BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. SASARAN
D. DASAR HUKUM
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2004,
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 32 Tahun 2004,
tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009,
tentang Kesehatan;
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nonor : 44 Tahun 2009,
tentang Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1333
/ MENKES / SK / XII / 1999, tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1045 /
MENKES / PER / XI / 2006, tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129 /
MENKES / SK / II / 2008, tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 340 /
MENKES / PER / III / 2010, tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
9. Peraturan Walikota Bandung No 31 Tahun 2011 tentang
Rincian tugas pokok, fungsi, uraian tugas dan tata kerja Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Kota Bandung.
10. Keputusan Wali Kota Bandung no. 900 / KEP. 138. DPKAD /
2012 tentang penetapan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
Kota Bandung untuk menerapkan pola keuangan Badan
Layanan Umum Daerah bertahap.
11. Peraturan Daerah Kota Bandung No. 03 Tahun 2014 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
BAB II
GAMBARAN UMUM RS
A. GAMBARAN UMUM RS
BAB III
VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT
b. Bermutu :
c. Terjangkau :
d. Informatif :
e. Memuaskan Masyarakat :
2. Misi
Untuk merealisasikan visi tersebut diatas, RSKGM menjabarkan
C. NILAI
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki nilai
“B- SMART” yang merupakan singkatan dari :
B : Bijak
S : Semangat
M : Melayani
A : Artistik
R : Ramah
T : Tulus
Nilai tersebut di atas memiliki makna :
Bijak :
Mampu memberikan pelayanan secara bijaksana tidak
memahami kebutuhannya.
Artistik:
Artistik dalam membuat produk sehingga pelanggan tampil
pelanggan.
Tulus :
Tulus ikhlas dalam bekerja secara profesional untuk mencapai
ridho Yang Maha Kuasa.
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
DIREKTUR
KOMITE SPI
MEDIS
INSTALASI
Bagan Struktur Organisasi PPK-BLUD
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR
SPI
KOMITE RUMAH
SAKIT
INSTALASI
Keterangan :
Garis Komando :
Garis koordinasi : --------------
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE TENAGA KESEHATAN
PROFESIONAL LAINNYA
DIREKTUR
URAIAN JABATAN
2. Kewenangan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum:
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan
memastikan bahwa staf tenaga kesehatan profesional
lainnya yang akan melakukan pelayanan di rumah sakit
yang kredibel.
2) Tujuan Khusus:
a) Mendapatkan dan memastikan staf adalah tenaga
kesehatan yang professional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit;
b) Tersusunnya jenis – jenis kewenangan klinis (clinical
privilege) bagi setiap staf tenaga kesehatan lainnya
yang melakukan pelayanan di rumah sakit sesuai
keilmuannya.
c) Dasar bagi Direktur rumah sakit untuk menerbitkan
penugasan klinis (clinical appointment) bagi setiap staf
tenaga kesehatan profesional lainnya untuk
melakukan pelayanan di rumah sakit;
d) Terjaga reputasi dan kredibilitas para staf tenaga
kesehatan profesional lainnya dan Institusi Rumah
Sakit dihadapan pasien, penyandang dana, dan
pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit
lainnya.
d. Keanggotaan
Sub komite kredensial di rumah sakit terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang staf tenaga kesehatan professional
lainnya yang memiliki surat penugasan klinis (clinical
appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin
ilmu yang berbeda. Pengorganisasian subkomite kredensial
sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota,
yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua
komite tenaga kesehatan professional lainnya.
e. Kewenangan Klinis
1) Staf tenaga kesehatan professional lainnya mengajukan
permohonan kewenangan klinis kepada direktur rumah
sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan
klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi
bahan - bahan pendukung.
2) Berkas permohonan staf tenaga kesehatan profesional
lainnya yang telah lengkap disampaikan oleh direktur
rumah sakit kepada komite tenaga kesehatan profesional
lainnya.
3) Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis
yang telah diisi oleh pemohon.
4) Dalam melakukan kajian sub komite kredensial dapat
membentuk panel atau panitia ad-hoc dengan melibatkan
mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan
klinis.
5) Sub komite kredensial melakukan seleksi terhadap
anggota panel atau panitia ad-hoc dengan
mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan,
bidang disiplin, dan kompetensi yang bersangkutan.
6) Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
a. Kompetensi:
a) Berbagai area kompetensi sesuai standar
kompetensi yang disahkan oleh lembaga pemerintah
yang berwenang untuk itu.
b) Kognitif.
c) Afektif.
d) Psikomotor.
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental / perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
7) Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat
kompetensi dan cakupan praktik.
8) Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege) diperoleh dengan cara :
a. Menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan
meminta masukan dari setiap kelompok staff kesehatan.
b. Mengkaji kewenangan klinis bagi pemohon dengan
menggunakan daftar rincian kewenangan klinis
(delineation of clinical privilege).
c. Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf
tenaga kesehatan professional lainnya dilakukan secara
periodik
9) Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan
oleh komite tenaga kesehatan profesional lainnya
berdasarkan masukan dari sub komite kredensial.
10) Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi
setiap staf tenaga kesehatan lainnyayang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis (clinical appointment), dengan
rekomendasi berupa:
a. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan.
b. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah.
c. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi.
d. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan
untuk waktu tertentu.
e. Kewenangan klinis yang bersangkutan
diubah/dimodifikasi.
f. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
11) Bagi staf kesehatan yang ingin memulihkan
kewenangan klinis yang dikurangi atau menambah
kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan
permohonan kepada komite tenaga kesehatan professional
lainnya melalui direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite
tenaga kesehatan profesional lainnya menyelenggarakan
pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan (proctoring).
12) Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan
rekomendasi kewenangan klinis :
a. Pendidikan :
1) Lulus dari sekolah kesehatan yang terakreditasi,
atau dari sekolah kesehatan luar negeri dan sudah
di registrasi.
b. Perizinan (lisensi) :
1) Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan
bidang profesi;
c. Kegiatan Penjagaan :
1) Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian
kompetensi bagi anggotanya;
2) Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi.
d. Kualifikasi Personal
1) Riwayat disiplin dan etika profesi.
2) Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui.
3) Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak
terlibat penggunaan obat terlarang dan alkohol, yang
dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien.
4) Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan.
e. Pengalaman dibidang keprofesian :
1) Riwayat tempat pelaksanaan praktik keprofesian;
2) Riwayat tuntutan kesehatan atau klaim oleh pasien
selama menjalankan profesi.
13) Berakhirnya kewnangan klinis.
14) Pencabutan perubahan / modifikasi, dan pemberian kembali
kewenangan klinis.
f. Tanggung Jawab
Tanggung jawab sub komite kredensial secara teknis kepada
ketua komite tenaga kesehatan professional lainnya dan secara
administrasi kepada Direktur RSKGM Kota Bandung.
a. Tujuan
b. Konsep
c. Keanggotaan
Sub komite mutu profesi di Rumah Sakit terdiri atas
sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang staf tenaga kesehatan
profesional lainnya yang memiliki surat penugasan klinis
(clinical appoimtment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari
disiplin ilmu yang berbeda. Pengorganisasian sub komite mutu
profesi sekurang – kurangnya terdiri dari : ketua, sekretaris
dan anggota yang ditetapkan oleh bertanggung jawab kepada
ketua komite tenaga kesehatan profesional lainnya.
d. Mekanisme Kerja
e) Audit
Dalam peraturan perundang – undangan tentang perumah-
sakitan, pelaksanaan Audit kesehatan dilaksanakan sebagai
Implementasi fungsi manajemen klinis dalam rangka
penerapan Tata kelola klinis yang baik di rumah sakit. Audit
kesehatan tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya
kesalahan seorang staf tenaga kesehatan profesional lainnya
dalam satu kasus. Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan
dugaan kelalaian sorang staf kesehatan, mekanisme yang
digunakan adalah mekanisme disiplin profesi, audit kesehatan
dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua staf
tenaga kesehatan professional lainnya (no blaming culture)
dengan cara tidak menyebutkan nama (no naming), tidak
mempersalahkan (no blaming), dan tidak mempermalukan (no
shaming).
Secara umum, pelaksanaan Audit kesehatan harus dapat
memenuhi 4 (empat) peran penting:
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap
kompetensi masing – masing staf tenaga kesehatan
professional lainnya pemberian pelayanan di rumah sakit;
b. Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical
privilege) sesuai kompetensi yang dimiliki;
c. Sebagai dasar bagi komite medik dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan kewenangan klinis (clinical
privilege), dan sebagai dasar bagi komite tenaga kesehatan
professional lainnya dalam merekomendasikan perubahan /
modifikasi rincian kewenangan klinis seorang staf
kesehatan.
Audit dapat pula diselenggarakan dengan melakukan
evaluasi berkesinambungan (on – going professional practice
evaluation), baik secara perorang maupun kelompok. Hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang meliputi :
a. Pemilihan topik yang akan di audit;
b. Penetapan standard dan kriteria;
c. Penetapan jumlah kasus / sampel yang akan di audit;
d. Membandingkan standar / kriteria dengan pelaksanaan
pelayanan;
e. Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai standar dan
kriteria;
f. Rencana Re – Audit.
h) Tanggung Jawab
a) Tujuan
Sub komite etika & disiplin profesi pada Komite Tenaga
Kesehatan Profesional Lainnya di rumah sakit dibentuk dengan
tujuan :
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf tenaga kesehatan
profesional lainnya yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit / unproper) untuk
melakukan asuhan klinis (clinical care);
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf
tenaga kesehatan professional lainnya di rumah sakit.
b) Konsep
Setiap Staf tenaga kesehatan professional lainnya dalam
melaksanakan melakukan tugasnya di rumah sakit harus
menerapkan prinsip – prinsip professionalism, kinerja
professional yang baik, sehingga dapat memperlihatkan kinerja
profesi yang baik. Dengan kinerja professional yang baik
tersebut pasien akan memperoleh pelayanan yang aman dan
efektif.
Upaya peningkatan profesionalisme staf tenaga kesehatan
professional lainnya dilakukan dengan melaksanakan program
pembinaan profesionalisme kesehatan dan upaya pendisiplinan
berperilaku professional staf tenaga kesehatan professional
lainnya di lingkungan rumah sakit.
