Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas selesai disusunnya
Program Kerja Komite Nakes Lainnya RSUD Sibuhuan. Pelayanan yang
profesional harus dilakukan oleh Tenaga Kesehatan Lain yang kompeten agar
pelayanan medis dan pelayanan penunjang dapat dilaksanakan secara baik.
Dalam pemberian tindakan medis berupa pelayanan medis dan pelayanan
penunjang Tenaga Kesehatan Lain kompetensi dasar harus menjadi suatu
kewenangan klinis yang wajib dimiliki.
Program Kerja Komite Nakes Lainnya RSUD Sibuhuan ini dibuat untuk
dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan oleh Sub Komite
Kredensial, Sub Komite Mutu Profesi, Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi di
RSUD Sibuhuan. Diharapkan program kerja ini dapat kita laksanakan dengan
sebaik-baiknya dengan hasil yang cukup memuaskan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kemampuan dan keinginan untuk meningkatkan mutu dan etik profesi tenaga
kesehatan profesional lainnya di rumah sakit terkadang masih belum maksimal
dikarenakan tidak semua tenaga kesehatan profesional lainnya terbiasa melatih
berpikir kritis dan reflektif, beban kerja berat sehingga tidak memiliki waktu,
fasilitas-sarana terbatas, belum berkembangnya sistem pendidikan
berkelanjutan bagi tenaga kesehatan profesional lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya
masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga kesehatan, ketidak jelasan
kewenangan klinis, menghadapi pasien dengan kompetensi yang rendah serta
pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis. Berdasarkan hal tersebut,
penegakkan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara
terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan tenaga
kesehatan yang diberikan benar-benar menjamin keselamatan pasien.
Tenaga kesehatan profesional lain adalah tenaga kesehatan profesional
non medis dan non keperawatan yang sudah diterima sebagai mitra kerja RSUD
Sibuhuan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan
serta mempunyai kewenangan untuk melakukan pelayanan penunjang dalam
upaya kesehatan. Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu
dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga
pelayanan penunjang medis yang diberikan menjamin pasien akan aman dan
mendapat kepuasan.
2
BAB II
LATAR BELAKANG
3
C. SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Etika profesi adalah Sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan
perilaku yang diterapkan pada suatu profesi. Etika Profesi berarti perilaku yang
diharapkan bagi setiap anggota profesi untuk bertindak dengan kasitas
profesionalnya (Tabbner, 1981).Etika dalam tenaga kesehatan mempunyai
peranan penting dalam menentukan perilaku yang beretika dan dalam
pengambilan keputusan etis, apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau
diizinkan dalam suatu keadaan yang diperlukan untuk membuat keputusan etis
(Potter & Perry, 2005).
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsipprinsip yang menjadi penuntun berperilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi, yang
mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek
profesi (Donheny, Cook, Stoper, 1982). Prinsip-Prinsip Moral/Etis dalam
mengambil keputusan, tenaga kesehatan hendaknya senantiasa mendasarkan
dan mempertimbangkan pada prinsip-prinsip moral yang sifatnya universal.
Prinsip yang paling dasar adalah: "Hormat terhadap pribadi manusia". Dari
prinsip dasar inilah dikembangkan prinsip-prinsip lain yaitu : Menghargai
otonomi (Autonomy), tidak merugikan (nonmaleficence), berbuat baik
(beneficence), adil (justice), (Veracity), kerahasiaan jujur
(Privacy/Confidentiality), menjaga setia/memegang teguh janji (fidelity). Setiap
tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit harus
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme kinerja profesional yang baik
sehingga dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik. Dengan kinerja
profesional yang baik tersebut pasien akan memperoleh pelayanan yang aman
dan efektif.
Dalam pelayanan, tidak jarang dijumpai kesulitan dalam pengambilan
keputusan etik sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang dapat
membantu memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etik
tersebut. Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga kesehatan sebagai landasan
dalam memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien.
Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin profesi tenaga kesehatan dan
hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnya akan
merugikan pasien dan masyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah etik antara lain:
a. Tingginya beban kerja tenaga tenaga kesehatan
b. Ketidakjelasan kewenangan klinis
c. Menghadapi keadaan pasien gawat-kritis dengan kompetensi yang rendah
d. Pelayanan yang sudah berorientasi pada bisnis
4
Kemampuan praktek yang etis hanya merupakan kemampuan yang
dipelajari pada saat masa pendidikan, belum merupakan hal yang penting
dipelajari dan diimplementasikan dalam praktek. Berdasarkan hal tersebut,
penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara
terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan tenaga
kesehatan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan
memberikan kepuasan.
5
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
7
C. SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan Sub Komite Etik dan Disiplin :
1. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga-tenaga kesehatan
profesional selain dokter atau perawat
2. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga-tenaga kesehatan
profesional selain dokter dan perawat Pembinaan profesionalisme
merupakan bagian penting dari tahapan sosialisasi profesionalisme
tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai profesionalisme. Beberapa hal
terkait pembinaan profesionalisme untuk meminimalisasi masalah-
masalah pelanggaran disiplin dan masalahmasalah etik dalam pelayanan
asuhan penunjang medis dan pelaksanaan tugas lainya antara lain:
a. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam
pelaksanaan praktik tenaga kesehatan sehari-hari.
b. Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan
metode serta evaluasi.
c. Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,
seminar, workshop, refleksi diskusi kasus dan lain-lain disesuaikan
dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia bekerjasama
dengan Sub Mutu dan Sub Kredensial.
d. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan bidang penunjang medis,
diklat dan kelompok fungsional tenaga kesehatan lainnya untuk
melakukan pembinaan
e. Membuat laporan dan evaluasi dari hasil kegiatan pembinaan
profesioalisme tenaga profesional lainnya
3. Rekomendasi penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan
a. Melakukan identifikasi sumber laporan dari manajemen rumah sakit,
dokter atau tenaga kesehatan lain serta pasien dan keluarganya, juga
dapat berasal dari laporan hasil konferensi atau audit klinis dan
kematian.
b. Melakukan pemeriksaan didahulukan oleh Tim/ Panel disiplin profesi
melalui proses pembuktian.
c. Bekerjasama dengan tim/ panel tertentu dapat menggunakan
keterangan saksi ahli sesuai kebutuhan, seluruh pemeriksaan
dilakukan tertutup dan rahasia.
d. Keputusan panel dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Bila tenaga
kesehatan merasa keberatan terhadap keputusan maka yang
bersangkutan dapat mengajukan bukti-bukti baru yang kemudian sub
komite disiplin membetuk panel baru. Akhirnya keputusan dilaporkan
kepada direktur rumah sakit melalui komite tenaga kesehatan lain dan
tenaga non medis.
8
e. Laporan dan evaluasi dari hasil kegiatan penegakkan disiplin etik
profesi tenaga kesehatan profesional lainnya.
4. Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis dan memberikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan etis
a. Memberikan tindakan disiplin etik profesi tenaga kesehatan lainnya
berupa :
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Pembatasan sampai pencabutan wewenang klinis sementara atau
selamanya, serta bekerja dibawah supervisi dari penunjang medis
yang memiliki kewenangan
b. Memberikan keputusan tindakan disiplin etik profesi untuk
dilaksanakan, keputusan sub komite etik profesi kemudian
diserahkan kepada pemimpin/ direktur rumah sakit dalam bentuk
rekomendasi komite tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non medis
untuk selanjutnya disampaikan kepada bagian penunjang medis oleh
pemimpin/ direktur RS untuk dilaksanakan dan ditegakkan.
9
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
10
4. Rekomendasi Kewenangan Klinis Rekomendasi kewenangan klinis merupakan
rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komite Tenaga Kesehatan lain sebagai
hasil kesimpulan dari asesmen tim dan mitra bestari. Rekomendasi
kewenangan klinis ditujukan kepada Direktur rumah sakit sebagai dasar
pemberian Surat Penugasan Klinis yang dikeluarkan oleh direktur rumah
sakit kepada Tenaga Kesehatan lain untuk melakukan Pelayanan Medis dan
Pelayanan Penunjang berdasarkan kewenangan klinis.
11
2. Pelaksanaan
a. Mendatangi penanggung jawab unit kerja terkait telusur
b. Melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang telah dibuat
c. Meminta data, dokumen, dan/atau informasi yang telah diperoleh
3. Pelaporan
a. Menyiapkan bahan penyusunan laporan
b. Menyusun laporan dan/atau rekomendasi pemantauan
c. Menyampaikan laporan dan/atau rekomendasi kepada unit kerja Setiap
kegiatan pemantauan etika dan disiplin tenaga kesehatan harus
menghasilkan laporan yang didalamnya berisi simpulan hasil
pemantauan dan menyebutkan dengan jelas pihak-pihak yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut. Pernyataan terkait
tindak lanjut hanya diberikan apabila terdapat temuan dugaan
pelanggaran etik dan disiplin pada saat pelaksanaan
pemantauan.Temuan dugaan pelanggaran dalam kegiatan pemantauan
terhadap kepatuhan etika dan disiplin, harus disampaikan kepada kepala
unit kerja yang bersangkutan. Rekomendasi pemberian tindakan disiplin
tenaga kesehatandapat diberikan dalam bentuk :
1) Peringatan tertulis untuk tenaga kesehatan
2) Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga
kesehatan
3) Pemberian kewenangan dibawah supervisi untuk periode tertentu, atau
Pencabutan penugasan klinis tenaga kesehatan untuk periode tertentu
dan atau pengakhiran penugasan klinis.
12
BAB VI
SASARAN
13
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
14
4 Koordinasi dengan praktisi X X X X X X X
Tenaga Kesehatan Lain di
rumah sakit dalam
memfasilitasi pendampingan
sesuai kebutuhan
5 Melakukan audit Tenaga X X X X X X
Kesehatan Lain di rumah
sakit
6 Menyusun laporan kegiatan X
subkomite untuk
disampaikan kepada ketua
komite Tenaga Kesehatan
Lain di rumah sakit
15
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
16
No Kegiatan Evaluasi Waktu Yang Pelaporan
Mengevaluasi
1 Form telusur dari masing – Setiap PJ Profesi yang Ketua Sub
masing profesi bulan bertanggung Komite
jawab
2 Laporan evaluasi dari sub 6 bulan Ketua Sub Ketua
komite etika dan disiplin Komite Komite
17
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
A. Sub Komite Kredensial dan Sub Komite Mutu Profesi melakukan pencatatan
dan pelaporan serta evaluasi hasil kegiatan.
B. Semua kegiatan Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi Tenaga Kesehatan Lain
dicatat dan didokumentasikan untuk dijadikan bahan pelaporan. Untuk
pelaksanaan kegiatan sub komite etik didokumentasikan dalam bentuk :
1. Formulir Telusur Pemantauan Etika dan Disiplin tenaga non medis
2. RKA seminar, workshop, pelatihan tenaga kesehatan profesional lainnya
3. Laporan hasil seminar, workshop, pelatihan tenaga kesehatan
professional lainnya
4. Rekap kritik dan saran untuk tenaga kesehatan profesional lainnya
C. Contoh bentuk serta isi laporan yang digunakan dalam pelaksanaan
pemantauan etika dan disiplin tenaga kesehatan dapat dilihat dalam
lampiran.
18