.000
5 Generator Oksigen 40.000 1 40.000
6 Pompa Vacuum 7.400 1 7.400
7 Pompa Compress air 7.400 1 7.400
-152-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-153-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Kualitas Listrik
Untuk Menjaga kualitas listrik diperlukan peralatan seperti:
1) Stabilisasi tegangan, menggunakan UPS/stabilizer baik secara terpusat
maupun pemasangan tiap unit alat.
2) Untuk mengatasi tegangan transient, spike, dapat menggunakan antara lain
surge suprressor, arrester dan sejenisnya.
3) Untuk mengatasi harmonik menggunakan Active Harmonic Filter (AHF).
4) Mengimbangi beban induktif (mesin-mesin) harus disediakan Capasitor Bank.
Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi terkait dengan tingkat kualitas:
1) Mutu Kestabilan Tegangan antara 200 Volt ~ 230 Volt
2) Frekuensi 50 Hz ± 1 Hz
3) Harmonisa Arus < 5%
-154-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-155-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Keterangan :
Kelompok 0 adalah Lokasi medik dimana tidak ada bagian terapan yang akan digunakan.
Kelompok 1 adalah Lokasi medik dimana bagian terapan yang dimaksudkan untuk
digunakan secara eksternal atau masuk ke sembarang bagian tubuh, kecuali berlaku pada
kelompok 2.
Kelompok 2 adalah Lokasi medik dimana terdapat bagian terapan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam penerapan seperti prosedur intrakardiak, ruang operasi/ bedah dan
perawatan vital jika diskontinuitas (kegagalan) suplai dapat menyebabkan kematian.
6. Distribusi
Penyaluran daya listrik dari power house ke masing-masing Gedung dan ruang,
untuk sistem tegangan rendah menggunakan kabel tanah (NYFGbY) dan sistem
tegangan menengah (TM) menggunakan jenis kabel N2XSY/ NA2XSY, N2XSEBY/
NA2XSEBY atau N2XSEFGbY/ NA2XSEFGbY. Untuk penanaman kabel tanah
harus diberi tanda keberadaan dan arah kabel. Penggunaan kabel dari trafo ke
-156-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
panel induk distribusi (MDB) digunakan kabel jenis single core atau dapat juga
dengan busduct.
Distribusi daya listrik tersebut dilayani menggunakan sistem jaringan Tegangan
Menengah dengan Trafo milik Rumah Sakit. Kapasitas Trafo yang diperlukan
dihitung berdasarkan pada angka optimal pembebanan Trafo yakni sebesar 80%,
dengan demikian kapasitas Trafo yang diperlukan adalah: 2000 kVA/80% = 2500
kVA.
Dalam hal ini Rumah Sakit harus memiliki power house dengan kapasitas Trafo
sekitar 2500 kVA, dilengkapi dengan backup genset sebagai sumber daya
cadangan.
a. Keandalan Penyaluran
Untuk menjaga keandalan penyaluran listrik ke tiap ruangan maka
dilaksanakan penyaluran sebagai berikut :
1) sistemloop
model ini untuk bangunan rumah sakit dengan pengembangan horisontal/
terdapat beberapa blok bangunan
2) sistem penggandaan kabel
model ini untuk bangunan rumah sakit dengan gedung tunggal, khususnya
untuk ruang-ruang pelayanan kritis.
3) Pada ruang-ruang tertentu suplai listrik pada stop kontak yang berdekatan
harus mendapat suplai dari sekering (MCB/grup) yang berbeda. Yaitu
pada tiap bedhead ruangan perawatan pasien, ICU/ICCU/PICU/NICU,
ruangan operasi (pendant).
b. Jaringan Distribusi Listrik
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi perencanaan sistem kelistrikan
suatu rumah sakit adalah:
1) karakteristik beban,
2) kualitas pelayanan,
3) ukuran dan konfigurasi bangunan serta
4) pertimbangan biaya.
Jaringan Distribusi yang dikembangkan dapat dirancang mengikuti pola
jaringan yang sudah ada namun perlu mempertimbangkan aspek kontinuitas
pasokan terhadap sistem eksiting (bila kegiatan ini merupakan kegiatan
lanjutan).
Untuk jaringan TR mengikuti pola radial (untuk jarak-jarak > 100 meter) untuk
instalasi gedung baru sesuai yang persyaratan teknis.
7. Outlet/Terminal/Stop kontak
Outlet di ruang-ruang rumah sakit menggunakan jenis waterproof dan ditandai
dengan warna sesuai suplainya (dari PLN, Genset atau UPS). Outlet (Stop Kontak)
dapat terdiri dari satu phase atau tiga phase dan harus dilengkapi dengan
grounding.
-157-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-158-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Ruangan Baca Film jumlah stop kontak sesuai dengan jumlah film viewer
- Ruangan USG dilengkapi minimal 4 stop kontak
g. Ruang Laboratorium
Jumlah dan jenis stop kontak untuk peralatan laboratorium yang diletakkan di
atas meja kerja maupun yang berdiri sendiri agar disesuaikan dengan jumlah
dan jenis alat.
Ruangan bank darah dilengkapi minimal 3 stop kontak.
h. Ruang Sterilisasi
- Ruangan dekontaminasi disediakan 3 stop kontak ditambah 1 stop kkontak
khusus untuk alat pencuci
- Ruangan packing dilengkapi minimal 2 stop kontak di setiap sisi dinding
- Ruang penyimpanan steril disediakan minimal 2 stop kontak
- Tiap-tiap alat Alat Sterilisasi (Autoclave) disuplai langsung dari panel alat (3
phase)
i. Ruang Kebidanan
- Ruangan bersalin disediakan minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal
dari 2 sikring/MCB yang berbeda.
- Ruang persiapan tiap TT disediakan minimal 2 stop kontak.
- Ruangan tindakan terdiri dari 5 stop kontak yang disuplai minimal dari 3
sikring/MCB yang berbeda.
- Ruang pemulihan dilengkapi minimal 4 stop kontak yang disuplai minimal
dari 2 sikring/MCB yang berbeda.
- Koridor dilengkapi minimal 3 stop kontak dalam jarak 10 meter.
j. Laundry
- Tiap-tiap peralatan laundry (mesin cuci, mesin pengering dan mesin setrika
roll) masing-masing disuplai langsung dari panel khusus peralatan (1
phase, 3 phase)
- Ruangan pengering dan setrika dilengkapi 3 stop kontak.
- Ruangan linen bersih dilengkapi 2 stop kontak.
k. Dapur
- Tiap-tiap peralatan dapur (Alat untuk memasak air, rice cooker,
penggorengan) apabila menggunakan listrik disuplai langsung dari panel
khusus peralatan (1 phase, 3 phase) dengan jumlah sesuai dengan
peralatan.
- Ruangan persiapan dilengkapi minimal 4 stop kontak.
- Ruangan penyimpanan (refrigerator) dilengkapi minimal 1 stop kontak.
l. Ruang Diagnostik
-159-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Grounding/Pembumian
-160-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Contoh gambar skematik sistem UPS di ruangan ICU yang menggunakan trafo isolasi
2) Grounding Peralatan
Tujuan dari sistem grounding peralatan antara lain :
1. Menjaga tegangan nol volt pada semua body peralatan selama operasi
normal;
2. Berperan sebagai jalur untuk menyalurkan arus gangguan ke tanah
pada kondisi terjadinya gangguan;
3) Grounding Bangunan
Sistem grounding untuk bangunan rumah sakit harus dibagi menjadi
beberapa bagian, sebagai berikut:
a) badan peralatan panel listrik;
b) titik netral trafo dan genset;
c) peralatan elektronik/digital,
d) peralatan medik;
e) perlindungan bangunan dari sambaran petir.
Tujuan dari dilakukannya grounding dimaksudkan untuk menyalurkan
adanya arus gangguan melaui titik pembumian terendah ketika terjadi
sambaran petir, atau terjadinya kesalahan/ gangguan pada sistem listrik,
adanya induksi elektromagnetik, atau sengatan listrik.
-161-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Seluruh enclosure peralatan dan peralatan listrik yang berupa panel listrik,
motor–motor, trafo, genset, stop kontak daya, peralatan elektronik dan bagian
instalasinya yang didalam keadaan normal tidak bertegangan dengan
dihubungkan ke titik grounding menggunakan konsep bonding yang telah
disampaikan di atas;
Implementasi bonding dan grounding untuk masing masing peralatan di atas
dilakukan dengan cara menyambungkan body peralatan ke titik grounding dan
setiap titik grounding dihubungkan sehingga membentuk satu kesatuan
bonding yang saling terhubung;
-162-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Penyiapan penghantar untuk grounding akan mengacu pada Grounding Busbar yang
berfungsi sebagai perpanjangan dari sistem elektroda pembumian AC untuk infrastruktur listrik
dan Grounding Busbar tersebut berfungsi sebagai titik acuan pusat untuk pembumian
peralatan.
-163-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Gambar-Gambar
Gambar-gambar terkait sistem kelistrikan di rumah sakit dapat dilihat di bawah ini.
-164-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
I. Acuan Normatif
1. Peraturan
a. Undang-undang Rep. Indonesia No. 28 th. 2002 Tentang Bangunan Gedung.
-165-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
II. Perencanaan
1. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
Pada setiap bangunan gedung Vokasional UPI direncanakan tersedia sarana dan
prasarana sistem pengindera kebakaran agar jika terjadi bahaya kebakaran dapat
-166-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-167-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Monitor (VDU)
- Printer
- Emergency telephone
b. Peralatan (FACP) untuk gedung Vokasional UPI di Bandung, dilengkapi
battery dan recharger battery yang selalu siap mengisi battery setelah
digunakan. Battery sebagai sumber daya listrik cadangan apabila sumber
daya listrik PLN/genset padam dan mempunyai kemampuan operasi 24 jam
standby dan 30 menit general alarm pada akhir periode.
c. Fire Alarm Control Panel (FACP) mempunyai fasilitas yang mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Monitoring kejadian pada daerah proteksi dan peralatan yang disupervisi
- Deteksi dan pemberitahuan kebakaran
- Pemantauan dan pengaturan penyalaan pressurize fan
- Monitoring sistem perlawanan kebakaran
- Pengaturan pemutusan aliran listrik
- Monitoring lift kebakaran
- Monitoring adanya aliran air dalam pipa melalui flow switch.
d. Monitoring
Dapat memonitor kejadian pada area dan alat-alat yang disupervisi sesuai
dengan penggunaan alat sensor yang dipilih.
e. Interface Control dan Monitor Point
Untuk komunikasi antara monitor point dan pusat kontrol disediakan sarana
interface yang berupa transponder jenis digital transmision. Transponder
mempunyai fasilitas kontrol dan monitor point, dan transponder di letakkan
disetiap lantai.
f. Luasan Cakupan Pengideraan Kebakaran
1) Deteksi dan pemberitahuan kebakaran
Sinyal-sinyal sensor yang melebihi ambang tertentu dievaluasi sebagai
adanya indikasi bahaya atau kondisi yang tidak wajar, FACP dalam hal
ini akan menerima sinyal-sinyal indikasi bahaya kebakaran tersebut dan
sekaligus melakukan tindakan-tindakan penanggulanggan. Tindakan
penanggulangan ini dapat berupa:
- Pemberian alarm terhadap supervisi peralatan
- Pemberian alarm terhadap daerah proteksi
- Pemberian perintah evakuasi
- Pemberian perintah sesuai dengan program yang telah disiapkan
- Menghubungkan dengan Dinas Pemadam Kebakaran
-168-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2) Tinggi Ruang
-----------------------------------------------------------------------------
Tinggi Panas Detektor Panas
max (m) Photoelectric
------------------------------------------------------------------------------
0 - 7,5 cocok sangat cocok
7,5 - 10 tidak cocok sangat cocok
10 - 20 tidak cocok cocok
------------------------------------------------------------------------------
Panas Konstan 25 - 46
Panas ROR 25 - 46
Asap Potoelektrik 50 - 95
Gas
g. Pemilihan Detektor
Untuk pendektesi kebakaran digunakan smoke detector, fixed temperatur
detector, combination type fixed and ROR. Untuk signaling digunakan
manual alarm, audible alarm dan indicator lamp.
-169-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-170-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-171-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gas Detektor
Pemilihan gas detektor berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 8. Tentang
“Detektor kebakaran pengindraan gas”
1. Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian tidak melebihi 6 m.
2. Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 50 - 90 m2 pada ketinggian
plafond 3 m.
3. Sesuai dipakai pada ruangan yang mudah terbakar akibat gas.
4. Jarak antara detector gas maksimum 12 m.
5. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 4 m.
6. Detektor gas tidak boleh dipasang pada ruangan yang mempunyai
temperatur ruang lebih besar dari 38 C atau dibawah 0 C.
Alarm Bell
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.1
Alarm bell mempunyai sound level minimum 5dB di atas noise level pada
saat keadaan mulai gawat (emergency), tingkat kekerasan minimal 65 dB.
Berdasarkan SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.2:
-172-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
1. Alarm bell sebagai tanda bahaya ditempatkan ditiap koridor dan tiap
hydrant di box daerah umum tersebar secara merata disetiap lantai,
sehingga dapat menimbulkan kuat suara tidak kurang dari 65 dB disetiap
lantai bersangkutan.
2. Audible alarm diguakan sesuai sebagai alat indikasi kejadian kebakaran
melalui bunyi.
3. Audible alarm diletakkan pada setiap lantai lobby.
4. Audible alarm yang digunakan adalah jenis Electromagnetic Bell.
5. Audible alarm mempunyai tingkat kuat suara 100 DB pada jarak 1 meter.
6. Audible alarm bekerja pada tegangan nominal 24 Volt dan tetap bekerja
normal pada tegangan kerja + 25% dari tegangan nominal.
-173-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
0 3 100
3 3,6 91
3,6 4,2 84
4,2 4,8 77
4,8 5,4 71
5,4 6 64
6 6,7 58
6,7 7,3 52
7,3 7,9 46
7,9 8,5 40
8,5 9,1 34
-174-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan effektif
kepada operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan
petugas utility gedung untuk mengambil tindakan penyelamatan orang
dan material serta tindakan pemadam api.
3. Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum harus bisa selektif
sesuai dengan tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan
dan kemacetan arus orang. Tetapi bila diperlukan bisa juga all-call
serempak keseluruhan bagian bila keadaan sudah sangat gawat.
4. Sistem tanda bahaya atau pemberitahuan emergency harus mendapat
prioritas pertama (dominant) mengatasi (override) sistem panggilan atau
acara-acara lainnya.
5. Dalam keadaan supply listrik dari PLN terputus, sistem ini harus di
backup oleh supply cadangan selama 24 jam agar sistem masih tetap
bisa mendeteksi api. Back-up dilakukan oleh battery.
6. Sedangkan dalam keadaan sistem diaktifkan oleh adanya sumber api
dimana sistem kontrol, monitoring dan alarm bell harus dibunyikan maka
untuk menghindari bahaya orang terkena arus hubung singkat ada
kemungkinan aliran listrik dari PLN maupun dari genset diputuskan,
maka sistem ini harus tetap sanggup bekerja dengan supply dari batere
400 AH selama 4 jam (general alarm).
7. Sistem alarm harus lebih awal bekerjanya dari pada sprinkler.
8. Sistem harus effective, tidak berlebihan, murah tapi bisa dipromosikan
sebagai sistem yang cukup memberikan rasa aman.
9. Sistem alarm ini di interlock secara otomatis dengan panel AC dan
sistem M/E lainnya bila terjadi general alarm maka interkoneksi dengan
sistem M&E yang lainnya berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing
peralatan, baik secara otomatis panel AC dimatikan, menghidupkan
panel pompa hydrant memerintahkan lift untuk turun ke lantai dasar,
menghidupkan panel pressurize fan, panel PUTR mati, tata suara
dihidupkan untuk evakuasi atau paging dan line telephone untuk
terhubung ke dinas pemadam kebakaran.
10. Sistem alarm ini akan memutuskan aliran listrik utama pada panel PUTR
setelah terjadi general alarm kecuali panel pompa hydrant dan panel
tangga kebakaran.
11. Untuk keamanan galian instalasi maka pentanahan (grounding) Sistem
terpisah dari pentanahan listrik dan penangkal petir. Pentanahan yang
digunakan adalah sistem pembumian, pengaman (sistem PP).
12. Pressurized Fan akan diperintahkan hidup oleh panel alarm / manual
oleh petugas DPK, apabila perintah otomatis tidak berfungsi,
penambahan tombol manual pressurized Fan diletakan diruang kontrol /
pusat kendali kebakaran.
13. Sumber listrik untuk MCPFA berasal dari panel SDP Emergency.
-175-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pengaman Surja
Pengaman Surja (Surge Protection Device) yang akan digunakan,dipakai
Untuk Sistem Peralatan Pada Frekwensi: 50 ... 60 Hz
1. Instalasi: Paralel dengan instalasi pasokan daya listrik ke system.
2. Tegangan listrik maksimum ke sistem: 220 V
3. Pass band: 100 MHz
4. Withstand 50 Hz (15 min) 25 A
5. Number of protected pairs: 1
6. Capacity at 1 kHz:< 100 pF (no attenuation of signal)
7. Insulation withstand:>100 m
8. End of life indication through irreversible short circuiting of the device
(tone eliminated)
9. Hubungan Terminasi: memakai 3 terminals untuk kabel of 0.5 sampai
dengan 2.5 mm2.
10. Tingkat Proteksi: IP20 on terminals
11. Temperature:
a. Operasional : - 25 sampai dengan + 60 C
b. Dapat Dipakai Sampai: - 40 sampai dengan + 70 C
-176-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
SistemDeteksi
1. Sumber pendeteksian berasal dari detector otomatis, titik panggil
manual, tamper switch dan flow switch.
