WORKSHOP
BERBASIS SNARS”
Jln. KS. Tubun No.2, Kejambon, Kec. Tegal Tim., Kota Tegal, Jawa Tengah
Disusun oleh :
Hafiyah, A.Md
Profesi tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit sangatlah penting dan strategi dalam
menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit maka pengorganisasian dan
pemberdayaan profesi tenaga kesehatan lainnya dalam atau wadah Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya sangat penting untuk membangun dan memajukan rumah sakit tersebut baik dari segi
pelayanan penunjang maupun pendidikan dan penelitian. Peran dan fungsi komite tenaga
kesehatan lainnya adalah meneggakan etik, disiplin dan mutu profesi.
B. Tujuan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan lain mengenai peranan tenaga
kesehatan lain di rumah sakit berbasis SNARS.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan lain mengenai regulasi dan peran
komite tenaga kesehatan lain dalam kredensial.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan lain mengenai penilaian kinerja
dan audit profesi (evaluasi mutu).
C. Manfaat
D. Penyelenggaran
F. Narasumber
1. Erni, SKM
2. Junainah, SKM, MAP
G. Susunan Acara
H. Materi
Komite tenaga kesehatan lain diatur dalam UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan pasal 76 ayat 1 “Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dalam meningkatkan dan
menjaga mutu pemberian pelayanan kesehatan dapat membentuk komite atau panitia atau tim
untuk kelompok tenaga kesehatan di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan”. Komite tenaga
kesehatan merupakan perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelolaa klinis agar tenaga
kesehatan lainnya di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi kllinis dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi. Tugas komite tenaga
kesehatan yaitu rekomendasi kewenangan klinis, audit layanan dan penilaian kinerja serta
pembinaan etika disiplin tenaga kesehatan agar profesionalisme tenaga kesehatan terjaga.
Kredensial merupakan proses verifikasi dokumen, wawancara dan ketentuan lain sesuai
kebutuhan RS terhadap tenaga kesehatan, untuk menentukan kelayakan kewenangan klinis
dalam melakukan pelayanan kesehatan di unit layanan kesehatan/RS. Re-kredensial merupakan
proses kredensial ulang setiap 3 tahun. Sub Komite Kredensial memiliki tugas :
Evaluasi Kinerja Tenaga Kesehatan terbagi menjadi dua yaitu kuantitas (kehadiran,
ketepatan waktu, jumlah kasus) dan kualitas (perilaku, pertumbuhan profesionalisme, hasil
klinis). Menurut Michael Adryanto, dalam bukunya Tips and Tricks for Driving Productivity:
Strategi dan Teknik Mengelola Kinerja untuk Meningkatkan Produktivitas, penilaian kinerja
hanya akan efektif bila dilakukan secara fair dan objektif.
Fair adalah berdasarkan standar yang telah disepakati, sedangkan objektif adalah nilai-
nilai yang diberikan sesuai dengan tingkat pencapaian. Agar penilaian fair, ada lima elemen yang
harus diperhatikan yaitu sasaran kinerja yang jelas, sasaran disepakati bersama, sasaran berkaitan
dengan uraian jabatan, pertemuan tatap muka dan diskusi. Sementara itu, untuk melakukan
penilaian yang objektif, harus mempertimbangkan enam elemen yaitu data actual, perilaku
karyawan yang positif dan negative, keberanian atau ketegasan, sistem penilaian yang
terstruktur, formulir yang tidak rumit dan kemampuan menilai.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus Anda lakukan untuk menilai kinerja anak
buah atau pegawai Anda.
Audit Mutu Profesi adalah suatu telaah kritis dan sistematis terhadap mutu pelayanan
profesi, termasuk prosedur diagnosis dan terapi, penggunaan sumber-daya rumah sakit, dan
outcome serta quality of life dari pasien. Tipe audit yaitu manajemen, keuangan dan klinik (multi
disiplin dan lintas batas. Audit diperlukan untuk mendorong teamwork, secara klinik bermanfaat,
meningkatkan patient care/safety, finansial dan keharusan dengan adanya UU. Audit yang efektif
bersifat pembelajaran, mendorong pengertian, efiensi sumber daya, meningkatkan standar,
mendorong perubahan, mendorong proses penilaian sejawat dan melibatkan pasien.
a. Pengorganisasian audit
1) Komite Tenaga Kesehatan (Sub-Komite Mutu Profesi)
2) Tim Audit
3) Asisten Audit layanan Profesi (Petugas Rekam Medik).
b. Latar belakang pemilihan Reasesmen gizi
1) Dampak Reasesmen Gizi tidak tepat waktu
2) Pasien dengan risiko malnutrisi sedang dan tinggi bila selama dirawat di RS asupan
makannya kurang dan tidak dimonitor juga tidak dilakukan tindak lanjut , maka
dapat berdampak memperburuk status gizi dan memperlama hari rawat.
3) Pada Reasesmen gizi, Dietisien akan menulis hasil monitor asupan makan pasien dan
memberikan intervensi gizi yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Tujuan
1) Mengukur kinerja Dietisien terhadap pelaksanaan kegiatan Reasesmen gizi, terkait
ketepatan waktu sesuai SPO.
2) Meningkatkan keselamatan pasien dengan mengidentifikasi asupan makan pasien
berisiko malnutrisi yang dilaporkan pada Reasesmen gizi.
d. Alur penilaian kesesuaian Reasesmen Gizi
1) Melihat tanggal masuk pasien ke ruangan.
2) Melihat hasil pengkajian awal perawat mengenai skrining gizi, melihat nilai
MST/Strongkids dan kondisi khusus.
3) Melihat tanggal pengkajian gizi awal oleh Dietisien.
4) Menilai ketepatan reasesmen gizi pada pasien yang telah dirawat :1 hari untuk yang
berisiko tinggi, 3 hari untuk yang berisiko ringan dan kondisi khusus, atau berisiko
sedang dan 7 hari untuk yang berisiko ringan.
e. Rekapitulasi hasil ceklist audit profesi tenaga gizi.
Ketidaksesuaian reasesmen gizi sebesar 21,1%.
f. Analisa hasil rekapitulasi hasil ceklis
g. Memberikan rencana tindak lanjut
1) Mengusulkan penambahan jumlah Dietisien sesuai kebutuhan ABK
2) Jadwal dinas hari libur Dietisien tetap dilaksanakan, bila memungkinkan ditambah
3) Mencari informasi kapan reasesmen harus dilakukan pada pasien pindahan dari
ruangan lain.
4) Mengingatkan kembali kepada Dietisien mengenai prioritas melaksanakan reasesmen
gizi tepat waktu.
I. Dokumentasi Kegiatan
I. Penutup
Dengan adanya Workshop “Peranan Tenaga Kesehatan Lain di Rumah Sakit Berbasis SNARS”,
maka diharapkan meningkatkan pengetahuan komite tenaga kesehatan lain sehingga berdampak
pada meningkatnya pelayanan rumah sakit dan dapat menjalankan komite tenaga kesehatan lain
sebagai mana mestinya di RSKGM Kota Bandung.