Natural ventilation
1. Tata ruang disarankan model Klaster, dibedakan
berdasarkan spesialisasi jenis penyakit, infeksius
dan non infeksius.
Natural ventilation
2. Ruang tunggu sedapat mungkin didesain dapat
mengoptimalkan ventilasi alami.
1. Desain tata ruang gawat darurat harus dapat mendukung kecepatan pemberian pelayanan
(response time) dan tidak terjadi infeksi silang dengan pengaturan zoning.
2. Pasien menular, untuk menuju ke ruangan isolasi disarankan melalui akses luar unit.
3. Ruangan dekontaminasi harus memiliki ventilasi yang baik, disarankan model pass trough.
4. Secara umum ruangan-ruangan tindakan, observasi, total pertukaran udara per jam min. 6 kali
& Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali.
5. Dst..
Ruang Rawat Inap
Natural ventilation
Seluruh
Total
Hubungan Pertukaran udara di Resirkulasi
pertukaran
tekanan thd udara dari buang udara di
Fungsi Ruang udara per
area luar per jam langsung dalam unit
jam
bersebelahan minimum ke luar ruangan
minimum
bangunan
Perawatan intensif P(min 5 Pa) 2 6 Pilihan Tidak
Isolasi protektifg P(min 5 Pa) 2 15 Ya Pilihanh
Isolasi Infeksiusg ± 2 6 Ya Tidak
Isolasi ruang antara ± 2 10 Ya Tidak
Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/ menempel di plafon dan
sebaiknya bahan tirai non porosif.
Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar mandi. Kamar mandi ini mengikuti
persyaratan kamar mandi aksesibilitas.
Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga. Bahan penutup lantai dari bahan tidak berpori,
seperti vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran
tidak mengumpul, mudah dibersihkan. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan
melengkung (hospital plint).
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu/kotoran.
Ruang Perawatan Intensif
1. Desain tata ruang harus dapat mendukung tidak terjadi infeksi silang dengan pengaturan zoning.
2. Komponen arsitektur (lantai, dinding, plafon) tidak memiliki porositas yang tinggi, sambungan lantai
dg dinding, dinding dg dinding, dinding dg plafon konus.
3. Modular ruang perawatan pasien + 3 x 4 m2, untuk ruang perawatan pasien tertutup/isolasi + 4 x 4 m2
(belum termasuk ruangan antara). Dilengkapi wastafel pada ruangan antara.
4. Sistem tata udara tersaring dan terkontrol dengan parameter tekanan udara positif, total pertukaran
udara 6 ACH, kelembaban 55% + 5%, temperatur 21-240C.
Ruang Perawatan Intensif
Ruang Operasi
2. Persyaratan Komponen arsitektur (lantai, dinding, plafon) tidak memiliki porositas yang tinggi,
sambungan lantai dengan dinding, dinding dengan dinding, dinding dengan plafon konus.
3. Bahan penutup lantai harus dari bahan anti gesek, anti statik dan anti bakteri.
4. Sistem ventilasi di ruang operasi harus tersaring dan terkontrol
serta terpisah dari sistem ventilasi lain di rumah sakit untuk
kepentingan pengendalian dan pencegahan infeksi.
Persyaratan Teknis Ruang Operasi 1) Diatas ruang operasi tidak boleh terdapat area basah
2) Diatas ruang operasi tidak disediakan space untuk peralatan AHU sistem
tata udara, atau ketinggian floor to floor tidak mencukupi untuk
meletakan peralatan AHU tersebut.
3) Tata letak ruang tidak sesuai dengan zonasi berdasarkan tingkat
sterilitas ruangan.
4) Alur kegiatan pelayanan tidak tepat. Masih bercampurnya akses barang
bersih denga barang kotor.
5) Jenis pintu yang digunakan bukan jenis air tight door.
6) Jarak modul kolom gedung RS kurang tepat sehingga mengakibatkan di
ruangan operasi tidak bisa dihindari tonjolan-tonjolan kolom
membentuk profil
Sistem Tata Udara 1) Sistem VAC di RS (5 parameter) belum terpenuhi sesuai kebutuhan
ruangan.
2) Sistem ventilasi dan AC di ruang operasi tidak individual dalam hal
ini antara satu ruangan operasi dengan ruangan operasi lainnya
masih bergabung, bahkan masih bergabung dengan sistem ventilasi
unit lain di rumah sakit.
3) Aliran udara dalam ruang operasi tidak laminair, kapasitas beban
peralatan AHU dikaitkan dengan luasan ruangan tidak mencukupi,
sistem ducting tidak ring, menggunakan ducting jenis fleksibel, dll,
sehingga sterilitas ruangan tidak tercapai.
Laboratorium
1. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus
terpisah dan dapat meminimalkan risiko penyebaran infeksi.
4. Lantai harus tidak licin, tahan terhadap cairan, dan tahan bahan kimia. Lantai
non porosif
1. Akses masuk CSSD terdiri dari 3 dan tidak boleh bersilangan : akses barang kotor, barang
bersih dan barang steril.
2. Desain tata ruang CSSD harus memenuhi ketentuan zona kotor, bersih dan steril
3. Ruang pengemasan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan barang bersih, ruang penyimpanan
barang bersih harus non porosif baik lantai, dinding dan plafonnya. Lantai menggunakan
pelapis anti bakteri, pertemuan lantai dg dinding, pertemuan dinding dg dinding konus.
4. Di ruang dekontaminasi disediakan sloop sink, service sink dan deep wide basin dengan
disediakan instalasi pipa air panas.
5. Khusus di ruang penyimpanan/gudang steril filtrasi udara minimal dengan medium filter.
1. Letak ruang laundry di area service rumah sakit dengan memperhatikan area basah dan
kering, alur kegiatannya dan pengelompokan area bersih dan kotor .
2. Ruang Laundry sebaiknya tidak berdekatan dengan Instalasi Gizi/Dapur dan Kamar
Jenazah.
3. Laundry harus memiliki akses yang terpisah untuk linen kotor dan linen bersih.