2. Sinyal yang terdeteksi dialamatkan ke "Main Control Panel Fire Alarm".
3. Fungsi dari fire intercom sebagai alat komunikasi antara fire man
(Petugas Pemadam Kebakaran) dengan operator MCPFA pada saat
kebakaran terjadi sehingga informasi / kondisi dilapangan dapat diterima
/ diketahui dengan baik dan koordinasi untuk menangani kebakaran
tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk tujuan tersebut
maka diperlukan kabel instalasi dari jenis FRC sehingga walaupun kabel
tersebut terbakar, komunikasi tetap dapat dilakukan dengan baik.
-177-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Kondisi Alarm
1. Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas / aparat keamanan
dilokasi mengantisipasi kebakaran.
2. Apabila bisa di atasi maka untuk menghindari panic pada panel MCPFA
aparat keamanan menekan tombol "SILENT".
3. Sebelum kebakaran dapat di atasi dengan sempurna petugas sudah
mengevakusi keamanan melalui tata suara. Secara bertahap sesuai
dengan bunyi bell pada sistem FIRE ALARM.
Alarm Besar
1. Apabila kondisi tidak bisa di atasi maka akan diaktifkan General alarm
dimana alarm bell diseluruh lantai berbunyi.
2. Lift penumpang dan lift service otomatis turun ke lantai dasar / ruang
penunggu (homing).
3. Setelah itu lift service dapat dipergunakan menjadi lift kebakaran (apabila
sudah dilengkapi dengan Sistem Fire Protection).
4. Pressurized fan bekerja, panel listrik dimatikan, Access control dan gate
barrier dalam keadaan normaly open.
5. Kalaupun, kondisi di atas tetap tidak bisa di atasi maka dapat dilakukan
petunjuk evakuasi paging dari sentral tata suara untuk seluruh gedung.
6. Dial otomatis telepon menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.
Tahap-Tahap Evakuasi
1. Flowchart tahap evakuasi darurat kebakaran
-178-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada zone area tertentu, maka
pada MCPFA akan terindikasi zone area tersebut.
3. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai di atas& dibawahnya
akan berbunyi serta lampu flasher pada tiap unit menyala dan Panel
VAC akan dimatikan pada lantai bersangkutan.
4. Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas untuk memeriksa
terjadinya kebakaran apabila bisa di atasi maka untuk menghindari panik
pada panel MCPFA dapat dimatikan bunyi alarm bell.
5. Apabila kondisi tidak bisa di atasi maka dapat dilakukan petunjuk
evakuasi paging dari sentral tata suara.
6. Kalaupun kondisi di atas tetap tidak bisa di atasi maka akan diaktifkan
general alarm, dimana seluruh alarm bell akan berbunyi dan lift akan
diturunkan kelantai dasar.
-179-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-180-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Contoh Gambar Diagram Sistem Deteksi Dini & Alarm Kebakaran per Gedung
-181-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-182-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar contoh diagram dari sentral sistem tata suara / sound sistem
-183-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
1) Untuk emergency & evakuasi melalui speaker yang ada disetiap lantai
termasuk di tangga kebakaran dan parkir.
2) Disetiap ruangan disediakan ceiling speaker untuk emergency dan
evakuasi.
3) Panggilan mobil (Car call) hanya di area parkir.
4) Remote mic paging diletakkan di Receptionis.
5) Remote mic car call diletakkan di lobby di meja car call / Receptionis.
6) Mic emergency & evakuasi diletakkan di Ruang Security.
7) Beberapa buah Ceiling Speaker untuk evakuasi di area koridor
menggunakan jenis Heat Resistance dengan kabel FRC (Fire Resistance
Cable).
8) Kabel untuk evakuasi menggunakan kabel FRC.
-184-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Dengan:
I = intensitas bunyi (watt/m2)
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2)
r = jarak tempat dari sumber bunyi (m)
Berdasarkan persamaan di atas terlihat bahwa intensitas bunyi di suatu
tempat berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, makin jauh dari
sumber bunyi, maka intensitasnya semakin kecil. Jika titik A berjarak r1
dan titik B berjarak r2 dari sumber bunyi, maka perbandingan intensitas
bunyi antara titik A dan B dapat dinyatakan dalam persamaan:
-185-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
R2 = (H – h) 2 + ( L / 2) 2 …………. ( 4 )
-186-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Agar suara dapat diterima dengan jelas, diperlukan margin level antara
6 – 15 dB (diambil 10 dB).
Dari pers (2), diperoleh:
20 log = 12
log = 0,6
R = 3,98 Meter
Jika tinggi telinga manusia (h) diasumsikan = 1,5 meter dan tinggi
ceiling (H) = 4.2 meter, maka dari pers (4), diperoleh jarak antar
speaker:
R 2 = (H-h) 2 + (L/2) 2
(3,98)2 = (4,2 – 1,5) 2 + (L/2) 2
L = 5,94 meter
Dengan demikian di atas jarak speaker maksimum adalah ± 6 m.
Dari perhitungan di atas, 1 speaker mewakili luasan ± 30 m2.
P = 10 exp –
= 10 exp –
= 15,8 Watt
Dipilih Horn Speaker dengan daya 15 – 20 Watt.
-187-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-188-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-189-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Infrastuktur ICT
ICT merupakan singkatan dari Information Communication Technologi yang pada
hakekatnya Computer & Telecommunication sudah dalam satu kesatuan yang di
dalamnya terdapat backbone jaringan IT yang disiapkan sebagai jalan TOL untuk
komunikasi data antar komputer, dan telekomunikasi Telepon di lingkungan
gedung Vokasional UPI. Tidak lepas dari Blueprint untuk ICT Universitas
Pendidikan Indonesia, meskipun pekerjaan ICT kawasan ini tidak termasuk dalam
pengembangan ICT kawasan UPI secara keseluruhan. Namun demikian diberikan
sekilas gambaran dari system ICT sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar.
BACKBONE JARINGAN – ICT
Backbone jaringan ICT terdiri dari Infrastruktur jaringan Komputer (LAN), Data
Center, Backbone Optic dan jaringan di dalam maupun di luar gedung yang terdiri
dari komponen pasip (Kabel tembaga dan serat optic), serta komponen aktif yang
terdiri dari Switch, router dan hub yang akan disusun sesuai dengan blue print IT
yang disiapkan oleh pengelolan IT di lingkungan Vokasional UPI, seperti yang
disampaikan dalam diagram berikut:
-190-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Berikut di bawah ini adalah gambar Box ICT per lantai di setiap bangunan gedung:
-191-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PABX ( Private Branch Exchange) atau extension adalah jaringan private dimana
beberapa line PSTN dari Telkom dibagi lagi menjadi jaringan private pada suatu
kantor. Sistem PABX ini memungkinkan pengguna dapat menghubungi sesama
atau melakukan panggilan keluar melalui jalur PSTN (PSTN trunk).
Keuntungan PABX IP
- Kesederhanaan sistem pengawatan yang berakibat dengan menurunnya biaya
investasi
- Management melalui webserver, sehingga setting dan pemprograman dapat
dilakukan melalui PC mana saja dan kapan saja dan dapat dilakukan oleh staff
IT biasa.
- Opsi telpon menggunakan VoIP server seperti Skype, Yahoo Messenger untuk
Sambungan Langsung International (SLI) maupun SLJJ dengan tarif yang
sangat murah
- Update firmware secara online via internet
Contoh Fitur PABX
- 1000 user (extension) terdaftar
- 100 user (telpon) secara bersamaan
- Penerima Telpon otomatis (automatic attendant)
- Respon suara otomatis
- Perekaman pembicaraan
- Pencatatan Telpon masuk/keluar
- Pemprograman via web server
Contoh Fitur Call
- Forward call bila sibuk/tidak dijawab/user tidak dikantor diforward ke hp
- Caller Id, nama/no extension penelpon terlihat di LCD
- Nada music pada saat tunggu/transfer
- Call transfer/call waiting/call hold
- Call conference (telpon ber-3)
-
-192-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Sistem CCTV
Untuk sistem keamanan gedung dan lingkungan sekitar kampus, direncanakan
memasang kamera CCTV (Closed Circuit Television). Sistem ini terdiri dari kamera
yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu, dan monitor terpusat di ruang keamanan
atau ruang control yang ada seperti contoh berikut:
-193-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-194-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-195-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-196-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-197-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-198-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Berikut di bawah ini adalah alternatif untuk koneksi 6 gedung, dapat juga menggunakan
alternatif MATV Digital:
Supply others
Supply others
Berbayar D
4 AV Pro
PD D
D
IF
IF
RD
4 AV Pro
RD
Parabola 6Ft RD
Asiasat III
RD
PD
RD
4 AV Pro
RD
RD
RD
RD 4 AV Pro
PD
RD
Splitter
OT OR
Optic 8Way
DVBT
UHF - 1
DVBT
IF 4 AV Pro
DVBT
UHF - 2
DVBT
IF PD
DVBT
DVBT
4 AV Pro
DVBT
DVBT
DVBT
DVBT
4 AV Pro
DVBT
PD DVBT
DVBT
DVBT 4 AV Pro
DVBT
-199-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63 80
80 80
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 6 4 4
4 4 6 4 4 4 4 6 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-6
KS-6 KS-6 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 90
90 90
AL-401
AL-401 AL-401
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
2 Fiber Node
2 Fiber Node 2 Fiber Node
61 63 KS-2 63 61
61 63 KS-2 63 61 61 63 KS-2 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
8
8 8
KS-8
KS-8 KS-8 61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61 90
90 90 69
69 72 75 AL-401 75 72
69 72 75 AL-401 75 72 69 69 72 75 AL-401 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63 80
80 80
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 6 4 4
4 4 6 4 4 4 4 6 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-6
KS-6 KS-6 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 90
90 90
AL-401
AL-401 AL-401
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
2 Fiber Node
2 Fiber Node 2 Fiber Node
61 63 KS-2 63 61
61 63 KS-2 63 61 61 63 KS-2 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61
69 72 75 75 72 69
69 72 75 75 72 69 69 72 75 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 78 KT4-15 KS-4
8
8 8
KS-8
KS-8 KS-8 61 63 63 61
61 63 63 61 61 63 63 61 90
90 90 69
69 72 75 AL-401 75 72
69 72 75 AL-401 75 72 69 69 72 75 AL-401 75 72 69 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
63 65 65 63
63 65 65 63 63 65 65 63
71 74 77 77 74 71
71 74 77 77 74 71 71 74 77 77 74 71 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 -3 -3 -3 -3
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4 KS-4 KT4-12 KT4-15 KS-4
No Peralatan Fungsi
-200-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b. Kriteria Perencanaan
1) Sentral access control diletakkan di ruang kontrol elektronik.
2) Card reader dipasang ruang kontrol, dan ruang security elektronik.
-201-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-202-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-203-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b. Kemampuan Sistem
Kontekstual implementasi BAS/IBMS untuk proses otomatisasi pengendalian
operasional peralatan mekanikal elektrikal di rumah sakit:
Builiding Automation System (BAS) Building Management System (BMS) yang
dikehendaki harus mampu memantau dan merecord semua event pada instalasi
listrik, mekanikal dan plambing di setiap gedung dalam Kawasan sehingga bisa
beroperasi dengan baik dan efisien sesuai yang dikehendaki.
• Building Management System (IBMS) yang dikehendaki harus berbentuk
module agar dimungkinkan untuk pengembangan tanpa harus membuang
peralatan yang sudah ada.
• Integrated Building Management System (IBMS) yang dikehendaki harus
menjadi sebuah system yang mutakhir, terdistribusi, terkomputerisasi, dan
bersifat intelligence konsep tanpa menggunakan satu controller master atau
global controller. Setiap Direct Digital Controller (DDC) dapat beroperasi
baik dalam kondisi mandiri (stand alone) atau operasi jaringan. Controller
yang kembali ke dalam keadaan default pada saat kehilangan jaringan
komunikasi dengan controller lain atau server tidak akan diterima.
• Sistem control peralatan harus dapat bekerja mandiri dari workstation
sehingga system akan tetap bekerja dan beroprasi ketika terjadi kegagalan
pada workstation.
• Masing-masing Controller mempunyai fasilitas Web Page Monitoring yang
di akses melalui Web Browser melalui jaringan TCP/IP dengan
menggunakan IP address atau host name dari masing-masing DDC
Controller dan dilengkapi oleh password pengaman (jika pengguna
ditetapkan dalam controller).
c. Aspek Fungsionalitas IBMS
Secara umum aspek fungsionalitas dari kemampuan sistem yang diminta
mencakup:
1) Memonitor, mengontrol dan merecord event pada peralatan instalasi
penerangan listrik dan daya,peralatan fire, security dan safety, peralatan
-204-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Bila status paralatan tidak sesuai dengan command output dari DDC
akan membangkitkan alarm massage di central PC BMS. Sebaliknya bila
statusnya kembali pada keadaan normal maka secara otomatis alarm
massage akan hilang.
2) Pressurize Fan
• Status Mismatch Alarm
Bila status paralatan tidak sesuai dengan command output dari DDC
akan membangkitkan alarm massage di central PC IBMS. Sebaliknya
bila statusnya kembali pada keadaan normal maka secara otomatis
alarm massage akan hilang.
• Fan Trip Alarm
Trip alarm point disediakan berupa normally open volt free contact
disetiap lokal panel power. Alarm message di central smart screen
segera timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
e. Sistem Mekanikal
1) Tank Monitoring
DDC akan memonitor level switch Hi dan Lo pada tangki potable water
yang mengindikasikan volume di dalam tangki. Pengontrolan untuk
pengisian maupun distribusi potable water dari tangki akan dilakukan
secara local control. Alarm massage akan dibangkitan di operator
workstation bila water level di dalam tangki melebihi atau dibawah dari level
switch yang terpasang.
• Pump Monitoring
• Start / Stop
Start / stop pompa dioperasikan secara lokal kontrol loop via lokal kontrol
panel.
• Pump Status & Trip Alarm
-205-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Trip alarm point disediakan berupa normally open volt free contact di
setiap lokal panel power. Alarm massage di central PC BMS segera
timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
f. Sistem Elektrikal
1) Power Monitoring
PC screen akan memonitor electrical status dari PLN maupun untuk genset
yang dipasang di masing-masing main incoming. Alarm massage akan
dibangkitan di operator workstation bila electrical load yang terukur telah
mencapai 90% dari total load yang diijinkan.
2) Circuit Breaker Status & Trip Alarm
- Status dan trip alarm point disediakan berupa normally open volt free
contact di setiap lokal panel power. Alarm massage di central PC BMS
segera timbul sesaat setelah terjadi trip / overload.
- Khusus untuk panel lighting, setiap incoming circuit breaker dapat
dioperasikan secara lokal maupun secara auto melalui PC BMS dengan
time schedule programmer.
3) Trafo & Genset Monitoring
- Electrical status dari masing-masing genset akan dimonitor dari central
PC IBMS. Bila karena sesuatu hal, temperature ruang genset berada di
atas temperatur set point maka alarm massage akan dibangkitkan di
operator workstation.
-206-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-207-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-208-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-209-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
BAB III
PERSYARATAN RUANG-RUANG
DI RUMAH SAKIT
3.1 RUANG RAWAT JALAN
3.1.1.1 Fungsi
Fungsi Ruang Rawat Jalan adalah sebagai tempat ruangan konsultasi,
pemeriksaan dan tindakan pasien oleh dokter. Ruangan periksa/konsultasi/
tindakan merupakan tempat untuk melakukan diagnose, yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien dalam rangka menentukan langkah pengobatan penyakit.
3.1.1.2 Lokasi
Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit
dan memiliki akses langsung ke administrasi/rekam medik, ruang radiologi, ruang
laboratorium, ruang rawat inap, ruang rehabitasi medik, ruang farmasi serta ruang
kebidanan dan kandungan.
3.1.1.3 Desain
• Ruang rawat jalan terdiri dari dua altenatif yaitu ruang rawat jalan terbuka/
bersama dan ruang rawat jalan kelompok/klaster.
• Pembagian/ pengelompokkan ruangan pada rawat jalan dapat berdasarkan
jenis penyakit dan usia.
• Letak ruangan tunggu disarankan berada pada sisi luar bangunan guna
mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.
• Disarankan ada koridor khusus bagi petugas medis yang berhubungan
langsung dengan ruangan periksa, konsultasi dan tindakan.
• Konstruksi partisi pada ruang rawat jalan disarankan kedap suara.
• Ruangan rawat jalan khusus untuk penyakit infeksius, HIV/AIDS dan Penyakit
Jiwa disarankan terpisah dan memiliki akses dan fasilitas sendiri. Berikut di
bawah ini persyaratan desain untuk ruang rawat jalan penyakit infeksius,
khususnya TB Resistan Obat :
- Ruang pelayanan rawat jalan pasien penyakit TB-RO memiliki zona/area
yang terpisah dengan penyakit lainnya. Pemisahan dimulai dari akses
masuk, pendaftaran, ruangan tunggu dan ruangan pemeriksaan
dan/konsultasi.
-210-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Catatan :
-211-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu panas dan lembab, maka kinerja
sistem ventilasi yang terbaik adalah ventilasi mekanis.
Tabel Kinerja penerapan Jenis ventilasi alami terhadap kondisi iklim (konsensus
tinjauan sistematis WHO)
Panas dan
Lembab
** * ** ** * *** ****
Panas dan
Kering *** * *** *** *** **** ****
Sedang
*** *** *** *** *** **** ****
Dingin
* ** * * * ** ****
-212-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-213-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-214-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.1.1.5 Zonasi
-215-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-216-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-217-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Tipe 2
-218-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-219-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-220-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
11. Ruangan Staff & • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
Perawat
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
-221-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
• Toilet umum dapat juga tidak menggunakan daun pintu pada akses masuk.