Pengaturan dan penerapan penegakan disiplin profesi
bukanlah sebuah penegakan disiplin kepegawaian yang diatur
dalam tata tertib kepegawaian pada umumnya. Sub komite ini
memiliki semangat yang berlandaskan, antara lain :
1. Peraturan Internal Rumah Sakit;
2. Peraturan Internal Staf Tenaga Kesehatan Profesional
Lainnya;
3. Etika Rumah Sakit; dan
4. Etika Profesi
c) Keanggotaan
Sub Komite Etika dan Disiplin profesi di Rumah Sakit terdiri
atas sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang Staf tenaga kesehatan
professional lainnya yang memiliki Surat Penugasan Klinis
(clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari
disiplin ilmu yang berbeda. Pengorganisasian Sub Komite Etika
& Disiplin Profesi sekurang – kurangnya terdiri dari : Ketua,
Sekretaris dan Anggota yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada Ketua Komite Tenaga Kesehatan Profesional
Lainnya.
d) Mekanisme kerja
Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur
seluruh mekanisme kerja sub komite disiplin dan etika profesi
berdasarkan masukan komite tenaga kesehatan professional
lainnya. Selain itu kepala / direktur rumah sakit bertanggung
jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan
agar kegiatan ini dapat terselenggara.
Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel
yang dibentuk oleh ketua sub komite etika dan disiplin
profesi. Panel terdiri 3 (tiga) orang staf tenaga kesehatan
professional lainnya atau lebih dalam jumlah ganjil dengan
susunan sebagai berikut :
1. 1 (satu) orang dari sub komite etik dan disiplin profesi
yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda dari yang
diperiksa;
2. 2 (dua) orang atau lebih staf tenaga kesehatan lainnya dari
disiplin ilmu yang sama dengan yang diperiksa dapat
berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik
atas permintaan komite tednaga kesehatan lainnya dengan
persetujuan direktur rumah sakit.
c. Pemeriksaan :
1) Dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi;
2) Melalui proses pembuktian;
3) Dicatat oleh petugas sekretariatan komite tenaga
kesehatan lainnya.
4) Terlapor dapat didampingi oleh personil dari rumah sakit
tersebut.
5) Panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai
kebutuhan;
6) Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin
profesi bersifat tertutup dan pengambilan keputusannya
bersifat rahasia.
d. Keputusan
Keputusan panel yang dibentuk oleh Sub Komite Etika dan
Disiplin Profesi diambil berdasarkan suara terbanyak, untuk
menentukan ada atau tidak pelanggaran disiplin profesi di
rumah sakit.
f. Pelaksanaan Keputusan
Keputusan Sub Komite Etika & Disiplin Profesi
tentang pemberian tindakan disiplin profesi diserahkan
kepada Direktur rumah sakit oleh ketua komite tenaga
kesehatan lainnya sebagai rekomendasi, selanjutnya
direktur rumah sakit melakukan eksekusi.
2. Pembinaan Profesionalisme
Sub Komite Etika & Disiplin Profesi menyusun materi kegiatan
pembinaan profesionalisme. Pelaksanaan pembinaan
profesionalisme dapat diselenggarakan dalam bentuk ceramah,
diskusi, symposium, loka karya, dsb yang dilakukan oleh Unit
Kerja rumah sakit terkait seperti Unit Pendidikan dan Latihan,
Komite tenaga kesehatan lainnya, dan sebagainya.
D. PENDANAAN
1) Personalia atau Kepengurusan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya berhak memperoleh insentif sesuai dengan
kemampuan keuangan Rumah Sakit;
2) Pelaksanaan kegiatan Komite tenaga kesehatan lainnya
didanai / dianggarkan dengan anggaran rumah sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
INTERNAL
KOMITE TENAGA
KESEHATAN LAINNYA
EKSTERNAL
Mitra bestari
Universitas
Rumah sakit terkait
Kolegium
Organisasi Profesi
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
7 Rencana Re- X
Audit
C. Sub komite Etik dan disiplin
PERTEMUAN/RAPAT
Mingguan B Ta
No Uraian ul hu
I II III IV an Ket
na
an n
√ √ √ √ Rapat setiap 2
minggu sekali
untuk
Rapat Komite
menyampaikan
1. Tenaga Kesehatan
permasalahan di
Lainnya Umum
komite
kesehatan
lainnya.
√ √ Rapat Bulanan
Rapat dengan tiap 1 bulan
Kelompok staf sekali dan rapat
tenaga kesehatan insidentil bila
2.
lainnya dan atau ada hal hal yang
semua staf tenaga perlu
kesehatan lainnya diinformasikan
segera.
√ √ Rapat Bulanan
tiap 3 bulan
Rapat dengan sekali dan rapat
Direktur dan Kepala insidentil bila
3.
Seksi Pelayanan ada hal hal yang
RSKGM perlu
diinformasikan
segera.
√ Rapat
diselenggarakan
4. Rapat Tahunan
sekali setiap
tahun
BAB X
PELAPORAN