-222-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-223-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-224-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-225-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-226-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-227-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-228-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a. Dinding Bata Merah 1. Ukuran: 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas
yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan
rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
b. Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
c. Dinding Partisi Ruangan 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: (cat, wall sticker, bahan non porosif lainnya)
d. Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2 Phenolic panel 12mm atau Kaca tempered 10 mm
3 Rangka dinding partisi kubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 LANGIT-LANGIT/ PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
-229-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm, unpolished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175
mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 50 x 50 unpolished / Matt
2. 60 x 60 unpolished / Matt
c Batu alam 1. Kualitas fisik granit atau marmer minimum yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan standar
dengan kepadatan 160 pcf, absorsi 0,4%, kuat tekan 19.000 psi dan rupture modulus 1500 psi.
-. Batu granit
2. Ukuran granit minimal 30 x 60 cm, 60 x 60 cm atau ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Permukaan granit dengan penyelesaian polished, honed dan flamed sesuai dengan yang ditentukan
dalam Gambar Kerja.
3. Semen, Pasir dan Grouting. Portland Cement dan mortar sesuai dengan standar nasional yang berlaku
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik (untuk toilet) Keramik berukuran 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint 1. Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel
2. Ukuran: 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
3. Material: Vynil, PVC, Aluminium, Keramik
-230-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail guard 1. Aluminium extrucded profile 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI
15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai
tempered glass temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata
pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5 mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca dengan lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu aluminium 1. Aluminium
-231-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a. Aluminium untuk kusen daun pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy yang memenuhi ketentuan
SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik dengan
finishing anodized atau powder coating
b. Ukuran dan tebal profil serta alat pengencang dan aksesori yang digunakan sesuai dengan fungsinya.
c. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala
tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
d. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
e. Penutup celah berbahan sealent/ vynil
2. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara
b PVC
c Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR
yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis
bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
-232-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
a. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
b. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel
dan finishing stainless steel hair line.
c. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah,
harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari
tipe friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
-233-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standar).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standar).
3. Wastafel
a. Wastafel bahan porselen, lengkap dengan kran, siphon dan perlengkapan lainnya. Jenis wastafel free
standing/menggantung di dinding, tanpa meja.
b. Urinoir (Tipe Moslem). Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Paper/tissue Holder
6. Shower Spray
7. Shop Holder
-234-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-235-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux.
Lain lain
− Ruang tunggu untuk pasien menular harus dipisah dengan pasien tidak
menular khususnya pasien anak dan kebidanan.
3. Ruangan Pos Perawat Tata udara
(Nurse Station) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan dapat ditambahkan lampu down light spot untuk
penambahan penerangan khusus.
Outlet Daya
− Disediakan kotak kontak daya sesuai kebutuhan
Outlet Telepon & Data
− Disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
4. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
-236-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Resirkulasi udara di dalam ruangan diperkenankan, kecuali untuk
ruangan infeksius.
− Untuk ruangan klinik yang menangani pasien penyakit menular melalui
udara (air borne), pertukaran udaha minimal 12 kali per jam
Gas medis
− Pada ruangan tindakan disediakan outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan
pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan tambahan
dengan kuat penerangan minimal 1000 lux.
Outlet daya
− Setiap ruangan periksa/konsultasi disediakan min. 2 (dua) stop kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan min. 4 (empat) kotak kontak.
5. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan Gigi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
-237-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-238-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alamiUntuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan
lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan min. 1000 Lux.
Outlet daya
− Ruangan periksa/konsultasi disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak..
7. Ruangan periksa/ Tata udara
konsultasi/ tindakan
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Mata
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan
lampu penerangan tambahan dengan intensitas sesuai kebutuhan.
Outlet Daya
− Setiap ruangan periksa/konsultasi disediakan min. 2 (dua) kotak kontak.
− Setiap ruangan tindakan disediakan minimal 4 (empat) kotak kontak.
-239-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-240-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-241-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-242-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-243-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-244-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-245-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-246-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-247-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-248-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-249-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-250-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-251-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-252-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.2.1.1 Fungsi
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.
3.2.1.2 Lokasi
a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman dan nyaman.
b. Berdasarkan zonasi, berada pada zona pelayanan keperawatan dan zona
semi privat.
3.2.1.3 Desain
a. Kapasitas tempat tidur pada ruang rawat inap disesuaikan dengan kelas
pelayanannya.
- Ruangan perawatan Kelas VIP/Utama, kapasitas 1 tempat tidur per
ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 1, kapasitas 2 tempat tidur per ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 2, kapasitas 3 – 4 tempat tidur per ruangan
- Ruangan perawatan Kelas 3, kapasitas 5 – 6 tempat tidur per ruangan
b. Setiap ruangan perawatan dilengkapi dengan kamar mandi yang memenuhi
persyaratan kamar mandi difabel.
c. Untuk kepentingan evakuasi, arah bukaan pintu pada ruangan perawatan
disarankan mengarah keluar, lebar pintu minimal 120 cm dengan bukaan satu
atau satu setengah daun pintu.
d. Ruangan perawatan pasien harus dikelompokkan/dipisahkan berdasarkan
jenis kelamin, usia dan jenis penyakit/klasifikasi pelayanan.
e. Setiap blok/ruang rawat inap harus dikontrol oleh pos perawat (nurse station).
Letak pos perawat harus dapat menjangkau semua area aktifitas pasien dan
petugas sehingga selamat dan aman (safe and secure).
f. Khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit tertentu harus dipisahkan
(isolasi), kapasitas ruangan isolasi pada ruang rawat inap sesuai dengan
kebutuhan. Berikut jenis ruangan perawatan isolasi pasien :
- Ruangan perawatan isolasi penyakit menular (infeksius).
- Ruangan perawatan isolasi protektif (immune compromise).
g. Ruangan perawatan isolasi apabila bergabung dalam satu blok dengan ruang
rawat inap umum, maka letaknya harus tidak boleh mengkontaminasi ruangan
perawatan lainnya.
h. Khusus untuk ruang rawat inap pasien TB Resisten Obat apabila
menggunakan sistem ventilasi alami, maka persyaratan teknisnya adalah sbb :
-253-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Jarak antar bangunan ruang rawat jalan pasien TB-RO dengan pelayanan
fungsi lain harus cukup untuk kepentingan penghawaan, pencahayaan dan
dilusi udara. Disarankan jarak minimal adalah 8 (delapan) m.
- Sekitar bukaan-bukaan pada bangunan ruang-ruang pelayanan pasien TB-
RO harus aman dari lalu lalang pengunjung RS.
- Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yang tropis/panas dan lembab,
dengan mempertimbangkan kenyamanan termal dalam ruangan, bentuk
bangunan tidak gemuk dan orientasi bangunan harus utara-selatan, dalam
hal ini posisi bukaan jendela pada sisi utara-selatan.
- Desain lubang ventilasi alami dapat memenuhi terjadinya ventilasi silang
(cross ventilations). Kualitas ventilasi alami dipengaruhi oleh posisi bukaan,
ukuran bukaan dan cara membuka. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Posisi bukaan
Letak/posisi lubang ventilasi pada ruang-ruang infeksi harus dapat
memungkinkan terkena sinar matahari langsung yang aman. Desain
terdapat dua bukaan yang berada pada sisi dinding yang berlawanan
(mis. Jendela dan pintu).
2) Ukuran bukaan
Nilai ventilasi pada bukaan dinding di sisi yang berlawanan ditentukan
oleh bukaan dengan ukuran yang terkecil (smallest opening area).
3) Cara membuka
Bukaan jendela untuk kepentingan pertukaran udara harus didesain
dapat terbuka dengan maksimal (100%). Dalam mendesain jendela
harus mempertimbangkan cara membuka dan keamanan dari potensi
bahaya pasien meloncat apabila berada pada bangunan berlantai.
ACH = 0,65 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan terkecil (m2) x 3600 det/jam
Volume ruangan (m3)
-254-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
ACH = 0,05 x kecepatan angin (m/s) x luas bukaan (m2) x 3600 det/jam
Volume ruangan (m3)
Maka, estimasi perhitungan ACH dan ventilation rate (l/s) dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Bukaan ACH Ventilation rate (l/s)
Jendela terbuka (100%) + pintu terbuka 37 1300
Jendela terbuka (50%) + pintu terbuka 28 975
Jendela terbuka (100%) + pintu tertutup 4,2 150
1. Desain ruangan perawatan sebaiknya model koridor satu sisi/ baris tunggal (single
loaded corridor).
Koridor yang hanya salah satu satu sisinya terdapat ruang fungsi pelayanan ini
sangat baik dalam rangka ventilasi silang karena dapat terjadi aliran udara searah
baik dari bangsal ke koridor atau sebaliknya dari koridor ke bangsal, tergantung
arah angin pada saat itu.
Aliran udara searah ini dapat membantu mencegah infeksi silang. Desain jendela
sangat penting untuk jenis desain ini: posisi jendela direkomendasikan segaris
dengan pintu ruangan perawatan sebagai jalur untuk ventilasi silang. Berikut
dibawah ini gambar skematik koridor satu sisi.
-255-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Keterangan : Gambar konseptual ini harus digunakan dengan hati-hati, dan keterbatasan dalam kondisi
sebenarnya perlu dipertimbangkan.
Gambar Ventilasi alami pada tipe koridor satu sisi di rumah sakit
4. Peneduh matahari
-256-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian
sinar matahari dan silau yang masuk ke dalam bangunan. Untuk memperluas
ventilasi alami dan optimalisasi cahaya matahari di siang hari, maka pertimbangan
dalam desain yaitu rancangan fasad yang memanjang (slope) dengan orientasi
jendela-jendela menghadap utara-selatan. Dalam hal ini luas permukaan selubung
bangunan berbahan kaca seminimal mungkin dan jendela-jendela pada fasad timur-barat
di hindari.
Penggunaan warna finishing permukaan selubung bangunan juga penting untuk
dipertimbangkan, karena warna terang memantulkan radiasi sinar matahari lebih
baik.
7. Keselamatan Kebakaran
Merancang bangunan dengan bukaan yang menghubungkan kamar-kamar dapat
bertentangan dengan persyaratan keselamatan kebakaran dan pengendalian asap.
Merancang bangunan berventilasi alami agar sejalan dengan persyaratan
kompartemenisasi untuk pengendalian asap. Jalur kebakaran perlu diperhatikan,
karena desain ventilasi alami juga berdampak pada pola aliran asap.
8. Keamanan
Bukaan-bukaan ventilasi dapat beresiko terhadap keamanan bangunan rumah
sakit, terutama di lantai dasar. Desain bukaan ventilasi harus tetap aman.
9. Halaman
Halaman adalah area tertutup yang dapat membantu menyalurkan dan
mengarahkan aliran udara sekitar bangunan, dalam hal ini juga mempengaruhi
iklim mikro di sekitar bangunan.
- Berdasarkan posisi relatif ruangan perawatan dan koridor ke halaman, jenis
sistem ventilasi alami ini dapat dibagi menjadi subtipe koridor dalam dan
koridor luar (lihat gambar berikut dibawah ini). Sistem ini dapat memasok
lebih banyak ventilasi, sepanjang halamannya cukup besar. Model koridor
-257-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Catatan :
Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu panas dan lembab, maka kinerja
sistem ventilasi yang terbaik adalah ventilasi mekanis.
-258-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-259-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-260-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.2.1.5 Zonasi
-261-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-262-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-263-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-264-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Ruang perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Ruangan Tindakan • Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan
invasive ringan maupun non-invasive.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing), lebar daun pintu khusus
ruangan tindakan minimal 120 cm (satu/ satu setengah daun pintu).
-265-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Gudang Bersih/ • Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
Steril Clean Utility) berhubungan.
• Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk
memudahkan pembersihan.
• Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-
obatan, semua barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga
-266-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
9. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau
(Spoelhoek / Dirty menggunakan alat bedpan washer.
Utility)
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan
floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
-267-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-268-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-269-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-270-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-271-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-272-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-273-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-274-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-275-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-276-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-277-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas
yang baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan
rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding partisi cubicle toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil.
Semua engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
-278-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175
mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
-279-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail guard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI
15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai
tempered glass temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata
pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
-280-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
JENDELA
-281-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis
bersilang, hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
C. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah,
harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
-282-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT
SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
-283-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-284-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-285-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
Nurse Call
- Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing
tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse station).
2. Ruangan Pos Perawat − Disediakan instalasi untuk alat komunikasi
(Nurse Station)
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 200 lux.
Tata udara dan ventilasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
− Bila diperlukan penerangan khusus, dapat ditambahkan lampu down light
spotdengan penutup (cover).
Outlet daya
− Disediakankotak kontaksesuai kebutuhan
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan instalasi untuk alat komunikasi telepon dan data.
-286-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
Nurse Call
− Ruangan PosPerawat harus tersediasentral system nurse call untuk
menerima panggilan dari masing-masing tempat tidur yang terhubung ke
pos perawat (nurse station).
-287-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
apabila diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan
buatan menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat
penerangan minimal 1000 lux
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan
instalasi permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengaman arus.
5. Ruang Perawatan Tata udara
Isolasi
− Ruangan bisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dari ruangan
sebelahnya.
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6
kali/jam.
- Ruang Isolasi Infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis
sink, dimana airlockbisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif
dibandingkan ruangan-ruangan di sebelahnya.
Ruang Isolasi Infeksius Airlock jenis Sink :
• Mencegah ruang bersih terkontaminasi
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC udara kotor koridor
• Mengizinkan asap atau zat bio ruang bersih
− Kelembaban udara 55 + 5% lepas ke air lock. Tidak ada peralatan
proteksi petugas yang dibutuhkan
-288-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
• Model air lock ini umumnya digunakan pada
− KHubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif ruangan perawatan isolasi airborne
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali Hubungan tekanan relatif:
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar Airlock -
bangunan
Koridor +
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Ruang Isolasi Protektif
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15 kali
− Seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
Airlock Cascading:
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit • Mencegah ruang bersih terkontaminasi dari
udara luar yang kotor
ruangan. • Mencegah udara bersih terkontaminasi dari
ruang sekelilingnya melalui retakan
− Ruang Isolasi Proteksif dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis
Cascading, dimana airlock bisa bertekanan lebih rendah dibandingkan Hubungan tekanan relatif:
ruang bersih. Ruang bersih + + +
-289-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
outletvakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan 200 lux untuk penerangan dan 50 lux
untuk tidur.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke
pos perawat (nurse station).
6. Ruangan Kepala Tata udara
Ruang
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam sesuai yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
-290-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-291-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
-292-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan Keterangan
• Outlet daya
- Dapat disediakan kotak kontak dengan instalasi pemanen.
11. Janitor • Tata udara
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
• Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL
terdekat di dalam gedung.
• Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
-293-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-294-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-295-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-296-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-297-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-298-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-299-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-300-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-301-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-302-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-303-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-304-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.3.1.1 Fungsi
Ruang Gawat Darurat adalah salah satu ruang yang disyaratkan harus ada pada
bangunan rumah sakit, yang merupakan ruang pelayanan khusus yang
menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24
jam.
3.3.1.2 Lokasi
a) Ruang gawat darurat terletak dilantai dasar dengan akses masuk yang mudah
dicapai terutama untuk pasien yang datang dengan menggunakan ambulan.
b) Pintu masuk ruang gawat darurat harus terpisah dengan pintu utama masuk
rumah sakit atau dengan pintu masuk untuk pasien rawat jalan/ poliruangan
periksa/ konsultasi/ tindakan atau pintu masuk bangunan penunjang rumah
sakit.
c) Lokasi ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal dari jalan raya
baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau tanda arah lainnya.
d) Rumah Sakit yang memiliki tapak berbentuk memanjang mengikuti panjang
jalan raya, maka pintu masuk ke area ruang gawat darurat disarankan terletak
pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk
masuk ke area rumah sakit.
e) Ruang gawat darurat disarankan terletak berdekatan dengan bagian
penerimaan pendaftaran (admission), bagian keuangan dan bagian rekam
medik, atau memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah. Pada malam
hari, bangunan ruang gawat darurat akan merupakan pintu masuk utama ke
rumah sakit bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
f) Ruang gawat darurat memiliki akses yang cepat dan mudah ke lokasi ruang
laboratorium, ruang perwatan intensif, ruang rawat inap, ruang operasi, bank
darah, ruang radiologi, ruang farmasi, serta ruang kebidangan dan kandungan.
g) Ruang gawat darurat disarankan untuk memiliki area yang dapat digunakan
untuk penanganan korban bencana massal (Kejadian Luar Biasa/ KLB).
3.3.1.3 Desain
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat desain sebuah ruang gawat
darurat yaitu bahwa jalan masuk ambulans harus cukup luas yang dapat
menampung lebih dari 2 ambulans. Jalan masuk ambulans di depan pintu
ruang gawat darurat untuk menurunkan penumpang harus terlindung dari
cuaca. Tempat parkir ambulans harus tersedia selain untuk staf Medik
maupun pengunjung.
b) Karena pengunjung maupun pasien selalu datang dalam keadaan tergesa-
gesa dan mengalami kepanikan maka pengaturan alur pasien harus baik,
demikian pula desain bagian ini harus membuat suasana adanya hubungan
masyarakat yang baik.
-305-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-306-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-307-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.3.1.5 Zonasi
-308-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-309-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Ruangan Triase • Triase terdiri dari triase visual dan triase medik
• Triase visual dilakukan pada hall luar, pada area ini dilengkapi dengan
pos petugas dan area simpan brankar dan kursi roda.
• Triase Medik dilakukan pada hall dalam, pada area ini terdapat pos
perawat.
• Dari drop off pasien ke ruangan triase harus dihindari adanya perbedaan
level lantai.
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam
dan dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis, dengan lebar bukaan
minimal 120 cm.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar.
4. Ruangan Pos Perawat • Ruangan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, asuhan dan
pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal),
(Nurse Station)
dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
• Letak pos perawat harus memungkinkan kecepatan dalam pemberian
pelayanan.
-310-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-311-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
7. Area yang dapat Area ini disarankan tersedia, dilengkapi dengan minimal utilitas air bersih
digunakan untuk dan listrik.
Penanganan Korban
Bencana Massal.
B. Ruang Tindakan
1. Ruangan Resusitasi • Ruangan resusistasi mempunyai akses langsung dengan ruang triase
medik
• Ukuran per tempat tidur resusitasi 3 x 3 m2.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Dilengkapi dengan wastafel
2. Ruangan Tindakan
-312-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Ruangan Observasi • Luas ruangan per tempat tidur ruangan observasi minimal 8 m2.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus
dibenamkan/menempel di plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
-313-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-314-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Staff/ Perawat • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
& Ruangan Kepala
• Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
Ruang
perencanaan dan manajemen.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-315-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
-316-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-317-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
10. Ruangan Operasi Minor • Ruangan ini merupakan fasilitas pilihan apabila diperlukan
• Persyaratan teknis (Program Ruangan, MEP, dll) mengikuti ruangan
operasi rumah sakit
-318-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
12. Ruangan AHU & Panel • Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-319-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-320-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-321-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-322-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-323-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-324-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-325-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-326-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Control Panel, ukuran 780 x 780 x 150 mm, tampilan jam 2 fungsi
untuk anaestesia dan waktu operasi, suhu, kelembaban udara, telpon,
medical gas alarm, light.
- Lemari Penyimpan Alat (Instrument Cabinet), ukuran 900 x 1700x 300
mm material terbuat dari Stainless Steel dengan pintu geser kaca dan
rak untuk menyimpan peralatan bedah.
- Lemari Penyimpan Obat (Medicine Cabinet), ukuran 900 x 1700 x 300
mm material dari Stainless Steel dengan pintu kaca geser.
- Medical Gas Terminal Box adalah panel untuk penempatan Outlet Gas
Medik O2, N2O, A, V, material menggunakan Stainless Steel Hairline
Finish Ukuran 1196 x 600 mm T:1,2 mm
- Writing Table ukuran 700x400x250 mm, terbuat dari stainless steel SS
304 dan dilengkapi penerangan apabila writing table digunakan.
- Electrical Receptacle Unit ukuran 600x220x100 mm, menggunakan iso
standar terdiri dari 5 bh receptacle menggunakan 2 buah grounding.
- Peredam Tekanan (Pressure Reducing Damper) ukuran 355x145 mm,
terbuat dari stainless steel yang berfungsi untuk menjaga kestabilan
tekanan positif di dalam ruang OK.
-327-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-328-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat
tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya Serap Air ≤0,5 % dan
ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Floor Hardener Heavy Duty Untuk Ruangan MEP, Drop Off
d Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non kamar operasi menggunakan Vinyl
slip dan heavy duty khusus untuk ruang operasi,
Homogenus, Anti Static, tahan gores,
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
tebal 2 mm.
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
-329-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-330-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass
yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas
yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-
0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan
-331-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-332-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-333-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-334-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-335-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pintu bekerja secara otomatis dan membuka hanya dari satu arah
saja
✓ Auto Partial
-336-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
a. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan
kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak
kunci.
b. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang
terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing stainless steel
-337-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-338-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-339-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-340-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
A. Ruang Penerimaan
-341-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-342-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-343-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
6. B Ruang Tindakan
.
7. Ruangan Resusitasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medik
− Harus disediakan outlet gas medik minimal oksigen dan vakum medik, apabila
diperlukan dapat ditambahkan udara tekan medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 300 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan min. 1000 lux
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dengan instalasi
permanen dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman
arus.
8. Ruangan Tindakan
-344-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-345-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-346-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan Hubungan tekanan relatif:
-347-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
Koridor +
dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
12. Ruang Penunjang Medis
13. Ruangan Obat/Farmasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
- Dilengkapi kotak kontak untuk kebutuhan medical refrigerator.
14. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Linen − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
-348-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-349-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-350-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-351-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-352-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-353-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Dalam ruangan operasi harus disediakan minimal 6 (enam) stop kontak dengan
instalasi dipasang padapendan danminimal 6 (enam) stop kontak dengan instalasi
terpasang di dinding (cadangan).Setiap stop kontak harus dilayani oleh MCB yang
berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan
sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system). Sistem
ini memastikan bahwa hubungan singkat ke bumi tidak melalui pasien.
Lain-lain
− Dalam ruangan operasi minor harus disediakan sarana monitoring dengan instalasi
permanen untuk memantau temperatur & kelembaban ruangan, tekanan udara
dantekanan gas medis.
− Dalam ruangan operasi minor harus disediakan sarana penunjuk waktu yang
tersambung dengan jam sentral yang terhubung dengan master clock berbasiskan
teknologi GPS.
-354-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-355-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-356-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-357-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-358-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-359-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-360-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-361-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-362-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-363-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-364-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.4.1.1 Fungsi
Ruang Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun cito, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
3.4.1.2 Lokasi
• Letak ruang operasi harus di lokasi yang tenang, aman dan nyaman
• Ruangoperasi harus memiliki akses yang mudah ke ruang kebidanan
kandungan, ruang rawat inap, perawatan intensif, ruang gawat darurat, kamar
jenazah, ruang farmasi, laundry, ruang sterilisasi dan penunjang pelayanan
lainnya.
• Pada bangunan bertingkat, letak ruang operasi disarankan berada di lantai
tertinggi maksimal pada lantai 4.
3.4.1.3 Desain
• Jenis ruangan operasi di rumah sakit terdiri dari ruangan operasi minor,
ruangan operasi umum dan ruangan operasi mayor/khusus.
• Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona berdasarkan
tingkat sterilitas ruangan yang terdiri dari:
- zona steril rendah (normal);
- zona steril sedang;
- zona steril tinggi;
- zona steril sangat tinggi.
• Dalam hal ruang operasi menyatu dengan ruang lain dalam satu bangunan,
ruang operasi harus merupakan satu kompartemen. Antar ruangan operasi
juga masing-masing merupakan satu kompartemen.
• Jika ruang operasi pada ruang bertingkat, lantai di atas ruang operasi harus
disediakan ruangan untuk fasilitas MEP atau ruangan lainnya yang bukan area
basah.
• Jarak antar lantai untuk ruangan operasi minimal 4,70 meter untuk memenuhi
kebutuhan ruang MEP.
• Sistem ventilasi di ruang operasi harus tersaring dan terkontrol serta terpisah
dari sistem ventilasi lain di rumah sakit untuk kepentingan pengendalian dan
pencegahan infeksi. Sistem ventilasi di ruang operasi harus memenuhi
parameter-parameter yaitu temperatur, kelembaban relatif, tingkat kebersihan
udara, pertukaran udara, tekanan ruangan dan distribusi udara yang
dipersyaratkan.
• Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud, sistem ventilasi harus
terpisah antara satu ruangan operasi dengan ruangan operasi lainnya.
• Tidak boleh ada sirkulasi silang antara alur bersih dan kotor.
• Akses petugas menuju ruangan operasi harus melalui ruangan ganti dan
sebaliknya.
-365-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-366-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-367-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-368-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.4.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas
-369-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-370-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Ruangan • Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum memasuki kamar
persiapan pasien bedah. Kegiatan dalam ruang ini yaitu:
(;Preparation
- Penggantian pakaian penderita,
room)
- Membersihkan/mencukur bagian tubuh yg perlu dicukur,
- Melepas semua perhiasan dan menyerahkan ke keluarga pasien
-371-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan • Fungsi ruangan ini sebagai sentral monitoring pelayanan di ruangan operasi,
Monitoring antara lain: melaksanakan penjadwalan, pengaturan alur proses pelayanan dan
Perawat (Nurse pelaporan.
Monitoring
• Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau 3-5 m2 per perawat, disesuaikan
Station)
dengan kebutuhan. Luas Ruangan harus dapat mengakomodir lemari arsip dan
lemari obat.
• Letaknya dimungkinkan dapat melayani pasien di ruang persiapan dan pemulihan.
• Pos perawat harus disediakan fasilitas meja dan kursi untuk kebutuhan
pendokumentasian.
-372-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-373-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-374-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-375-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Gudang Bersih/ • Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan. Instumen berada
Steril Clean dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari instrument.
Utility)
• Bahan-bahan lain seperti linen, kasa steril dan kapas yang telah disterilkan juga
dapat disimpan di ruangan ini.
• Ruangan ini merupakan ruangan zona resiko sedang.
-376-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
11. Ruangan Ganti/ • Ruangan untuk ganti pakaian dan dekontaminasi petugas sebelum masuk ke area
loker ruangan operasi.
• Dibedakan antara loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet/ kamar mandi.
• Akses masuk dan keluar petugas adalah pass trough
-377-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
13. Ruangan Diskusi • Ruang untuk diskusi para operator kamar operasi sebelum melakukan tindakan
Medis pembedahan.
• Dilengkapi meja dan kursi diskusi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
14. Dirty Pool • Ruang tempat penyimpanan sementara barang dan bahan setelah digunakan
untuk keperluan operasi sebelum dimusnahkan ke insenerator, atau dicuci di londri
dan disterilkan di ruang sterilisasi
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-378-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-379-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-380-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Toilet Pasien
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36 ~
38 cm).
• Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
-381-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Catatan:
• Kebutuhan ruangan di ruang operasi disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.
-382-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-383-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-384-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-385-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-386-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-387-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-388-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-389-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-390-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-391-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Melamic / Stained Finish
Furniture
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan
panas / tempered sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan
glass udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna
-392-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
a a. Aluminium
1. Aluminium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis
aluminium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam
bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan
kemudian.Tebal profil minimal 1,35 mm Alat Pengencang dan Aksesori.
2. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan
kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen
yang dikencangkan.
3. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
4. Peanahan udara dari bahan vinyl.
5. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
b. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
c. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
-393-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
• DC Motor
• Connection Unit
• Optional Parts:
- Electrical Lock
- Photocell
-394-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Operating System
• Microprocessor Control Unit
Control Unit mempunyai akurasi yang tinggi, flexible dan compatible, sehingga mampu
dan dapat dihubungkan dengan bermacam-macam sensor aktivator (Push Button, Electrical
Mat Switch, Code Lock, Card Lock, Remote Control dan lain-lain), dapat diatur atau
diprogram kecepatan membuka atau menutup, waktu tunda, jarak partial opening dan lain-
lain dan dapat dikoneksi dengan computerized system dan dapat dihubungkan dengan
Fire Alarm atau Safety Alarm System.
• DC Motor
Operator menggunakan motor DC, sehingga mempunyai effisiensi output yang baik serta
menghasilkan suara yang lebih halus.
• Position Switch Key
- Close System
Pintu bekerja secara otomatis dan membuka hanya dari satu arah saja
-395-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Apabila pintu terganggu, maka pintu direset untuk kembali ke program awal
3. Safety System
• Auto Reverse System
Pintu yang sedang menutup akan membuka kembali pada saat terdapat halangan
diantara kedua daun pintu
• Electrical Lock
Perlengkapan yang harus ada untuk mengunci pintu secara otomatis pada saat daun pintu
tertutup
• Emergency Opening Unit
Dilengkapi dengan baterai yang dapat dicharge, berfungsi untuk membuka pintu pada saat
energi listrik padam
• Manual Opening Device
Perlengkapan untuk membuka pintu secara manual pada saat listrik padam dan Emergency
Opening Unit tidak berfungsi
• Safety Photocell
Perlengkapan yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan listrik yang kurang baik (turun
naiknya tegangan listrik)
- Panic Break Out System (Optional)
Pintu otomatis dapat dilengkapi dengan Panic Break Out System, sehingga pintu sliding
-396-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel
stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel
stainless steel dan finishing stainless steel hair line.
-397-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-398-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-399-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-400-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-401-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-402-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-403-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-404-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-405-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-406-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-407-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-408-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-409-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-410-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-411-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-412-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-413-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-414-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-415-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Outlet daya
Disediakan sesuai kebutuhan
17. Dirty Pool, Koridor Tata udara
Kotor, Gudang Kotor
- Tekanan udara dalam ruangan negatif.
(Spoelhoek/ Dirty
Utility). - Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
- Seluruh udara dibuang langsung ke luar bangunan, tidak diperkenankan
diresirkulasi.
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min.100 lux.
Instalasi air kotor
- Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
- Apabila menggunakan bedpan washer harus disediakan kotak kontak dengan
kapasitas yang cukup.
18. Ruangan AHU/ Trafo Tata udara
Isolasi - Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
- Kelembaban udara 55 + 5%
- Tekanan udara dalam ruangan normal.
Pencahayaan
- Pencahayaan dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
-416-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
19. Ruangan CathLab Ruangan cathlab yang terintegrasi dengan komplek ruang operasi, maka persyaratan
teknis mekanikal, elektrikal dan plumbing adalah sama dengan persyaratan ruangan
operasi khusus.
-417-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-418-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-419-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-420-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-421-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-422-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-423-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-424-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-425-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-426-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-427-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-428-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-429-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-430-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-431-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar Ilustrasi Ring Duct untuk Ruangan Operasi Umum (General Operating Theatre)
-432-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Gambar Ilustrasi Ring Duct untuk Ruangan Operasi Khusus (Major Operating Theatre)
-433-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.5.1.1 Fungsi
Ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan tidak stabil sehingga
memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang
perawatan intensif menyediakan pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan selama 24 jam.
3.5.1.2 Lokasi
• Letak ruang perawatan intensif harus memiliki akses yang mudah dari dan ke
ruang operasi, ruang gawat darurat,ruang kebidanan dan kandungan, kamar
jenazah, ruang rawat inap, laboratorium, ruang sterilisasi.
• Ruangan harus terletak pada daerah yang tenang.
3.5.1.3 Desain
• Pelayanan perawatan intensif terdiri dari Intensive Care Unit/ ICU, Intensive
Cardiac Care Unit/ ICCU, High Care Unit/ HCU, Paediatric Intensive Care
Unit/ PICU, Neonatal Intensive Care Unit / NICU, Perinatologi.
• Disarankan dilengkapi viewing gallery untuk pengunjung dapat melihat pasien
yang dirawat.
-434-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-435-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.5.1.5 Zonasi
-436-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-437-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
-438-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
7. Ruangan Perawatan • Ukuran ruangan rawat intensif tergantung dari jumlah tempat tidur.
Pasien
• Jarak antar tempat tidur harus bisa mengakomodir kebutuhan luasan untuk ruang
ICU/ICCU/HCU/PICU/:
gerak petugas dan penempatan peralatan.
a. Ruangan/ Daerah
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
rawat pasien non
isolasi • Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/ menempel di
plafon dan bahan tirai non porosif dan anti bakteri.
• Apabila kompleks ruang perawatan intensif berada menyatu dengan ruang lain di
dalam bangunan, maka kompleks ruang perawatan intensif harus merupakan satu
kompartemen kebakaran, dengan seluruh dinding, lantai, langit-langit dan bukaan-
bukaan (pintu, jendela dan sebagainya) menggunakan bahan bangunan yang
mempunyai Tingkat Ketahanan Api minimal 2 (dua) jam.
• Luas Ruangan perawatan pasien per tempat tidur:12 m2 (untuk yang di batasi dengan
tirai) dan16 m2(untuk yang di batasi dengan kubikal).
• Jenis dan Jumlah tempat tidur perawatan intensif sesuai dengan master plan dan
mengacu kepada persyaratan minimal 8% dari total jumlah tempat tidur RS.
-439-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
b. Ruangan/ Daerah • Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 4x4 m2, belum termasuk ruangan antara
rawat pasien (ante room)
isolasi • Satu ruangan untuk satu tempat tidur.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Dapat dilengkapi ruangan antara (airlock), dimana airlock bertekanan lebih negatif
dibandingkan ruangan-ruangan disebelahnya.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.
• Ruang Perawatan Intensif dengan modul kamar individual/ kamar isolasi luas
lantainya 16 m2
-440-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
c. Ruangan • Ruangan Perawatan Intensif Neonatus (NICU) terdiri dari Ruangan Perawatan
Perawatan Neonatus Non Infeksius dan Ruangan Perawatan Neonatus Infeksius/Isolasi
Intensif Neonatus
• Ukuran ruangan perawatan tergantung dari jumlah tempat tidur bayi.
(NICU).
• Jarak antar tempat tidur bayi/ incubator harus bisa mengakomodir kebutuhan luasan
untuk penempatan peralatan. (Jarak antar incubator minimal 1.5 m)
• Untuk ruangan perawatan neonatus infeksius, disediakan ruangan antara.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Tekanan ruangan disesuaikan dengan fungsinya.
• Luas ruangan per inkubator 9 m².
-441-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-442-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-443-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-444-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-445-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-446-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-447-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-448-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
d Floor Hardener Heavy Duty
e Vynil sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
e Batu alam 1. Kualitas fisik granit atau marmer minimum yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan standar dengan
kepadatan 160 pcf, absorsi 0,4%, kuat tekan 19.000 psi dan rupture modulus 1500 psi. Ukuran granit adalah 10
- Batu granit
x 20 cm, 30 x 60 cm, 60 x 60 cm atau ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Permukaan granit dengan
penyelesaian polished, honed dan flamed sesuai dengan yang ditentukan dalam Gambar Kerja.
2. Semen, Pasir dan Grouting. Portland Cement dan mortar:
Sesuai dengan serta standar nasional yang berlaku
- Batu andhesit Ukuran 5 x 30 atau 20 x 30 dengan permukaan rata.
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
-449-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Dinding bumper & rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya
merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-
0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
-450-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
JENDELA
1. Aluminium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis aluminium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di
pabrik. sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
Tebal profil minimal 1,35 mm Alat Pengencang dan Aksesori.
2. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam
untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
3. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
4. Peanahan udara dari bahan vinyl.
5. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
b. Gasket
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
-451-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR
yang dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari
tangan/ finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang
diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang,
hal ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.
A. Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
B. Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
C. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium), yang
-452-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Engsel.
a. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus
dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
b. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
c. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
d. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless
steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-
ALAT SANITAIR
-453-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-454-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-455-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. a. Ruangan Ganti Petugas/ Tata udara
Loker (ruangan ganti pria − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
dan wanita)/Pengunjung
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
4. Ruangan Perawat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
-456-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-457-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
rawat pasien non − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2,5 Pa)
isolasi
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet Oksigen, udara tekan medis dan vakum
medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
Sistem Kelistrikan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2,
dimana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed headdi dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran
-458-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mistdan
heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
b. Ruangan/ Daerah Tata udara Airlock jenis Sink :
rawat pasien isolasi • Mencegah ruang bersih
• Isolasi Protektif terkontaminasi udara kotor koridor
• Mengizinkan asap atau zat bio
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC ruang bersih lepas ke air lock.
Tidak ada peralatan proteksi
− Kelembaban udara 55 + 5% petugas yang dibutuhkan
• Model air lock ini umumnya
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan positif (min Δ 2,5 Pa). digunakan pada ruangan
perawatan isolasi airborne
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 15 kali
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruang Isolasi Protektif dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis Cascading,
dimana airlock bisa bertekanan lebih rendah dibandingkan ruang bersih.
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang), Hubungan tekanan relatif:
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999). Ruang bersih - -
• Isolasi Infeksius
Airlock -
− Temperatur ruang rata-rata 24 + 2 C
o o
Koridor +
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
Airlock Cascading:
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali • Mencegah ruang bersih
terkontaminasi dari udara luar yang
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali kotor
-459-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
• Mencegah udara bersih
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan terkontaminasi dari ruang
sekelilingnya melalui retakan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
− Ruang Isolasi Infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock) jenis sink, dimana
airlockbisa bertekanan lebih negatif atau lebih positif dibandingkan ruangan-ruangan di
sebelahnya.
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet Oksigen, udara tekan medis dan vakum medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux. Hubungan tekanan relatif:
− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2, dimana Airlock ++
sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
Koridor +
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed head di dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati trafo
isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mist dan
-460-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
6 Ruangan Perawatan Tata udara
Intensif Neonatus − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
(NICU).
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahanEqual (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang),
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet oksigen, udara tekan medis dan vakum
medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
Sistem Kelistrikan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan perawatan intensif termasuk kategori kelompok 2,
dimana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik darurat untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal (menggunakan
genset dan UPS).
-461-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 9 (sembilan) kotak kontak dengan instalasi dapat
dipasang pada pendan atau bed head di dinding. Setiap stop kontak harus dilayani oleh
min. 3 MCB yang berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan melewati
trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus bocor.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water mist
dan heat/smoke detector.
− Pemasangan sprinkler pada area rawat pasien tidak diperkenankan.
8. Ruangan Laktasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 100 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen sesuai kebutuhan.
9. Pos Perawat (Nurse Tata udara
Station) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
-462-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-463-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-464-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
15. Viewing Gallery Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Intensitas rata-rata 200 lux
Outlet Daya
− Disediakan kotak kontak daya sesuai kebutuhan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
-465-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-466-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-467-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-468-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-469-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-470-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-471-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-472-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-473-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-474-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-475-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-476-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.6.1.1 Fungsi
Ruangyangdisediakanuntukmenyelenggarakankegiatantindakan persalinan dan
tindakan ginekologi.
3.6.1.2 Lokasi
1. Letak ruang kebidanan dan penyakit kandungan harus mudah diakses dari
pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses langsung keruang gawat
darurat, ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang perawatan intensif, dan
ruang operasi.
2. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan harus terletak pada daerah yang
tenang/ tidak bising.
3. Ruangan tindakan bersalin tidak berada pada area yang umum/ ramai tetapi
mudah dicapai dari pintu masuk ke ruang tersebut untuk mencegah lalu lintas
yang padat dan untuk memberikan privatisasi pasien.
4. Ruangan kebidanan dan penyakit kandungan disarankan berdekatan atau
memiliki akses yang mudah dengan ruang perawatan bayi dan ruang
perawatan pasca persalinan.
3.6.1.3 Desain
1. Ruangan disarankan memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan
tersedia pengatur kelembaban udara untuk kenyamanan termal.
2. Disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak
terlihat oleh pasien dan pengunjung.
-477-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-478-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-479-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.6.1.5 Zonasi
-480-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Ruangan Tunggu • Ruang untuk pengantar pasien menunggu selama pasien menjalani proses
persalinan/ tindakan bedah.
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
• Dilengkapi dengan furniture, sistem pencahayaan dan penghawaan yang baik.
3. Ruangan untuk Cuci • Setiap 1 ruangan ini minimal melayani 2 ruang bersalin.
Tangan (Scrub Station) • Luas ruangan minimal 6 m2.
-481-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Persiapan • Luas ruangan sesuai jumlah kapasitas TT dengan jarak antar TT 2,4 m.
Bersalin (Labour)
• Kapasitas tempat tidur 1,5 kali dari jumlah tempat tidur ruangan, dengan
perhitungan luas per-tempat tidur minimal 8 m2.
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Material bangunan yang digunakan tidakmemiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Material daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar.
• Di ruangan ini pasien tetap tinggal selama langkah pertama dari pra-melahirkan,
berarti dari waktu mulai terjadi kontraksi sampai pasien siap untuk dipindahkan ke
ruang melahirkan.
• Ruangan ini harus memberikan kenyamanan maksimum dan relaksasi untuk
pasien dan sebaiknya mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan dan penelitian.
-482-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Ruangan Persiapan • Bahan daun pintu masuk tahan terhadap benturan brankar, arah bukaan pintu ke
Bersalin dengan dalam.
Komplikasi (Pre-
• Luas ruangan sesuai kebutuhan kapasitas pelayanan.
Eclamsy Labour)
• Ruangan dilengkapi dengan toilet pasien yang memenuhi persyaratan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Ruangan ini mempunyai spesifikasi teknis seperti ruang observasi dengan
persalinan normal.
• Material yang digunakan pada ruangan ini harus mencegah atau meminimalkan
kambuhnya penyakit seperti sindrom eklamsia, preeklamsia, penyakit jiwa, sepsis
dan lain-lain.
• Jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan seminimal mungkin.
6. Ruangan Bersalin • Luas ruangan disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan pelayanan.
(Delivery) • Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi, yaitu:
o Komponen penutup lantai harus non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan
kimia, bersifat anti statik, anti gesek dan anti bakteri.
o Pertemuan lantai dengan dinding konus/ melengkung (hospital plint).
o Tingkat Ketahanan Api (TKA) material lantai minimal 2 jam.
o Komponen dinding non porosif, mudah dibersihkan, tahan bahan kimia, anti
-483-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-484-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Ruangan Transisi Bayi • Ukuran ruangan perawatan tergantung dari jumlah tempat tidur bayi.
• Jarak antar tempat tidur bayi minimal 1 meter
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Dilengkapi dengan ruang mandi bayi dan ruang simpan susu dan alat-alat bayi.
-485-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
10. Gudang Bersih/ Steril • Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
Clean Utility) berhubungan.
• Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk memudahkan
pembersihan.
• Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-obatan, semua
barang-barang yang bersih dan steril dan boleh juga digunakan untuk menyimpan
linen bersih.
• Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari lantai untuk
memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah rak dan lemari.
• Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan yang
diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril.
11. Ruangan Ganti Pakaian • Tempat ganti pakaian dan menyimpan barang-barang petugas.
/ Loker • Dilengkapi dengan wastafel dan kamar mandi/ toilet
-486-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
15. Gudang Kotor • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan alat
(Spoolhoek / Dirty Utility) bedpan washer.
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
-487-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-488-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-489-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-490-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-491-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-492-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-493-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
d Dindingbumper&railg 1. Aluminiumextrucded profil140 mm
uard
2. Covervinylhand drail140mmPVC higt impact
-494-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarik
ualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-0130–1987
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiandidinginkansecaramenda
dakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarikualitasyangbaik
yangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebalannyamerata,tanpacacat
dandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan darikualitasbaik.
f Kaca reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu aluminium 1. Aluminium
- Aluminium
-495-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4”untukkusenpintu/jendeladanuntukdaunpintu/jendelaadalahdarijenisaluminiumalloyyangmemenuhiketentuanSNI0
7-0603-1989danATSMB221M,dalambentukprofiljadiyangdikerjakandipabrik. sesuaiskema warna yang ditentukan
kemudian.Tebalprofilminimal1,35mm Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel(SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontaldengan vertikaldiberisealeryang berseratguna menutup celah sambunganprofile
tersebut, sehingga mencegah kebocoranudara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
-496-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
-497-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
-498-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
11. Floor Drain
12. Keran air untuk Pantry
13. Towel Ring
14. Towel Bar
15. Paper Holder
16. Shower Spray
Shop Holder
-499-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-500-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atauheat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Persiapan Tata udara
Bersalin (Labour) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen, apabila diperlukan dapat ditambahkan
vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Nurse Call
− Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).
-501-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-502-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Gas Medis
− Setiap tempat tidur pasien dilengkapi outlet oksigendan vakum medik, apabila diperlukan
dapat disediakan outlet udara tekan medik.
− Disediakan cadangan (back up) sumber gas medik (emergency supply) minimal oksigen
dengan sistem instalasi.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan harus dirancang dengan kuat penerangan min. 300 lux.
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan buatan
menggunakan lampu penerangan tambahan dengan kuat penerangan minimal 1000 lux.
Sistem Kelistrikan
− Setiap tempat tidur disediakan minimal6 (enam) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector.
6. Ruangan Pemulihan Tata udara
(Recovery) − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen, apabila diperlukan dapat disediakan outlet
vakum medik.
-503-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Nurse Call
− Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).
7. Ruangan Transisi Bayi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet daya
− Setiap baby box disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
8. Ruangan Perawatan Isolasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
-504-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6-12 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Gas Medis
− Minimal disediakan outlet oksigen, disarankan juga disediakan outlet vakum medik.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan 200 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
• Nurse Call
− Ruang perawatan isolasi harus menyediakan nurse call yang terhubung ke pos perawat
(nurse station).
9. Gudang Bersih/ Steril Tata udara
Clean Utility) − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
-505-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-506-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-507-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Toilet Petugas, Toilet Umum
maupun Difabel
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
16. Janitor Tata udara
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
− Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
-508-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-509-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-510-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-511-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-512-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-513-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-514-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-515-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-516-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-517-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.7.1.1 Fungsi
Pelayanan Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan tingkat pengembalian fungsi
tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan/ berkurangnya
fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan/ penanggulangan,
pengembalian fungsi dan mental pasien.
3.7.1.2 Lokasi
• Lokasi mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
langsung ke ruang rawat jalan dan ruang rawat inap.
• Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
3.7.1.3 Desain
• Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
• Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf.
• Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan penempatan
ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk para pemakai kursi
roda serta derajat kemiringan ramp yaitu maksimal 70 dengan material lantai
yang tidak licin dan dilengkapi dengan pegangan rambat.
• Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus/difable
yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda.
• Bengkel kasar, bengkel halus, Gudang bahan baku, ruangan jahit pada
pelayanan ortetik prostetik (OP) dapat berupa bangunan terpisah.
• Tata letak ruangan pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan serta
pengelompokan pelayanannya.
-518-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-519-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-520-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.7.1.5 Zonasi
-521-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-522-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3. Ruangan Konsultasi • Ruangan tempat dokter melakukan pemeriksaan (seperti: anamesa, pemeriksaan
dan Pemeriksaan. dan asesmen fisik), diagnosis maupun prognosis terhadap pasiennya & tempat
pasien melakukan konsultasi medik dengan dokter
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.
• Lebar daun pintu ruangan minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser atau
swing).
4. Ruangan Fisioterapi
1) Ruangan Fisioterapi • Fungsi ruangan yaitu untuk memberikan pelayanan intervensi radiasi/ gelombang
Pasif elektromagnet dan traksi, maupun latihan manipulasi yang diberikan pada pasien
yang bersifat individual.
• Luas ruangan minimal 7,2 m2/ tempat tidur traksi.
• Apabila peralatan menggunakan gelombang elektromagnit (EM), seperti Short
Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, maka tidak boleh penggunaan
pelapis dinding yang mengandung unsur metal/baja.
• Dilengkapi tempat tidur periksa, unit traksi, alat stimulasi elektrik, micro wave
diathermy, ultraviolet quartz, dan peralatan fisioterapi lainnya.
-523-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-524-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-525-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-526-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Taman Terapetik • Fasilitas pelayanan dan luas taman disesuaikan dengan kebutuhan.
(Healing Garden) • Apabila letak taman ini berada tidak di lantai dasar, maka sekeliling taman harus
aman dari kemungkinan pasien jatuh.
• Suatu daerah terbuka hijau/taman yang juga digunakan sebagai daerah Latihan
Terapi Okupasi Dewasa (dan Anak) berupa suatu jalur jalan (Walking Track)
dengan benda-benda Fasilitas Terapi.
• Pararell Bar’s dengan variasi permukaan pijakan yang berbeda-beda, seperti batu-
batuan, semen, pasir dan ubin keramik untuk memberi rangsangan yang berbeda
pada telapak kaki, ramp untuk latihan pengguna kursi roda dan perancah bantu
jalan (Walker)
9. Ruangan Terapi • Ruang tempat terapis wicara melakukan terapi kepada pasien Luas ruangan
Wicara Vokasional disesuaikan dengan kebutuhan.
• Dinding ruangan dibuat kedap suara dan tidak menimbulkan gema.
• Dilengkapi cermin, meja, kursi pasien & petugas.
10. Ruangan Terapi • Ruangan tempat Terapis Wicara melakukan pengujian kemampuan pendengaran
Wicara Audiometer kepada pasiennya secara individual (dengan operator Audiometer sebagai asisten
terapis). Terdiri dari 2 area : area operator & area pasien.
• Dinding ruangan dibuat kedap suara dan tidak menimbulkan gema.
• Dilengkapi dengan cermin, meja, kursi pasien & petugas, alat uji audiometer, kursi
-527-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-528-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
13. Ruangan Penyimpanan • Ruangan tempat penyimpanan peralatan rehabilitasi medik yang belum terpakai
Perlengkapan atau sedang tidak digunakan.
• Dilengkapi lemari/ rak.
-529-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
15. Dapur Kecil (Pantry) • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry.
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.
-530-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-531-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-532-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-533-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
-534-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
d Plafon CalsiumCilicate 1. CalsiumCilicat6mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
d Floor Hardener Heavy Duty
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
-535-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
-536-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
-537-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Engineering Door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
-538-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
-539-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-540-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-541-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Konsultasi dan Tata udara
Pemeriksaan.
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan buatan menggunakan lampu penerangan
tambahan dengan intensitas sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
-542-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
4. Ruangan Fisioterapi
1) Ruangan Fisioterapi Tata udara
Pasif
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan min.200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
2) Ruangan Fisioterapi Aktif
a. Ruang Gymnasium Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
-543-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-544-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
kuat penerangan min.200 lux.
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
− Kotak kontak yang ada dalam ruangan harus dipasang dengan mempertimbangkan
keamanan dari percikan air.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan heat/smoke
detector apabila dipersyaratkan.
Lain-lain
− Ruangan yang didalamnya terdapat satu (atau lebih) kolam hidroterapi yang dilengkapi
dengan fasilitas penghangat air (Water Heater Pool) dan pemutar arus (Whirpool System)
bila ada.
5. Ruangan Terapi Tata udara
Okupasi dan Vokasional
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
-545-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-546-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Visual
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
Lain-lain
− Ruangan tempat melakukan terapi perangsangan audio-visual (umumnya pada anak)
dalam suatu ruangan tertutup yang dilengkapi dengan sarana audio-visual maupun
benda-benda bercahaya.
8. Ruangan Terapi Wicara Tata udara
Vokasional
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
-547-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen dan
tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
9. Ruangan Terapi Wicara Tata udara
Audiometer
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya min. 200 lux
− Bila diperlukan dapat disediakan pencahayaan tambahan dengan intensitas sesuai
kebutuhan.
-548-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
10. Ruang Pelayanan Ostetik Prostetik (OP)
1) Ruangan Tata udara
pengukuran,
− Tekanan udara dalam ruangan negatif.
pengepasan,
− Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
penyetelan dan
pelatihan OP Pencahayaan
2) Bengekel Halus − Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 300 lux.
3) Bengkel Kasar
Outlet daya
4) Ruangan Jahit / Kulit
− Disediakanstop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
5) Ruangan Bionik
(Biologi Elektronik) Proteksi Kebakaran
− Apabila ruangan tertutup dalam bangunan Rumah Sakit dengan luas tidak lebih dari 250
6) Ruangan
m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya 1 buah APAR berukuran min. 2 kg
Penyimpanan Barang
jenis kimia kering serbaguna kelas A, B, C.
Jadi
7) Gudang bahan Baku
11. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Perlengkapan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
-549-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-550-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
- Total pertukaran volume udara min. 10 kali per jam.
Instalasi air kotor
− Buangan air kotor dapat langsung disambungkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam
gedung.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
kuat penerangan rata rata 100 lux.
15. KM/WC (Toilet) Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatip Berlaku untuk persyaratan
Toilet Petugas, Toilet
− Pertukaran udara dari luar per jam tidak ditetapkan dalam buku pedoman
Umum maupun Difabel
− Total Pertukaran udara per jam 10 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Tidak diperkenankan melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Instalasi air kotor
- Buangan air kotor dapat langsung dialirkan ke jaringan IPAL terdekat di dalam gedung.
Pencahayaan
− Intensitas minimal 100 lux
Toilet Difabel
− Toilet difabel harus menyediakan tombol darurat yang terhubung ke pos perawat (nurse
station).
-551-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-552-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-553-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-554-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-555-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-556-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-557-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-558-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-559-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-560-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.8 RADIOLOGI
3.8.1.1 Fungsi
Ruang Radiologi yang dibahas dalam pedoman ini terdiri dari:
• Ruang Radiodiagnostik;
Ruang radiodiagnostik adalah ruang untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pasien dengan menggunakan energi radioaktif dalam diagnosis dan
pengobatan penyakit
• Ruang Radioterapi;
Ruang radioterapi adalah ruang pelayanan pengobatan pasien dengan
penggunaan partikel atau gelombang berenergi tinggi seperti sinar gamma,
berkas elektron, foton, proton dan neutron untuk menghancurkan sel kanker.
3.8.1.2 Lokasi
• Lokasi ruang radiologi mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan
memiliki akses langsung ke ruang gawat darurat, ruang rawat jalan dan ruang
rawat inap.
• Sirkulasi pasien dan pengantar pasien disarankan terpisah dengan sirkulasi
staf.
3.8.1.3 Desain
Ruang Radiodiagnostik dan ruang radioterapi dapat menyatu dalam satu blok
masa atau terpisah.
A. Ruang radiodiagnostik,
- Resepsionis dan ruangan tunggu utama harus terletak di area pintu masuk
utama dan berfungsi sebagai titik distribusi ke semua bagian yang berbeda
di ruang Radiodiagnostik untuk memberikan petunjuk arah terhadap
ruangan-ruangan yang ada.
- Ruangan konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca film.
- Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus akan kekedapannya terhadap
radioaktif.
- Ruangan persiapan dan pemulihan dapat menggunakan ruangan yang
sama
- Tersedia pengelolaan khusus limbah radioaktif.
B. Ruang Radioterapi
- Resepsionis dan ruangan tunggu utama harus terletak di area pintu masuk
utama dan berfungsi sebagai titik distribusi ke semua bagian yang berbeda
di ruang Radioterapi untuk memberikan petunjuk arah terhadap ruangan-
ruangan yang ada.
-561-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-562-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-563-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
ALUR RADIODIAGNOSTIK
-564-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-565-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Ruangan Administrasi • Ruangan untuk staf melaksanakan tugas administrasi dan personalia dan
ruangan untuk penyimpanan sementara berkas film pasien yang sudah
dievaluasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan perhitungan 3-5 m2/
petugas.
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/arsip, intercom/telepon, safety box,
komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
-566-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Baca dan • Ruangan tempat membaca film hasil diagnosa pasien dan tempat pasien
Konsultasi Dokter konsultasi medik dengan dokter spesialis radiologi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
• Lebar daun pintu ruangan periksa/konsultasi minimal 90 cm (dapat
menggunakan pintu geser atau swing.
5. Ruangan Staff/ Perawat • Ruangan tunggu, diskusi dan istirahat staff/ perawat.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-567-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-568-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-569-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
eRuangan Ultra Sono • Ukuran ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
. Grafi (USG)
• Ketinggian plafon 3 meter
• Ruang tempat melaksanakan kegiatan diagnostik jaringan lunak menggunakan
USG
• Dilengkapi general USG unit dengan multi probe sesuai kebutuhan pelayanan
RS.
• Dilengkapi toilet.
-570-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-571-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
j Ruangan Dental X-Ray • Luas ruangan disesuaikan dengan alat dan fungsi
.
• Ketinggian plafon 3 meter
8. Ruang Persiapan dan • Luas ruangan disesuaikan kebutuhan jumlah tempat tidur untuk 1 tempat tidur
Pemulihan Pasien minimal 2,4 m x 3 m.
-572-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-573-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-574-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-575-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-576-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-577-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-578-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-579-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-580-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-581-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-582-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-583-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-584-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-585-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-586-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
ALUR RADIOTERAPI
-587-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-588-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
B. RADIOTERAPI
No. Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Lay Out Ruang
1. Ruangan Tunggu • Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
perhitungan 1-1,5 m2/orang.
• Letaknya tidak mengganggu sirkulasi/ akses keluar masuk pasien.
• Dilengkapi toilet umum.
• Dilengkapi fasilitas desinfeksi tangan.
• Memiliki akses langsung dengan ruangan administrasi.
-589-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Ruangan Simulator • Ruang tempat mensimulasi tubuh pasien sebelum dilakukan penyinaran/radiasi
(Simulator CT ) • Dilengkapi dengan fasilitas simulator
• Luas ruangan harus dapat memenuhi untuk gerakan meja simulator, tempat tidur
pasien dan penempatan lemari penyimpanan peralatan.
• Konstruksi dinding sesuai dengan yang berwenang
-590-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
9. R. Kemoterapi • Ruang untuk mengakomodasi sejumlah pasien yang sedang dilakukan tindakan
medis kemoterapi.
• Dilengkapi dengan sofa, meja, kursi, tiang infus, dll
10. Klinik bersama • Ruangan periksa/ konsultasi adalah ruangan dokter melakukan pemeriksaan dan
konsultasi dengan pasien.
-591-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
11. Ruangan tindakan • Ruangan tindakan adalah ruangan untuk melakukan tindakan bagi pasien,
ruangan ini berhubungan langsung dengan ruangan periksa/ konsultasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien
dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu ruangan tindakan minimal 120 cm (satu atau satu setengah
daun pintu).
12. Brakiterapi • Desain labirin dengan ketebalan tembok dan atap mencapai >100 cm (ketebalan
disesuaikan dengan alat yang digunakan)
• Persyaratan konstruksi dan proteksi ruangan sesuai dengan rekomendasi instansi
yang berwenang.
• Menerapkan sistem Locked Door.
Ruangan Penunjang
R. Tunggu • Ruangan tempat pengantar pasien menunggu
• Luas ruangan tunggu menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan dengan
-592-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
R. Ganti Arsitektur
• Tempat ganti pakaian pasien.
• Dilengkapi toilet/ kamar mandi.
R. Persiapan & Pemulihan Arsitektur
• Luas ruangan disesuaikan kebutuhan jumlah tempat tidur untuk 1 tempat tidur
minimal 2,4 m x 3 m.
-593-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-594-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Ruangan Penunjang
-595-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-596-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-597-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-598-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-599-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-600-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-601-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-602-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-603-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-604-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-605-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-606-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-607-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-608-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-609-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-610-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
A. RADIODIAGNOSTIK
3.8.3.1 Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing Ruangan
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
1. Ruangan Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas rata-rata 200 lux (SNI)
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan atau
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
2. Ruangan Administrasi, Tata udara
Loket Pendaftaran, − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
Pembayaran dan
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pengambilan Hasil
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
-611-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
3. Ruangan Baca dan Tata udara
Konsultasi Dokter
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux
− Bila diperlukan ketika melakukan tindakan dapat disediakan pencahayaan
tambahan dengan kuat penerangan sesuai kebutuhan.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
-612-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
4. Ruangan Staff/ Perawat Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
5. Ruang Pemeriksaan
aRuangan DSA (Digital Tata udara
. Subtraction Angiography)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Tekanan udara di dalam ruangan operasi lebih positif dibandingkan ruang
disebelahnya (min. ∆P = 5 Pascal).
− Pada saat tindakan pembedahan berlangsung, total pertukaran udara 15 kali/jam,
saat tidak ada pembedahan totalpertukaran udara min. 3 kali/jam.
− Ruangan ini merupakan ruangan steril dengan hepa filter (tingkat resiko sangat
tinggi), yang mempunyai jumlah maksimal partikel debu ukuran dia. 0,5 μm per m3
yaitu 35.200 partikel (ISO 6-ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
− Meja tindakan berada dibawah aliran udara steril yang terdistribusi secara merata
(uni-directionalair flow), dengan distribusi udara dari langit-langit, dengan gerakan ke
bawah menuju inlet udara balik (return air) yang terletak di 4 sudut ruangan yang
-613-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
dibuat plenum.
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, udara tekan medik, vakum medik, N2O, dan
dilengkapi Buangan Sisa Gas Anastesi (BSGA).
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 1.000 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan operasi termasuk kategori kelompok 2.
− Dalam ruangan tindakan harus disediakan minimal 6 (enam) stop kontak dengan
instalasi dipasang padapendan danminimal 6 (enam) stop kontak dengan instalasi
terpasang di dinding (cadangan).Setiap stop kontak harus dilayani oleh MCB yang
berbeda dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan.
− Untuk pengamanan arus bocor layanan pasokan daya listrik harus dilakukan
melewati trafo isolasi terlebih dahulu dan dilengkapi dengan sarana monitoring arus
bocor.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
bRuangan MRI (Magnetic Tata udara
. Resonance Imaging)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
-614-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan MRItermasuk kategori kelompok 1.
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
Lainnya
− Ruangan harus dilindungi dari induksi medan magnetik dengan sangkar faraday.
cRuangan CT - Scan Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
-615-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
dRuangan Fluoroskopi Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen, vakum medik dan bila diperlukan dapat
dilengkapi udara tekan medik.
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
-616-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
-617-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Gas Medis
− Disediakan minimal outlet oksigen dan vakum medik.
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Persyaratan Kelistrikan ruangan CT-Scan termasuk kategori kelompok 1.
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut
dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding
system).
i Ruangan Digital Tata udara
. Panoramic / Chepalometri
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
-618-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
hRuangan Mammography Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
j Ruangan Dental X-Ray Tata udara
.
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55% + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Untuk pencahayaan ruangan kuat penerangan min. 300 lux.
Outlet daya
-619-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Disediakan kotak kontak daya listrik yang kompatibel dengan peralatan.
− Sistem pembumian harus menjamin tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan.
kRuangan Computed Tata udara
. Radiography (CR) dan − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
PACS
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan
Outlet Data
− Dapat disediakan Outlet data dengan instalasi permanen.
6. Gudang Penyimpanan Tata udara
Berkas − Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
7. Ruang Persiapan dan Tata udara & ventilasi
Pemulihan Pasien − Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara minimal 6 kali per jam.
-620-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Gas medis
− Disediakan outlet gas medik minimal oksigen.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 200 lux.
Outlet daya
− Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) stop kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
-621-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-622-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-623-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-624-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-625-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-626-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-627-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-628-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-629-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-630-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-631-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-632-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
B. RADIOTERAPI
-633-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-634-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-635-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-636-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-637-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-638-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-639-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-640-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-641-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-642-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-643-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-644-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Ruangan Penunjang
R. Tunggu Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya + 100lux
R. Ganti Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
-645-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-646-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-647-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-648-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-649-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-650-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-651-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-652-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-653-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-654-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-655-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.9.1.1 Fungsi
Ruang untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan ilmiah (misalnya fisika,
kimia, higiene, dan sebagainya). Pelayanan ruang laboratorium terdiri dari
laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi, laboratorium
mikrobiologi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan klasifikasi rumah sakit.
3.9.1.2 Lokasi
Lokasi ruang laboratorium mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan
memiliki akses langsung ke ruang gawat darurat, rawat inap dan ruang rawat jalan.
3.9.1.3 Desain
a. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus
terpisah dan dapat meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
b. Ruang laboratorium harus memiliki:
1) saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan
awal (pre-treatment) khusus sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah rumah sakit; dan
2) fasilitas penampungan limbah padat Medik yang kemudian dikirim ke
tempat penampungan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.
-656-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-657-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-658-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.9.1.5 Zonasi
-659-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-660-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan • Tata letak ruangan harus dapat meminimalkan terjadinya infeksi silang.
Pengambilan /
• Setiap jenis ruangan pengambilan spesimen harus disediakan sesuai
Penerimaan
spesifikasi dan kebutuhan ruangannya.
Spesimen
• Ruang tempat pengambilan sample darah, pengumpulan sample urin, feses.
• Flebotomi
• Urin atau tinja Ruangan ini dilengkapi dengan toilet untuk pengambilan sampel urin dan
• Spesimen Genital feses
• Spesiman Lain • Dilengkapi meja. kursi, jarum suntik dan pipetnya, container urin, timbangan,
(pus, kerokan kulit tensimeter.
dan lain-lain)
• Persyaratan ruangan sputum:
• Sputum
o Letak ruangan sputum berada diluar ruang laboratorium
o Luas ruangan minimal 2 m2
o Ruangan harus menggunakan pencahayaan alami.
o Tersedia wastafel dengan air mengalir, dilengkapi handsrub dan tissue.
5. Ruangan Konsultasi • Ruangan tempat dokter melakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan
pasien.
• Luas ruangan disesuaikan dengan memperhatikan ruang gerak petugas,
pasien dan peralatan.
• Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi
-661-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-662-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-663-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-664-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-665-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-666-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
B. Ruangan Lain-Lain
1. Ruangan Ganti / • Tempat ganti pakaian petugas.
Loker • Dibedakan antara ruangan ganti/ loker pria dan wanita.
• Dilengkapi toilet, loker/ lemari pakaian bersih dan kontainer pakaian kotor
• Disediakan fasilitas mencuci tangan untuk petugas, lengkap dengan sabun
antiseptik (general prequotion).
2. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan dan
Laboratorium Medik manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-667-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-668-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-669-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-670-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-671-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-672-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-673-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-674-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
d Plafon Calsium 1. CalsiumCilicat6mm
Cilicate 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
3 PENUTUP LANTAI
-675-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS
DINDING
a Homogenous Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
Tile
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau syntetis/marbel
dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Melamic / Stained Finish
Furniture
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
panas / 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
tempered glass
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
-676-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
-677-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
Door dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
-678-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction stay
20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
-679-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-680-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
A. Laboratorium Terpadu
1. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
− Intensitas + 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai
kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepon dan Outlet data.
-681-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-682-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
Lain - lain
Persyaratan ruangan sputum :
− Ruangan menggunakan pencahayaan dan ventilasi alami.
− Tersedia wastafel dengan air mengalir
4. Ruangan Konsultasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Merupakan suatu pilihan untuk melakukan resirkulasi udara di dalam unit ruangan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya 200 lux .
Outlet daya
− Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dengan instalasi permanen
dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengaman arus.
5. Laboratorium Patologi klinik Tata udara
-683-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-684-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-685-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-686-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan
peralatan dan harus kompatibel dengan peralatan.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector.
B2 Kultur Tata udara
Ruangan BSC
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan (airlock) lebih negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
-687-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem pembuangan udaranya harus
terjamin tidak mengkontaminasi.
Ruangan Antara (Airlock)
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan (koridor) negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
− Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
8. Ruangan IT/ Server Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan
9. Ruangan Ganti / Loker Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
-688-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100 lux
10. Ruangan Kepala Tata udara
Laboratorium Medik − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
11. Ruangan Dsikusi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya +200 lux
Outlet daya
-689-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-690-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
No. Nama Ruangan Persyaratan Mekanikal, Elektrikal dan Plambing Ruangan Keterangan
-691-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-692-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-693-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-694-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-695-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-696-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-697-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-698-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-699-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.10.1.1 Fungsi
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit
yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman,
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
3.10.1.2 Lokasi
Letak bank darah rumah sakit harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat
darurat.
3.10.1.3 Desain
• Laboratorium skrining darah dilengkapi bak pencuci (sink) untuk membersihkan
peralatan laboratorium.
• Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang
menyilaukan.
• Memiliki sistem pembuangan air yang baik.
-700-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.10.1.5 Zonasi
-701-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-702-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-703-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-704-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-705-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-706-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-707-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenoustileuntukpelapisdindingyangberukuran40x40cm,60x 60cm
b Keramik Keramikberukuran20x25cm,30x 30cm,30x60cm
c Hospital Plint HospitalPlintadalahplinyangbersudutlengkungminimalR.5cmterbuatdarimaterialHomogenous
atausyntetis/marbeldenganukuran 8x30cmdan 10x 40cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kacapolosharusmerupakanlembarankacabeningjenisclearfloatglassyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandar
ikualitasyangbaikyangmemenuhiketentuanSNI15-0047–1987danSNI15-0130–1987
-708-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Kaca tahan panas / Kacatahanpanasharusterdiri
tempered glass darifloatglassyangdiperkerasdengancaradipanaskansampaitemperatursekitar700ºCdankemudiandidinginkansecaramen
dadakdenganseprotanudarsecarmeratapadakeduapermukaannya
c Kaca Es Kacaesharusmerupakankacajenisfiguredglasspolosyangdatardanketebalannyamerata,tanpacacatdandarikualitasyangba
ikyangmemenuhiketentuan SNI
d Tinted glass Kacatinted
glassadalahkacajenisberwarnaharusmerupakankacajenisfiguredglasswarnayangdatardanketebalannyamerata,tanpacac
atdandarikualitasyang baik yang memenuhiketentuan SNI
e Cermin Cerminharusmerupakanjenisclearmirrordenganketebalan5mmmerata,tanpacacat dan darikualitasbaik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untukmerefleksikansinarmatahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
-709-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
-710-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
-711-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
-712-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-713-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-714-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-715-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-716-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-717-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-718-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-719-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-720-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-721-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.11.1.2 Lokasi
a) Kemudahan akses ke lift, dumbwaiter dan tangga sangat penting dalam
menentukan lokasi instalasi sterilisasi sentral. Juga harus dekat dengan
instalasi yang banyak membutuhkan layanan. Biasanya pengguna terbesar
adalah instalasi bedah, termasuk ruang pemulihan dan unit perawatan.
b) Ruang sterilisasi sentral secara ideal diletakkan pada area “pusat layanan” dari
instalasi yang berdekatan, yang menerima bahan seperti penyimpanan umum,
penyimpanan linen dan laundri.
c) Ruang bedah dan instalasi sterilisasi sentral dihubungkan dengan dua buah
dumbwaiter atau lift kecil. Satu dumbwaiter membawa barang-barang steril
menggunaan nampan (tray), obat-obatan dan lain-lain, sedangkan satu
dumbwaiter lainnya membawa barang-barang kotor.
d) Dumbwaiter steril diletakkan dalam area steril dari instalasi sterilisasi sentral,
membuka ke dalam area steril dari ruang bedah dan mengangkut semua
barang-barang steril tanpa terjadi kontaminasi dalam perjalanan.
e) Dumbwaiter kotor pada sisi lain diletakkan dalam area bukan steril dari ruang
bedah dan bahan-bahan kotornya dibawa turun ke area kotor dari instalasi
sterilisasi sentral untuk diproses kembali.
3.11.1.3 Desain
• Pola aliran kerja harus direncanakan dimana lalu lintas petugas dan
pergerakan dari persediaan dan peralatan dicapai dengan cara yang efisien.
• Pergerakan di ruang instalasi sterilisasi sentral merupakan pergerakan satu
arah dimana pergerakannya maju. Pergerakan satu arah dimaksud untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dan mencegah adanya instrumen yang
hilang.
-722-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
• Ada tiga akses di ruang sterilisasi terpusat, yaitu akses untuk penerimaan
bahan-bahan kotor dan terkontaminasi, akses mengeluarkan persediaan dan
instrumen bersih dan steril serta akses penerimaan barang dari farmasi dan
bahan dari laundri.
• Dalam perancangan, ruang sterilisasi sentral terbagi tiga yang terorganisir,
area kotor, area bersih dan area steril
• Barang-barang kotor dari berbagai ruang di rumah sakit diterima di area
penerimaan, menggunakan troli yang berisi keranjang atau wadah
nampan/baki instrumen.
• Barang-barang tersebut dimuat langsung melalui pencucian disinfektor
(Washer disinfector) atau secara manual.
• Troli dan beberapa instrumen dibersihkan dan didisinfeksi secara manual atau
otomatis.
• Proses disinfeksi di rumah sakit umumnya menggunakan uap dan air panas.
• Dalam area bersih, bahan yang telah didisinfeksi disortir, diperiksa dan
dikemas.
• Instrumen yang keluar dari nampan dilakukan pemeriksaan di meja
pengemasan.
• Setelah dikemas, nampan instrumen dimasukkan ke dalam keranjang untuk
disterilisasi melalui otoklaf.
• Linen disortir dan dikemas dalam area terpisah sebelum di sterilisasi.
• Bahan dimuat disisi bersih dan dibongkar disisi steril. Bongkar muat pada
otoklaf tersedia secara manual dan otomatis.
• Setelah sterilisasi, otoklaf dibuka didaerah steril dan bahan disimpan didaerah
steril.
• Area penyimpanan harus kering dan bersih dengan tingkat kebersihan sesuai
yang dipersyaratkan.
-723-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-724-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-725-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.11.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas
-726-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-727-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-728-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-729-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-730-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-731-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
11. Ruangan Kepala • Ruang tempat kepala bekerja dan melakukan kegiatan perencanaan
dan manajemen.
-732-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-733-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-734-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-735-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-736-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-737-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
Ringan
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi:Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Cubicle Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua engsel
dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum 1. Gypsum Board 9 mm
Solid 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon 1. Gypsum Board 9 mm
CalsiumCilicate 2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
-738-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya
Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
-739-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau syntetis/marbel
dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
-740-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema warna
yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
-741-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini akan
memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga)
buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
-742-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction stay
20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
-743-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-744-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-745-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air
kotor (floor drain)
3. Ruangan Pengemasan Tata udara
Alat/Bahan siap Sterilisasi
− Temperatur ruang 22 - 26oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Kelas kebersihan ruangan Kelas 1.000.000 (ISO-9)
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Positif
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 4 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar
bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan min. 200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
-746-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-747-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 2 kali
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan kuat penerangan rata-rata100 lux.
6. Ruangan Dekontaminasi Tata udara
Kereta/Troli :
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
c. Area Cuci
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
d. Area Pengeringan
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui
instalasi pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air
kotor (floor drain)
7. Ruang Pencucian Tata udara
Perlengkapan
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
-748-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-749-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-750-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-751-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-752-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-753-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-754-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-755-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-756-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-757-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-758-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.1.1 Fungsi
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat paten,
serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. Ruang farmasi terdiri atas
ruangan kantor/administrasi, ruangan penyimpanan, ruangan produksi,
laboratorium farmasi, dan ruangan distribusi. Pelayanan Ruang Farmasi terdiri dari
pelayanan di Ruang Farmasi Pusat/ Sentral dan di Ruang Farmasi Satelit. Ruang
Farmasi Pusat/ Sentral melayani internal rumah sakit sedangkan Ruang Farmasi
Satelit melayani internal ruang dan eksternal rumah sakit.
3.12.1.2 Lokasi
a. Ruang Farmasi Pusat/ Sentral
1) Lokasi ruang farmasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah
Sakit dan memiliki akses sendiri untuk loading/ unloading bahan (gas
medis, B3, reagen, obat jadi, bahan baku) dan alat kesehatan
2) Lokasi harus jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah
dan bebas banjir.
b. Ruang Farmasi Satelit
1) Akses dan letaknya harus memudahkan pengunjung Rumah Sakit
mendapatkan pelayanan kefarmasian secara langsung.
3.12.1.3 Desain
a. Ruang farmasi harus menyediakan utilitas bangunan yang sesuai untuk
penyimpanan dan produksi obat yang menjamin terjaganya keamanan, mutu,
dan khasiat obat tersebut.
b. Ruangan produksi ruang farmasi yang dapat mencemari lingkungan,
pembuangan udaranya harus melalui penyaring untuk menetralisir bahan yang
terkandung di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Ruangan penyimpanan obat khusus ruang farmasi harus memenuhi ketentuan
standar yang berlaku dari segi keamanan
d. Jenis dan kebutuhan ruangan di ruang farmasi disesuaikan dengan pelayanan
serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.
-759-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-760-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-761-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-762-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.1.5 Zonasi
-763-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-764-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-765-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-766-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-767-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-768-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-769-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-770-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
- Ruangan Antara • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
- Ruangan Antara • Luas ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.
-771-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-772-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-773-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-774-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-775-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-776-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-777-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-778-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-779-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-780-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-781-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-782-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-783-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
-784-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / tempered Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
-785-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
-786-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
-787-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
-788-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
-789-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-790-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Ruangan Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan habis Pakai
a. Ruangan Penyimpanaan Kondisi Umum
-791-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-792-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-793-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-794-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-795-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-796-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-797-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.
-798-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-799-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-800-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.
-801-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-802-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-803-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan min.200 lux.
Outlet Daya
− Disediakan stop kontak daya sesuai kebutuhan peralatan dan disiapkan
menggunakan instalasi permanen.
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
• Ruangan Ganti Pakaian Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Equal (min Δ 2,5 Pa)
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Ruangan ini merupakan ruangan dengan prefilter (tingkat resiko rendah),
kebersihan ruangan kelas 1.000.000 (ISO 9 - ISO 14644-1 cleanroom standards,
1999).
− Untuk kubikal shower dan toilet tekanan udara dibandingkan ruangan ganti adalah
negatif.
Pencahayaan
− Intensitas Cahaya rata-rata 200 lux.
-804-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-805-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-806-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-807-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-808-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-809-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-810-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-811-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-812-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-813-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-814-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-815-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.5 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Farmasi Rawat Jalan
-816-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-817-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.7 Contoh Instalasi Telepon, IPTV & Rak Kabel Ruang Farmasi Rawat Jalan
-818-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.8 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access PointRuang Farmasi
-819-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.9 Contoh Instalasi CCTV, Data LAN & Access Point Ruang Farmasi Rawat Jalan
-820-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-821-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.11 Contoh Instalasi Fire Alarm & Sound System Ruang Farmasi Rawat Jalan
-822-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.12 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas Ruang Farmasi
-823-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.12.3.13 Contoh Instalasi Air Bersih & Air Panas Ruang Farmasi Rawat Jalan
-824-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-825-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-826-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-827-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.13.1.1 Fungsi
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap
komponen-komponen Sarana, Prasarana dan Peralatan Medik.
3.13.1.2 Lokasi
Terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang medik, sebaiknya
diletakan di daerah servis karena banyak menimbulkan kebisingan.
3.13.1.3 Desain
• Jumlah dan ukuran bengkel, gudang disesuaikan dengan kebutuhan.
• Ruangan ganti petugas laki-laki dan perempuan terpisah.
-828-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-829-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-830-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.13.1.5 Zonasi
-831-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Ruangan Administrasi • Ruang tempat pencatatan masuk dan keluar peralatan/ perabot
rusak dan ruang tempat staf bekerja.
• Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah petugas, dengan
perhitungan 3 m2 ~ 5 m2/ petugas
• Dilengkapi meja, kursi, lemari berkas/ arsip, intercom/telepon,
safety box, computer, printer dan peralatan kantor lainnya.
• Meja counter memiliki ketinggian sama dengan meja kerja,
sehingga dapat terjadi kontak mata langsung serta dilengkapi
dengan kursi hadap.
-832-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
5. Bengkel / Workshop
a. Bengkel / Workshop • Ruang tempat memperbaiki kerusakan sarana, prasarana dan
Bangunan / Kayu peralatan yang terbuat dari kayu.
• Luas bengkel menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Dilengkapi perlengkapan bengkel bangunan/ kayu
-833-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-834-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-835-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-836-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-837-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-838-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-839-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-840-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Floor Hardener Heavy Duty
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
-841-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
b Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
c Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
-842-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal
ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan
3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
-843-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
e. Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
f. Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
g. Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
h. Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
-844-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
i. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
j. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
k. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-845-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-846-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-847-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-848-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-849-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-850-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-851-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-852-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-853-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-854-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-855-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-856-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.14.1.1 Fungsi
Tempat pengolahan/produksi (yang meliputi: penerimaan bahan mentah atau
makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan),
penyimpanan bahan makanan serta pendistribusian makanan siap saji di rumah
sakit.
3.14.1.2 Lokasi
• Letak ruang dapur dan gizi harus memiliki akses yang mudah ke ruang rawat
inap
• Tidak memiliki akses yang bersilangan dengan akses ke laundri, tempat
pembuangan sampah dan ruang jenazah.
• Letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan (suara) dari dapur
tidak mengganggu ruangan disekitarnya.
• Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah.
3.14.1.3 Desain
• Mempunyai area masuk bahan makanan mentah yang tidak bersilangan
dengan alur makanan jadi.
• Lantai harus dari bahan yang tidak berpori dan tidak licin.
• Harus mempunyai pasokan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan
baku mutu air minum.
• Pada area pengolahan makanan harus mempunyai langit-langit yang tinggi
dilengkapi ventilasi untuk pembuangan udara panas selama proses
pengolahan.
• Pada dapur bangunan bertingkat harus disediakan fan pembuangan (exhaust
fan) dengan kapasitas ekstraksi minimal 60 Liter/detik yang hanya boleh
dioperasikan pada waktu memasak.
• Harus dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran.
-857-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-858-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-859-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.14.1.5 Zonasi
-860-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
2. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat menyimpan bahan makanan basah yang harus
Bahan Makanan Basah dimasukkan kedalam lemari pendingin.
• Luas ruangan tergantung dari jumlah pelayanan.
• Dilengkapi freezer, lemari pendingin, container bahan makanan,
timbangan kapasitas 20-100 kg, kereta angkut, pengusir tikus elektrik
3. Ruangan Penyimpanan • Ruang tempat menyimpan bahan makanan kering.
Bahan Makanan Kering
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi lemari beras, rak/palet/lemari penyimpanan bahan makanan,
timbangan kapasitas 20-100 kg, kereta angkut, pengusir tikus elektrik
-861-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-862-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Ruangan / Area Cuci • Ruang cuci plato serta perlengkapan makan dan minum lainnya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
• Pencucian secara mekanik memerlukan: mesin cuci kapasitas 100
piring, rak pengering alat kebersihan
• Pencucian manual memerlukan: ember plastik kapasitas 30 liter,
baskom plastik kapasitas 30 liter, perlengkapan kebersihan (sapu, sikat,
lap, alat/kain untuk pel, vacuum cleaner
• Tambahan untuk ruang pencucian: alat pengukur desinfektan
pencucian, sabun cuci, karbol, pencuci dinding keramik, tempat sampah
tertutup (basah dan kering), serok air
-863-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-864-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
16. Ruangan Penyimpanan • Ruangan untuk untuk pengaturan pemakaian gas elpiji dan menyimpan
Gas Elpiji tabung gas elpiji
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan.
• Ruangan harus terhindar dari banjir
• Dilengkapi penjepit tabung, kedudukan tabung, troli tabung
• Dilengkapi keran pengatur gas, manometer tekanan gas elpiji, header
gas elpiji
-865-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
19. KM/ WC (Toilet) • Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
20. Pantry • Dilengkapi dengan sink dan meja pantry .
• Dilengkapi meja dan kursi makan sesuai dengan kebutuhan.
-866-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-867-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-868-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-869-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-870-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
Toilet 2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
-871-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
-872-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
-873-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
-874-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
-875-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
-876-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
PEKERJAAN SPESIFIKASI
NO
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
-877-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-878-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Proteksi Kebakaran
− Proteksi kebakaran menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
dan heat/smoke detector apabila dipersyaratkan.
3. Ruangan Penyimpanan Tata udara
Bahan Makanan Kering − Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%.
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux
-879-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-880-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-881-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-882-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-883-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-884-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-885-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-886-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-887-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-888-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-889-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-890-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-891-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-892-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-893-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.15 LAUNDRY
3.15.1.1 Fungsi
Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya (toilet, ruangan ganti, parkir troli, ruangan petugas, ruangan
kepala, janitor, pantry, ruangan APD, ruangan diskusi dan gudang kimia).
Kegiatan pada laundy terdiri dari:
- penerimaan, pemilahan dan penimbangan
- pencucian linen infeksius dan linen non infeksius
- pengeringan
- penyetrikaan dan melipat linen
- perbaikan linen
- penyimpanan
- distribusi
3.15.1.2 Lokasi
Letak ruang laundri di area service rumah sakit dengan memperhatikan area basah
dan kering, alur kegiatannya dan pengelompokan area bersih dan kotor.
3.15.1.3 Desain
• Ruang laundri rumah sakit harus mempunyai dua pintu dengan letak berbeda,
masing-masing untuk akses kotor dan akses bersih.
• Dalam pengoperasiannya tata letak dan hubungan antar ruangan di Ruang
Laundri sedemikian rupa sehingga alur jalannya linen kotor sampai linen bersih
haruslah searah / tidak bolak balik dalam upaya mencegah terkontaminasinya
linen bersih dengan linen kotor.
• Ruang penerimaan linen kotor dapat bergabung dengan Ruang pemilahan dan
Ruang penimbangan
• Ruangan cuci linen infeksius sebaiknya terpisah dari ruangan cuci linen non
infeksius.
• Area kotor dapat terdiri dari:
- Gudang tempat penyimpanan chemical
- Janitor.
- Ruangan dekontaminasi trolley kotor
- Kamar mandi/toilet
- Ruangan penyimpanan sementara trolley bersih
-894-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-895-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-896-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.15.1.5 Zonasi
Berdasarkan tingkat sterilitas
-897-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Berdasarkan pelayanan
-898-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-899-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-900-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-901-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Perbaikan • Ruang tempat memperbaiki/ menjahit linen setelah dicuci dan keringkan.
Linen
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan pelayanan.
• Dilengkapi mesin jahit, jarum, benang dan perlengkapan perbaikan linen
lainnya
-902-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-903-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-904-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-905-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-906-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-907-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-908-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat
atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
-909-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3, Daya
Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
-910-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d Dinding Bumper & Rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
Guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa
cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
-911-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi
ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik. sesuai Skema
warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
-912-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/ finger
dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG
DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
-913-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing
stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis
dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
-914-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT
SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
a. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
b. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
c. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
-915-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-916-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
I. Ruang Kotor
1. Ruangan Penerimaan Tata udara
dan Pemilahan Linen − Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
2. Ruangan − Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
Penimbangan Linen − Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Pencahayaan
− Intensitas pencahayaan ruangan min. 100 lux.
-917-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)
4. Ruangan Pencucian Tata udara
Linen Infeksius
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi Listrik
− Harus disediakan stop kontak listrik yang kompatibel dengan mesin pencucian linen.
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor
(floor drain)
-918-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-919-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-920-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-921-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-922-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-923-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Pencahayaan
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Outlet daya
− Dapat disediakan stop kontak dengan jumlah sesuai kebutuhan.
12. Ruangan Ganti APD Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya min. 100 lux
-924-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-925-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-926-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-927-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-928-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-929-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-930-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-931-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.16.1.1 Fungsi
Secara umum kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik berfungsi sebagai
ruangan perletakan/ penyimpanan sementara, ruang pemulasaraan jenazah dan
ruang pemeriksaan forensik jenazah.
3.16.1.2 Lokasi
Letak kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik harus memiliki akses
langsung dengan ruang gawat darurat, ruang kebidanan, ruang rawat inap, ruang
operasi dan ruang perawatan intensif. Akses keluar dari kamar jenazah dan ruang
pemeriksaan forensik melalui akses servis rumah sakit.
3.16.1.3 Desain
• Kapasitas ruang jenazah sesuai dengan kebutuhan pelayan rumah sakit,
minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1% dari jumlah tempat tidur (pada
umumnya 1 lemari pendingin dapat menampung 4 jenazah).
• Ruang pemeriksaan forensik dan ruang pemulasaraan jenazah dapat dalam
satu atap.
• Ruang pemeriksaan forensik tidak harus selalu ada pada bagian pelayanan
rumah sakit.
• Lantai dan dinding kamar jenazah dan ruang pemeriksaan forensik kedap air,
tidak licin, tidak berpori, dan mudah dibersihkan serta hindari sudut
(menggunakan hospital plin).
• Ruangan ganti petugas laki-laki dan perempuan terpisah dan dilengkapi
dengan:
- Perlengkapan bilas antiseptic untuk kaki /Antiseptik footbath
- Tempat cuci tangan dengan antiseptic
- Kamar ganti
- Kamar mandi dan wc.
• Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda/ double
• Disediakan garasi mobil/ kereta jenazah
• Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung kamar jenazah
dan ruang pemeriksaan forensik ,sedapat mungkin mempunyai akses keluar
rumah sakit tersendiri , jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
-932-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-933-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-934-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-935-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.16.1.5 Zonasi
Zonasi Kamar Jenazah
-936-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-937-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-938-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Gudang Perlengkapan • Ruang penyimpanan perlengkapan yang diperlukan pada ruang duka.
Ruang Duka
• Luas ruangan menyesuaikan kebutuhan kapasitas pelayanan
• Dilengkapi lemari/rak, kursi, meja, penyangga jenazah, peti mati,
mimbar, alat-alat upacara keagamaan dan lain-lain
-939-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
10. Ruangan Jemur Alat • Ruang pengeringan/ jemur alat-alat/ perabot yang telah digunakan.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi rak, wastafel
-940-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
12. KM/WC (Toilet) • Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
pengguna.
• Ketinggian tempat duduk kloset 36 ~ 38 cm.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
• Toilet petugas dilengkapi dengan ruangan ganti.
• Dibedakan antara toilet laki-laki dan perempuan.
13. Ruangan Petugas & • Ruang tempat melaksanakan kegiatan pertemuan dan diskusi.
Diskusi
• Dilengkapi meja, kursi, peralatan meeting lainnya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
-941-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-942-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-943-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-944-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
10. R. Reagen • Ruang tempat penyimpanan regensia bersih dan bahan habis pakai.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
-945-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-946-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-947-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-948-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-949-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-950-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-951-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-952-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-953-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Floor Hardener Heavy Duty
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
-954-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan
dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
c Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Tipe : Silicone Sealant
-955-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN
PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
-956-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
-957-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
a. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
b. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
c. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
-958-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Towel Ring
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
A. Kamar Jenazah
1. Ruangan Administrasi Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Ruangan mengoptimalkan pencahayaan alami
-959-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-960-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-961-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-962-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-963-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
Pencahayaan
− Intensitas cahaya 100- 300 lux
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan Outlet telepondan Outlet data dengan instalasi permanen.
10. Ruangan Jemur Alat Tata udara
− Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara secara alami
− Tidak perlu dilakukan pengkondisian udara
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
Lain-lain
− Dilengkapi rak, wastafel
11. Gudang Tata udara
− Kelembaban udara 55 + 5%
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan kuat penerangan rata rata 100 lux.
12. KM/WC (Toilet) Tata udara
-964-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-965-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-966-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-967-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Outlet Telepon & Data
− Dapat disediakan dan Outlet data.
18. Microc Room Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 12 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
19. R. Autopsi Tata udara
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan Negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam min.2 kali
− Total Pertukaran udara min. per jam 10 kali
− Seluruh udara di buang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan
Instalasi air kotor
-968-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Lain lain
− Ruangan dilengkapi dengan instalasi air bersih dan saluran pembuangan air kotor (floor
drain)
20. Laboratorium Umum Tata udara
− Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
− Kelembaban udara 55 + 5%
− Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
− Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
− Total Pertukaran udara per jam 6 kali
− Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang langsung keluar bangunan
− Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
Air Kotor
− Sebelum dialirkan ke jaringan IPAL, buangan air kotor harus diproses melalui instalasi
pre treatment terlebih dahulu.
Pencahayaan
− Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan buatan
dengan intensitas cahaya min. 200 lux
Outlet daya
− Disediakan kotak kontak dengan instalasi permanen yang jumlah sesuai kebutuhan
-969-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-970-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-971-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-972-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-973-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-974-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.16.3.4 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Jenazah
-975-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.16.3.5 Contoh Instalasi Stop Kontak & Rak Kabel Ruang Pemeriksaan Forensik
-976-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-977-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.16.3.7 Contoh Instalasi Bersih & Air Panas Ruang Pemeriksaan Forensik
-978-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-979-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-980-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.17.1.1 Fungsi
Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas terapi pengganti fungsi ginjal/
cuci darah akibat terjadinya gangguan atau tidak berfungsinya ginjal.
3.17.1.2 Lokasi
Letak ruang hemodialisa harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit
dan memiliki akses langsung ke ruang rawat inap dan ruang perawatan intensif.
3.17.1.3 Desain
• Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal inlet air
steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis.
• Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang
menyilaukan.
• Ruang pelayanan hemodialisa terdiri dari ruangan cuci darah umum dan
ruangan cuci darah isolasi.
• Ruang hemodialisa dilengkapi dengan ruangan reverse osmosis, dirty utility/
Gudang kotor dan disarankan ada ruangan reuse jika dialiser digunakan
berulang.
• Ruangan tunggu dilengkapi dengan toilet umum dan toilet difable.
-981-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-982-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-983-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.17.1.5 Zonasi
-984-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-985-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Isolasi Cuci Darah • Ruangan isolasi tempat pasien mendapatkan tindakan cuci darah
• Ukuran ruangan isolasi 4x4 m2, belum termasuk ruangan antara
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi
• Dilengkapi toilet pasien
• Dilengkapi wastafel pada ruangan antara
-986-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
6. Ruangan Konsultasi • Ruang untuk melakukan konsultasi oleh dokter spesialis penyakit dalam /
sub spesialis ginjal kepada pasien dan keluarganya
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
• Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
• Bahan bangunan tidak boleh memiliki porositas yang tinggi
• Lebar daun pintu minimal 90 cm (dapat menggunakan pintu geser atau
swing)
7. Ruang Reverse Osmosis • Ruang tempat meletakkan mesin RO dan filter UV sebelum air ditampung
(RO) dan Sterilisasi UV dalam tangki air harian. Ruang ini dapat digabung dengan ruang tanki air
harian
-987-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
8. Ruangan Tanki Air Harian • Ruang tempat meletakkan tanki yang menampung air yang telah disterilisasi
(Ready To Use Tank) untuk dapat langsung digunakan oleh mesin hemodialisa atau mesin
pembersih filter.
• Luasan disesuaikan dengan kapasitas tanki air
• Dilengkapi tanki air dan pompanya
9. Ruangan Pencucian Filter • Ruang tempat membersihkan filter agar dapat dipergunakan kembali.
(Reuse Filter Cleaning) Kegiatan ini dapat dilaksanakan di Ruang Sterilisasi.
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
• Dilengkapi bak cuci filter (sink), alat pembersih filter, alat dekontaminasi
filter
-988-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
11. Ruangan Kepala • Ruangan tempat kepala ruang bekerja dan melakukan kegiatan
perencanaan dan manajemen
• Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
12. Gudang Kotor/ Dirty Utility • Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak cuci atau menggunakan
alat bedpan washer.
• Letak ruang spoelhoek terhubung dengan koridor kotor.
• Dilengkapi wastafel
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor
drain.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
13. KM / WC (Toilet) Toilet Petugas - toilet petugas
• Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar
-989-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-990-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-991-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-992-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-993-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-994-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-995-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
1 DINDING
a Dinding Bata Merah 1. Ukuran Bata Merah 5 x 11 x 22 cm
2. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang
baik yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran
3. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
b Dinding Bata Ringan 1. Ukuran: 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2
2. Finishing: plester, pelapis dinding (cat, wallpaper, keramik, dll)
c Dinding Partisi 1. Rangka: Alumunium, Besi
2. Penutup: Gypsum board, Kaca
3. Pengisi: Glass wool, sterofoam,
4. Finishing: Cat, Wallpaper
d Dinding Partisi Cubicle Toilet 1. Cubicle tempered glass 10 mm dengan ceramic frit atau laminated
2. Phenolic panel 12mm
3. Rangka dinding partisi cubikal yang digunakan adalah pipa mill steel ukuran sesuai dengan pabrik penghasil. Semua
engsel dan kunci adalah stainles steel dengan indikator lecth dari sisi luar
2 PLAFON
a Plafon Gypsum Solid 1. Gypsum Board 9 mm
2. Rangka Plafon menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm
b Plafon PVC 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
-996-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
c Plafon Metal 1. Rangka plafon: Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. Tipe I adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip dan heavy duty
2. Tipe II adalah anti bakteri, anti static, anti chemical, anti fiction, non slip
3. Tipe III adalah Continous Air Buble Foam, elastic dan anti slip
4. Tipe IV adalah anti bakteri, non slip dan heavy duty
5. Tipe V adalah untuk pelapis dinding anti bakteri dan anti static
-997-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
6. Tipe VI adalah pelapis lantai berkontur non slip
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d Dinding Bumper & Rail 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
Guard
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar
tempered glass 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari
-998-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU &
JENDELA
a Pintu Aluminium 1. Alumunium
- Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik.
sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal 1,35 mm
- Alat Pengencang dan Aksesori.
- Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
- Peanahan udara dari bahan vinyl.
- Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
2. Gasket
Sifat Material: Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
-999-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
Tipe : Silicone Sealant
4. Screw
Bahan : Stainless Steel (SUS)
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintu dibuat dari rangka kayu bersistem engineering dan honeycomb core dengan door skin berbahan HMR yang
dilaminasi dengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal ini
akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel, dengan 3
-1000-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
(tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari
tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction
stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair
line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
-1001-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
d. Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
e. Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
f. Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
-1002-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
7. Towel Bar
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
-1003-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1004-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1005-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1006-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1007-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1008-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1009-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1010-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1011-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1012-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1013-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1014-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1015-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1016-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1017-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1018-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1019-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1020-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1021-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1022-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.18.1.1 Fungsi
Fungsi ruang ini adalah untuk melakukan tindakan non bedah endoskopi dan
kolonoskopi.
3.18.1.2 Lokasi
Letak ruang endoskopi dan kolonoskopi harus mudah diakses dari pintu masuk
utama rumah sakit dan memiliki akses langsung ke ruang rawat inap, berada pada
zonasi pelayanan rawat jalan.
3.18.1.3 Desain
1. Fasilitas pelayanan endoskopi dan kolonoskopi dapat digabung dalam satu
ruang/ unit atau terpisah.
2 Pembagian/ pengelompokkan ruangan terdiri dari ruangan pelayanan, petugas
dan servis/ penunjang.
3 Letak ruangan tunggu disarankan berada pada sisi luar bangunan guna
mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.
4 Ruang persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan toilet difable dan ruangan
ganti.
5 Pada ruangan tunggu khususnya di area infeksius memiliki bukaan dengan
sirkulasi silang.
6 Ruangan administrasi dapat digunakan sebagai pos perawat.
7 Scrub up dapat digunakan untuk ruangan endoskopi dan kolonoskopi
8 Gudang kotor/ dirty utility Dilengkapi dengan sloop sink, service sink dan bak
cuci atau menggunakan alat bedpan washer.
-1023-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1024-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1025-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
3.18.1.5 Zonasi
-1026-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1027-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
4. Ruangan Endoscopy • Luas ruangan Setiap ruang endoskopi harus minimal 6 m x 5 m untuk
dapat mengakomodasi berbagai prosedur endoskopi diagnostik dan
terapeutikdengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan
peralatan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali
per jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
5. Ruangan Colonoscopy • Luas ruangan Setiap ruang endoskopi harus minimal 6 m x 5 m untuk
dapat dengan memperhatikan ruang gerak petugas, pasien dan
peralatan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
-1028-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
6. Ruangan cuci tangan (scrub • Setiap 1 ruangan ini minimal melayani 2 ruang (Endoscopy & Coloscopy)
up)
• Luas ruangan minimal 6 m2.
• Disediakan fasilitas scrubbing lengkap dengan fasilitas desinfeksi tangan.
• Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
7. Ruangan Bersih • Ruangan ini merupakan ruangan dengan zona resiko sedang
• Luasan ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
-1029-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1030-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1031-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1032-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1033-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1034-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1035-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1036-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
c Plafon Metal 1. Rangka plafon:Steel
2. Modul: disesuaikan dengan produk yang digunakan
3. Rangka penggantung: disesuaikan dengan produk
3 PENUTUP LANTAI
a Homogenous Tile 1. 60 x 60 cm, 40x40 cm Polished / Matt
2. Tebal ± 7 mm toleransi ± 5 %, Panjang x Lebar toleransi ± 0,5 %, kuat tekan Min K-500, Kuat Gesekan ≤175 mm3,
Daya Serap Air ≤0,5 % dan ketahanan zat kimia sedang
b Keramik 1. 30 x 30 Glazuur
2. 50 x 50 Polished / Matt
3. 60 x 60 Polished / Matt
c Epoxy 1. Compressive Strength (ASTM C-579) → 9000 psi
2. Tensile Strength (ASTM C-307) → 1600 psi
3. Flexural Strength (ASTM C-500) → 4000 psi
4. Hardness (ASTM D-2240) → 85 - 90 psi
5. Impact Resistance (ASTM D-4226) → 160 in lbs
6. Water Absorption (ASTM C-413) → 0,1 %
7. Heat Resistance Limitation → 1400F / 600C
d Vynil Sheets 1. TipeIadalahantibakteri,antistatic,antichemical,antifiction,nonslipdanheavy duty
2. Tipe II adalahantibakteri,antistatic, antichemical, antifiction, non slip
3. Tipe III adalahContinousAirBubleFoam,elastic danantislip
4. Tipe IVadalahantibakteri,non slipdan heavy duty
5. Tipe Vadalahuntuk pelapisdinding antibakteri dan antistatic
6. Tipe VI adalahpelapis lantaiberkonturnon slip
-1037-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
4 PELAPIS DINDING
a Homogenous Tile Homogenous tile untuk pelapis dinding yang berukuran 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
b Keramik Keramik berukuran 20x 25cm, 30 x 30cm, 30 x 60 cm
c Hospital Plint Hospital Plint adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5 cm terbuat dari material Homogenous atau
syntetis/marbel dengan ukuran 8 x 30cm dan 10 x 40 cm.
d DindingBumper&RailGuard 1. Aluminium extrucded profil 140 mm
2. Cover vinyl hand drail 140mm PVC higt impact
5 CAT
a Cat Eksterior Weathershield, Solvent Base
b Cat Interior Acrylic Emulsion Water Base / Co Polymer
c Cat Besi Syntetic Enamel / Thinner
d Cat Kayu / Furniture Melamic / Stained Finish
e Cat Epoxy Epoxy Enamel / Dust Proof Paint
6 KACA
a Kaca Polos Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata,
tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 –
1987
b Kaca tahan panas / Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur
tempered glass sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua
permukaannya
c Kaca Es Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan
-1038-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
d Tinted glass Kaca tinted glass adalah kaca jenis berwarna harus merupakan kaca jenis figured glass warna yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI
e Cermin Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik.
f Kaca Reflective Kaca reflective merupakan kaca yang diberi lapisan pelindung untuk merefleksikan sinar matahari
7 KUSEN, PINTU & JENDELA
-1039-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
5. Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan
profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
b Engineering Door 1. Pintudibuatdarirangkakayubersistemengineeringdanhoneycombcoredengandoorskin berbahan HMR yang
dilaminasidengan HPL
2. Rangka kayu dengan sistem finger joint
3. Kayu solid yang stelah d oven (MC = 11% - 13%) dipotong pendek (300-500 mm) disambung seperti jari tangan/
finger dengan menggunakan lem sehingga kayu yang pendek tersebut menjadi panjang sesuai yang diinginkan.
4. High Moisture Resistence (HMR)
5. HMR tahan terhadap kelembapan, HMR mengandung resin yang tahan terhadap kelembapan.
6. Plywood dibuat dari veneer kayu dengan ketebalan veneer 0,5 mm – 5 mm. Arah serat kayu dilapis bersilang, hal
ini akan memperkuat lapisan veneer/ plywood.
7. HPL difungsikan sebagai pelapis pintu.
8 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama
2. Semua kunci harus terdiri dari:
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan
finishing stainless steel hair line.
-1040-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
aluminium)
3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu aluminium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus
dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe
friction stay 20” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel
hair line.
4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis.
6. Grendel Tanam/Flush bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai.
7. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding.
8. Lever Handle
Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle
-1041-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain
9 PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
1. Water Closet Duduk
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Water Closet Jongkok
Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
3. Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya
- Sink dapur
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan
lainnya yang diperlukan.
- Urinoir (Tipe Moslem)
Semua Urinoir sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
4. Floor Drain
5. Keran air untuk Pantry
6. Towel Ring
7. Towel Bar
-1042-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
NO PEKERJAAN SPESIFIKASI
8. Paper Holder
9. Shower Spray
10. Shop Holder
3.18.3 PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA (UTILITAS)
-1043-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1044-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1045-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1046-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1047-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1048-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1049-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1050-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1051-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1052-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1053-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1054-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1055-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1056-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1057-
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN RUANG/UNIT/ISTALASI DI RUMAH SAKIT
-1058-